Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BBLR

Disusun oleh:

Nama : Gilang Aji Widianto


Nim : 210102034

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ns.Noor Yunida Triana, S.kep.,M.Kep Nur Umi

PRODI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

TAHUN AKDEMIK

2023
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

A. Definisi BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram. Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir kurang atau sama dengan
2500 gram disebut prematur. Untuk mendapat keseragaman pada kongres European
Perinatal Medicine11 di London, telah disusun defenisi sebagai berikut :
a. Preterm infant (prematur) atau bayi kurang bulan :bayi dengan masa kehamilan
kurang dari 37 minggu (259) hari.
b. Term infant atau bayi cukup bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu
sampai dengan 42 minggu (259-293) hari.
c. Post term atau bayi lebih bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau
lebih (249 hari atau lebih).
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa semua bayi baru lahir yang
berat badannya kurang atau sama dengan 2.500 gram disebut low birth weight infant
(bayi berat lahir rendah/ BBLR), karena morbiditas dan mortalitas neonatus tidak
hanya bergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat kematangan
(maturitas) bayi tersebut (Pantiawati, 2010).
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, BBLR dibedakan dalam :
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir <1500 gram
c. Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir <1000 gram
(Karwati, 2011).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500
gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya
kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat
mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat
menggangu kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2006).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<
37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi,
2010).
B. Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010), yaitu:

a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan
Herpes simplex virus), danpenyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi, terkena
radiasi, serta terpapar zat beracun.
C. Tanda dan gejala
Menurut Proverawati (2010), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR :

a. Berat kurang dari 2500 gram


b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
g. Kepala lebih besar
h. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang

D. Klasifikasi

Berdasarkan defenisi tersebut di atas, bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat
dikelompokkan menjadi prematuritas dan dismaturitas.
a. Prematur murni
1) Pengertian prematur murni
Adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat
badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan atau disebut neonatus
kurang bulan sesuai masa kehamilan. Menurut WHO, bayi prematur adalah
bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu ke 37 (di hitung dari hari
pertama haid terakhir). Bayi prematur atau bayi preterm adalah bayi yang
berumur kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan. Sebagian
besar bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram adalah bayi
prematur (Pantiawati, 2010).
2) Tanda bayi prematuritas murni
a) Berat badan kurang dari 2.500 gram, PB 45 cm, lingkar kepala kurang dari
33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm.
b) Masa gestasi kurang dari 37 minggu
c) Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilat dan licin
d) Kepala lebih besar dari badan
e) Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis,telinga dan lengan.
f) Ubun-ubun dan sutura lebar, rambut tipis, halus
g) Tulang rawan dan daun telinga immature
h) Putting susu belum terbentuk dengan baik
i) Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltic usus dapat terlihat.
j) Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora
(pada wanita), testis belum turun (pada laki-laki)
k) Bayi masih posisi fetal
l) Pergerakan kurang dan lemah
m) Otot masih hipotonik
n) Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering
mengalami serangan apnoe
o) Refleks tonic neck lemah
b. Dismaturitas
1) Pengertian dismaturitas
Adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang
seharusnya untuk usia kehamilannya, yaitu berat badan dibawah persentil 10
pada kurva pertumbuhan intra uterin, biasa disebut dengan bayi kecil untuk
masa kehamilan (Pantiawati, 2010). Berdasarkan umur kehamilan atau masa
gestasi yang ditetapkan, maka bayi BBLR digolongkan dalam tiga kelompok :
a) Bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu berat lahir 1500-2500 gram.
b) Bayi berat lahir sangat rendah yaitu bayi berat lahir <1500 gram
c) Bayi berat sangat rendah yaitu bayi yang berat lahirnya <1000
d) gram (Saifuddin, 2009).
2) Tanda dan gejala bayi dismaturitas
a) Kulit pucat, meconium kering keriput, tipis
b) Vernix aseosa tipis/tidak ada
c) Jaringan lemak di bawah kulit tipis
d) Bayi tampak gesit, aktif dan kuat
e) Tali pusat berwarna kuning kehijauan (Arief, 2009).

E. Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin prematur bayi maka akan semakin tinggi resiko
gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh
sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium,
fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian
bayi preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dan
lain-lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR
Prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai
lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan
mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara
refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-
34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target
pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya
motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori
yang meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding
dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan panas
ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.
F. Pathway

Organ pernafasan Organ pernafasan Permukaan tubuh relative


belum sempurna belum sempurna lebih luas

Sufaktan paru Penyerapan makan Penguapan Pernafasan


kurang lemah berlebih degan suhu
luar

Putaran oksigen Aktivitasi otot Kehilangan


Kehilangan
kurang pencernaan panas
cairan
menurun

Kompensasi tubuh Intake nutrisi hipotermia


Dehidrasi
meningkat kurang

Ventilasi menurun Defisit nutrisi

Perubahan
polanafas ttidak
efektif
G. Pemeriksaan diasnostik
a. Pemeriksaan skor ballard.
b. Tes kocok (shake test).
c. Darah rutin, glokoa darah.
d. Foto dada ataupun babygram.

H. Komplikasi
Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah
antara lain yaitu :

a. Hipotermia.
b. Hipoglikemia.
c. Gangguan cairan dan elektrolit.
d. Hiperbilirubinemia.
e. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
f. Paten suktus arteriosus.
g. Infeksi.
h. Perdarahan intraventrikuler.
i. Anemia

I. Penatalaksanaan umum
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:

a. Mempertahankan suhu tubuh bayi


Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi
prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya
mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat
dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau
menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi
kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB
(Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat
meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga
pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang
lebih sering.  ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah
yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat
diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang
sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/
hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi
belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas atau BBLR.
Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus
dan terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum
matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai
4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan
infeksi karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna
bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau
lebih cepat bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini
tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat terlentang
atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk
mengobserfasi usaha pernapasan.
b. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan
lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula
darah secara teratur.
a. Pengkajian
1) Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan
terganggu
2) Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh
rendah
3) Riwayat penyakit sekarang
Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu, berat
badan kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0
sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang,
dan 7-10 normal 
4) Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur, kehamilan ganda, hidramnion
5) Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM, TB Paru,
Tumor kandungan, Kista, Hipertensi

6) ADL
a) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya
absorbsi kurang/lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
b) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
c) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
d) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
e) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium,
produksi urin rendah
7) Pemeriksaan
a) Pemeriksaan Umum
 Kesadaran compos mentis
 Nadi : 180X/menit pada menit I kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
 RR : 80X/menit pada menit I kemudian menurun sampai 40X/menit
 Suhu : kurang dari 36,5 C
B. Diagnosa Keperawatan

1. Pola Napas Tidak Efektif (D. 0005)


2. Defisit Nutrisi (D.0019)
3. Hipotermia (D.0131)

C. Intervensi Keperawatan

No Dx SLKI SIKI Prf


1 Pola Napas Setelah dilakukan tindakan Terapi Oksigen
Tidak Efektif keperawatan 3x24
jam Observasi:
inspirasi dan atau ekspirasi
 Monitor kecepatan
yang tidak memberikan aliran oksigen
ventilasi adekuat membaik
 Monitor posisi alat
dengan Kriteria hasil : terapi oksigen
 Dipsnea  Monitor aliran oksigen
secara periodik
 Frekuensi napas
 Monitor tanda-tanda
 Kedalaman napas hipoventilasi

 Penggunaan otot  Monitor integritas


mukosa hidung akibat
bantu napas
pemasangan oksigen

Terapeutik:
 Bersihkan sekret pada
mulut, hidung dan
trakea, jika perlu

 Pertahankan kepatenan
jalan napas

 Siapkan dan atur


peralatan pemberian
oksigen

 Berikan oksigen jika


perlu
Edukasi
 Ajarkan keluarga cara
menggunakan oksigen
di rumah.

Kolaborasi :
Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
2 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
keperawatan 3x24 jam Observasi:
status nutrisi terpenuhi.
 Identifikasi status nutrisi
Dengan kriteria hasil :
 Identifikasi alergi dan
 Berat Badan atau intoleransi makanan
IMT Meningkat  Identifikasi perlunya
 Frekuensi makan penggunaan selang
nasogastric
Meningkat
 Nafsu makan  Monitor asupan makanan

Meningkat  Monitor berat badan

Terapeutik:
 Lakukan oral hygiene
sebelum makan, Jika
perlu

 Sajikan makanan secara


menarik dan suhu yang
sesuai

 Hentikan pemberian
makanan melalui selang
nasogastric jika asupan
oral dapat ditoleransi

Edukasi :
 Anjurkan posisi duduk,
jika mampu

 Ajarkan diet yang


diprogramkan
Kolaborasi :
 Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan

3 Hipotermia Setelah dilakukan tindakan Regulasi Temperatur


keperawatan 3x24 jam suhu
Observasi:
tubuh tetap berada pada
rentang normal dengan  Monitor suhu bayi sampai
kriteria hasil : stabil (36,5-37,5 derajat
 Menggigil Menurun celcius)

 Kulit merah  Monitor suhu tubuh anak


Menurun tiap 2 jam, jika perlu
 Suhu tubuh
 Monitor tekanan darah,
Membaik
frekuensi pernapasan dan
nadi

 Monitor warna dan suhu


kulit

Terapeutik :
 Pasang alat pemantau
suhu kontinu, jika perlu

 Tingkatkan asupan cairan


dan nutrisi yang adekuat

 Gunakan topi bayi untuk


mencegah kehilangan
panas pada bayi baru lahir

 Atur suhu inkubator


sesuai kebutuhan

 Hangatkan terlebih dahulu


bahan-bahan yang akan
kontak dengan bayi (mis.
selimut, kain bedongan,
stetoskop)

 Hindari meletakkan bayi


di dekat jendela terbuka
atau di area aliran
pendingin ruangan atau
kipas angin

Edukasi :
 Jelaskan kepada keluarga
cara pencegahan
hipotermia karena
terpapar udara dingin

 Demonstrasikan teknik
perawatan metode
kanguru (PMK) untuk
bayi BBLR

Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu

DAFTAR PUSTAKA
Arief. (2009). Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.

Dewi. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.

Marmi. (2012). Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Proverawati, Ismawati. (2010). BBLR : Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI

Anda mungkin juga menyukai