Disusun oleh:
Mengetahui
TAHUN AKDEMIK
2023
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
A. Definisi BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram. Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir kurang atau sama dengan
2500 gram disebut prematur. Untuk mendapat keseragaman pada kongres European
Perinatal Medicine11 di London, telah disusun defenisi sebagai berikut :
a. Preterm infant (prematur) atau bayi kurang bulan :bayi dengan masa kehamilan
kurang dari 37 minggu (259) hari.
b. Term infant atau bayi cukup bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu
sampai dengan 42 minggu (259-293) hari.
c. Post term atau bayi lebih bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau
lebih (249 hari atau lebih).
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa semua bayi baru lahir yang
berat badannya kurang atau sama dengan 2.500 gram disebut low birth weight infant
(bayi berat lahir rendah/ BBLR), karena morbiditas dan mortalitas neonatus tidak
hanya bergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat kematangan
(maturitas) bayi tersebut (Pantiawati, 2010).
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, BBLR dibedakan dalam :
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir <1500 gram
c. Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir <1000 gram
(Karwati, 2011).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500
gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya
kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat
mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat
menggangu kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2006).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<
37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi,
2010).
B. Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010), yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan
Herpes simplex virus), danpenyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi, terkena
radiasi, serta terpapar zat beracun.
C. Tanda dan gejala
Menurut Proverawati (2010), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR :
D. Klasifikasi
Berdasarkan defenisi tersebut di atas, bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat
dikelompokkan menjadi prematuritas dan dismaturitas.
a. Prematur murni
1) Pengertian prematur murni
Adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat
badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan atau disebut neonatus
kurang bulan sesuai masa kehamilan. Menurut WHO, bayi prematur adalah
bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu ke 37 (di hitung dari hari
pertama haid terakhir). Bayi prematur atau bayi preterm adalah bayi yang
berumur kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan. Sebagian
besar bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram adalah bayi
prematur (Pantiawati, 2010).
2) Tanda bayi prematuritas murni
a) Berat badan kurang dari 2.500 gram, PB 45 cm, lingkar kepala kurang dari
33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm.
b) Masa gestasi kurang dari 37 minggu
c) Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilat dan licin
d) Kepala lebih besar dari badan
e) Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis,telinga dan lengan.
f) Ubun-ubun dan sutura lebar, rambut tipis, halus
g) Tulang rawan dan daun telinga immature
h) Putting susu belum terbentuk dengan baik
i) Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltic usus dapat terlihat.
j) Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora
(pada wanita), testis belum turun (pada laki-laki)
k) Bayi masih posisi fetal
l) Pergerakan kurang dan lemah
m) Otot masih hipotonik
n) Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering
mengalami serangan apnoe
o) Refleks tonic neck lemah
b. Dismaturitas
1) Pengertian dismaturitas
Adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang
seharusnya untuk usia kehamilannya, yaitu berat badan dibawah persentil 10
pada kurva pertumbuhan intra uterin, biasa disebut dengan bayi kecil untuk
masa kehamilan (Pantiawati, 2010). Berdasarkan umur kehamilan atau masa
gestasi yang ditetapkan, maka bayi BBLR digolongkan dalam tiga kelompok :
a) Bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu berat lahir 1500-2500 gram.
b) Bayi berat lahir sangat rendah yaitu bayi berat lahir <1500 gram
c) Bayi berat sangat rendah yaitu bayi yang berat lahirnya <1000
d) gram (Saifuddin, 2009).
2) Tanda dan gejala bayi dismaturitas
a) Kulit pucat, meconium kering keriput, tipis
b) Vernix aseosa tipis/tidak ada
c) Jaringan lemak di bawah kulit tipis
d) Bayi tampak gesit, aktif dan kuat
e) Tali pusat berwarna kuning kehijauan (Arief, 2009).
E. Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin prematur bayi maka akan semakin tinggi resiko
gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh
sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium,
fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian
bayi preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dan
lain-lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR
Prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai
lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan
mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara
refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-
34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target
pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya
motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori
yang meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding
dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan panas
ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.
F. Pathway
Perubahan
polanafas ttidak
efektif
G. Pemeriksaan diasnostik
a. Pemeriksaan skor ballard.
b. Tes kocok (shake test).
c. Darah rutin, glokoa darah.
d. Foto dada ataupun babygram.
H. Komplikasi
Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah
antara lain yaitu :
a. Hipotermia.
b. Hipoglikemia.
c. Gangguan cairan dan elektrolit.
d. Hiperbilirubinemia.
e. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
f. Paten suktus arteriosus.
g. Infeksi.
h. Perdarahan intraventrikuler.
i. Anemia
I. Penatalaksanaan umum
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
6) ADL
a) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya
absorbsi kurang/lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
b) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
c) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
d) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
e) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium,
produksi urin rendah
7) Pemeriksaan
a) Pemeriksaan Umum
Kesadaran compos mentis
Nadi : 180X/menit pada menit I kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
RR : 80X/menit pada menit I kemudian menurun sampai 40X/menit
Suhu : kurang dari 36,5 C
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
Terapeutik:
Bersihkan sekret pada
mulut, hidung dan
trakea, jika perlu
Pertahankan kepatenan
jalan napas
Kolaborasi :
Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
2 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
keperawatan 3x24 jam Observasi:
status nutrisi terpenuhi.
Identifikasi status nutrisi
Dengan kriteria hasil :
Identifikasi alergi dan
Berat Badan atau intoleransi makanan
IMT Meningkat Identifikasi perlunya
Frekuensi makan penggunaan selang
nasogastric
Meningkat
Nafsu makan Monitor asupan makanan
Terapeutik:
Lakukan oral hygiene
sebelum makan, Jika
perlu
Hentikan pemberian
makanan melalui selang
nasogastric jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi :
Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
Terapeutik :
Pasang alat pemantau
suhu kontinu, jika perlu
Edukasi :
Jelaskan kepada keluarga
cara pencegahan
hipotermia karena
terpapar udara dingin
Demonstrasikan teknik
perawatan metode
kanguru (PMK) untuk
bayi BBLR
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Arief. (2009). Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Dewi. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.
Marmi. (2012). Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Proverawati, Ismawati. (2010). BBLR : Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI