Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PEDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK

PAPER

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Anak


Dosen pembimbing : Rusana M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An

Oleh :
Risa Indriana
113121012

UNIVERSITAS AL IRSYAD
CILACAP
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Mahasiswa : Risa Indriana W.P Tanggal Praktik : 22 November 2021


Nomor Induk Mahasiswa : 113121012 Ruang Praktik : R. Soka

Masalah Kesehatan : Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

A. PENGERTIAN
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram.
Dahulu bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2500 gram disebut
premature.untuk mendapatkan keseragaman pada kongres “European Perinatal
Medicine” II dilondon (1970) telah disusun definisi sebagai berikut :
1. Bayi kurang bulan : bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)
2. Bayi cukup bulan : bayi dengan masalah kehamilan mulai 37 minggu sampai
dengan 42 minggu (259-293 hari)
3. Bayi lebih bulan : bayi dengan masalah kehamilan mulai 42 minggu atau lebih
(294 hari atau lebih)
Dengan pengertian diatas maka bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi
menjadi 2 golongan : prematuritas dan dismaturitas
1. Prematuritas murni adalah bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu dan berat badan bayi sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonatus
kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB-SMK)
2. Dismatur,berat badan kurang dari seharusnya untuk masa gestasi/kehamilan akibat
bayi mengalami retardasi intauteri dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
pertumbuhan (KMK).dismatur dapat terjadi dalam preterm,term dan post term
yang terbagi dalam :
a. Neonatus kurang bulan – kecil untuk masa kehamilan (NKB-KMK)
b. Neonatus cukup bulan-kecil untuk masa kehamilan (NCB-KMK)
c. Neonatus lebih bulan-kecil untuk masa kehamilan (NLB-KMK)
B. ETIOLOGI
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati
dan Ismawati, 2010), yaitu:
1. Faktor ibu
a. Penyakit
1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan
Herpes simplex virus), danpenyakit jantung.
3) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
b. Ibu
1) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun.
2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
c. Keadaan sosial ekonomi
1) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan
keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
2) Aktivitas fisik yang berlebihan
3) Perkawinan yang tidak sah.
2. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
3. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa,
solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah
dini.
4. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di
dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Jumiarni (2006), manifestasi klinis BBLR adalah sebagai berikut:
1. Preterm: sama dengan bayi prematuritas murni
2. Term dan posterm:
a. Kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada
b. Kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis
c. Jaringan lemak dibawah kulit tipis
d. Bayi tampak gesiy, kuat, dan aktif
e. Tali pusat berwarna kuning kehijauan
Tanda dan gejala bayi prematur menurut Surasmi ( 2005) adalah :
1. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
2. Berat badan sama dengan atau kerang dari 2500 gr
3. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
4. Kuku panjangnya belum melewati ujung jarinya
5. Batas dahi dan ujung rambut kepala tidak jelas
6. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
7. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
8. Rambut lanugo masih banyak
9. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
10. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhanya, sehingga seolah-olah
tidak teraba tulang rawan daun telinga
11. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
12. Alat kelamin : pada bayi laki – laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang,
testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi perempuan klitoris menonjol,
labia minora tertutup oleh labia mayora.
13. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakanya lemah
14. Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan refleks hisap,
menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisanya lemah.
15. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan lemak masih
kurang
Menurut Proverawati (2010), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR :
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
6. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
7. Kepala lebih besar
8. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
9. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
10. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
11. Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit mengkilap, telapak
kaki halus.
12. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan
tangisnya lemah.
13. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit
D. PATOFISIOLOGI
Terjadinya BBLR/ BBLSR dapat di pengaruhi faktor ibu, faktor janin, faktor
plasenta, dan faktor lingkungan. Sehingga dapat menyebabkan sindrom aspirasi
mekonium yaitu bayi bisa mengalami asfiksi intra uterin, janin gasping dalam uterus,
cairan amnion bercampur dengan mekonium masuk dan lengket di paru janin. Maka
janin dapat beresiko gangguan pertukaran gas dan resiko tidak efektifnya jalan nafas.
Dapat terjadi juga imaturitas hepar gangguan transportasi albumin dan defesiensi
albumin gangguan pengambilan bilirubin.
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia
ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap
sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primary
gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan. Bila terdapat gangguan
pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia
yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak
teratasi akan menyebabkan kematian. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu
periode apnu (Primary apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung
selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian
diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak
tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary apnea).
Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan
asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi
metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen
tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang, asam organik terjadi akibat
metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat
selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa
keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi
fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel
jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan
pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya
resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem
tubuh lain akan mengalami gangguan.(Medicine and linux.com).
5e.

