I DIAGNOSA
Disusun Oleh:
Kelompok 1
2024
HALAMAN PERSETUJUAN
Disetujui Oleh:
Mengetahui,
Ketua Pelaksana Pelatihan Anestesi Clinical Instruktur
Sartono Setiawan, S.Kep., Ners., CAN Cyrillus Arya Seta, S.Kep., Ners., CAN
NIPA : 3221221002 NIPA : 32212210017
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN
DAFTAR ISI
BAB I TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Sectio Cesarea
Pengertian
Indikasi
Kontraindikasi
Jenis-jenis Sectio cesarea
Manifestasi klinik
Pemeriksaan penunjang
Komplikasi
B. Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini (KPD)
Definisi
Etiologi
Manifestasi Klinik
Patofisiologi
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
C. Konsep Dasar Mioma Uteri
Definisi mioma uteri
Etiologi
Tanda dan gejala
Patofisiologi
Komplikasi
Pemeriksaan penunjang
BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN (Sesuai 3S, SDKI/SIKI/SLKI)
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi
D. Implementasi
E. Evaluasi
BAB III LAPORAN KASUS (Sesuai 3S, SDKI/SIKI/SLKI)
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi
D. Implementasi
E. Evaluasi
BAB I
TINJAUAN TEORI
2. Indikasi
Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan
beberapa indikasi sectio caesarea menurut Aspiani, (2017) adalah
sebagai berikut:
a. CPD (Chepalo Pelvik Disporpotion)
Chepalo Pelvik Disporpotion adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan lingkar kepala janin yang
dapat menyebabkan inu tidak dapat melahirkan secara
alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa
tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan
jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara
alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
b. PEB (Pre-Eklamsia Berat)
Pre-eklamsia dan eklamsia merupakan kesatuan
penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab
terjadinya msih belum jelas. Setelah perdarahan dan
infeksi, pre-eklamsi dan eklamsia merupakan penyebab
kematian maternal dan perinatal. Karena itu diagnosa ini
amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati
agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini ini adalah pecahnya ketuban
sebelum terdapat tanda persalinan.
d. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara
caesar. Hal ini karena kelahiran kembal memiliki risiko
komplikasi yang lebih tinggi dapripada kelahiran satu bayi.
e. Faktor hambatan jalan lahir
Misalnya terdapat tumor, tali pusat pendek dan ibu
sulit untuk bernafas.
f. Kelainan letak janin
1) Kelainan pada letak kepala
a) Tetak kepala tengadah
b) Presentasi muka
c) Persentasi hadi
2) Letak sungsang
Indikasi dan kontra indikasi dari sectio caesarea
(Rasjidi, 2009) sebagai berikut:
3) Indikasi ibu
a) Distosia serviks
b) Pre-eklamsi dan hipertensi
c) Disporposi sefalo-pelvik artinya
ketidakseimbangan antara ukuran kepala
dengan panggul
d) Partus tak maju
4) Indikasi janin dengan sectio caesarea
a) Letak lintang
b) Letak bokong
c) Presentasi dahi dan muka
d) Persentasi bahu
e) Gawat janin (Mochtar R, 2012)
3. Kontraindikasi
Kontraindikasi sectio cesarea pada umumya yaitu tidak
dilakukan pada janin mati, syok, anemia berat, kelainan
kongenital berat, infeksi pirogenik pada dinding abdomen,
minimnya fasilitas operasi sectio cesarea (Rasiji, 2009).
7. Komplikasi
Komplikasi post partum dengan sectio cesarea (Mochtar, 2002
dalam Aspiani, 2017) adalah:
a) Infeksi puerperial (nifas)
Ringan yaitu dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
Sedang yaitu dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi,
disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung.
Berat yiatu dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik
Peritonitis adalah peradangan peritoneum yang
merupakan komplikasi berbahaya akibat penybaran
infeksi dari organ- organ abdomen (apendiksitis,
pankreatitis, dan lain-lain) ruptur saluran cerna dan luka
tembus abdomen (Padila, 2012).
Sepsis adalah komplikasi berbahaya akibat
infeksi. Komplikasi infeksi tersebut dapat menimbulkan
tekanan darah turun drastis serta kerusakan pada banyak
organ. Kedua hal ini dapat menimbulkan kematian.
Ileus paralatik adalah suatu keadaan dimana
usus mengalami kelumpuhan sehingga gagal melakukan
kontraksi peristaltik. Akibatnya, perjalanan makanan
dalam saluran cerna menjadi terhenti. Jika tidak ditangani
dengan baik maka suplai darah ke usus akan terhenti dan
menyebabkan kematian jaringan usus itu sendiri.
b) Perdarahan disebabkan karena:
Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
Atonia uteri
Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan
kandung kemih bila reperitonelaisasi terlalu tinggi.
Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan
mendatang.
Ruptur uteri adalah keadaan robekan pada rahim dimana telah
terjadi hubungan langsung antara rongga amnion dan rongga
peritoneum atau hubungan kedua rongga masih dibatasi oleh
peritoneum viserale (Sarwono, 2010).
Komplikasi pada janin seperti asfiksia, trauma tindakan
dan infeksi.
2. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini masih belum dapat
diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa
laporan menyebutkan ada faktor-faktor yang berhubungan erat
dengan ketuban pecah dini, namun faktor-faktor mana yang
lebih berperan sulit diketahui. Adapun yang menjadi faktor
risiko adalah: infeksi, serviks yang inkompeten, ketegangan
intra uterine, trauma, kelainan letak janin, keadaan sosial
ekonomi, peninggian tekanan intrauterine, kemungkinan
kesempitan panggul, korioamnionitis, faktor keturunan,
riwayat KPD sebelumnya, kelainan atau kerusakan selaput
ketuban dan serviks yang pendek pada usia kehamilan 23
minggu.
3. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala ketuban pecah dini yang terjadi adalah
keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, aroma
ketuban berbau amis dan tidak berbau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri
pucat dan bergaris warna darah, cairan ini tidak akan berhenti
atau kering kerana terus diproduksi sampai kelahiran tetapi bila
anda duduk atau berdiri kepala janin yang sudah terletak
dibawah biasanya mengganjal.
4. Patofisiologi
Kantung ketuban adalah sebuah kantung berdinding
tipis yang berisi cairan dan janin selama masa kehamilan.
Dinding kantung ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama
disebut amnion, terdapat disebelah dalam. Sedangkan, bagian
kedua, yang terdapat di sebelah luar disebut chorion. Cairan
ketuban adalah cairan yang ada di dalam kantung amnion.
Cairan ketuban ini terdiri dari 98 persen air dan sisanya garam
anorganik serta bahan organik. Cairan ini dihasilkan selaput
ketuban dan diduga dibentuk oleh sel-sel amnion,
ditambah air kencing janin, serta cairan otak pada
anensefalus. Pada ibu hamil, jumlah cairan ketuban ini
beragam. Normalnya antara 1 liter sampai 1,5 liter. Namun
bisa juga kurang dari jumlah tersebut atau lebih hingga
mencapai 3-5 liter. Diperkirakan janin menelan lebih
kurang 8-10 cc air ketuban atau 1 persen dari seluruh volume
dalam tiap jam. Manfaat air ketuban Pada ibu hamil, air
ketuban ini berguna untuk mempertahankan atau
memberikan perlindungan terhadap bayi dari benturan yang
diakibatkan oleh ‘lingkungannya’ di luar rahim. Selain itu air
ketuban bisa membuat janin bergerak dengan bebas ke
segala arah. Tak hanya itu, manfaat lain dari air ketuban
ini adalah untuk mendeteksi jenis kelamin, memerikasa
kematangan paru-paru janin, golongan darah serta rhesus,
dan kelainan kongenital (bawaan), susunan genetiknya, dan
sebagainya. Caranya yaitu dengan mengambil cairan ketuban
melalui alat yang dimasukkan melalui dinding perut ibu.
