Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN STASE ANAK

“BAYI BERAT LAHIR SANGAT RENDAH (BBLSR)”


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase Keperawatan Dasar Profesi
Dosen pembimbing: Ima Sukmawati, S.kep., MPH

Disusun oleh :

ADITIA SALMAN

NIM : 2106277003

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
2021
A. Pengertian
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat
lahir kurang dari 1500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir
adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. BBLSR dapat
terjadi pada bayi kurang bulan (<37 minggu) atau pada bayi cukup bulan
(intrauterine growth restriction/IUGR) (IDAI, 2014)
Bayi berat lahir sangat rendah adalah bayi (neonatus) yang lahir
dengan memiliki berat badan antara 1000 gram sampai 1500 gram
(Alimul, 2012).
Dapat disimpulkan bahwa bayi berat lahir sangat rendah (BBSLR)
adalah bayi baru lahir yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir memiliki
berat badan antara 1000 gram sampai 1500 gram tanpa memandang usia
gestasi.

B. Etiologi
Pada umumnya BBLSR disebabkan persalinan kurang bulan (umur
kehamilan antara 28-36 minggu) atau bayi lahir kecil masa kehamilan
(KMK) karena adanya hambatan pertumbuhan saat dalam kandungan
(janin tumbuh lambat/intra uterine growth retardation) atau kombinasi
keduanya. Kematangan fungsi organ tergantung pada usia kehamilan
walaupun berat lahirnya kecil. Semakin muda umur kehamilan, fungsi
organ tubuh semakin kurang sempurna dan prognosisnya semakin kurang
baik.
Penyebab lahirnya bayi kurang bulan antara lain berat ibu yang
rendah, usia ibu remaja, kehamilan ganda, riwayat kelahiran prematur,
perdarahan antepartum, penyakit sistemik akut. Penyebab kelahiran bayi
kecil masa kehamilan antara lain ibu kurang gizi, hipertensi, toksemia,
anemia, kehamilan ganda, penyakit kronik, dan merokok. Retardasi
pertumbuhan intrauterin dan efek mereka terhadap janin bervariasi
tergantung dari cara dan lama terpapar serta tahap pertumbuhan janin saat
gangguan tersebut terjadi (Kiess N, 2013).

2
C. Patofisiologi
Terjadinya BBLR/ BBLSR dapat di pengaruhi faktor ibu,
faktor janin, faktor plasenta, dan faktor lingkungan. Sehingga dapat
menyebabkan sindrom aspirasi mekonium yaitu bayi bisa mengalami
asfiksi intra uterin, janin gasping dalam uterus, cairan amnion bercampur
dengan mekonium masuk dan lengket di paru janin. Maka janin dapat
beresiko gangguan pertukaran gas dan resiko tidak efektifnya jalan nafas.
Dapat terjadi juga imaturitas hepar gangguan transportasi albumin dan
defesiensi albumin gangguan pengambilan bilirubin.
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi
janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu
menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi
(asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang
kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping” yang
kemudian akan berlanjut dengan pernafasan. Bila terdapat gangguan
pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan
terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi
sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan
dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan
lamanya asfiksia.
Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primary
apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan
memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh
pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak
tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary
apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan
darah. Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula gangguan
metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi.
Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya
menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut dalam tubuh
bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen
tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan
berkurang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan
tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya
3
akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa
keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan
mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan
mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga
menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang
kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh
darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan
mengalami gangguan.
Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh
berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi
menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya
(Medicine and linux.com).

