Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

CEPHALOPELVIC DISPROPORTION (CPD)


DI RUANG VK BERSALIN
RSUD DR. H. M. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Untuk Menyelesaikan Tugas Keperawatan Maternitas


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:
Merry Lidya,S. Kep
NIM: 11194692110126

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN PENDAHULUAN
CEPHALOPELVIC DISPROPORTION (CPD)
DI RUANG VK BERSALIN
RSUD Dr.H.MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN
Tanggal Juli 2022

Disusun oleh :
Merry Lidya, S.Kep
11194692110107

Banjarmasin, Juni 2022

Menyetujui,

RSUD Moch Ansari Saleh Fakultas Kesehatan


Banjarmasin Universitas Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

Hj. Fauziah, S.Kep., Ners Umi Hanik Fetriyah, S.Kep.Ns., M.Kep


NIP. 19730323 199703 2 011 NIK. 1166042009023
A. Definisi
Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah suatu bentuk
ketidaksesuaian antara ukuran kepala janin dengan panggul ibu (Maryanti &
Endrike M, 2019). Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah disproporsi antara
ukuran janin dan ukuran pelvis, yakni ukuran pelvis tertentu tidak cukup besar
untuk mengakomodasi keluarnya janin tertentu melalui pelvis sampai terjadi
kelahiran pervagina (Arda & Hartaty, 2021).
Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah diagnosa medis digunakan
ketika kepala bayi dinyatakan terlalu besar untuk dapat melewati panggul ibu.
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan
ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat
keluar melalui vagina (Chor et al, 2018).
Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang
besar ataupun kombinasi keduanya. Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan
yang menggambarka ketidaksesuaian antara kepala janindan panggul ibu
sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina (Yossavij et al, 2020).
B. Etiologi Kelainan Panggul
Penyebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi
sebagai berikut (Howells & Israel, 2018) :
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan
a. Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil
b. Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa
c. Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuranmuka
belakang
d. Panggul corong : pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul sempit.
e. Panggul belah : symphyse terbuka
2. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
a. Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruhan panggul
sempit picak dan lain-lain
b. Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang
c. Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring
3. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
a. Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong
b. Sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit miring
4. Kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah Coxitis, luxatio,
atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring fraktura
dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul.
C. Etiologi CPD
Penyebab dari cephalopelvic disproportion sendiri antara lain oleh karena (Chor
et al., 2018) :
1. Kapasitas panggul yang kecil atau ukuran panggul yang sempit
2. Ukuran janin yang terlalu besar atau yang paling sering menyebabkan CPD
3. Kedua hal di atas yang terjadi pada saat yang bersamaan
Etiologi cephalopelvic disproportion (CPD) dibagi menjadi dua faktor
yaitu maternal dan janin. Cephalopelvic disproportion terjadi ketika ada
gangguan pada faktor maternal, janin, atau kombinasi keduanya (Cunningham
et al., 2014).
1) Cephalopelvic Disproportion Absolut
Cephalopelvic disproportion absolut terjadi bila ukuran panggul terlalu
sempit dan dapat juga dikombinasi dengan ukuran janin terlalu besar.
a. Faktor Maternal ( Passageway )
Faktor Maternal yang dapat menyebabkan CPD absolut antara lain:
1. Panggul sempit baik diameter inlet, midpelvis, atau outlet
2. Eksostosis pelvis
3. Spondilolistesis
4. Tumor di anterior sacrococcygeal
b. Faktor Janin (Passenger)
Faktor janin yang dapat menyebabkan CPD absolut adalah sebagai
berikut:
1. Makrosomia (berat janin >4.000 gram)
2. Hidrosefalus
2) Cephalopelvic Disproportion Relatif
Cephalopelvic disproportion relatif terjadi akibat kelainan letak, posisi,
atau defleksi kepala janin sehingga kepala tidak dapat melewati panggul
dan mempersulit persalinan per vaginam. Pada beberapa literatur,
beberapa penyebab CPD relatif dikelompokkan tersendiri sebagai
malpresentasi. Faktor janin yang menyebabkan CPD relatif adalah sebagai
berikut (Ami et al., 2021):
a. Kepala janin tidak fleksi sempurna (defleksi)
b. Presentasi occiput-posterior
c. Presentasi face-brow
d. Ketidakmampuan kepala janin untuk terkompresi (mold)/ molase
menyesuaikan ukuran dan bentuk pintu pelvis dikarenakan adanya
suatu sindrom/ kelainan kongenital atau karena proses osifikasi tulang
D. Klasifikasi Kelainan Panggul
Klasifikasi Panggul Sempit (Disproporsi Sefalo Pelvic) antara lain (Chor
et al., 2018) :
1. Kesempitan pintu atas panggul (pelvic outlet)
b. Pembagian intensitasan panggul sempit
1. Intensitas I : Conjugata Vera 9-10 cm = borderline
2. Intensitas II : Conjugata Vera 8-9 cm = relatif
3. Intensitas III : Conjugata Vera 6-8 cm = ekstrim
4. Intensitas IV : Conjugata Vera 6 cm = mutlak (absolut)
c. Pembagian menurut tindakan
1. Conjugata Vera 8-10 cm = partus percobaan
2. Conjugata Vera 6-8 cm = SC primer
3. Conjugata Vera 6 cm = SC mutlak (absolut)
4. Inlet dianggap sempit bila Conjugata Vera
E. Faktor Risiko
Faktor risiko yang berhubungan dengan CPD antara lain usia ibu yang
muda, tinggi badan yang rendah, tipe pelvis tertentu, malnutrisi kronis pada
ibu sebelum hamil, obesitas, diabetes gestasional, riwayat terapi fertilitas,
polihidramnion, riwayat SC sebelumnya, dan usia kehamilan >41 minggu
(Ristica, 2018) :
1. Usia
Risiko CPD meningkat pada ibu hamil usia muda dan usia remaja pada
usia <20 tahun. Hal ini dikarekan pada ibu hamil berusia remaja, ukuran
dan bentuk panggul belum berkembang secara sempurna
2. Tinggi badan
Tinggi badan ubu yang < 145 cm menandakan ukuran panggul yang
lebih sempit sehingga meningkatkan risiko terjadinya CPD. Walaupun
ukuran janinya lebih kecil, namun ibu hamil yang dengan tinggi badan
<145 cm tetap memiliki risiko lebih tinggi dalam mengalami partus
macet (obstructed labor).
3. Tipe pelvis
Tipe pelvis android (Pelvis yang berbentuk seperti panggul laki-laki) dan
platipeloid (panggul datar) memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami
CPD. Tipe pelvis ginekoid dan antropoid yang dapat ditemukan pada
75% perempuan merupakan bentuk pelvis yang mempermudah proses
persalinan per vaginam.
F. Patofisiologi
Dari etiologi cephalopelvic disproportion (CPD) yang terbagi menjadi 3
bagian yaitu penyebab terjadinnya kelainan panggul, penyebab dari
terjadinya CPD dan faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya CPD
(Ristica, 2018). Hal ini memicu terjadinya disproporsi pada panggul pasien
sehingga ketika pasien mengetahui pada masa antenatalcare maka dapat
menyebabkan kekhawatiran pada pasien akan persalinan yang akan
dijalani dan keselamatan janinnya sehingga muncul diagnosa keperawatan
ansientas. Pada pasien yang belum tau akan terjadi CPD pada dirinya dan
mencoba untuk tetap melakukan persalinan normal sehingga menyebabkan
terdapat beberapa kendala saat melakukan persalinan normal dimulai
dengan janin yang tidak dapat maju karena jalan lahir yang tertahan akibat
panggul ibu yang terlalu sempit sehingga menyebabkan keteganga segmen
bawah uterus yang terlalu berlenihan sehingga menyebabkan retraksi yang
berlebihan dan menyebabkan rupture uteri sehingga menyebabkan trauma
pada jaringan sehingga muncul diagnosa keperawatan nyeri melahirkan.
Dikarenakan jalan lahir yang tertahan, fase laten dan aktif menjadi
memanjang sehingga menyebabkan waktu partus lama sehingga
menyebabkan pasien kelelahan dalam mengenjan sehingga apat diambil
diagnoa keperawatan keletihan. Pada partus lama yang terjadi
menimbulkan tekanan oleh promontorium sehingga dapat menyebabkan
luka jaringan diatas tulang kepala janin hal iniberesiko terjadinya fraktur
pada os parietalis janin sehingga muncul diagnosa keperawatan resiko
cedera pada janin (Yossavijit et al., 2020).

Pada pasien yang bersedia menjalani operasi section caeserea dengan


indkasi CPD, akan mendapatkan luka sayatan operasi sehingga
menyebabkan terputusnya kontutas jaringan sehingga menyebabkan
jarinagn terbuka sehingga merangsang area motorik untuk menyampaikan
pada otak melalui respon sensorik nyeri akan adanya respon nyeri yang
timbul akibat luka post op sehingga muncul diagnosa nyeri akut, dari luka
post op yang menimbulkan nyeri ini juga menyebabkan pasien untuk
sementara dianjurkan bedrest sehingga muncul diagnosa gangguan
mobilitas fisik. Dari jaringan terbuka luka post op tadi dapat beresiko
menjadi pintu masuknya kuman dan bakteri apabila proteksi kurang
sehingga muncul diagnosa keperawatan resiko infeksi (Ami et al., 2021)
G. Pathway

Etiologi kelainan panggul Etiologi CPD Faktor Risiko CPD

Disproporsi

Kehamilan Persalinan normal Indikasi Sectio Caeserea

Khawatir Kemajuan janin dalam Fase laten dan aktif Insisi Abdomen
dengan jalan lahir tertahan memanjang
persalinan dan
janinnya Terputusnya
kontuitas jaringan
Ketegangan segmen Partus lama
bawah uterus yang
Tekanan oleh
Ansientas berlebihan Ibu kelelahan Merangsang area Jaringan terbuka
promontorium
motoric sensorik
Keletihan nyeri
Pembentukan Perlukaan jaringan Proteksi kurang
lingkaran retraksi diatas tulang kepala
janin Nyeri Akut
Port De’entry
Ruptur uteri
Resiko fraktur os Gangguan
Trauma jaringan parietalis mobilitas fisik Resiko Infeksi

Nyeri melahirkan
Resiko cedera pada
janin

Sumber : (Ami et al., 2021; Yossavijit et al., 2020)