dan lingkungan

Dk Keterlambatan
pertumbuhan dan
perkembangan
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 ).
2. Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas, tonus
otot dan reflek).
3. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi.
4. Pemeriksaan fungsi paru
5. Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler
F. PENATALAKSANAAN
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena
pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah,
dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di
dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum
memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya
ditaruh botol yang berisi air panas atau menggunakan metode kangguru yaitu
perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
2. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB (Berat
Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat.
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap
cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum
sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering.  ASI
merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang paling dahulu
diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan
dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung.
Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
3. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih
lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi belum
sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak pengawasan
antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas atau BBLR. Dengan demikian
perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.
4. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat kaitannya
dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan
dengan ketat.
5. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur dan
bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu .
Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena
hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering
dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah
coklat.
6. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini tanda-
tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat terlentang atau
tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi
usaha pernapasan.
7. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir
rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah
secara teratur.
G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pada saat kelahiran bayi baru harus menjalani pengkajian cepat namun seksama untuk
menentukan setiap masalah yang muncul dan mengidentifikasi masalah yang menuntut
perhatian yang cepat. Pemeriksaan ini terutama ditujukan untuk mengevaluasi
kardiopulmonal dan neurologis. Pengkajian meliputi penyusunan nilai APGAR dan
evaluasi setiap anomaly congenital yang jelas atau adanya tanda gawat neonatus (Wong,
2008).
1. Pengkajian umum
a. Timbang bayi tiap hari, atau lebih bila ada permintaan dengan menggunakan
timbangan elektronik.
b. Ukur panjang badan, dan lingkar kepala secara berkala.
c. Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur saat istirahat, kemudian
bernafas, dan adanya lokasi edema.
d. Observasi adanya deformitas yang tampak.
e. Observasi setiap tanda kegawatan, warna yang buruk, hipotonia, tidak responsive,
dan apnea.
2. Pengkajian respirasi
a. Observasi bentuk dada (barrel, konkaf), simetri, adanya insisi, slang dada, atau
devisiasi lainnya.
b. Observasi adanya penggunaan otot penapasan tambahan cuping hidung atau retraksi
substernal, interkostal atau subklavikular.
c. Tentukan frekuensi pernapasan dan keteraturannya.
d. Lakukan auskultasi dan jelaskan suara napas (stridor, krepitasi, mengi, suara basah
berkurang, daerah tanpa suara, grunting), berkurangnya masukan udara, dan
kesamaan suara napas.
e. Tentukan apakah diperlukan pengisapan.
3. Pengkajian kardiovaskuler
a. Tentukan denyut jantung dan iramanya.
b. Jelaskan bunyi jantung, termasuk adanya bising.
c. Tentukan titik intensitas maksimal (point of maximum intensity/ PMI), titik ketika
bunyi denyut jantung paling keras terdengar dan teraba (perubahan PMI
menunjukkan adanya pergeseran imediastinum).
d. Jelaskan warna bayi ( bisa karena gangguan jantung, respirasi atau hematopoetik),
sianosis pucat, plethora, jaundis, dan bercakbercak.
e. Kaji warna dasar kuku, membran mukosa, dan bibir.
f. Tentukan tekanan darah, dan tunjukkan ekstermitas yang dipakai.
4. Pengkajian gastrointestinal
a. Tentukan adanya distensi abdomen, adanya edema dinding abdomen, tampak
pelistaltik, tampak gulungan usus, dan status umbilicus.
b. Tentukan adanya tanda regurgitasi dan waktu yang berkaitan dengan pemberian
makanan, karakter dan jumlah residu jika makanan keluar, jika terpasang selang
nasogasrtik, jelaskan tipe penghisap, dan haluaran (warna, konsistensi, pH).
c. Palpasi batas hati (3 cm dibawah batas kosta kanan).
d. Jelaskan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa adanya darah.
e. Jelaskan bising usus.
5. Pengkajian genitourinaria
a. Jelaskan setiap abnormalitas genitalia.
b. Jelaskan jumlah (dibandingkan dengan berat badan), warna pH, temuan lab-stick,
dan berat jenis kemih (untuk menyaring kecukupan hidrasi).
c. Periksa berat badan (pengukuran yang paling akurat dalam mengkaji hidrasi).
6. Pengkajian neurologis-muskuloskeletal
a. Jelaskan gerakan bayi, kejang, kedutan, tingkat aktivitas terhadap rangsang, dan
evaluasi sesuai masa gestasinya.
b. Jelaskan posisi bayi atau perilakunya (fleksi, ekstensi).
c. Jelaskan refleks yang ada ( moro, rooting, sucking, plantar, tonick neck, palmar).
d. Tentukan tingkat respons dan kenyamanan.
7. Suhu tubuh
a. Tentukan suhu kulit dan aksilar.
b. Tentukan hubungan dengan suhu sekitar lingkungan.
8. Pengkajian kulit
a. Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda iritasi, melepuh,
abrasi, atau daerah terkelupas, terutama dimana peralatan pemantau infus atau alat
lain bersentuhan dengan kulit. Periksa juga dan catat preparat kulit yang dipakai
(missal plester, povidone-jodine).
b. Tentukan tekstur dan turgor kulit kering, lembut, bersisik, terkelupas dan lain-lain.
c. Terangkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA YANG MUNCUL
Menurut Proverawati (2010), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
BBLR adalah:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan, keterbatasan
perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak
mampuan mencerna nutrisi karena imaturitas.
3. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan gangguan
pertumbuhan fisik
4. Risiko Ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur
dan penurunan lemak tubuh subkutan.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.
I. RENCANA TINDAKAN
Diagnosa
No. keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1. Keidakefektifan NOC : Respiratory status : NIC


pola nafas ventilation Manejemen jalan nafas
Terapi Oksigen
Setelah dilakukan tindakan Pemantauan tanda vital
keperawatan selama proses 1. Berikan posisi kepala sedikit ekstensi
keperawatan diharapkan pola nafas 2. Berikan oksigen dengan metode yang
pasien terpenuhi sesuai
Kriteria hasil : 3. Observasi irama, kedalaman dan
1. Bernafas mudah frekuensi pernafasan
2. Tidak ada suara tambahan 4. Lakukan isap lendir kalau perlu
3. Ekspansi dada simetris 5. Berikan oksigen dengan metode yang
4. Irama nafas normal sesuai
5. Tanda-tanda vital dalam batas 6. Observasi warna kulit
normal 7. Ukur saturasi oksigen
8. Observasi tanda-tanda perburukan
Skala indikator : pernafasan
1    : Tidak pernah menunjukan 9. Lapor dokter apabila terdapat tanda-
2    : Jarang menunjukan tanda perburukan pernafasan
3    : Kadang menunjukan 10. Kolaborasi dalam pemeriksaan
4    : Sering menunjukan analisa gas darah
5    : Selalu menunjukan 11. Kolaborasi dalam pemeriksaan
surfaktan
2. Ketidakseimban NOC : Nutritional status : Food NIC : Manajemen nutrisi
gan nutrisi : and fluid intake
1. Pantau asupan nutrisi pasien
kurang dari
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan tindakan 2. Pantau nilai laboratorium
keperawatan selama proses
3. Timbang pasien pada interval yang
keperawatan diharapkan nutrisi
pasien terpenuhi tepat
Kriteria hasil :
4. Berikan informasi kepada keluarga
1. Adanya peningkatan berat badan
sesuai dengan tujuan tentang kebutuhan nutrisi pasien dan
2. Berat badan ideal sesuai dengan
bagaimana memenuhinya
tinggi badan dan umur kelahiran
3. Keluarga Mampu 5. Kolaborasi bersama ahli gizi
mengidentifikasikan kebutuhan
6. Ciptakan lingkungan yang
nutrisi
4. Tidak ada tanda – tanda menyenangkan untuk makan
malnutrisiTidak terjadi
penurunan berat badan yang
berarti