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung
sebagai berikut:
Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya
jaringan ikat dan vaskularisasi Bila terjadi pembukaan
serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah
pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion,
fibroblas, jaringan retikuler korion dan trofoblas.
Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen
dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi
interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada
infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas
IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase
jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen
pada selaput korion/ amnion, menyebabkan selaput
ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
Patofisiologi pada infeksi intrapartum:
o Ascending infection, pecahnya ketuban
menyebabkan ada hubungan langsung antara
ruang intraamnion dengan dunia luar.
o Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung
pada ruang amnion, atau dengan penjalaran
infeksi melalui dinding uterus, selaput
janin, kemudian ke ruang intraamnion.
o Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi
sistemik, infeksi intrauterin menjalar melalui
plasenta (sirkulasi fetomaternal).
o Tindakan iatrogenik traumatik atau higiene
buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang
terlalu sering, dan sebagainya, predisposisi
infeksi.
5. Pemeriksaan Fisik
KPD ditegakkan dengan cara:
Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan
cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir atau
ngepyok. Cairan berbau khas, dan perlu juga diperhatikan
warna, keluanya cairan tersebut tersebut his belum teratur atau
belum ada, dan belum ada pengeluaran lendir darah.
Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya
cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air
ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.
Pemeriksaan dengan spekulum.
Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak
keluar cairan dari orifisium uteri eksternum (OUE), kalau
belum juga tampak keluar, fundus uteri ditekan, penderita
diminta batuk, megejan atau megadakan manuvover valsava,
atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan
dari ostium uteri dan terkumpul pada fornik anterior.
Pemeriksaan dalam
Didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah
tidak ada lagi.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada kasus ketuban pecah
dini meliputi pemeriksaan leukosit/WBC(bila >15.000/ml)
kemungkinan telah terjadi infeksi. Ultrasonografi (sangat
membantu dalam menentukan usia kehamilan, letak atau
presentasi janin, berat janin, letak dan gradasi plasenta
serta jumlah air ketuban), dan monitor bunyi jantung janin
dengan fetoskop Laennec atau Doppler atau dengan
melakukan pemeriksaan kardiotokografi ( bila usia
kehamilan >32 minggu).
2. Etiologi
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan
faktor predisposisi terjadinya mioma uteri (Aspiani, 2017)
1) Usia
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia
produktif dan sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40
tahun. Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarche.
2) Hormon Endogen (endogenous hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi
dari pada jaringan miometrium normal.
3) Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama
dengan penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali
kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan
wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri
4) Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah
matang (red meat), dan daging babi meningkatkan insiden
mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden
menurunkan mioma uteri.
5) Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena
tingginya kadar estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya
vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat pembesaran
mioma uteri. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma
mungkin berhubungan dengan respon dan factor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi
reseptor progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal
6) Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita nullipara
dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat
melahirkan satu atau dua kali
4. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam
miometrium dan lambat laun membesar, karena pertumbuhan itu
miometrium mendesak menyusun semacam pseudokapsula atau
sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat
satu mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma
dapat menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung
kemih keatas sehinggasering menimbulkan keluhan buang air kecil
(Aspiani, 2017).
Tetapi masalah akan timbul jika terjadi berkurangnya
pemberian darah pada mioma uteri yang menyebabkan tumor
membesar, sehinggamenimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu
masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada
uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini bisa
mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga
kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan
perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan seseorang mengalami
kekurangan volume cairan dan timbulnya resiko infeksi. Dan jika
dilakukan operasi atau pembedahan maka akan terjadi perlukaan
sehingga dapat menimbulkan kerusakan jaringan integritas kulit
(Price, 2009).
Pada post operasi mioma uteri akan terjadi terputusnya
integritas jaringan kulit dan robekan pada jaringan saraf perifer
sehingga terjadi nyeri akut. Terputusnya integritas jaringan kulit
mempengaruhi proses epitalisasi dan pembatasan aktivitas, maka
terjadi perubahan pola aktivitas. Kerusakan jaringan mengakibatkan
terpaparnya agen infeksius yang mempengaruhi resiko tinggi infeksi.
Pada pasien post operasi akan terpengaruh obat anestesi yang
mengakibatkan depresi pusat pernapasan dan penurunan kesadaran
sehingga pola nafas tidak efektif (Prawirohardjo, 2010)
5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri diantaranya adalah :
a. Perdarahan sampai dengan anemia
b. Degenerasi ganas Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma
ditemukan hanya berkisar sekitar 0,32-0,6% dari seluruh
mioma. Keganasan biasanya baru ditemukan pada
pemeriksaan histologis dari uterus yang telah diangkat.
Kecurigaan terjadinya keganasan apabila didapatkan mioma
menjadi cepat sekali membesar, apalagi pembesaran tersebut
justru terjadi setelah wanita tersebut masuk ke dalam masa
menopause. (Supriyatiningsih, 2017)
c. Torsi (putaran tangkai) Bila terjadi torsi akan timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga tumor mengalami nekrosis. Tumor
yang mengalami nekrosis, terutama jika subserosum akan
menimbulkan rasa nyeri yang hebat, terjadilah sindroma
abdonem akut (Supriyatiningsih, 2017)
6. Pemeriksaan penunjang
Hanya sekitar 35% mioma uteri yang menimbulkan gejala
klinis, dan kebanyakan terdeteksi dengan pemeriksaan yang seksama
meliputi anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium
(USG, CT-Scan atau MRI).
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, nama orang
tua, pekerjaan orang tua, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis. (Carpenoto, Lynda 2008).
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya pasien merasa kontraksi terus menerus, keluar cairan kuning pervagina
b. Riwayat Kesehata Sekarang
Riwayat Kesehatan Sekarang, berisi tentang evaluasi data untuk menentukan alasan
dilakukan operasi caesar seperti implantasi bayi, sungsang, plasenta previa, bayi
kembar, preeklamsia, dan ketuban pecah dini.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Hal – hal yang akan dipelajari sebelumnya adalah penyakit yang diderita pasien
terutama penyakit kronis, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes
(juniarti et al. hal-hal yang akan dipelajari sebelumnya dalah penyakit yang diderita
pasien terutama penyakit kronis, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung,
diabetes, TBC, hepatitis dan penyakit kelamin (Juniartati et al.,2022).
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang sama.
3. Pemeriksaan Fisik
a.Tingkat kesadaran : composmentis
b. GCS : Eye respon: … Motorik respon: … Verbal respon: …
c.Kulit : saat diraba kulit terasa agak panas.
d. Kepala : tidak ada kelainan bentuk kepala
e.Mata : Mata kanan dan kiri simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada
pembesaran pupil, tidak ada secret.
f. Telinga : Telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, fungsi pendengaran baik.
g. Hidung : Lubang hidung simetris, tidak ada benjolan, tidak ada secret.
h. Mulut dan gigi : Simetris, mukosa lembab, tidak ada lesi, tidak ada
stomatitis, pertumbuhan gigi lengkap.
i. Leher : Tidak ada lesi, Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
j. Eksremitas atas dan bawah : simetris, tidak ada edema
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut SDKI DPP PPNI (2016), diagnosa keperawatan
merupakan masalah keperawatan yang ditegakkan atas dasar data pasien,
berikut ini kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul menurut
(PPNI, 2016):
a. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri pada bagian luka operasi. Data subyektif : mengeluh nyeri, nyeri saat
bergerak. Data obyektif : tampak meringis, gelisah, posisi menghindari nyeri
b. Gangguan mobilitas fisik (D.0054) berhubungan dengan nyeri ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri saat bergerak. Data subyektif : nyeri saat bergerak, enggan melakukan
pergerakan,merasa cemas saat bergerak Data obyektif : fisik lemah, gerakan terbatas
c. Intoleransi aktivitas (D.0056) berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan pasien
mengatakan lemah dan aktivitas dibantu keluarga. Data subyektif : mengeluh lelah, merasa
lemah. Data obyektif : terlihat lemah, aktivitas dibantu keluarga
d. Resiko infeksi (D.0142) berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan tubuh primer, kerusakan integritas kulit ditandai dengan
luka post sectio caesarea.
Data subyektif : nyeri luka operasi dan sedikit panas
Data obyektif : ada luka post operasi, luka operasi kemerahan
C. INTERVENSI
Intervensi keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat kepada pasien sesuai dengan diagnosis yang telah ditentukan
dengan tujuan untuk terpenuhinya
kesehatan pasien (siregar, 2020).
Menurut SIKI & SLKI DPP PPNI (2018) :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri pada bagian luka operasi
1. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam diharapakan
nyeri akut menurun
2. Kriteria hasil :
a) Keluhan nyeri menurun
b) Meringis menurun
c) Gelisah menurun
3. Intervensi keperawatan : manajemen nyeri
observasi.
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intesitas nyeri.
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
terapeutik.
a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
b. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.
c. Fasilitasi istirahat dan tidur .
Edukasi
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri saat bergerak.
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam
diharapkan mobitas fisik meningkat.
2) Kriteria hasil
a. Nyeri menurun
b. Kecemasan menurun
c. Gerakan terbatas menurun
d. Kelemahan fisik menurun
e. Intervensi keperawatan : dukungan mobilisasi.
Observasi
a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.
b. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
c. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik
a. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
b. Fasilitasi melakukan pergerakan.
Edukasi
a. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
b. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis.duduk di
tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur)
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan pasien
mengatakan lemah dan aktivitas dibantu keluarga.
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam
diharapakan aktivitas meningkat
2) Kriteria hasil :
a. Perasaan lemah menurun
b. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
3) Intervensi keperawatan : manajemen energi.
Observasi
a. Monitor pola dan jam tidur
b. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
a. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (mis cahaya,
suara)
b. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Edukasi
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
b. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
tubuh primer:kerusakan integritas kulit ditandai dengan luka post sectio
caesarea.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam
diharapakan integritas kulit dan jaringan meningkat
Kriteria hasil :
a. Kerusakan jaringan menurun
b. Kerusakan lapisan kulit menurun
c. Nyeri menurun
Intervensi keperawatan : pencegahan infeksi.
Observasi
Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik Terpeutik
a) Batasi jumlah pengunjung.
b)Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien.
Edukasi
a) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
b) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
c) Anjurkan meningkatkan asup
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
sesuai perencaan keperawatan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. berikut
implementasi sesuai dengan masalah keperawatan yang ditentukan.
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama Pasien : Ny. I.D
b. Tgl. Lahir/Umur : 22 Juni 1982
c. Agama : Islam
d. Alamat : Gang Karya Bakti
e. No. CM : 3022XX
f. Diagnosa Medis : G5P2A2 dengan KPD
g. Jenis Tindakan : Sectio Caesarea (SC)
h. Asal Pasien
Rawat Jalan :-
Rawat Inap : Ruangan Widura
Rujukan :-
i. Diagnosa Pra Anestesi : G5P2A2
j. Rencana Tindakan : Regional Anestesi
k. Tanggal Tindakan : 25 Desember 2023
RIWAYAT PSIKOSOSIAL/SPIRITUAL
a. Status Emosional
Tenang, Bingung, Kooperatif, Tidak Kooperatif,
Menangis,
Menarik Diri
b. Tingkat Kecemasan
Tidak Cemas, Cemas
c. Skala Cemas
0 : Tidak cemas
1 : Mengungkapkan keseriusan
2 : Tingkat perhatian tinggi
3 : Keseriusan tidak berfokus
4 : Respon simpate-adreanal
5 : Panik
Skala Nyeri Menurut VAS (Visual Analog Scale)
Normal
Ya Tidak Jika Tidak Normal, Jelaskan
Kepala
Leher
Dada
Abdomen
Integumen
Ekstremitas
2) Laboratorium:
a. Darah Lengkap : Hemoglobin 12,1 g/dl, Hematokrit 36%, Eritrosit 4,09,
PREMEDIKASI MAINTANANCE
5 Ondansentrone Dos 4 mg IV
4 Sevoflurane 1 MAC = 2 %
is
INDUKSI 5 Enflurane 1 MAC = 1,7 %
1 Propofol Dos 1 - 2 mg / Kg BB
is
LAIN LAIN
1 Ephedrin 4 S Atropin
2 Dexamethason 5 Ephineprine
3 Neostigmin 6 Sugamadec
3. INTRA OPERASI
a. Anestesi dimulai jam : 08:00 WIB
b. Pembedahan dimulai jam : 08:15 WIB
c. Jenis anestesi :
Spinal Umum/General Anestesi Lokal Nervus Block
d. ASA : ASA 1 ASA 2 ASA 3 ASA 4 ASA 5
e. Mall ampati :I
II III IV
f. Posisi operasi :
Terlentang Litotomi Tengkurap/Knee Chees Lateral:
g. Catatan anestesi :
h. Pemasangan alat-alat :
Airway: Terpasang ETT No. Terpasang LMA No.3 OPA
O2 Nasal
i. Persiapan alat :
Mesin anestesi : Kebocoran: Ya Tidak
Kelengkapan monitor : ECG NIBP SpO2
REGIONAL ANESTESI
Jenis Regional : Spinal
Jarum Lumbal No : 25
TTV :
Suhu: 36,7C, Nadi: 113 x/mnt, RR: 22x/mnt, TD:90/60 mmHg
Normal
Ya Tidak Jika Tidak Normal, Jelaskan
Wajah klien nampak pucat, bibir nampak
Kepala
kering
Leher
Dada
Saat dilakukan insisi, ditemukan adanya mioma
Abdomen
uteri sehingga terjadi penambahan insisi
Genetalia
Ekstremitas
4. POST OPERASI
a. Pasien pindah ke :
ICU/PICU/NICU, Jam: WIB
RR, Jam: 09:30 WIB
b. Keluhan saat di RR :
Mual Muntah Pusing, Nyeri
luka operasi
Kaki terasa baal
Menggigil
c. Keadaan Umum :
Baik, Sedang, Sakit Berat
d. TTV :
Suhu: 36,5C, Nadi: 88 x/mnt, RR: 18 x/mnt, TD:130/85 mmHg, SpO2: 99%
e. Kesadaran :
CM, Apatis, Somnolen, Soporo, Coma
f. Survey Sekunder :
Normal
Jika Tidak Normal, Jelaskan
Ya Tidak
Kepala
Leher
Dada
Abdomen Terdapat luka post operasi pada bagian abdomen
Genetalia Pasien terpasang kateter urine
Integumen
Ekstremitas Bromage skor 3
B. ANALISA DATA
Pre Operasi
No. Analisa Data Analisa Etiologi
1. DS : Ansietas
- Klien mengatakan takut (D.0080) Kehamilan
akan di operasi
- Klien bertanya tentang
prosedur operasi Overdistensi
jaringan ikat dan
- Klien mengatakan ini
pertama kali klien vaskularisasi
dioperasi
Ketuban pecah
DO : dini
Air ketuban terlalu
- Klien tampak tegang
