Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI PADA

PASIEN NY. WLD DENGAN DIAGNOSA G1P0000, UK 41 MINGGU 4 HARI


+KPD 14 JAM YANG DILAKUKAN TINDAKAN SECTIO CAESAREA
MENGGUNAKAN TEKNIK ANESTESI REGIONAL (SAB) DI RUMAH SAKIT
SANJIWANI GIANYAR PADA TANGGAL 27 OKTOBER 2021

Disusun Oleh:
NI MADE BUDIASIH
(1914320040)

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI PADA
PASIEN NY. WLD DENGAN DIAGNOSA G1P0000, UK 41 MINGGU 4 HARI
+KPD 14 JAM YANG DILAKUKAN TINDAKAN SECTIO CAESAREA
MENGGUNAKAN TEKNIK ANESTESI REGIONAL (SAB) DI RUMAH SAKIT
SANJIWANI GIANYAR PADA TANGGAL 27 OKTOBER 2021

Gianyar, 27 Oktober 2021


Mahasiswa

(Ni Made Budiasih)

Mengetahui,
CI Ruangan OK CI Akademik

(I Putu Juniarta Negara, AMd. Kep) (Ns. Ni Made Dewi Wahyunadi, S.Kep., M.Kep)
Nip 197806301998031005
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Teori Penyakit

1. Definisi
Sectio Caesareaadalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewatinsisi pada
dinding abdomen dan uterus persalinan buatan. Sehingga janin di lahirkan melalui perut
dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat
(Anjarsari, 2019). Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin denganmembuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Martowirjo, 2018). Sectio
Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi
pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh
serta berat janin di atas 500 gram (Sagita, 2019).
Sectio Caesarea adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan
pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk mengeluarkan satu
bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran melalui vagina akan
mengarah pada komplikasi-komplikasi kendati cara ini semakin umum sebagai
pengganti kelahiran normal (Mitayani, 2012).
Dari sekian pendapat menurut para ahli maka dapat disimpulkan bahwa Sectio Caesarea
merupakan suatu tindakan persalinan dengan membuat sayatan pada dinding abdomen
dan uterus guna untuk mengeluarkan janin dalam rahim, dengan syarat rahim harus dalam
keadaan utuh dan bobot janin diatas 500 gram
2. Etiologi
Menurut Amin & Hardi (2013) operasi Sectio Caesarea dilakukan atas indikasi sebagai berikut :
a. Indikasi yang berasal dari ibu Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, Cefalo Pelvik
Disproportion (disproporsi janin/ panggul), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang
buruk, ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan yang
parah, komplikasi kehamilan yaitu pre eklampsia dan eklampsia berat, atas permitaan,
kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan persalinan (kista
ovarium, mioma uteri dan sebagainya).
b. Indikasi yang berasal dari janin Fetal distress/ gawat janin, mal persentasi dan mal posisi
kedudukan janin seperti bayi yang terlalu besar (giant baby), kelainan letak bayi seperti
sungsang dan lintang, kelainan tali pusat dengan pembukaan kecil seperti prolapsus tali
pusat, terlilit tali pusat, adapun faktor plasenta yaitu plasenta previa, solutio plasenta, 8
plasenta accreta, dan vasa previa. kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi,
dan bayi kembar (multiple pregnancy).
Sedangkan menurut Sagita (2019), indikasi ibu dilakukan Sectio Caesarea adalah
rupture uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi
dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram> Dari beberapa
faktor Sectio Caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio sebagai berikut
a. CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan
secara normal. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa ulang yang
membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalau oleh janin
ketikaakan lahir secara normal. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan
normal sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologtis tersebut
menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang
panggul menjadi abnormal.
b. PEB (Pre Eklamasi Berat) adalah kesatuan penyakit yang langsung disebabkan
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan
infeksi, preeklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternatal dan
perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini
3. Tanda dan Gejala

Menurut Nugroho (2011) dalam Maruroh (2019), tanda dan gejala yang harus
diwaspadai selama kehamilan adalah :
a. Keluarnya cairan merembes melalui vagina (kemaluan).
b. Timbul sebelum rasa mulas ± mulas tanda dari awal persalinan.
c. Cairan ketuban menjadi berwarna putih keruh mirip air kelapa, mungkin juga sudah
berwarna kehijauan.
d. Kontraksi > 4x/jam (abdomen, rasa kencang, nyeri, kram menstruasi, atau rekaan
pada vagina)
e. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah.
f. Jika duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah
g. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah
cepat merupakan tanda ± tanda infeksi yang terjadi.
4. Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan penunjang terkait

a. Elektroensefalogram (EEG)

Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.


b. Pemindaian CT

Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.


c. Magneti resonance imaging (MRI) Menghasilkan bayangan dengan menggunakan
lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah –
daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT.
d. Pemindaian positron emission tomography (PET) Untuk mengevaluasi kejang
yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik
atau alirann darah dalam otak.
e. Uji laboratorium

1) Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler


2) Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematocrit
3) Panel elektrolit
4) Skrining toksik dari serum dan urin
5) AGD
6) Kadar kalsium darah
7) Kadar natrium darah
8) Kadar magnesium darah
5. Penatalaksanaan Medis

a. Penatalaksanaan Terapi

1) Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti Asam


Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.
2) Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat.
3) Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain.
4) Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl
b. Penatalaksanaan Operatif