Skala indikator :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
3. Keterlambatan NOC : Ketidakseimbangan nutrisi NIC : Terapi Nutrisi
pertumbuhan kurang dari kebutuhan tubuh
1. MenyeIesaikn penilaian gizi, sesuai
dan
2. Memantau makanan / cairan tertelan
perkembangan Kriteria hasil :
dan menghitung asupan kalori harian,
1. Anak berfungsi optimal sesuai
sesuai
tingkatannya
3. Memantau kesesuaian perintah diet
2. Keluarga dan anak mampu
untuk memenuhi kebutuhan gizi
menggunakan koping terhadap
sehari-hari, sesuai
tantangan karena adanya
4. Kolaborasi dengan ahli gizi, jumlah
ketidakmampuan
kalori dan jenis nutrisi yang
3. Keluarga mampu mendapatkan
dibutuhkan
sumber-sumber sarana komunitas
5. untuk memenuhi persyaratan gizi yang
4. Status nutrisi seimbang
sesuai
5. Berat badan
6. Pilih suplemen gizi, sesuai
7. Dorong pasien untuk memilih
makanan semisoft, jika kurangnya air
liur menghalangi menelan
8. Mendorong asupan makanan tinggi
kalsium, sesuai
9. Mendorong asupan makanan dancairan
tinggi kalium, yang sesuai
10. Pastikan bahwa diet termasuk
makanan tinggi kandungan serat untuk
mencegah konstipasi
11. Memberikan pasien dengan tinggi
protein, tinggi kalori, makanan dan
minuman bergizi jari yang dapat
mudah dikonsumsi, sesuai .Administer
menyusui enterai, sesuai
4. Risiko NOC : Thermoregulation NIC : Temperature regulation
Ketidakseimban
gan suhu tubuh Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu tubuh minimal setiap 2
keperawatan selama proses jam
keperawatan diharapkan suhu tubuh 2. Monitor tanda – tanda hipertermi atau
dalam batas normal hipotermi
Kriteria hasil : 3. Monitor tanda – tanda vital
1. Suhu tubuh dalam rentang 4. Monitor warana dan suhu kulit
normal, 5. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
2. Tidak ada perubahan warna kulit 6. Selimuti pasien untuk mencegah
3. Nadi dan respirasi dalam rentang hilangnya kehangatan tubuh
normal 7. Rawat pasien dalam inkubator
4. Hidrasiadekuat

Skala indikator :
1. : Tidak pernah menunjukan
2. : Jarang menunjukan
3. : Kadang menunjukan
4. : Sering menunjukan
5. : Selalu menunjukan

5. Risiko Infeksi NOC : Status imun NIC : Perlindungan terhadap infeksi


Intervensi :
Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda dan gejala infeksi ( misal
keperawatan selama proses : suhu tubuh , denyut jantung )
keperawatan diharapkan klien 2. Kaji faktor yang meningkatkan
terbebas dari resiko infeksi serangan infeksi ( misal : tanggap
imun rendah )
Kriteria hasil : 3. Pantau hasil laboratorium(leukosit)
1. Klien bebas dari tanda dan gejala 4. Ajarkan kepada keluarga tanda atau
infeksi gejala infeksi dan kapan harus
2. Keluarga menunjukan melaporkan ke pusat kesehatan
kemampuan untuk mencegah 5. Cuci tangan setiap sebelum dan
timbulnya infeksi sesudah tindakan keperawatan(lakukan
3. Jumlah leukosit dalam batas perawatan tali pusat secara aseptik)
6. Batasi jumlah pengunjung dan pantau
normal
pengunjang akan adanya lesi kulit
Skala indikator : 7. Pertahankan teknik isolasi bila perlu
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
DAFTAR PUSTAKA

Jumiarni.2006. Asuhan Keperawatan Perinatal.Jakarta: EGC


Prawirohardjo, Sarwono.2006.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta : YBP
–SP
Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan
Dokter Anak Indonesia.Jakarta: IDAI
Proverawati, A., Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika

Surasmi A., Handayani S., Kusuma H.2005. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai