Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN PERIANESTESI PADA PASIEN Ny.

I DIAGNOSA

G5P2A2 EC KPD DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI SECTIO CAESAREA

DENGAN ANESTESI REGIONAL DI KAMAR OPERASI

RUMAH SAKIT MITRA KASIH CIMAHI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Presentasi Kasus

Pelatihan Perawat Anestesi

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Erik Prasetya Usman, S.Tr.Kep., Ns

Eva Santika, S.Kep., Ns

Fatiyah Halid, S.Kep., Ns

Hadi Hibaturrahman, Amd.Kep

Irfan Ibrahim, S.Kep., Ns

Laila Shofiya, S.Kep., Ns

HIMPUNAN PERAWAT ANESTESI INDONESIA

PENGURUS WILAYAH JAWA BARAT

2024
HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PERIANESTESI PADA PASIEN Ny. I DIAGNOSA

G5P2A2 EC KPD DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI SECTIO CAESAREA

DENGAN ANESTESI REGIONAL DI KAMAR OPERASI

RUMAH SAKIT MITRA KASIH CIMAHI

Disetujui Oleh:
Mengetahui,
Ketua Pelaksana Pelatihan Anestesi Clinical Instruktur

Sartono Setiawan, S.Kep., Ners., CAN Cyrillus Arya Seta, S.Kep., Ners., CAN
NIPA : 3221221002 NIPA : 32212210017
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN
DAFTAR ISI
BAB I TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Sectio Cesarea
Pengertian
Indikasi
Kontraindikasi
Jenis-jenis Sectio cesarea
Manifestasi klinik
Pemeriksaan penunjang
Komplikasi
B. Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini (KPD)
Definisi
Etiologi
Manifestasi Klinik
Patofisiologi
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
C. Konsep Dasar Mioma Uteri
Definisi mioma uteri
Etiologi
Tanda dan gejala
Patofisiologi
Komplikasi
Pemeriksaan penunjang
BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN (Sesuai 3S, SDKI/SIKI/SLKI)
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi
D. Implementasi
E. Evaluasi
BAB III LAPORAN KASUS (Sesuai 3S, SDKI/SIKI/SLKI)
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi
D. Implementasi
E. Evaluasi
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Sectio Cesarea


1. Pengertian
Sectio cesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut
(Amru Sofian, 2012). Sectio cesarea adalah suatu pembedahan guna
melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus
(Oxom & William, 2010).
Sectio cesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dnding uterus melalui dinding depan perut
atau vaginam atau histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam
rahim (Mochtar, 2002 dalam Aspiani, 2017). Sectio cesarea adalah
suatu persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi
pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Wiknjosastro, 2005
dalam Aspiani, 2017).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sectio
cesarea adalah suatu tindakan pembedahan yang tujuannya untuk
mengeluarkan janin dengan cara melakukan sayatan pada dinding
abdomen dan uterus.

2. Indikasi
Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan
beberapa indikasi sectio caesarea menurut Aspiani, (2017) adalah
sebagai berikut:
a. CPD (Chepalo Pelvik Disporpotion)
Chepalo Pelvik Disporpotion adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan lingkar kepala janin yang
dapat menyebabkan inu tidak dapat melahirkan secara
alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa
tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan
jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara
alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
b. PEB (Pre-Eklamsia Berat)
Pre-eklamsia dan eklamsia merupakan kesatuan
penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab
terjadinya msih belum jelas. Setelah perdarahan dan
infeksi, pre-eklamsi dan eklamsia merupakan penyebab
kematian maternal dan perinatal. Karena itu diagnosa ini
amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati
agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini ini adalah pecahnya ketuban
sebelum terdapat tanda persalinan.
d. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara
caesar. Hal ini karena kelahiran kembal memiliki risiko
komplikasi yang lebih tinggi dapripada kelahiran satu bayi.
e. Faktor hambatan jalan lahir
Misalnya terdapat tumor, tali pusat pendek dan ibu
sulit untuk bernafas.
f. Kelainan letak janin
1) Kelainan pada letak kepala
a) Tetak kepala tengadah
b) Presentasi muka
c) Persentasi hadi
2) Letak sungsang
Indikasi dan kontra indikasi dari sectio caesarea
(Rasjidi, 2009) sebagai berikut:
3) Indikasi ibu
a) Distosia serviks
b) Pre-eklamsi dan hipertensi
c) Disporposi sefalo-pelvik artinya
ketidakseimbangan antara ukuran kepala
dengan panggul
d) Partus tak maju
4) Indikasi janin dengan sectio caesarea
a) Letak lintang
b) Letak bokong
c) Presentasi dahi dan muka
d) Persentasi bahu
e) Gawat janin (Mochtar R, 2012)

3. Kontraindikasi
Kontraindikasi sectio cesarea pada umumya yaitu tidak
dilakukan pada janin mati, syok, anemia berat, kelainan
kongenital berat, infeksi pirogenik pada dinding abdomen,
minimnya fasilitas operasi sectio cesarea (Rasiji, 2009).

4. Jenis-jenis Sectio cesarea


Jenis-jenis sectio cesarea (Rasiji, 2009):
a) Sectio Transperitonealis Profunda
Dengan insisi di segmen bawah uterus. Insisi
pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau
memanjang.
Keunggulan/kelebihan cara ini antara lain sebagi berikut:
 Perdarahan luka insisi tidak banyak
 Penjahitan luka lebih mudah
 Bahaya peritonitis tidak besar
b) Sectio Klasik
Insisi dibuat pada korpus uteri. Kelebihan cara ini adalah:
Mengeluarkan janin lebih cepat
 Sayatan bisa diperpanjang paroksimal atau distal

c) Sectio Caesarea Peritoneal


Dilakukan tanpa membuka peritonium perietalis, dengan
demikian tidak membuka kavum abdominal. Rongga
peritonirum tidak dibuka, dilakukan pada psien infeksi uterin
berat
d) Sectio Caesarea Hysteroctomi
Setelah sectio caesarea dilakukan
hysteroktomy dengan indikasi:
 Atonia uteri.
 Myoma uteri.
 Infeksi intra uteri berat.
5. Manifestasi klinik
Manifestasi klinik pada klien dengan post sectio cesarea,
menurut Prawirohardjo, 2010 antara lain:
 Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-
800cc.
 Terpasang kateter, urin nampak jernih dan pucat.
 Abdomen lunak dan tidak ada distensi.
 Bising usus tidak ada.
 Ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.
 Balutan abdomen tampak sedikit noda.
 Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan
banyak.
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan tindakan sectio
cesarea (Aspiani, 2017) :
 Hitung darah lengkap
 Golongan darah (ABO) pencocokan silang, tes Coombs,
Nb.
 Urinalisis yaitu menentukan kadar albumin atau glukosa
 Pelvimetri yaitu menentukan adanya virus herpes
simpleks tipe II
 Ultrasonografi untuk melokalisasi plasenta
menentukan pertumbuhan, kedudukan dan preentasi
janin.
 Tes stres kontraksi tes non-stres yaitu mengkaji respon
janin terhadap gerakan dari pola kontraksi uterus atau
pola abnormal.
 Amniosintesis yaitu mengkaji maturitas paru janin
 Penentuan elektronik selanjutnya yaitu memastikan
status janin atau aktivitas uterus.

7. Komplikasi
Komplikasi post partum dengan sectio cesarea (Mochtar, 2002
dalam Aspiani, 2017) adalah:
a) Infeksi puerperial (nifas)
 Ringan yaitu dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
 Sedang yaitu dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi,
disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung.
 Berat yiatu dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik
Peritonitis adalah peradangan peritoneum yang
merupakan komplikasi berbahaya akibat penybaran
infeksi dari organ- organ abdomen (apendiksitis,
pankreatitis, dan lain-lain) ruptur saluran cerna dan luka
tembus abdomen (Padila, 2012).
Sepsis adalah komplikasi berbahaya akibat
infeksi. Komplikasi infeksi tersebut dapat menimbulkan
tekanan darah turun drastis serta kerusakan pada banyak
organ. Kedua hal ini dapat menimbulkan kematian.
Ileus paralatik adalah suatu keadaan dimana
usus mengalami kelumpuhan sehingga gagal melakukan
kontraksi peristaltik. Akibatnya, perjalanan makanan
dalam saluran cerna menjadi terhenti. Jika tidak ditangani
dengan baik maka suplai darah ke usus akan terhenti dan
menyebabkan kematian jaringan usus itu sendiri.
b) Perdarahan disebabkan karena:
 Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
 Atonia uteri
 Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan
kandung kemih bila reperitonelaisasi terlalu tinggi.
 Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan
mendatang.
Ruptur uteri adalah keadaan robekan pada rahim dimana telah
terjadi hubungan langsung antara rongga amnion dan rongga
peritoneum atau hubungan kedua rongga masih dibatasi oleh
peritoneum viserale (Sarwono, 2010).
 Komplikasi pada janin seperti asfiksia, trauma tindakan
dan infeksi.

B. Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini (KPD)


1. Definisi
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput sebelum
terdapat tanda-tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum
terjadi inpartu terjadi pada pembukaan < 4 cm yang dapat terjadi
pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu.
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari
vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses
persalinan berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan preterm
sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm.

2. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini masih belum dapat
diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa
laporan menyebutkan ada faktor-faktor yang berhubungan erat
dengan ketuban pecah dini, namun faktor-faktor mana yang
lebih berperan sulit diketahui. Adapun yang menjadi faktor
risiko adalah: infeksi, serviks yang inkompeten, ketegangan
intra uterine, trauma, kelainan letak janin, keadaan sosial
ekonomi, peninggian tekanan intrauterine, kemungkinan
kesempitan panggul, korioamnionitis, faktor keturunan,
riwayat KPD sebelumnya, kelainan atau kerusakan selaput
ketuban dan serviks yang pendek pada usia kehamilan 23
minggu.

3. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala ketuban pecah dini yang terjadi adalah
keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, aroma
ketuban berbau amis dan tidak berbau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri
pucat dan bergaris warna darah, cairan ini tidak akan berhenti
atau kering kerana terus diproduksi sampai kelahiran tetapi bila
anda duduk atau berdiri kepala janin yang sudah terletak
dibawah biasanya mengganjal.
4. Patofisiologi
Kantung ketuban adalah sebuah kantung berdinding
tipis yang berisi cairan dan janin selama masa kehamilan.
Dinding kantung ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama
disebut amnion, terdapat disebelah dalam. Sedangkan, bagian
kedua, yang terdapat di sebelah luar disebut chorion. Cairan
ketuban adalah cairan yang ada di dalam kantung amnion.
Cairan ketuban ini terdiri dari 98 persen air dan sisanya garam
anorganik serta bahan organik. Cairan ini dihasilkan selaput
ketuban dan diduga dibentuk oleh sel-sel amnion,
ditambah air kencing janin, serta cairan otak pada
anensefalus. Pada ibu hamil, jumlah cairan ketuban ini
beragam. Normalnya antara 1 liter sampai 1,5 liter. Namun
bisa juga kurang dari jumlah tersebut atau lebih hingga
mencapai 3-5 liter. Diperkirakan janin menelan lebih
kurang 8-10 cc air ketuban atau 1 persen dari seluruh volume
dalam tiap jam. Manfaat air ketuban Pada ibu hamil, air
ketuban ini berguna untuk mempertahankan atau
memberikan perlindungan terhadap bayi dari benturan yang
diakibatkan oleh ‘lingkungannya’ di luar rahim. Selain itu air
ketuban bisa membuat janin bergerak dengan bebas ke
segala arah. Tak hanya itu, manfaat lain dari air ketuban
ini adalah untuk mendeteksi jenis kelamin, memerikasa
kematangan paru-paru janin, golongan darah serta rhesus,
dan kelainan kongenital (bawaan), susunan genetiknya, dan
sebagainya. Caranya yaitu dengan mengambil cairan ketuban
melalui alat yang dimasukkan melalui dinding perut ibu.
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung
sebagai berikut:
 Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya
jaringan ikat dan vaskularisasi Bila terjadi pembukaan
serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah
pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
 Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion,
fibroblas, jaringan retikuler korion dan trofoblas.
Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen
dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi
interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada
infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas
IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase
jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen
pada selaput korion/ amnion, menyebabkan selaput
ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
 Patofisiologi pada infeksi intrapartum:
o Ascending infection, pecahnya ketuban
menyebabkan ada hubungan langsung antara
ruang intraamnion dengan dunia luar.
o Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung
pada ruang amnion, atau dengan penjalaran
infeksi melalui dinding uterus, selaput
janin, kemudian ke ruang intraamnion.
o Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi
sistemik, infeksi intrauterin menjalar melalui
plasenta (sirkulasi fetomaternal).
o Tindakan iatrogenik traumatik atau higiene
buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang
terlalu sering, dan sebagainya, predisposisi
infeksi.
5. Pemeriksaan Fisik
KPD ditegakkan dengan cara:
 Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan
cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir atau
ngepyok. Cairan berbau khas, dan perlu juga diperhatikan
warna, keluanya cairan tersebut tersebut his belum teratur atau
belum ada, dan belum ada pengeluaran lendir darah.
 Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya
cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air
ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.
 Pemeriksaan dengan spekulum.
Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak
keluar cairan dari orifisium uteri eksternum (OUE), kalau
belum juga tampak keluar, fundus uteri ditekan, penderita
diminta batuk, megejan atau megadakan manuvover valsava,
atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan
dari ostium uteri dan terkumpul pada fornik anterior.
 Pemeriksaan dalam
Didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah
tidak ada lagi.

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada kasus ketuban pecah
dini meliputi pemeriksaan leukosit/WBC(bila >15.000/ml)
kemungkinan telah terjadi infeksi. Ultrasonografi (sangat
membantu dalam menentukan usia kehamilan, letak atau
presentasi janin, berat janin, letak dan gradasi plasenta
serta jumlah air ketuban), dan monitor bunyi jantung janin
dengan fetoskop Laennec atau Doppler atau dengan
melakukan pemeriksaan kardiotokografi ( bila usia
kehamilan >32 minggu).

C. Konsep Dasar Mioma Uteri


1. Definisi Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor jinak pada daerah rahim atau lebih
tepatnya otot rahim dan jaringan ikat di sekitarnya, yang dalam
kepustakaan dikenal dengan istilah fibromyoma, leomyoma ataupun
fibroid (Prawirohardjo, 2010)
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari
miometrium dan jaringan ikat yang menumpanginya. Disebut juga
dengan istilah fibromioma, leiomioma, dan fibroid. Mioma uteri
merupakan tumor jinak yang paling banyak terjadi di organ
reproduksi wanita. Tumor jinak ini tidak terjadi sebelum menarche.
Setelah menopause, hanya kira-kira 10% mioma yang masih tumbuh
(Supriyatiningsih, 2017).

2. Etiologi
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan
faktor predisposisi terjadinya mioma uteri (Aspiani, 2017)
1) Usia
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia
produktif dan sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40
tahun. Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarche.
2) Hormon Endogen (endogenous hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi
dari pada jaringan miometrium normal.
3) Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama
dengan penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali
kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan
wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri
4) Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah
matang (red meat), dan daging babi meningkatkan insiden
mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden
menurunkan mioma uteri.
5) Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena
tingginya kadar estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya
vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat pembesaran
mioma uteri. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma
mungkin berhubungan dengan respon dan factor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi
reseptor progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal
6) Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita nullipara
dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat
melahirkan satu atau dua kali

3. Tanda dan Gejala


Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik. Hal ini karena keberadaan tumor bersifat
asimptomatik, kecuali jika telah terjadi komplikasi atau keganasan.
Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung dari letak mioma, besar
tumor, komplikasi dan perubahan yang terjadi (Supriyatiningsih,
2017) Gejala yang terjadi adalah sebagai berikut:
a) Rasa Nyeri
Dapat timbul akibat gangguan sirkulasi darah pada sarang
mioma, yang disertai nekrosis dan peradangan. Nyeri
panggul karena tekanan, muncul karena sebagian besar
mioma menekan struktur di daerah panggul. Pada mioma
submukosum yang dilahirkan dapat menyempitkan canalis
servikalis sehingga menimbulkan dismenore
b) Gejala dan tanda penekanan organ
Gangguan ini tergantung dari ukuran dan tempat penekanan.
Penekanan pada vesika urinaria menyebabkan poliuri, pada
uretra menyebabkan retensio urine, pada ureter menyebabkan
hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum menyebabkan
obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan limfe
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
c) Infertilitas dan abortus
Infertilitas dapat timbul apabila sarang mioma menutupi atau
menekanan pars interstistial tuba, sedangkan mioma
submukosa memudahkan terjadinya abortus karena gangguan
rongga rahim.
d) Perdarahan abnormal (menoragia, metroragia,
hipermenorhea) Beberapa hal faktor yang menjadi
penyebabnya adalah:
 Terjadi hiperplasi endometrium sampai adanya
adenokarsinoam endometrium akibat pengaruh
ovarium
 Perlakuan endometrium meluas akibat adanya masa
mioma yang ada di bawahnya, akibatnya, lapisan
yang mengelupas saat menstruasi menjadi lebih
banyak.
 Atrofi endometrium yang ada di atas masa mioma
submukosum, stress dan trauma juga dapat melukai
jaringan endometrium yang ada diatasnya.
 Momentum tidak dapat berkonstraksi optimal akibat
adanya mioma di dalamnya

4. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam
miometrium dan lambat laun membesar, karena pertumbuhan itu
miometrium mendesak menyusun semacam pseudokapsula atau
sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat
satu mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma
dapat menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung
kemih keatas sehinggasering menimbulkan keluhan buang air kecil
(Aspiani, 2017).
Tetapi masalah akan timbul jika terjadi berkurangnya
pemberian darah pada mioma uteri yang menyebabkan tumor
membesar, sehinggamenimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu
masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada
uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini bisa
mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga
kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan
perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan seseorang mengalami
kekurangan volume cairan dan timbulnya resiko infeksi. Dan jika
dilakukan operasi atau pembedahan maka akan terjadi perlukaan
sehingga dapat menimbulkan kerusakan jaringan integritas kulit
(Price, 2009).
Pada post operasi mioma uteri akan terjadi terputusnya
integritas jaringan kulit dan robekan pada jaringan saraf perifer
sehingga terjadi nyeri akut. Terputusnya integritas jaringan kulit
mempengaruhi proses epitalisasi dan pembatasan aktivitas, maka
terjadi perubahan pola aktivitas. Kerusakan jaringan mengakibatkan
terpaparnya agen infeksius yang mempengaruhi resiko tinggi infeksi.
Pada pasien post operasi akan terpengaruh obat anestesi yang
mengakibatkan depresi pusat pernapasan dan penurunan kesadaran
sehingga pola nafas tidak efektif (Prawirohardjo, 2010)

5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri diantaranya adalah :
a. Perdarahan sampai dengan anemia
b. Degenerasi ganas Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma
ditemukan hanya berkisar sekitar 0,32-0,6% dari seluruh
mioma. Keganasan biasanya baru ditemukan pada
pemeriksaan histologis dari uterus yang telah diangkat.
Kecurigaan terjadinya keganasan apabila didapatkan mioma
menjadi cepat sekali membesar, apalagi pembesaran tersebut
justru terjadi setelah wanita tersebut masuk ke dalam masa
menopause. (Supriyatiningsih, 2017)
c. Torsi (putaran tangkai) Bila terjadi torsi akan timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga tumor mengalami nekrosis. Tumor
yang mengalami nekrosis, terutama jika subserosum akan
menimbulkan rasa nyeri yang hebat, terjadilah sindroma
abdonem akut (Supriyatiningsih, 2017)

6. Pemeriksaan penunjang
Hanya sekitar 35% mioma uteri yang menimbulkan gejala
klinis, dan kebanyakan terdeteksi dengan pemeriksaan yang seksama
meliputi anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium
(USG, CT-Scan atau MRI).
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, nama orang
tua, pekerjaan orang tua, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis. (Carpenoto, Lynda 2008).