H. Manifestasi Klinis
Manifestasi pada CPD sebagai berikut (Chor et al., 2018) :
1. Pada palpasi abdomen, pada primipara kepala anak belum turun
setelah minggu ke-36. 2.
2. Pada primipara ada perut menggantung.
3. Pada anamnesa, multipara persalinan yang dulu-dulu sulit.
4. Ada kelainan letak pada hamil tua. Terdapat kelainan bentuk
badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dan lain-lain).
5. Persalinan Lebih lama dari biasa.
I. Komplikasi
CPD dapat menyebabkan persalinan lama, yang dapat memicu
terjadinya perdarahan postpartum dan ruptur uteri. Komplikasi pada CPD
terbagi menajdi 2 yaitu (Yossavijit et al., 2020) :
1. Komplikasi Maternal
Komplikasi maternal akibat partus macet pada CPD antara lain:
1) Ruptur uteri
2) Infeksi intrauterin
3) Trauma kandung kemih atau rektum akibat penekanan
kepala janin terlalu lama selama proses persalinan yang
menimbulkan inkontinensia atau fistula vesico-vagina atau
recto-vagina.
4) Perdarahan postpartum yang dapat berakibat syok
hemoragik dan kematian
5) Hipoglikemia
6) Gangguan kontraksi Rahim
7) Laserasi vagina, perineum, serviks 8. Fraktur sakrum dan
coccyx
2. Komplikasi pada Janin
Komplikasi yang dapat ditemukan pada janin adalah:
1) Asfiksia
2) Distosia bahu
3) Trauma pada persalinan : fraktur klavikula, cedera kepala
maupun servikal
4) Molase
5) Kerusakan jaringan otak
6) Prolaps tali pusat
7) Kematian janin
J. Penatalaksanaan
a) Medis
1. Persalinan percobaan
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan
antara kepala janin dan panggul dapat diperkirakan bahwa
persalinan dapat berlangsung per vaginam dengan selamat dapat
dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap
kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage karena faktor
tersebut tidak dapat diketahui sebelum persalinan. Persalinan
percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa
pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak
lainnya. Ketentuan lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih
dari 42 mingu karena kepala janin bertambah besar sehingga
sukar terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta
janin yang menjadi penyulit persalinan percobaan (Howells &
Israel, 2018). Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan
bahu tidak akan selalu dapat diduga sebelumnya. Apabila dalam
proses kelahiran kepala bayi sudah keluar sedangkan dalam
melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy medioateral
yang cukup luas, kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan,
kepala ditarik curam kebawah dengan hati-hati dan tentunya
dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil, dapat
dilakukan pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul,
sehingga menjadi bahu depan dimana sebelumnya merupakan
bahu belakang dan lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih
juga belum berhasil, penolong memasukkan tangannya kedalam
vagina, dan berusaha melahirkan janin dengan menggerakkan
dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri, penolong
menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian bahu
depan diputar ke diameter miring dari panggul untuk melahirkan
bahu depan
2. Sectio Caeserea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat
dengan kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang
nyata. Seksio juga dapat dilakukan pada kesempitan panggul
ringan apabila ada komplikasi seperti primigravida tua dan
kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki. Seksio sesarea
sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan
karena peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk
menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan syarat
persalinan per vaginam belum dipenuhi (Ami et al., 2021).
3. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan
kanan pada simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan
lagi(Howells & Israel, 2018).
4. Kraniotomi dan Kleidotomi
Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau
kleidotomi. Apabila panggul sangat sempit sehingga janin tetap
tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan seksio sesarea.
Sebenarnya panggul hanya merupaka salah satu faktor yang
menentukan apakah anak dapat lahir spontan atau tidak, disamping
banyak faktor lain yang memegang peranan dalam prognosa
persalinan. Bila konjugata vera 11 cm, dapat dipastikan partus biasa,
dan bila ada kesulitan persalinan, pasti tidak disebabkan oleh faktor
panggul. Untuk CV kurang dari 8,5 cm dan anak cukup bulan tidak
mungkin melewati panggul tersebut(Yossavijit et al., 2020).
b) Penatalaksanaan Keperawatan
1) Observasi tanda-tanda vital pasien
2) Jelaskan prosedur pre operasi sectio caesereaa da kemungkinan
resiko yang dapat terjadi kepada pasien
3) Observasi tanda-tanda infeksi pada sekitar luka post op
4) Mengajarkan paisen manajemen nyeri antifarmakologis
5) Observasi daerah ekstermitas bawah terhadap tanda
tromboplebilitis
6) Pantau asupan cairan dan pengeluaran urin
K. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain (Ristica,
2018):
1. Pemeriksaan Radiologi Untuk Pelvimetri dibuat 2 buah foto
a) Foto pintu atas panggul Ibu dalam posisi setengah duduk
(Thoms), sehingga tabung rontgen tegak lurus diatas pintu atas
panggul
b) Foto lateral Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan
horizontal pada trochanter maya samping
L. Masalah Keperawatan
a. Pengkajian
a) Anamnesis
1) Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya
Dari anamnesa persalinan terdahulu juga dapat diperkirakan
kapasitas panggul. Apabila pada persalinan terdahulu berjalan
lancar dengan bayi berat badan normal, kemungkinan panggul
sempit adalah kecil.
2) Riwayat penyakit ibu
Misalnya pada tuberculosis vertebra, poliomyelitis, kifosis
3) Riwayat kehamilan saat ini seperti riwayat pemeriksaan
sebelumnya untuk menilai kemungkinan ada penyulit persalinan
b) Pemeriksaan fisik
1) Kondisi ibu:
- Pada wanita dengan tinggi badan yang kurang dari normal
ada kemungkinan memiliki kapasitas panggul sempit, namun
bukan berarti seorang wanita dengan tinggi badan yang
normal tidak dapat memiliki panggul sempit.
- Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara
untuk memperoleh keterangan tentang keadaan panggul.
Melalui pelvimetri dalama dengan tangan dapat diperoleh
ukuran kasar pintu atas dan tengah panggul serta memberi
gambaran jelas pintu bawah panggul. Adapun pelvimetri luar
tidak memiliki banyak arti
- Kesempitan PAP bila C.Vera < 10 cm dan diameter
transversa < 12 cm b. Kesempitan rongga panggul bila
Diameter Interspinarum < 9,5 cm c. Kesempitan PBP bila
Arcus Pubis < 90 cm
- Janin belum masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu
(primipara), 38 mg (multipara)
2) Kemajuan persalinan:
- Pembukaan serviks (vainal toucher)
- Penurunan bagian terbawah janin/presentasi janin
b. Diagnosa keperawataan
1. Nyeri melahirkan b.d pengeluaran janin (D.0079)
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (post operasi) (D.0077)
3. Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri (D.0054)
4. Ansietas b.d krisis situsional (D.0080)
5. Keletihan b.d kondisi fisiologis (D.0057)
6. Resiko cedera pada Janin (D.0138)
7. Resiko Infeksi (D.0142)
C. Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1. Nyeri melahirkan Status Intrapartum Manajemen nyeri (I.08238)
b.d pengeluaran (L.07060) Observasi
janin (D.0079) Setelah dilakukan - Identifikasi lokasi, karakteristik,
tindakan keperawatan durasi, frekuensi, kualitas dan
dalam 1x1 jam intensitas nyeri
diharapkan periode - Identifikasi respon non verbal
persalinan berjalan - Identifikasi faktor yang
dengan baik dengan memperberat dan memperingan
kriteria hasil: nyeri
 Kopimg terhadap - Monitor keberhasilan terapi yang
ketidaknyamanan sudah dilakukan
persalinan , dari Terapeutik
sedang (3) ke - Berikan tehnik non farmakologis
meningkat (5) dalam melakukan penanganan
 Frekuensi kontraksi nyeri
uterus dari sedang - Kontrol lingkungan yang
(3) ke membaik (5) memperberat nyeri
 Tekanan darah , dari Edukasi
sedang (3) ke - Jelaskan penyebab, priode dan
membaik (5) pemicu nyeri
 Nyeri dengan - Ajarkan strategi meredakan nyeri
kontraksi, dari - Mengajarkan dan menganjurkan
cukup meningkat untuk memonitor nyeri secara
(2) ke cukup mandiri
menurun(4) - Mengajarkan tehnik non
 Nyeri punggung farmakologis yang tepat
Nyeri dengan Kolaborasi
kontraksi, dari - Kolaborasi dalam pemberian
cukup meningkat analgetik jika perlu
(2) ke cukup
menurun(4)
2 Nyeri akut b/d agen Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I.08238)
pencedera fisik Setelah dilakukan Observasi
(post operasi) tindakan keperawatan - Identifikasi lokasi, karakteristik,
(D.0077) dalam 2x24 jam durasi, frekuensi, kualitas dan
diharapkan nyeri akut intensitas nyeri
dapat teratasi dengan - Identifikasi respon non verbal
kriteria hasil: - Identifikasi faktor yang
1. Keluhan nyeri, dari memperberat dan memperingan
sedang (3) ke nyeri
menurun (5) - Monitor keberhasilan terapi yang
2. Meringis, dari sudah dilakukan
sedang Terapeutik
(3) ke menurun (5) - Berikan tehnik non farmakologis
3. Gelisah, dari dalam melakukan penanganan
sedang nyeri
ke menurun (5) - Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, priode dan
pemicu nyeri
- Ajarkan strategi meredakan nyeri
- Mengajarkan dan menganjurkan
untuk memonitor nyeri secara
mandiri
- Mengajarkan tehnik non
farmakologis yang tepat
Kolaborasi
Kolaborasi dalam pemberian analgetik
jika perlu
3 Gangguan mobilitas Mobilitas Fisik Dukungan Mobilisasi (I.05173)
fisik b/d nyeri (L.05042) Observasi
(D.0054) - Identifikasi adanya nyeri atau
Setelah dilakukan keluhan fisik lainnya
tindakan keperawatan - Identifikasi toleransi fisik melakukan
dalam 2x24 jam pergerakan
diharapkan mobilisasi - Monitor frekuensi jantung dan
fisik dapat teratasi tekanan darah sebelum memulai
dengan kriteria hasil: mobilisasi
1. Pergerakan - Monitor kondisi umum selama
ekstremitas, melakukan mobilisasi
dari menurun Terapeutik
(1) - Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
ke meningkat (5) alat bantu/fasilitasi melakukan
2. Kekuatan otot, dari pergerakan
menurun (1) ke - Libatkan keluarga untuk membantu
meningkat (5) pasien dalam meningkatkan pasien
3. Rentang gerak dalam
(ROM), dari - meningkatkan pergerakan
menurun (1) ke Edukasi
meningkat (5) - Jelaskan tujuan dan prosedur
4. Nyeri, dari mobilisasi
meningkat - Anjurkan melakukan
5. ke menurun (5) mobilisasi dini
6. Gerakan terbatas, - Ajarkan mobilisasi sederhana
dari meningkat (1)
ke menurun (5)
7. Kelemahan fisik, dari
meningkat (1) ke
menurun (5)
4 Ansietas b,d krisis Setelah dilakukan Reduksi ansietas (I.09314)
situsional (D.0080) tindakan keperawatan Observasi
selama 3x24 diharapkan -Identifikasi saat tingkat anxietas
masalah keperawatan berubah (mis. Kondisi, waktu,
ansietas dapat teratasi stressor)
dengan kriteria hasil: -Identifikasi kemampuan mengambil
Tingkat ansietas keputusan
(L.09093) -Monitor tanda anxietas (verbal dan non
 Verbalisasi verbal)
kebingungan, dari Teraupetik
meningkat (1) ke - Ciptakan suasana  terapeutik untuk
menurun (5) menumbuhkan kepercayaan
 Verbalisasi khawatir - Temani pasien untuk mengurangi
akibat kondisi yang kecemasan , jika memungkinkan
dihadapi, dari - Pahami situasi yang membuat
meningkat (1) ke anxietas
menurun (5) - Dengarkan dengan penuh
 Perilaku gelisah, dari perhatian
meningkat (1) ke - Gunakan pedekatan yang tenang
menurun (5) dan meyakinkan
- Motivasi mengidentifikasi situasi
 Perilaku tegang, dari yang memicu kecemasan
meningkat (1) ke - Diskusikan perencanaan  realistis
menurun (5) tentang peristiwa yang akan datang
 Keluhan pusing, dari Edukasi
meningkat (1) ke - Jelaskan prosedur, termasuk
menurun (5) sensasi yang mungkin dialami
 Tekanan darah, dari - Informasikan secara factual
memburuk (1) ke mengenai diagnosis, pengobatan,
membaik (5) dan prognosis
 Konsentrasi - Anjurkan keluarga untuk tetap
membaik, dari bersama pasien, jika perlu
memburuk (1) ke - Anjurkan melakukan kegiatan yang
membaik (5) tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
Pola tidur membaik, - Anjurkan mengungkapkan perasaan
dari memburuk (1) dan persepsi
ke membaik (5) - Latih kegiatan pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat anti
ansietas, jika perlu
5 Keletihan b.d Tingkat Keletihan Edukasi Aktivitas dan Istirahat
kondisi fisiologis (L.05046) (I.12362)
(D.0057) Setelah dilakukan Observasi
Tindakan keperawatan - Identifikasi kesiapan dan
selama 1x24 jam, kemampuan menerima informasi
diharapkan risiko syok Terapeutik
teratasi dengan kriteria - Sediakan materi dan media
hasil: pengaturan aktivitas dan istirahat
 Tenaga, dari sedang - Jadwalkan pemberian pendidikan
(3) ke meningkat (5) kesehatan sesuai kesepakatan
 Kemampuan - Berikan kesempatan kepada pasien
melakukan aktivitas dan keluarga untuk bertanya
rutin, dari sedang Edukasi
(3) ke meningkat (5) - Jelaskan pentingnya melakukan
 Verbalisasi lelah, aktivitas fisik
dari sedang (3) ke - Anjurkan terlibat dalam aktivitas
menurun (5) kelompok
Lesu, dari sedang - Anjurkan menyusun jadwal aktivitas
(3) ke menurun (5) dan istirahat
Ajarkan cara mengidentifikasi target
dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan
6 Resiko Cedera Tingkat cedera Pengukuran Gerakan Janin (I.14554)
pada Janin (D.0138) (L.14136) Observasi
- Identifikasi pengetahuan dan
Setelah dilakulan kemampuan ibu menghitung
perawatan selama 1x24 gerakan janin
jam janin tidak - Monitor gerakan janin
mengalami risiko cedera Terapeutik
dalam kandungan - Hitung dan catat gerakan janin
Kriteria hasil: (minimal10 kali gerakan dalam 12
jam)
 Kejadian cedera dari - Lakukan pemeriksaan CTG
skala 3 (sedang) (cardiotocography) untuk
menjadi skala 5 mengetahui frekuensi dan
( menurun) keteraturan denyut jantung janin dan
 Ketegangan otot kontraksi rahim ibu
dari skala 3 - Catat jumlah gerakan janin dalam
(sedang) menjadi 12 jam perhari
skala 5 ( menurun) - Berikan oksigen 2-3 liter/menit jika
 Pendarahan dari gerakan janin belum mencapai 10
skala 3 (sedang) kali dalam 12 jam
menjadi skala 5 Edukasi
( menurun) - Jelaskan manfaat menghitung
gerakan janin dapat meningkatakan
hubungan ibu dan janin
- Anjurkan ibu memenuhi kebutuhan
nutrisi sebelum menghitung gerakan
janin
- Anjurkan posisi miring kiri saat
menghitung gerakan janin, agar
janin dapat memperoleh oksigen
dengan optimal dengan
meningkatkan sirkulasi fetomaternal
- Anjurkan ibu segera memberitahu
perawat jika gerakan janin tidak
mencapai 10 kali dalam 12 jam
- Ajarkan ibu cara menghitung
gerakan janin
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan tim medis jika
ditemukan gawat janin.

