Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BERAT LAHIR SANGAT RENDAH (BBLSR)

A. DEFINISI
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi baru lahir dengan berat
badan dibawah kurang dari 1500 gram (Indrasanto, 2008).
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 1500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. BBLSR dapat terjadi pada bayi kurang bulan
(<37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction/IUGR)
(IDAI, 2010).
Bayi berat lahir sangat rendah adalah bayi (neonatus) yang lahir dengan
memiliki berat badan antara 1000 gram sampai 1500 gram (Alimul, 2005).
Dari ketiga definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa bayi berat lahir sangat
rendah (BBSLR) adalah bayi baru lahir yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir
memiliki berat badan antara 1000 gram sampai 1500 gram tanpa memandang usia
gestasi.

B. ETIOLOGI
Pada umumnya BBLSR disebabkan persalinan kurang bulan (umur kehamilan
antara 28-36 minggu) atau bayi lahir kecil masa kehamilan (KMK) karena adanya
hambatan pertumbuhan saat dalam kandungan (janin tumbuh lambat/intra uterine
growth retardation) atau kombinasi keduanya. Kematangan fungsi organ tergantung
pada usia kehamilan walaupun berat lahirnya kecil. Semakin muda umur kehamilan,
fungsi organ tubuh semakin kurang sempurna dan prognosisnya semakin kurang baik
(Gomella TL, 2009).
Penyebab lahirnya bayi kurang bulan antara lain berat ibu yang rendah, usia
ibu remaja, kehamilan ganda, riwayat kelahiran prematur, perdarahan antepartum,
penyakit sistemik akut. Penyebab kelahiran bayi kecil masa kehamilan antara lain ibu
kurang gizi, hipertensi, toksemia, anemia, kehamilan ganda, penyakit kronik, dan
merokok. Retardasi pertumbuhan intrauterin dan efek mereka terhadap janin
bervariasi tergantung dari cara dan lama terpapar serta tahap pertumbuhan janin saat
gangguan tersebut terjadi (Kiess N, 2009).
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Sebelum bayi baru lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus,
dan lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan
c. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat dan tidak sesuia menurut
yang seharusnya.
d. Sering dijumpai kehamilan dengan olgradramnion gravidarum atau
pendarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin
b. Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
c. Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi pertumbuhan
intrauterine
d. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya
(Nanda, 2013)

D. PATOFISIOLOGI
Terjadinya BBLR/ BBLSR dapat di pengaruhi faktor ibu, faktor janin, faktor
plasenta, dan faktor lingkungan. Sehingga dapat menyebabkan sindrom aspirasi
mekonium yaitu bayi bisa mengalami asfiksi intra uterin, janin gasping dalam uterus,
cairan amnion bercampur dengan mekonium masuk dan lengket di paru janin. Maka
janin dapat beresiko gangguan pertukaran gas dan resiko tidak efektifnya jalan nafas.
Dapat terjadi juga imaturitas hepar gangguan transportasi albumin dan defesiensi
albumin gangguan pengambilan bilirubin.
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia
ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap
sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primary
gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan. Bila terdapat gangguan
pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia
yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak
teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat
reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia.
Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primary apnea)
disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan
usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada
penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada
dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi
dan penurunan tekanan darah. Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula
gangguan metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi.
Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan
asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi
metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen
tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang.asam organik terjadi akibat
metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat
selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa
keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi
fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel
jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan
pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya
resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem
tubuh lain akan mengalami gangguan.
Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat
buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau
gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya (Medicine and linux.com).
E. KLASIFIKASI
a. Menurut masa gestasinya:
1. Prematuritas Murni
Prematuritas Murni adalah bayi yang lahir dengan kehamilan kurang
dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan masa kehamilan
atau biasa disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilannya
(NKB-SMK) dengan gambaran klinis (karakteristik) yang dijumpai :
a) Berat lahir ≤ 2.500 gram, panjang badan ≤ 45cm, lingkaran dada < 30
cm, lingkaran kepala < 33 cm
b) Kepala relatif besar dari badannya
c) Kulit tipis, transparan, tampak mengkilat dan licin
d) Lanugonya banyak terutama pada dahi, pelipis telinga dan lengan
e) Lemak subkutan kurang sehingga suhu tubuh mudah menjadi hipotermi
f) Ubun-ubun dan sutura lebar
g) Genitalia belum sempurna, labio mayora belum menutupi labio minora
(pada perempuan), dan pada laki-laki testis belum turun
h) Pembuluh darah kulit banyak terlihat sehingga peristaltic usus dapat
terlihat
i) Rambut tipis, halus dan teranyam
j) Tulang rawan dan daun telinga immature (elastisitas daun telinga masih
kurang sempurna)
k) Puting susu belum terbentuk dengan baik
l) Pergerakan kurang dan lemah
m) Banyak tidur, tangis lemah dan jarang, pernapasan tidak teratur dan
sering timbul apneu
n) Otot-otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua
paha abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki dalam keadaan fleksi
atau lurus dan kepala mengarah ke satu sisi
o) Refleks tonick neck lemah
p) Refleks menghisap dan menelan serta refleks batuk belum sempurna
2. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa kehamilan. Hal ini karena mengalami
gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil
untuk masa kehamilannya (KMK). Dismaturitas dapat terjadi dalam preterm,
aterm, dan posterm dengan gambaran klinik/ karakteristik yang dijumpai :
a) Pre-aterm sama dengan bayi prematuritas murni
b) Aterm dan Post aterm
c) Kulit berselubung verniks caeseosa tipis/tidak ada
d) Kulit pucat/bernodamekonium, kering, keriput, tipis
e) Jaringan lemak di bawah kulit tipis
f) Bayi tampak gesit, aktif dan kuat
g) Tali pusat berwarna kuning kehijauan
b. Menurut penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan
dalam:
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), beratlahir 1500-2499 gram.
1. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.
2. Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.
C. Berdasarkan berat badan menurut usia kehamilan dapat digolongkan:
1. Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB
dibawah persentil ke-10 kurva pertumbuhan janin.
2. Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB
diantara persentil ke-10 dan ke-90 kurva pertumbuhan janin.
3. Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB
diatas persentil ke-90 pada kurvapertumbuhan janin.
(Varney Hellen, 2002)
F. KOMPLIKASI
1. Hipotermi
Tanda terjadinya hipotermi pada BBLSR adalah :
a. Suhu tubuh bayi kurang dari 36,50C
b. Kurang aktif dan tangis lemah
c. Malas minum
d. Bayi teraba dingin
e. Frekuensi jantung < 100 x/menit
f. Nafas pelan dan dalam
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan :
a. Kadar glukosa darah < 45 mg/dl
b. Kejang, tremor, letargi/kurang aktif
c. Timbul saat lahir sampai dengan hari ke 3
d. Riwayat ibu dengan diabetes
e. Keringat dingin
f. Hipotermia, sianosis, apneu intermitten
3. Ikterus/hiperbilirubin
Hiperbilirubin pada BBLSR terjadi karena belum maturnya fungsi hepar pada bayi
prematur, bila tidak segera diatasi dapat menyebabkan kern ikterus yang akan
menimbulkan gejala sisa yang permanen. Hiperbilirubin di tandai dengan :
a. Sclera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstermitas berwama
kuning
b. Konjungtiva berwama kuning pucat
c. Kejang
d. Kemampuan menghisap menurun
e. Letargi
f. Kadar bilirubin pada bayi premature lebih dari l0 mg/dl
4. Masalah pemberian minum. Hal ini ditandai dengan :
a. Kenaikan berat badan bayi < 20 g/hr selama 3 hari
b. Ibu tidak dapat/tidak berhasil menyusui
5. Infeksi/sepsis
Infeksi pada BBLSR dapat terjadi bila ada riwayat ibu demam sebelum dan
selama persalinan, ketuban pecah dini, persalinan dengan tindakan, terjadinya
asfiksia saat lahir, dll. Tanda terjadinya infeksi pada BBSLR antara lain :
a. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat lekositosis atau lekositopenia dan
trombositopenia
b. Bayi malas minum
c. Suhu tubuh bayi hipertermi ataupun hipotermi
d. Terdapat gangguan nafas
e. Letargi
f. Kulit ikterus, sklerema
g. Kejang
6. Gangguan permafasan :
a. Deflsiensi surfaktan paru yang mengarah ke sindrom gawat nafas/RDS
b. Resiko aspirasi akibat belum terkoordiansinya reflek batuk,reflek menghisap
dan reflek menelan
c. Thoraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah
d. Pemafasan tidak teratur
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis
2. Urinalisis
3. Ultrasonografi untuk melihat taksiran berat janin dan letak plasenta
4. Amniosentesis untuk melihat kematangan beberapa organ janin, seperti rasio
lesitin sfingomielin, surfaktan
H. PENATALAKSANAAN
Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinan yang
dapat terjadi pada bayi prematuritas, maka perawatan dan pengawasan bayi
prematuritas ditujukan pada pengaturan panas badan, pemberian makanan bayi, dan
menghindari infeksi.
1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLSR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi
prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya
mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat
dilakukan Kangaroo Mother Care (KMC) dengan ibunya.
2. Makanan bayi prematur/BBLSR
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5gr/kgBB dan
kalori 110 kal/kgBB badan, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat.
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan mengisap
cairan lambung. Reflek mengisap masih lemah, sehingga pemberian minum
sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering.
ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang paling
dahulu diberikan. Bila faktor mengisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju
lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 50 sampai 60 cc/kgBB/hari dan
terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.
3. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi
belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLSR).
Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan
terisolasi dengan baik.
4. Penimbangan ketat 
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus
dilakukan dengan ketat.
I. FOKUS PENGKAJIAN
1. Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan
akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras.
Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB
yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar
kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
2. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar,
tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu
tubuh < 36 °C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh > 37 °C. Sedangkan
suhu normal tubuh antara 36,5°C – 37,5°C, nadi normal antara 120-140 kali per
menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia
berat pernafasan belum teratur (Potter Patricia A, 1996 : 87).
3. Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm
terdapat lanugo dan verniks.
4. Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun
besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan
intrakranial.
5. Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva,
warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleks terhadap cahaya.
6. Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
7. Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
8. Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
9. Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
10. Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan
ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
11. Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae pada garis
papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor,
perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah
masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
12. Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda
infeksi pada tali pusat.
13. Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra
pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor,
adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
14. Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari
faeses.
15. Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau
adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
16. Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek
moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau
adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter Patricia A, 1996 :
109-356).
17. Tanda Fisiologis
a. Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar bayi tidak
menangis bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.
b. Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi penyebabnya adalah: pusat
pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna, kurangnya lemak pada
jaringan subcutan akibatnya mempercepat terjadinya perubahan suhu dan
kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas berkurang.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan napas dalam, perubahan
gerakan dada, bradipneu, napas cuping hidung, ortopneu, fase ekspirasi yang
lama,
2) Ketidakseimbangan suhu tubuh b/d kegagalan mempertahankan suhu tubuh d/d
hipotermi
3) Ketidak Seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d tidak adekuatnya
asupan nutrisi/ mal absorsi nutrisi d/d berat badan dibawah normal.
4) Resiko infeksi b/d pertahanan imonologis tidak adekuat
5) Ketidakefektifan pola pemberian ASI berhubungan dengan prematuritas,
ketidakmampuan mengisap dan menelan yang efektif.pernapasan pursed-lip,
takipneu dan penggunaan otot-otot bantu untuk bernapas
K. INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi ( NIC )
keperawatan
( NOC )

1 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan NIC :


pernafasan. keperawatan selama …x24 jam,
Airway Management
diharapkan pasien mampu :
1. Buka jalan nafas,
1.Status Pernapasan: Kepatenan
guanakan teknik chin lift
jalan napas.
atau jaw thrust bila perlu
2.Status Pernapasan: Ventilasi. 2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Status tanda-tanda vital: normal
3. Identifikasi pasien

Dengan kriteria hasil : perlunya pemasangan alat


jalan nafas buatan
1. Menunjukkan pola pernapasan 4. Pasang mayo bila perlu
yang mendukung hasil gas 5. Lakukan fisioterapi dada
darah dalam parameter atau jika perlu
kisaran normal. 2.
Pasien 6. Keluarkan sekret dengan
melaporkan bernafas dengan batuk atau suction
nyaman. 7. Auskultasi suara nafas,
2. Mendemonstrasikan catat adanya suara tambahan
kemampuan untuk melakukan 8. Lakukan suction pada
pernapasan dengan pursed lip mayo
(mengerutkan bibir)dan 9. Berikan bronkodilator
pernapasan dapat terkontrol. bila perlu
3. Mengidentifikasi dan 10. Berikan pelembab udara
menghindari faktor-faktor Kassa basah NaCl Lembab
spesifik yang dapat 11. Atur intake untuk cairan
memperburuk pola nafas. mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan
status O2
Oxygen Therapy

13. Bersihkan mulut, hidung


dan secret trakea
14. Pertahankan jalan nafas
yang paten
15. Atur peralatan oksigenasi
16. Monitor aliran oksigen
17. Pertahankan posisi pasien
18. Onservasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
19. Monitor adanya
kecemasan pasien terhadap
oksigenasi

Vital sign Monitoring

20. Monitor TD, nadi, suhu,


dan RR
21. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
22. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
23. Auskultasi TD
pada kedua lengan dan
bandingkan
24. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas

25. Monitor kualitas dari nadi


26. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
27. Monitor suara paru
28. Monitor pola pernapasan
abnormal
29. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
30. Monitor sianosis perifer
31. Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
32. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
2 Ketidakefektifan Setelah diberikan asuhan Temperature Regulation
termoregulasi keperawatan selama…x24 jam (pengaturan suhu)
diharapkan termoregulasi efektif
1. Monitor suhu minimal
dengan Kreteria Hasil :
tiap 3 jam
1. Suhu stabil (36-37 0C untuk 2. Rencanakan monitoring
neounatus ) suhu secara kontinyu
2. Turgor kulit baik 3. Monitor TD, nadi, dan
3. Tanda Vital dalam rentang RR
normal 4. Monitor warna dan suhu
4. Tidak ada menggigil kulit
5. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
7. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
9. Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan
10. Beritahukan tentang
indikasi terjadinya keletihan
dan penanganan emergency
yang diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
12. Kolaborasi : Berikan anti
piretik jika perlu.
3 Ketidakseimbangan Setelah diberikan asuhan NIC :
nutrisi kurang dari keperawatan selama …x24 jam
Nutrition Management
kebutuhan tubuh diharapkan nutrisi terpenuhi
dengan Kreteria Hasil : 1. Kaji adanya alergi
makanan
1. Adanya peningkatan berat
2. Kolaborasi dengan ahli
badan sesuai dengan tujuan
gizi untuk menentukan
2. Berat badan ideal sesuai
jumlah kalori dan nutrisi
dengan tinggi badan
yang dibutuhkan pasien
3. Mampu mengidentifikasi
Nutrition Monitoring
kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda tanda 3. BB pasien dalam batas
malnutrisi normal
5. Menunjukkan peningkatan 4. Monitor adanya
fungsi pengecapan dari penurunan berat badan
menelan 5. Monitor tipe dan jumlah
6. Tidak terjadi penurunan berat aktivitas yang biasa
badan yang berarti dilakukan
6. Monitor interaksi anak
atau orangtua selama makan
7. Monitor lingkungan
selama makan
8. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak selama
jam makan
9. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
10. Monitor turgor kulit
11. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
12. Monitor mual dan muntah
13. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan kadar
Ht
14. Monitor makanan
kesukaan
15. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan

4. Resiko infeksi Setelah diberikan asuhan Infection Control (Kontrol


keperawatan selama …x24 jam infeksi)
diharapkan pasien tidak terjadi
1. Bersihkan lingkungan setelah
infeksi dengan Kreteria Hasil :
dipakai pasien
1. Klien bebas dari tanda dan 2. lain
gejala infeksi 3. Pertahankan teknik isolasi
2. Menunjukkan kemampuan 4. Batasi pengunjung bila perlu
untuk mencegah timbulnya 5. Instruksikan pada pengunjung
infeksi untuk mencuci tangan saat
3. Jumlah leukosit dalam batas berkunjung dan setelah
normal berkunjung meninggalkan
4. Menunjukkan perilaku hidup pasien
sehat 6. Gunakan sabun antimikrobia
untuk cuci tangan
7. Cuci tangan setiap sebelum
dan sesudah tindakan
kperawtan
8. Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung
9. Pertahankan
lingkungan aseptik
selama
10. pemasangan alat
11. Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
12. Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
13. Tingktkan intake nutrisi
14. Berikan terapi antibiotik bila
perlu
Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)

1. Monitor tanda dan gejala


infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor hitung granulosit,
WBC
3. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
5 Ketidakefektifan pola Setelah diberikan asuhan Breastfeeding assistance
pemberian ASI keperawatan selama … x 24jam 1. Fasilitasi kontak ibu dengan
diharapkan pola pemberian ASI bayi sawal mungkin
efektif dengan Kreteria Hasil : 2. (maksimal 2 jam setelah

1. Klien dapat menyusui dengan lahir )

efektif 3. Monitor kemampuan bayi

2. Memverbalisasikan tehnik untuk menghisap

untk mengatasi masalah 4. Dorong orang tua untuk

menyusui meminta perawat untuk

3. Bayi menandakan kepuasan menemani saat

menyusu menyusui sebanyak

4. Ibu menunjukkan harga diri 8-10 kali/hari

yang positif dengan menyusui 5. Sediakan kenyamanan dan


privasi selama menyusui
6. Monitor kemampuan bayi
untuk menggapai putting
7. Dorong ibu untuk
tidak membatasi bayi
menyusu
8. Monitor integritas kulit
sekitar putting
9. Instruksikan perawatan
putting untuk mencegah
lecet.
10. Diskusikan penggunaan
pompa ASI kalau bayi
tidakmampu menyusu
11. Monitor peningkatan
pengisian ASI
12. Jelaskan penggunaan susu
formula hanya jika
diperlukan
13. Instruksikan ibu untuk
makan makanan bergizi
selama menyusui
14. Dorong ibu untuk minum
jika sudah merasa haus

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta

Hanifah, 2010. Perawatan Pediatic. Jakarta : TUSCA

Hidayat, Alimul A.2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Penerbit Salemba Medica :
Jakarta.

NANDA. 2015. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification. Philadelphia

Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Sitohang ,Nur Asnah.2006. Asuhan Keperawatan Pada Berat Badan Lahir Rendah. USU
Repository

Anda mungkin juga menyukai