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya pasien merasa kontraksi terus menerus, keluar cairan kuning pervagina
b. Riwayat Kesehata Sekarang
Riwayat Kesehatan Sekarang, berisi tentang evaluasi data untuk menentukan alasan
dilakukan operasi caesar seperti implantasi bayi, sungsang, plasenta previa, bayi
kembar, preeklamsia, dan ketuban pecah dini.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Hal – hal yang akan dipelajari sebelumnya adalah penyakit yang diderita pasien
terutama penyakit kronis, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes
(juniarti et al. hal-hal yang akan dipelajari sebelumnya dalah penyakit yang diderita
pasien terutama penyakit kronis, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung,
diabetes, TBC, hepatitis dan penyakit kelamin (Juniartati et al.,2022).
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang sama.
3. Pemeriksaan Fisik
a.Tingkat kesadaran : composmentis
b. GCS : Eye respon: … Motorik respon: … Verbal respon: …
c.Kulit : saat diraba kulit terasa agak panas.
d. Kepala : tidak ada kelainan bentuk kepala
e.Mata : Mata kanan dan kiri simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada
pembesaran pupil, tidak ada secret.
f. Telinga : Telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, fungsi pendengaran baik.
g. Hidung : Lubang hidung simetris, tidak ada benjolan, tidak ada secret.
h. Mulut dan gigi : Simetris, mukosa lembab, tidak ada lesi, tidak ada
stomatitis, pertumbuhan gigi lengkap.
i. Leher : Tidak ada lesi, Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
j. Eksremitas atas dan bawah : simetris, tidak ada edema

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut SDKI DPP PPNI (2016), diagnosa keperawatan
merupakan masalah keperawatan yang ditegakkan atas dasar data pasien,
berikut ini kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul menurut
(PPNI, 2016):
a. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri pada bagian luka operasi. Data subyektif : mengeluh nyeri, nyeri saat
bergerak. Data obyektif : tampak meringis, gelisah, posisi menghindari nyeri
b. Gangguan mobilitas fisik (D.0054) berhubungan dengan nyeri ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri saat bergerak. Data subyektif : nyeri saat bergerak, enggan melakukan
pergerakan,merasa cemas saat bergerak Data obyektif : fisik lemah, gerakan terbatas
c. Intoleransi aktivitas (D.0056) berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan pasien
mengatakan lemah dan aktivitas dibantu keluarga. Data subyektif : mengeluh lelah, merasa
lemah. Data obyektif : terlihat lemah, aktivitas dibantu keluarga
d. Resiko infeksi (D.0142) berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan tubuh primer, kerusakan integritas kulit ditandai dengan
luka post sectio caesarea.
Data subyektif : nyeri luka operasi dan sedikit panas
Data obyektif : ada luka post operasi, luka operasi kemerahan

C. INTERVENSI
Intervensi keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat kepada pasien sesuai dengan diagnosis yang telah ditentukan
dengan tujuan untuk terpenuhinya
kesehatan pasien (siregar, 2020).
Menurut SIKI & SLKI DPP PPNI (2018) :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri pada bagian luka operasi
1. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam diharapakan
nyeri akut menurun
2. Kriteria hasil :
a) Keluhan nyeri menurun
b) Meringis menurun
c) Gelisah menurun
3. Intervensi keperawatan : manajemen nyeri
observasi.
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intesitas nyeri.
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
terapeutik.
a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
b. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.
c. Fasilitasi istirahat dan tidur .
Edukasi
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri saat bergerak.
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam
diharapkan mobitas fisik meningkat.
2) Kriteria hasil
a. Nyeri menurun
b. Kecemasan menurun
c. Gerakan terbatas menurun
d. Kelemahan fisik menurun
e. Intervensi keperawatan : dukungan mobilisasi.
Observasi
a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.
b. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
c. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik
a. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
b. Fasilitasi melakukan pergerakan.
Edukasi
a. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
b. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis.duduk di
tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur)
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan pasien
mengatakan lemah dan aktivitas dibantu keluarga.
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam
diharapakan aktivitas meningkat
2) Kriteria hasil :
a. Perasaan lemah menurun
b. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
3) Intervensi keperawatan : manajemen energi.
Observasi
a. Monitor pola dan jam tidur
b. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
a. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (mis cahaya,
suara)
b. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Edukasi
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
b. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
tubuh primer:kerusakan integritas kulit ditandai dengan luka post sectio
caesarea.
 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam
diharapakan integritas kulit dan jaringan meningkat
 Kriteria hasil :
a. Kerusakan jaringan menurun
b. Kerusakan lapisan kulit menurun
c. Nyeri menurun
 Intervensi keperawatan : pencegahan infeksi.
Observasi
Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik Terpeutik
a) Batasi jumlah pengunjung.
b)Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien.
Edukasi
a) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
b) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
c) Anjurkan meningkatkan asup
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
sesuai perencaan keperawatan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. berikut
implementasi sesuai dengan masalah keperawatan yang ditentukan.

Tabel Implementasi sesuai dengan masalah keperawatan yang ditemukan


No. Diagnosa Keperawatan Implementasi
1. Perubahan perfusi jaringan Intrakranial Pressure (ICP)Monitoring (Monitor
serebral b.dproses tekanan intrakranial)
peradangan, peningkatan 1. Berikan informasi kepadakeluarga
TIK (Tekanan Intra
2. Set alarm
Karnial)
3. Monitor tekanan perfusi serebral
4. Catat respon pasien terhadapstimuli
5. Monitor tekanan intrakranial pasien dan
respon neurology terhadap aktivitas
6. Monitor jumlah drainage cairanserebrospinal
7. Monitor intake dan outputcairan
8. Monitor suhu dan angka WBC
9. Kolaborasi pemberian antibiotik
10. Posisikan pasien pada posisi semifowler
11.Minimalkan stimuli dari lingkungan
Peripheral Sensation Management(Manajemen
sensasi perifer)
1. Monitor adanya daerah
tertentuyang hanya peka
terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
2. Monitor adanya paretese
3. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit
jika ada lsiatau laserasi
4. Gunakan sarun tangan untukproteksi
5. Batasi gerakan pada kepala,leher dan punggung
6. Monitor kemampuan BAB
7. Kolaborasi pemberian analgetik
8. Monitor adanya tromboplebitis
Diskusikan mengenai penyebabperubahan sensasi

2. Ketidak efektifan pola Airway Management


1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau
napas. berhubungan jaw thrust bila perlu
dengan 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
kebutuhanoksigen nafas buatan
meningkat karena otak 4. Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
tidak bisa bekerja 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
dengan 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
baik 8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
Lembab
11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan status O2
Terapi Oksigen
1. Bersihkan mulut, hidung dansecret trakea
2. Pertahankan jalan nafas yangpaten
3. Atur peralatan oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan posisi pasien
6. Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
7. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi
Vital sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedualengan dan
bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,selama, dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan iramapernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernapasanabnormal
10. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
13. Identifikasi penyebab dariperubahan vital sign
3. Intoleransi aktifitas Energy Management
berhubungan dengan 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam
penurunan kesadaran melakukan aktivitas
2. Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan
terhadap keterbatasan
3. Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
4. Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
5. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan
emosi secara berlebihan
6. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat
pasien
Activity Therapy
1. Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan progran terapi yang
tepat.
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dansocial
4. Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
5. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
6. Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang
8. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
9. Sediakan penguatan positif bagiyang aktif
beraktivitas
10. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi
diridan penguatan
11. Monitor respon fisik, emoi,social dan spiritual

4. Kerusakan integritaskulit Pressure management


berhubungan dengan tirah 1. Tempatkan klien pada tempattidur terapi
baring yang lama 2. Evaluasi adanya luka padaektremitas
3. Memonitoring kulit yang memerah dan terjadi
kerusakan
Skin care : topical treatment
1. Memassage disekitar area
yangmempengaruhi atau dapat
menimbulkan luka
2. Menjaga linen agar tetap bersih,kering, dan
tidak mengkerut
3. Mobilisasi klien setiap 2 jam
4. Memakaikan emolien pada areayang berisiko

5. Risiko jatuh berhubungan 1. Identifikasi factor yang mempengaruhi


dengan penurunan kebutuhan keamanan
kesadaran 2. Lakukan pengkajian resikojatuh pada pasien
3. Identifikasi karakteristik lingkungan yang dapat
meningkatkan potensi jatuh
4. Pantau cara berjalan,keseimbangan dan
tingkatkeletihan pada saat ambulasi
5. Ajarkan pasien bagaimana posisi terjatuh yang
dapat meminimalkan cedera
6. Instruksikan pasien untuk menggunakan
kacamata yangdiresepkan, jika perlu saat
turun dari tempat tidur
7. Berkolaborasi dengan timkesehatan lain
untukmeminimalkan efek samping obat
yang dapat menyebabkan jatuh
8. Pasang pengaman tempat tidur
9. Lakukan perujukan ke ahlifisioterapi untuk
latihan cara berjalan dan latihan fisik
untuk memperbaiki mobilitas,keseimbangan
dan kekuatan
10. Reorientasikan pasien dengan realitas dan
lingkungan sesegera mungkin jika perlu
11. Bantu saat pasien ambulasi ditempat tidur
12. Tempatkan pasien di ruangan yang dekat dengan
ruangan perawat
13. Sediakan alat bantu untuk berjalan
14. Sediakan alarm untuk pasienatau keluarga
memanggil bantuan
15. Jika perlu gunakan restrain
BAB III
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PERIANESTESI PADA PASIEN Ny. I DIAGNOSA

G5P2A2 EC KPD DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI SECTIO CAESAREA

DENGAN ANESTESI REGIONAL DI KAMAR OPERASI

RUMAH SAKIT MITRA KASIH CIMAHI

Nama Pengaji : Kelompok 2


Tgl & Jam Pengkajian : 25 Desember 2023

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama Pasien : Ny. I.D
b. Tgl. Lahir/Umur : 22 Juni 1982
c. Agama : Islam
d. Alamat : Gang Karya Bakti
e. No. CM : 3022XX
f. Diagnosa Medis : G5P2A2 dengan KPD
g. Jenis Tindakan : Sectio Caesarea (SC)
h. Asal Pasien
Rawat Jalan :-
 Rawat Inap : Ruangan Widura
Rujukan :-
i. Diagnosa Pra Anestesi : G5P2A2
j. Rencana Tindakan : Regional Anestesi
k. Tanggal Tindakan : 25 Desember 2023

2. ASESMEN PRA OPERASI


a. Keluhan Utama : Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan takut untuk
dioperasi
b. Riwayat Penyakit :
DM Asma Hepatitis Jantung Hipertensi HIV Tidak

Ada
c. Riwayat Operasi/ Anestesi : Ada, Sebutkan ……………..
 Tidak
Ada
d. Jenis Operasi : -
e. Riwayat Alergi : Ada, Sebutkan ……………..
 Tidak Ada
f. Obat-obat yang sedang dikonsumsi: Tidak ada

g. Riwayat Merokok : Tidak Ya Jumlah
h. Alkohol :Tidak
 Ya Selama : ……………
i. Kesadaran : Composmentis GCS: E= 4, M= 6, V= 5
j. TTV : Suhu: 36,7C, Nadi: 105x/mnt, RR: 23x/mnt, TD: 1 50/ 10 0
mmHg
k. TB/BB : 165 cm/ 78 kg
l. BMI : 28,7
m. Golongan Darah : A
n. Evaluasi Jalan Nafas
1. Bebas : Ya - Tidak
2. Alat Jalan Nafas ( jika ada ) : Tidak ada
3. Protrusi Mandibula : Ya - Tidak
4. Buka Mulut 3 jari : Ya - Tidak
5. Jarak Menthyoid 3 jari : Ya - Tidak
6. Jarak Hyothyroid 2 jari : Ya - Tidak
7. Malampathy : I - II - III - IV
8. Leher Pendek : Ya - Tidak
9. Gerak Leher : Bebas - Tidak
10. Obesitas : Ya - Tidak
11. Massa : Ya - Tidak
12. Gigi Geligi : Tidak ada
13. Jalan Nafas Sulit : Ya - Tidak
14. Ventilasi Sulit : Ya - Tidak

RIWAYAT PSIKOSOSIAL/SPIRITUAL
a. Status Emosional
Tenang, Bingung, Kooperatif, Tidak Kooperatif,
Menangis,
Menarik Diri
b. Tingkat Kecemasan
Tidak Cemas, Cemas

c. Skala Cemas
0 : Tidak cemas
1 : Mengungkapkan keseriusan
2 : Tingkat perhatian tinggi

3 : Keseriusan tidak berfokus
4 : Respon simpate-adreanal
5 : Panik
Skala Nyeri Menurut VAS (Visual Analog Scale)

0 1-3 4-6 7-9 10


Survey Sekunder, Lakukan Secara Head To Toe Secara Prioritas:

Normal
Ya Tidak Jika Tidak Normal, Jelaskan

Kepala 

Leher 

Dada 

Abdomen 

Genetalia  Terdapat perdarahan pervagina

Integumen 

Ekstremitas 

1) Sistem Fungsi Organ


a. Pernafasan
Dalam Batas Normal Bronkitis Batuk Produktif ISPA
Asma PPOK  Dyspnea TBC
b. Kardiovaskular
Dalam Batas Normal Mur-mur Pace Maker Gagal jantung
EKG Abnormal  Hipertensi Infark Myokard Disritmia
c. Neuro / Muskuloskeletal
Dalam Batas Normal
 Arthritis Kelemahan otot Back
Problem
CVA / Stroke / TIA Nyeri Kepala / ICP Neuromuscular Dis
Paralisis Parestesia
d. Renal / Endokrin
 Dalam Batas Normal Diabetes Mellitus Gagal Ginjal
Penyakit Thyroid Retensi urine ISK
e. Hepato / Gastrointestinal
Dalam
 Batas Normal Obstruksi Usus Sirosis
Hepatistis
Hiatal Hernia / Reflux Mual / Muntah Tukak peptik /
ulcus
f. Lain - lain
Dalam Batas Normal Anemia Dehidrasi
Kanker
Immunosupresan  Kehamilan Hemofilia
Antikoagulan Riwayat Tranfusi

2) Laboratorium:
a. Darah Lengkap : Hemoglobin 12,1 g/dl, Hematokrit 36%, Eritrosit 4,09,

Trombosit 334.000, Leukosit 9780µl


b. Fungsi ginjal : Tidak Ada
c. Fungsi Hati : Tidak Ada
d. Serum Elektrolit : Tidak Ada
e. Faal hemostatis : Tidak Ada
3) EKG : Sinus rithm dengan HR:105x/menit
4) Rontgen : Kesan: Pulmo dan COR normal
5) USG : Usia kehamilan 37-38 minggu
6) Lain Lain : GDS : 101 mg/dl
7) Kesimpulan Evaluasi Pra Anestesi :
a. Status Pasien ASA 2
b. Masalah Keperawatan Anestesi
Ansietas b.d krisis situasional
c. Rencana Tindakan Anestesi
Mandiri :
 Menjelaskan prosedur tindakan operasi yang akan dilakukan
 Teknik relaksasi napas dalam
 Meminta keluarga untuk mendampingi pasien
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat-obatan anti cemas :
Midazolam 1 mg

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI


a. Persiapan Alat
 Mesin Anestesi Siap Pakai  Suction Pump  Alat Static
b. Persiapan Obat

 PREMEDIKASI MAINTANANCE

1 Midazolam Dosis 0,07 - 0,15 mg / Kg BB IM  INHALASI

2 Morphine Dosis 0,05 - 0,2 mg /Kg BB IM 1 Oksigen

3 Pethidine Dosis 0,5 - 1 mg /Kg BB IM 2 Halothan 1 MAC = 0,75 %

4 Sulfas Atropin Dosis 0,01 - 0,02 mg /Kg BB IM 3 Isoflurane 1 MAC = 1,2 %

5 Ondansentrone Dos 4 mg IV
4 Sevoflurane 1 MAC = 2 %
is
 INDUKSI 5 Enflurane 1 MAC = 1,7 %

1 Midazolam Dosis 0,1 - 0,4 mg /Kg BB IV 6 Desflurane 1 MAC = 6 %

2 Propofol Dosis 1 - 2,5 mg / Kg BB IV


3 Ketamin Dosis 1 - 2 mg / Kg BB IV INTRAVENA

1 Propofol Dos 1 - 2 mg / Kg BB
is

ANALGETIK 2 Morphine Dos 0,1 - 1 mg / Kg BB


is

1 Morphine Dosis 0,1 - 1 mg / Kg BB IV 3 Pethidine Dos 2,5 - 5 mg / Kg BB


is

2 Pethidine Dosis 2,5 - 5 mg /Kg BB IV 4 Fentanyl Dos 2 - 150 mcg / Kg BB


is

3 Fentanyl Dosis 1 - 2 mcg / Kg BB IV 5 Atracrium Dos 0,1 mg / Kg BB


is
4 Ketamin Dosis 0,25 - 0,5 mg / Kg BB IV 6 Vecuronium Dos 0,01 mg / Kg BB
is

7 Rocuronium Dos 0,15 mg / Kg BB


is

PELUMPUH OTOT / MUSCLE RELAXAN

1 Atracrium Dosis 0,5 mg / Kg BB IV  ANESTESI


LOKAL

2 Vecuronium Dosis 0,12 mg / Kg BB IV 1 Lidocain Dos max 4,5 mg / Kg BB


is

3 Rocuronium Dosis 0,6 - 1,2 mg / Kg BB IV 2 Bupivacain Dos max 2,5 mg / Kg BB


is

3 Ropivacain Dos max 3 mg / Kg BB


is

LAIN LAIN

1 Ephedrin 4 S Atropin

2 Dexamethason 5 Ephineprine

3 Neostigmin 6 Sugamadec

c. Evaluasi Pra Anestesi / Proses Sign In


 Makan Terakhir : Jam 07:00 WIB  Minum Terakhir : 07:00 WIB
 Vital Sign :
TD : 150/100 mmHg HR : 105x/mnt RR : 23 X/mnt T: 36,7˚C Spo2 : 9 9 %
 Akses Intra Vena : No : 20, Lokasi : Vena metacarpalis dorsalis, Tetesan: 20 tpm

 Masalah Keperawatan Saat Induksi : Ada - Tidak


 Perubahan Rencana Tindakan : Ada - Tidak
d. Daftar Tilik Keselamatan Pasien
 Identifikasi Pasien  EKG Waspada
 titik tekanan Mata
terlindungi
 Persetujuan tindakan Suction  Obat - obatan Profilaksis
Puasa dijalankan dengan baik  Puls Oxymeter  Sabuk Pengaman
 Mesin anestesi  Stetoscope  NIPB

 Selimut Penghangat  Urine Kateter Penghangat Cairan

3. INTRA OPERASI
a. Anestesi dimulai jam : 08:00 WIB
b. Pembedahan dimulai jam : 08:15 WIB
c. Jenis anestesi :
Spinal Umum/General Anestesi Lokal Nervus Block

d. ASA : ASA 1  ASA 2 ASA 3 ASA 4 ASA 5
e. Mall ampati :I
 II III IV
f. Posisi operasi :
 Terlentang Litotomi Tengkurap/Knee Chees Lateral:
g. Catatan anestesi :
h. Pemasangan alat-alat :
Airway: Terpasang ETT No. Terpasang LMA No.3 OPA
 O2 Nasal

i. Persiapan alat :
Mesin anestesi : Kebocoran: Ya Tidak

Kelengkapan monitor : ECG  NIBP  SpO2

Gas yang : O2 N2O Agent:


digunakan
STATICS : Ya
 Tidak
ETT : No. Jenis: - Non/Kingking
LMA :
j. Obat-obatan yang digunakan :
 Ondansentron 4 mg IV
 Bupivacain 10 mg Lumbal 3-4
 Fentanyl 25 mcg