7 Resiko Infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi (I. 14539)


(D.0142) tindakan keperawatan Observasi
selama 1x24 jam Monitor tanda gejala infeksi local dan
diharapkan Tingkat sistemik
Infeksi Menurun dengan Terapeutik
kriteria hasil: - Batasi jumlah pengunjung
Tingkat Infeksi - Cuci tangan sebelum dan sesudah
(L.14137) kontak dengan pasien dan
1. Demam lingkungan pasien
menurun(dari - Pertahakan teknik aseptic pada
1 (meningkat) ke paien berisiko tinggi
5 (Menurun)). Edukasi
2. Kemerahan 1. Jelaskan tanda gejala infeksi
menurun(dari 2. Ajarkan mencuci tangan
(meningkat) ke dengan benar
(Menurun)). 3. Ajarkan cara memeriksa
3. Nyeri menurun(dari kondisi luka operasi
1 (meningkat) ke 4. Anjurkan meningkatkan
(Menurun)). asupan nutrisi
5. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian antibiotik, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA
Ami, O., Sante, R. G. De, Muette, C. D. La, Maran, J. C., Cohen, A., & Boyer, L.
(2021). Childbirth simulation to assess cephalopelvic dystocia and chances for
failed labor. 1–16.
Arda, D., & Hartaty, H. (2021). Penerapan Asuhan Keperawatan Post Op Section
Caesarea dalam Indikasi Preeklampsia Berat. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Husada, 10(2), 447–451. https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.631
Chor, C. M., Chan, W. Y. W., Tse, W. T. A., & Sahota, D. S. (2018). Measurement of
retropubic tissue thickness using intrapartum transperineal ultrasound to assess
cephalopelvic disproportion. Ultrasonography, 37(3), 211–216.
https://doi.org/10.14366/usg.17003
Howells, I., & Israel, J. (2018). Predictors of cephalopelvic disproportion in labour a
tertiary hospital in Bayelsa State, Nigeria. Nigerian Journal of Medicine, 27(3),
205. https://doi.org/10.4103/1115-2613.278782
Maryanti, S., & Endrike M, F. E. (2019). Karakteristik Ibu Dengan Persalinan Sectio
Caesaria Di Rumah Sakit Dr. R. Ismoyo Kota Kendari. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis, 14(4), 407–410. https://doi.org/10.35892/jikd.v14i4.293
Ristica, O. D. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lama Persalinan Kala Ii Di
Bpm Dince Safrina Pekanbaru. Jurnal Ilmu Kebidanan (Journal of Midwifery
Sciences), 7(2), 41–45. Retrieved from
http://jurnal.alinsyirah.ac.id/index.php/kebidanan
Yossavijit, N., Yuen, N., Ubon, H., & Province, R. (2020). Measurement of retropubic
tissue thickness using intrapartum transperineal ultrasound to assess
cephalopelvic disproportion. Ultrasonography, 37(3), 211–216.
https://doi.org/10.14366/usg.17003

Anda mungkin juga menyukai