banyak keluar
- Pasien tampak gelisah
- Pasien nampak pucat Tindakan sc cito
- Nadi 105x/m
- TD 150/100 mmHg Prosedur
pembedahan
pertama kali
Cemas, takut
depresi
Ansietas
Intra Operasi
No. Analisa Data Analisa Etiologi
1. DS : Hipovolemia Kehamilan
- Klien mengeluh lemas (D. 0023)
- Klien mengeluh merasa Tindakan sc
haus
Intra op
DO :
- Frekuensi nadi Hemoragic
meningkat : 115x/m
Cairan intravascular
- Nadi teraba lemah
berkurang
- TD 90/60 mmHg
- Turgor kulit menurun Penurunan TD,
- Wajah nampak pucat takikardi, nadi teraba
- Bibir nampak kering lemah, turgor kulit
menurun
Syok hypovolemia
Hipovolemia
Post Operasi
No. Analisa Data Analisa Etiologi
1. DS : Resiko Jatuh Tindakan sc (spinal)
- Pasien mengatakan sulit (D.0143)
menggerakan kedua Post op
kakinya
Kelemahan anggota
DO : gerak
- Pasien belum dapat
menggerakkan Bromge skor 3
ekstremitas bawahnya
- Pasien terpasang infus Resiko jatuh
- Pasien terpasang kateter
urine
- Bromage skor 3
C. ANALISA DATA
Pre Operasi
1. Ansietas (D.0080) b.d prosedur operasi, d.d. merasa cemas dan nampak tegang
Intra Operasi
2. Hipovolemia (D. 0223) b.d kehilangan cairan aktif, d.d hipotensi, perdarahan 800 cc
Post Operasi
3. Resiko Jatuh (D.0143) d.d kondisi pasca operasi, kelemahan ekstremitas bawah,
keterbatasan anggota gerak
D. RENCANA KEPERAWATAN
Pre Operasi
No Diagnosa Tujuan Intervensi P
Keparawatan a
r
a
f
1. Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
Observasi
(D.0080)
Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda
tindakan keperawatn ansietas
1x15 menit, tingkat Terapeutik
ansietas menurun 1. Ciptakan suasana
dengan kriteria hasil terapeutik untuk
: menumbuhkan
1. Perilaku gelisah kepercayaan
menurun (5) 2. Temani pasien untuk
2. Verbalisasi mengurangi kecemasan,
khawatir akibat jika memungkinkan
kondisi yang 3. Gunakan pendekatan yang
dihadapi menurun tenang dan meyakinkan
(5) Edukasi
3. Perilaku tegang 1. Jelaskan prosedur operasi
menurun (5) 2. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
3. Latih teknik relaksasi
napas dalam
Intra Operasi
No Diagnosa Tujuan Intervensi P
Keparawatan a
r
a
f
1. Hipovolemia (D. Status Cairan Manajemen Hipovolemia
Observasi
0223)
Setelah dilakukan 1. Periksa tanda dan gejala
tindakan keperawatn hipovolemia
1x15 menit, status 2. Monitor intake dan output
cairan membaik cairan
dengan kriteria hasil
: Terapeutik
1. Kekuatan nadi 1. Hitung kebutuhan cairan
meningkat (5)
2. Turgor kulit Kolaborasi
meningkat (5)
3. Frekuensi nadi 1. Kolaborasi pemberian
membaik (5) cairan IV (koloid,
4. Tekanan darah kristaloid)
membaik (5)
5. Kadar Hb
meningkat (5)
Post Operasi
No Diagnosa Tujuan Intervensi P
Keparawatan a
r
a
f
1. Resiko Jatuh Tingkat Jatuh Pencegahan Jatuh
Observasi
(D.0143)
Setelah dilakukan 1. Identifikasi faktor resiko
tindakan keperawatn jatuh
1x15 menit, tingkat
jatuh menurun Terapeutik
dengan kriteria hasil 1. Pasang handrail tempat
: tidur
1. Jatuh dari tempat 2. Pastikan roda tempat tidur
tidur menurun (5) terkunci
2. Jatuh saat
dipindahkan Edukasi
menurun (5) 1. Anjurkan memanggil
perawat jika memerlukan
bantuan
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pre Operasi
No Hari, Diagnosa Keperawatan Implementasi P
Tgl., a
Jam r
a
f
1. Senin, Ansietas (D.0080) Reduksi Ansietas
Observasi
25
1. Memonitor tanda-tanda
Desemb ansietas
er 2023 Hasil :
- Pasien tampak tegang
- Pasien tampak gelisah
- Pasien terlihat pucat
Terapeutik
1. Membina hubungan saling
percaya dengan pasien
2. Menemani pasien dengan
pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
Edukasi
1. Menganjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien sampai tiba waktu
operasi
2. Melatih teknik relaksasi
(relaksasi napas dalam)
Hasil :
- Pasien mampu
melakukan relaksasi
napas dalam secara
mandiri
Intra Operasi
No Hari, Diagnosa Keperawatan Implementasi P
Tgl., a
Jam r
a
f
1. Senin, Hipovolemia (D. 0223) Manajemen Hipovolemia
Observasi
25
1. Memeriksa tanda dan
Desemb gejala hipovolemia
er 2023 Hasil :
- Klien mengeluh
merasa haus
- Klien mengeluh lemas
- Klien nampak pucat
- Bibir klien nampak
kering
- Turgor kulit klien
menurun
- Nadi 115/x/menit
- Nadi teraba lemah
- TD 90/60 mmHg
Terapeutik
1. Menghitung kebutuhan
cairan
Hasil :
- Kebutuhan cairan : EBV
= 4.550 ml
- EBL = 819 ml
- IWL = 246 ml
- 1 jam pertama = 474 ml
- 2-3 jam kedua = 439 ml
- 4 selanjutnya = 404 ml
Kolaborasi
1. Mengkolaborasikan
pemberian cairan IV
(koloid, kristaloid)
Hasil :
- Sanbe Hest 500 ml
- Ringer Laktat 1000 ml
Post Operasi
No Hari, Diagnosa Keperawatan Implementasi P
Tgl., a
Jam r
a
f
1. Senin, Resiko Jatuh (D.0143) Pencegahan Jatuh
Observasi
25
1. Mengidentifikasi faktor
Desemb resiko jatuh
er 2023 Hasil :
- Kondisi pasien post
operasi sectio
caesarea
- Terpasang akses
intravena
- Terpasang kateter
urine
Terapeutik
1. Memasang handrail
tempat tidur
Hasil :
- Bed klien terpasang
handrail
2. Memastikan roda tempat
tidur terkunci
Hasil :
- Bed klien dalam
keadaan terkunci
Edukasi
1. Menganjurkan memanggil
perawat jika memerlukan
bantuan
F. EVALUASI KEPERAWATAN
Pre Operasi
No Hari, Diagnosa Evaluasi Keperawatan (SOAP) P
Tgl., Keperawatan a
Jam r
a
f
1. Senin, Ansietas (D.0080) S : Pasien mengatakan rasa takut
akan menjalani operasi berkurang
25
Desemb O:
er 2023 - pasien mulai tampak tenang
dan rileks
- pasien melakukan teknik
relaksasi napas dalam
- HR pasien dalam batas
normal 88x/menit
A:
- Masalah ansietas teratasi
P:
- Ciptakan suasana terapeutik
untuk menumbuhkan
kepercayaan
Intra Operasi
No Hari, Diagnosa Evaluasi Keperawatan (SOAP) P
Tgl., Keperawatan a
Jam r
a
f
1. Senin, Hipovolemia (D. S: -
0223)
25
O:
Desemb - Jumlah perdarahan berkurang
er 2023 - TD 100/70 mmHg
- Nadi 107x/m
A:
- Masalah hipovolemia belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Observasi tanda-tanda vital
- Monitor tanda dan gejala
hipovolemia
- Terapi cairan kristaloid
Post Operasi
No Hari, Diagnosa Evaluasi Keperawatan (SOAP) P
Tgl., Keperawatan a
Jam r
a
f
1. Senin, Resiko Jatuh S: -
(D.0143)
25
O:
Desemb - Tempat tidur pasien
er 2023 terpasang handrail
- Roda tempat tidur selalu
dalam keadaan terkunci
A:
- Masalah resiko jatuh teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Anjurkan memanggil perawat
jika memerlukan bantuan
MONITORING DI RUANG RECOVERY ROOM