REGIONAL ANESTESI
Jenis Regional : Spinal
Jarum Lumbal No : 25
TTV :
Suhu: 36,7C, Nadi: 113 x/mnt, RR: 22x/mnt, TD:90/60 mmHg

Survey Sekunder, Lakukan Secara Head To Toe Secara Prioritas:

Normal
Ya Tidak Jika Tidak Normal, Jelaskan
Wajah klien nampak pucat, bibir nampak
Kepala 
kering
Leher 

Dada 
Saat dilakukan insisi, ditemukan adanya mioma
Abdomen 
uteri sehingga terjadi penambahan insisi
Genetalia 

Integumen  Turgor kulit menurun

Ekstremitas 

Total cairan masuk


Infus
Transfuse : - cc
Total cairan keluar
Perdarahan : 800 cc
Puss : -
Balance Cairan : - cc
Hb : 10 g/dL
KU : Klien mengeluh lemas, klien mengeluh merasa haus

Simpulan Evaluasi Intra Anestesi :


a) Masalah Keperawatan Anestesi :
Hipovolemia (D. 0023) b.d kehilangan cairan aktif, d.d hipotensi, perdarahan
800 cc
b) Rencana Tindakan Keperawatan Tindakan Mandiri :
Monitor perdarahan intra operasi, monitor vital sign
c) Tindakan Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian antihemostatik, tranexamic acid 1000 mg.

4. POST OPERASI
a. Pasien pindah ke :
ICU/PICU/NICU, Jam: WIB
 RR, Jam: 09:30 WIB

b. Keluhan saat di RR :
Mual Muntah  Pusing, Nyeri
 luka operasi
Kaki terasa baal
Menggigil
c. Keadaan Umum :
 Baik, Sedang, Sakit Berat
d. TTV :
Suhu: 36,5C, Nadi: 88 x/mnt, RR: 18 x/mnt, TD:130/85 mmHg, SpO2: 99%

e. Kesadaran :
 CM, Apatis, Somnolen, Soporo, Coma
f. Survey Sekunder :
Normal
Jika Tidak Normal, Jelaskan
Ya Tidak
Kepala 
Leher 
Dada 
Abdomen  Terdapat luka post operasi pada bagian abdomen
Genetalia  Pasien terpasang kateter urine
Integumen 
Ekstremitas  Bromage skor 3

Skala Nyeri Menurut VAS (Visual Analog Scale)

0 1-3 4-6 7-9 10

B. ANALISA DATA
Pre Operasi
No. Analisa Data Analisa Etiologi
1. DS : Ansietas
- Klien mengatakan takut (D.0080) Kehamilan
akan di operasi
- Klien bertanya tentang
prosedur operasi Overdistensi
jaringan ikat dan
- Klien mengatakan ini
pertama kali klien vaskularisasi
dioperasi
Ketuban pecah
DO : dini
Air ketuban terlalu
- Klien tampak tegang
banyak keluar
- Pasien tampak gelisah
- Pasien nampak pucat Tindakan sc cito
- Nadi 105x/m
- TD 150/100 mmHg Prosedur
pembedahan
pertama kali

Cemas, takut
depresi

Ansietas

Intra Operasi
No. Analisa Data Analisa Etiologi
1. DS : Hipovolemia Kehamilan
- Klien mengeluh lemas (D. 0023)
- Klien mengeluh merasa Tindakan sc
haus
Intra op
DO :
- Frekuensi nadi Hemoragic
meningkat : 115x/m
Cairan intravascular
- Nadi teraba lemah
berkurang
- TD 90/60 mmHg
- Turgor kulit menurun Penurunan TD,
- Wajah nampak pucat takikardi, nadi teraba
- Bibir nampak kering lemah, turgor kulit
menurun

Syok hypovolemia

Hipovolemia

Post Operasi
No. Analisa Data Analisa Etiologi
1. DS : Resiko Jatuh Tindakan sc (spinal)
- Pasien mengatakan sulit (D.0143)
menggerakan kedua Post op
kakinya
Kelemahan anggota
DO : gerak
- Pasien belum dapat
menggerakkan Bromge skor 3
ekstremitas bawahnya
- Pasien terpasang infus Resiko jatuh
- Pasien terpasang kateter
urine
- Bromage skor 3

C. ANALISA DATA
Pre Operasi
1. Ansietas (D.0080) b.d prosedur operasi, d.d. merasa cemas dan nampak tegang
Intra Operasi
2. Hipovolemia (D. 0223) b.d kehilangan cairan aktif, d.d hipotensi, perdarahan 800 cc
Post Operasi
3. Resiko Jatuh (D.0143) d.d kondisi pasca operasi, kelemahan ekstremitas bawah,
keterbatasan anggota gerak

D. RENCANA KEPERAWATAN
Pre Operasi
No Diagnosa Tujuan Intervensi P
Keparawatan a
r
a
f
1. Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
Observasi
(D.0080)
Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda
tindakan keperawatn ansietas
1x15 menit, tingkat Terapeutik
ansietas menurun 1. Ciptakan suasana
dengan kriteria hasil terapeutik untuk
: menumbuhkan
1. Perilaku gelisah kepercayaan
menurun (5) 2. Temani pasien untuk
2. Verbalisasi mengurangi kecemasan,
khawatir akibat jika memungkinkan
kondisi yang 3. Gunakan pendekatan yang
dihadapi menurun tenang dan meyakinkan
(5) Edukasi
3. Perilaku tegang 1. Jelaskan prosedur operasi
menurun (5) 2. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
3. Latih teknik relaksasi
napas dalam

Intra Operasi
No Diagnosa Tujuan Intervensi P
Keparawatan a
r
a
f
1. Hipovolemia (D. Status Cairan Manajemen Hipovolemia
Observasi
0223)
Setelah dilakukan 1. Periksa tanda dan gejala
tindakan keperawatn hipovolemia
1x15 menit, status 2. Monitor intake dan output
cairan membaik cairan
dengan kriteria hasil
: Terapeutik
1. Kekuatan nadi 1. Hitung kebutuhan cairan
meningkat (5)
2. Turgor kulit Kolaborasi
meningkat (5)
3. Frekuensi nadi 1. Kolaborasi pemberian
membaik (5) cairan IV (koloid,
4. Tekanan darah kristaloid)
membaik (5)
5. Kadar Hb
meningkat (5)