4
Pathway

5
D. Tanda dan Gejala
1. Sebelum bayi baru lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus, dan lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan
c. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat dan tidak
sesuia menurut yang seharusnya.
d. Sering dijumpai kehamilan dengan olgradramnion gravidarum atau
pendarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin
b. Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
c. Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi
pertumbuhan intrauterine
d. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya
(Nanda, 2013)

E. Klasifikasi
a. Menurut masa gestasinya:
1. Prematuritas Murni
Prematuritas Murni adalah bayi yang lahir dengan
kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan
sesuai dengan masa kehamilan atau biasa disebut Neonatus
Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilannya (NKB-SMK) dengan
gambaran klinis (karakteristik) yang dijumpai :
a) Berat lahir ≤ 2.500 gram, panjang badan ≤ 45cm, lingkaran
dada < 30 cm, lingkaran kepala < 33 cm
b) Kepala relatif besar dari badannya
c) Kulit tipis, transparan, tampak mengkilat dan licin
d) Lanugonya banyak terutama pada dahi, pelipis telinga dan
lengan
e) Lemak subkutan kurang sehingga suhu tubuh mudah
menjadi hipotermi
6
f) Ubun-ubun dan sutura lebar
g) Genitalia belum sempurna, labio mayora belum menutupi
labio minora (pada perempuan), dan pada laki-laki testis
belum turun
h) Pembuluh darah kulit banyak terlihat sehingga peristaltic
usus dapat terlihat
i) Rambut tipis, halus dan teranyam
j) Tulang rawan dan daun telinga immature (elastisitas daun
telinga masih kurang sempurna)
k) Puting susu belum terbentuk dengan baik
l) Pergerakan kurang dan lemah
m) Banyak tidur, tangis lemah dan jarang, pernapasan tidak
teratur dan sering timbul apneu
n) Otot-otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam
keadaan kedua paha abduksi, sendi lutut dan pergelangan
kaki dalam keadaan fleksi atau lurus dan kepala mengarah
ke satu sisi
o) Refleks tonick neck lemah
p) Refleks menghisap dan menelan serta refleks batuk belum
sempurna
2. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan. Hal
ini karena mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan
dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya
(KMK). Dismaturitas dapat terjadi dalam preterm, aterm, dan
posterm dengan gambaran klinik/ karakteristik yang dijumpai :
a) Pre-aterm sama dengan bayi prematuritas murni
b) Aterm dan Post aterm
c) Kulit berselubung verniks caeseosa tipis/tidak ada
d) Kulit pucat/bernodamekonium, kering, keriput, tipis
e) Jaringan lemak di bawah kulit tipis
f) Bayi tampak gesit, aktif dan kuat
g) Tali pusat berwarna kuning kehijauan

7
b. Menurut penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah
dibedakan dalam:
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), beratlahir 1500-2499 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500
gram.
3. Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER), berat lahir < 1000
gram.
C. Berdasarkan berat badan menurut usia kehamilan dapat digolongkan:
1. Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB
dibawah persentil ke-10 kurva pertumbuhan janin.
2. Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB
diantara persentil ke-10 dan ke-90 kurva pertumbuhan janin.
3. Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB
diatas persentil ke-90 pada kurvapertumbuhan janin.
(Varney Hellen, 2002)
F. Komplikasi
1. Hipotermi
Tanda terjadinya hipotermi pada BBLSR adalah :

a. Suhu tubuh bayi kurang dari 36,50C


b. Kurang aktif dan tangis lemah
c. Malas minum
d. Bayi teraba dingin
e. Frekuensi jantung < 100 x/menit
f. Nafas pelan dan dalam

2. Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan :
a. Kadar glukosa darah < 45 mg/dl
b. Kejang, tremor, letargi/kurang aktif
c. Timbul saat lahir sampai dengan hari ke 3
d. Riwayat ibu dengan diabetes
e. Keringat dingin
f. Hipotermia, sianosis, apneu intermitten

11
3. Ikterus/hiperbilirubin
Hiperbilirubin pada BBLSR terjadi karena belum maturnya fungsi
hepar pada bayi prematur, bila tidak segera diatasi dapat menyebabkan
kern ikterus yang akan menimbulkan gejala sisa yang permanen.
Hiperbilirubin di tandai dengan :
a. Sclera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstermitas
berwama kuning
b. Konjungtiva berwama kuning pucat
c. Kejang
d. Kemampuan menghisap menurun
e. Letargi
f. Kadar bilirubin pada bayi premature lebih dari l0 mg/dl

4. Masalah pemberian minum. Hal ini ditandai dengan :


a. Kenaikan berat badan bayi < 20 g/hr selama 3 hari
b. Ibu tidak dapat/tidak berhasil menyusui

5. Infeksi/sepsis
Infeksi pada BBLSR dapat terjadi bila ada riwayat ibu demam
sebelum dan selama persalinan, ketuban pecah dini, persalinan dengan
tindakan, terjadinya asfiksia saat lahir, dll. Tanda terjadinya infeksi
pada BBSLR antara lain :
a. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat lekositosis atau
lekositopenia dan trombositopenia
b. Bayi malas minum
c. Suhu tubuh bayi hipertermi ataupun hipotermi
d. Terdapat gangguan nafas
e. Letargi
f. Kulit ikterus, sklerema
g. Kejang

6. Gangguan permafasan :
a. Deflsiensi surfaktan paru yang mengarah ke sindrom gawat
nafas/RDS
b. Resiko aspirasi akibat belum terkoordiansinya reflek batuk,reflek
menghisap dan reflek menelan
12
c. Thoraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah
d. Pemafasan tidak teratur
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis
2. Urinalisis
3. Ultrasonografi untuk melihat taksiran berat janin dan letak plasenta
4. Amniosentesis untuk melihat kematangan beberapa organ janin,
seperti rasio lesitin sfingomielin, surfaktan
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
b. Makanan bayi prematur/BBLSR
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan
protein 3 sampai 5gr/kgBB dan kalori 110 kal/kgBB badan,
sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi
sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan mengisap cairan
lambung. Reflek mengisap masih lemah, sehingga pemberian
minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang
lebih sering.
ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah
yang paling dahulu diberikan. Bila faktor mengisapnya kurang
maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-
lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan
cairan yang diberikan sekitar 50 sampai 60 cc/kgBB/hari dan terus
dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.
2. Penatalaksanaan Medis
a. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLSR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan

13
badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus
dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati
dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas
dapat dilakukan Kangaroo Mother Care (KMC) dengan ibunya.

b. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan
pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya
preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga
tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLSR). Dengan demikian
perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan
terisolasi dengan baik.

c. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya
belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan
secara efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat
oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena
hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna
bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus
muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat

d. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin.
Pada penyakit ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4
jam bayi harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator
dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha
pernapasan

e. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi
berberat badan lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala
timbul dengan pemeriksaan gula darah secara teratur

14
I. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih.
Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan
menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya
terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai
dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat
menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
2. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan
asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya
hipothermi bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila
suhu tubuh > 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5 C – 37,5
C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara
40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan
belum teratur (Potter Patricia A, 1996 : 87).
3. Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada
bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
4. Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom,
ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
5. Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleks
terhadap cahaya.
6. Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
7. Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.

15
8. Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
9. Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
10. Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara
wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per
menit.
11. Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae
pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya
asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus
timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat
retensi karena GI Tract belum sempurna.
12. Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda
– tanda infeksi pada tali pusat.
13. Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak
muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia
mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang
perdarahan.
14. Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta
warna dari faeses.
15. Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah
tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan
serta jumlahnya.
16. Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking
lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan
susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat,
1991 : 155 dan Potter Patricia A, 1996 : 109-356).
16
17. Tanda Fisiologis
a. Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar
bayi tidak menangis bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.

b. Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi penyebabnya adalah:


pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna,
kurangnya lemak pada jaringan subcutan akibatnya mempercepat
terjadinya perubahan suhu dan kurangnya mobilisasi sehingga
produksi panas berkurang.
B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa menurut SDKI adalah :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas di tandai
dengan ( takipnea, bradipnea, hiperventilasi) (D.0005, hal 26)
2. Defisit nutrisi b.d. ketidakadekuatan reflek menghisap di tandai dengan
BB menurun (D.0019, hal 56)
3. Hipotermi berhubungan dengan kekurangan lemak subkutan di tandan
dengan suhu tubuh di bawah nilai normal (D.0131 hal 286)
4. Resiko Infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (Imunosupresi)
D.0124 hal 304