Post Operasi
No Diagnosa Tujuan Intervensi P
Keparawatan a
r
a
f
1. Resiko Jatuh Tingkat Jatuh Pencegahan Jatuh
Observasi
(D.0143)
Setelah dilakukan 1. Identifikasi faktor resiko
tindakan keperawatn jatuh
1x15 menit, tingkat
jatuh menurun Terapeutik
dengan kriteria hasil 1. Pasang handrail tempat
: tidur
1. Jatuh dari tempat 2. Pastikan roda tempat tidur
tidur menurun (5) terkunci
2. Jatuh saat
dipindahkan Edukasi
menurun (5) 1. Anjurkan memanggil
perawat jika memerlukan
bantuan

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pre Operasi
No Hari, Diagnosa Keperawatan Implementasi P
Tgl., a
Jam r
a
f
1. Senin, Ansietas (D.0080) Reduksi Ansietas
Observasi
25
1. Memonitor tanda-tanda
Desemb ansietas
er 2023 Hasil :
- Pasien tampak tegang
- Pasien tampak gelisah
- Pasien terlihat pucat

Terapeutik
1. Membina hubungan saling
percaya dengan pasien
2. Menemani pasien dengan
pendekatan yang tenang
dan meyakinkan

Edukasi
1. Menganjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien sampai tiba waktu
operasi
2. Melatih teknik relaksasi
(relaksasi napas dalam)
Hasil :
- Pasien mampu
melakukan relaksasi
napas dalam secara
mandiri

Intra Operasi
No Hari, Diagnosa Keperawatan Implementasi P
Tgl., a
Jam r
a
f
1. Senin, Hipovolemia (D. 0223) Manajemen Hipovolemia
Observasi
25
1. Memeriksa tanda dan
Desemb gejala hipovolemia
er 2023 Hasil :
- Klien mengeluh
merasa haus
- Klien mengeluh lemas
- Klien nampak pucat
- Bibir klien nampak
kering
- Turgor kulit klien
menurun
- Nadi 115/x/menit
- Nadi teraba lemah
- TD 90/60 mmHg

2. Memonitor intake dan


output cairan
Hasil :
- Intake cairan 1500 cc
- Perdarahan 800 cc

Terapeutik
1. Menghitung kebutuhan
cairan
Hasil :
- Kebutuhan cairan : EBV
= 4.550 ml
- EBL = 819 ml
- IWL = 246 ml
- 1 jam pertama = 474 ml
- 2-3 jam kedua = 439 ml
- 4 selanjutnya = 404 ml

Kolaborasi

1. Mengkolaborasikan
pemberian cairan IV
(koloid, kristaloid)
Hasil :
- Sanbe Hest 500 ml
- Ringer Laktat 1000 ml

Post Operasi
No Hari, Diagnosa Keperawatan Implementasi P
Tgl., a
Jam r
a
f
1. Senin, Resiko Jatuh (D.0143) Pencegahan Jatuh
Observasi
25
1. Mengidentifikasi faktor
Desemb resiko jatuh
er 2023 Hasil :
- Kondisi pasien post
operasi sectio
caesarea
- Terpasang akses
intravena
- Terpasang kateter
urine

Terapeutik
1. Memasang handrail
tempat tidur
Hasil :
- Bed klien terpasang
handrail
2. Memastikan roda tempat
tidur terkunci
Hasil :
- Bed klien dalam
keadaan terkunci

Edukasi
1. Menganjurkan memanggil
perawat jika memerlukan
bantuan
F. EVALUASI KEPERAWATAN
Pre Operasi
No Hari, Diagnosa Evaluasi Keperawatan (SOAP) P
Tgl., Keperawatan a
Jam r
a
f
1. Senin, Ansietas (D.0080) S : Pasien mengatakan rasa takut
akan menjalani operasi berkurang
25
Desemb O:
er 2023 - pasien mulai tampak tenang
dan rileks
- pasien melakukan teknik
relaksasi napas dalam
- HR pasien dalam batas
normal 88x/menit

A:
- Masalah ansietas teratasi

P:
- Ciptakan suasana terapeutik
untuk menumbuhkan
kepercayaan

Intra Operasi
No Hari, Diagnosa Evaluasi Keperawatan (SOAP) P
Tgl., Keperawatan a
Jam r
a
f
1. Senin, Hipovolemia (D. S: -
0223)
25
O:
Desemb - Jumlah perdarahan berkurang
er 2023 - TD 100/70 mmHg
- Nadi 107x/m

A:
- Masalah hipovolemia belum
teratasi

P : Lanjutkan intervensi
- Observasi tanda-tanda vital
- Monitor tanda dan gejala
hipovolemia
- Terapi cairan kristaloid

Post Operasi
No Hari, Diagnosa Evaluasi Keperawatan (SOAP) P
Tgl., Keperawatan a
Jam r
a
f
1. Senin, Resiko Jatuh S: -
(D.0143)
25
O:
Desemb - Tempat tidur pasien
er 2023 terpasang handrail
- Roda tempat tidur selalu
dalam keadaan terkunci

A:
- Masalah resiko jatuh teratasi

P : Lanjutkan intervensi
- Anjurkan memanggil perawat
jika memerlukan bantuan
MONITORING DI RUANG RECOVERY ROOM

Masuk RR : 10:05 WIB Keluar RR : 11:05


1. Nama Tindakan Bedah : Sectio Caesarea (SC)
2. Nama Tindakan Anestesi : Spinal Anestesi
3. Kondisi Umum saat Masuk RR : Terjaga Mudah dibangunkan Tidak respon
4. Tingkat Kesadaran : GCS : E 4 M 6 V 5
5. Perfusi : Kering Lembab Hangat Dingin

6. Pernapasan saat Masuk RR : Tanpa alat bantu Nasal Simple
 Mask
Penggunaan Oksigen 3 l/menit : Breathing mask NRM
Saat Keluar RR : Tanpa alat bantu Dengan alat bantu
7. Risiko Luka Tekan : Rendah
 Sedang Berat
Monrow Score :
8. Vaskularisasi Ekstremitas : Sianosis Merah/baik

9. Posisi : Supine Lateral Ki/Ka Head
 Up
1. Bromage Score

Tanda Penilaian Skor


Dapat mengerakkan panggul, lutut, & pergelangan kaki 0
Tidak dapat mengerakkan panggul tetapi dapat mengerakkan lutut dan 1
pergelangan kaki
Tidak dapat mengerakkan panggul dan lutut tetapi dapat mengerakkan 2
pergelangan kaki
Tidak dapat mengerakkan panggul, lutut & pergelangan kaki 3
Keterangan : Nilai < 2 bisa di kleuarkan dari RR
Skor : 1

Anda mungkin juga menyukai