17
C. Rencana Keperawatan

No Diagnosa SLK SIK


I I
. Keperawatan
1. Pola nafas tidak Tujuan : i. Pemantauan respirasi
efektif b.d. setelah dilalukan tindakan (1.01014)
imaturitas di tandai keperawatan pola nafas ii. Observasi :
dengan ( takipnea, (L.01004 hal 95) membaik ▪ monitor pola nafas
bradipnea, dengan kriteria hasil : ▪ monitor frekuensi, irama kedalaman
hiperventilasi) ▪ Frekuensi nafas membaik (5) dan upaya nafas
(D.0005, hal 26) ▪ penggunaan otot bantu ▪ monitor adanya sumbatan jalan nafas
napas meningkat (5) iii. Terapeutik
▪ atur interval pemantauan respirasi
sesuai dengan kondisi pasien
iv. Edukasi
▪ jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
▪ informasikan hasil pemantauan jika
perlu
2. Defisit nutrisi b.d. Tujuan : Manajemen nutrisi (1,02119)
ketidakadekuatan setelah dilalukan tindakan Observasi

18
reflek menghisap di keperawatan status nutrisi ▪ identifikasi status nutrisi
tandai dengan BB terpenuhi (L.03030 hal 121) ▪ identifikasi perlunya pemasangan
menurun (D.0019, dengan kriteria : nasogastric
hal 56) ▪ berat badan meningkat (5) ▪ monitor asupan makan
▪ nafsu makan meningkat (5) ▪ monitor berat badan
terafeutik
▪ sajikan makan secara menarik dan suhu
yang sesuai
▪ hentikan pembrian makanan melalui
selang nasogastric jika asupan oral
dapat di toleransi
Edukasi
▪ Ajarkan diet yang di
programkan Kolaborasi
▪ Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah nutisi dan kalori
yang di butuhkan
3. Hipotermi Tujuan : Manajemen hipotermi (1.14507)
berhubungan Setelah dilakukan tindakan ▪ Monitor suhu tubuh

dengan kekurangan keperawatan termogulasi ▪ Identifikasi penyebab hipotermi (mis.

lemak subkutan di (L.14134 , hal 129) membaik Terpapar suhu lingkungan rendah,
tandan dengan suhu dengan kriteria hasil : pakaian tipis, kerusakan hipotalamus,
tubuh dibawah nilai ▪ Suhu tubuh membaik (5) penurunan laju metabolis, kekurangan
normal (D.0131 hal lemak subkutan)
286) ▪ Monitor tanda dan gejala akibat
Trapeutik
▪ Sediakan lingkungan yang hangat (mis,
atur suhu ruangan, incubator)
▪ Ganti pakaian atau linen yang basah
▪ Lakukan penghangatan pasif (mis.
Selimut, menutup kepala, pakaian tebal)
▪ Lakukan penghangatan aktif eksternal
(mis. Kompres hangat, botol hangat,

19
selimbut hangat, perawat mwtode
kangguru)
▪ Lakukan penghangatan aktif
internal(mis. Infus cairan hangat,
oksigen hangat, levase peritoneal
dengan cairan hangat)
Edukasi
Ajarkan makan dan minum yang
hangat

4 Resiko Infeksi b.d Tujuan : Observasi


ketidakadekuatan Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi factor yang
pertahanan tubuh keperawatan maka diharapkan mempengaruhi asupan gizi
sekunder status imun membaik dengan - Identifikasi perubahan berat badan
(Imunosupresi) kriteria hasil : - Identifikasi kemampuan menelan
D.0124 hal 304 a. Penurunan berat badan Terapeutik
menurun (5) - Timbang berat badan
L.14133 hal 108 - Ukur antropometrik komposisi
tubuh
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantuan
- Informasi hasil pemantuan, jika
perlu
I.03123 hal 246

1
10
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2014. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta

Hanifah, 2012. Perawatan Pediatic. Jakarta : TUSCA

Hidayat,Alimul A.2014. PengantarIlmuKeperawatan Anak1.Penerbit


SalembaMedica : Jakarta.

NANDA. 2015. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification.

Philadelphia Prawirohardjo, 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina

Pustaka

Sitohang ,Nur Asnah.2012. AsuhanKeperawatanPadaBeratBadanLahirRendah.


USU Repository

1
11

Anda mungkin juga menyukai