1) Sectio Caesarea
Menurut Oxorn dalam buku Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi (2010),
terdapat beberapa tipe Sectio caesarea, diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Segmen bawah : insisi melintang Pada segmen bawah uterus dibuat insisi
melintang yang kecil. Kepala janin terletak dibalik insisi dieskstraksi atau
didorong diikuti oleh bagian tubuh yang lainnya kebudian plesena serta
selaput ketuban
b) Segmen bawah : insisi membujur Pada segmen bawah, cara membuka
abdomen dan menyingkapkan uterus sama seperti pada insisi melintang.
Insisi membujur dibuat dengan skapel dan dilebarkan dengan gunting
tumpul untuk menghindari cidera pada bayi
c) Sectio Caesarea transperitoneal

(1) Sectio caesarea klasik atau korporal yaitu dengan melakukan sayatan
vertikal sehingga memungkinkan ruangan yang lebih baik untuk jalan
keluar bayi.
(2) Sectio caesarea ismika atau profunda yaitu dengan melakukan sayatan
atau insisi melintang dari kiri kekanan pada segmen bawah rahim dan
diatas tulang kemaluan.
(3) Sectio Caesarea Ekstraperitonealis Yaitu tanpa membuka peritonium
parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal.
B. PertimbanganAnestesi
1. Definisi Anestesi

Anestesi adalah menghilangnya rasa nyeri, dan menurut jenis kegunaannya dibagi
menjadi anestesi umum yang disertai hilangnya kesadaran, sedangakan anestesi regional
dan anestesi local menghilangya rasa nyeri disatu bagian tubuh saja tanpa
menghilangnya kesadaran (Sjamsuhidajat & De Jong, 2012). Anestesi merupakan
tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai
prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh (Morgan, 2011). Anestesi
merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan rasa ketika dilakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit, dalam hal ini rasa takut perlu ikut
dihilangkan untuk menciptakan kondisi optimal bagi pelaksanaan pembedahan
(Sabiston, 2011).
Dalam Anestesiologi dikenal Trias Anestesi “The Triad of Anesthesia” yaitu sedasi
(kehilangan kesadaran), Analgesia (mengurangi rasa sakit), dan Relaksasi otot (Kurnia
dkk., 2010). Anestesi berasal dari bahasa Yunani yaitu “An” yang berarti tidak dan
“Aesthesis” yang berarti rasa atau sensasi. Sehingga anestesia berarti suatu keadaan
hilangnya rasa atau sensasi tanpa atau disertai dengan hilangnya kesadaran. Anestesi
adalah keadaan tanpa rasa tetapi bersifat sementara dan akan kembali kepada keadaan
semula, karena hanya merupakan penekanan kepada fungsi atau aktivitas jaringan
syaraf baik lokal maupun umum.
Dari beberapa definisi anestesi menurut para ahli maka dapat disimpulkan bahwa
Anestesti merupakan suatu tindakan menghilangkan rasa sakit pada saat pembedahan
atau melakukan prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit dengan trias anestesi
yaitu hipnotik, analgetik, relaksasi.
2. Jenis Anestesi
a. General Anestesi
Anestesi umum atau pembiusan artinya hilang rasa sakit di sertai hilang kesadaran.
Ada juga mengatakan anestesi umum adalah keadaan tidak terdapatnya sensasi yang
berhubungan dengan hilangnya kesdaran yang reversibel. Anestesi Umum adalah
obat yang dapat menimbulkan anestesi yaitu suatu keadaan depresi umum dari
berbagai pusat di sistem saraf pusat yang bersifat reversibel, dimana seluruh
perasaan dan kesadaran ditiadakan sehingga lebih mirip dengan keadaan pinsan.
Anestesi digunakan pada pembedahan dengan maksud mencapai keadaan pingsan,
merintangi rangsangan nyeri (analgesia), memblokir reaksi refleks terhadap
manipulasi pembedahan serta menimbulkan pelemasan otot (relaksasi). Anestesi
umum yang kini tersedia tidak dapat memenuhi tujuan ini secara keseluruhan, maka
pada anestesi untuk pembedahan umumnya digunakan kombinasi hipnotika,
analgetika, dan relaksasi otot (Kartika Sari, 2013).
b. Regional Anestesi
Anestesi lokal adalah obat yang merintangi secara reversibel penerusan impuls saraf
ke sistem saraf pusat pada kegunaan lokal dengan demikian dapat menghilangkan
rasa nyeri, gatal-gatal, panas atau dingin (Kartika Sari, 2013). Anestesi lokal
menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat yang diinginkan (misalnya, adanya sel
tumbuh pada kulit atau kornea mata). Obat anestesi (misalnya, lidokain)
menghambat konduksi saraf sampai obat terdifusi ke dalam sirkulasi. Klien akan
kehilangan rasa nyeri dan sentuhan, aktivitas motorik, dan otonom (misalnya,
penggosongan kandung kemih). Anestesi lokal umumnya digunakan dalam prosedur
minor pada tempat bedah sehari. Untuk menghilangkan rasa nyeri pascaoperatif,
dokter dapat memberi anestesi lokal pada area pembedahan.
3. Teknik Anestesi
a. General Anestesi
1) Anestesi Inhalasi Suatu keadaan tidak sadar yang bersifat sementara yang diikuti
oleh hilangnya rasa nyeri diseluruh tubuh akibat pemberian obat anestesi. Rees
dan Gray membagi anestesi menjadi 3 (tiga) komponen yaitu:
a) Hipnotika: pasien kehilangan kesadaran
b) Anestesia: pasien bebas nyeri
c) Relaksasi: pasien mengalami kelumpuhan otot rangka.
2) Anestesi Intravena
Anestesia intrvena adalah teknik anestesia dimana obat-obat anestesia diberikan
melalui jalur intravena, baik obat yang berkhasiat hipnotik atau analgetik maupun
pelumpuh otot.
Indikasi Anestesi Intravena :
a) Obat induksi anesthesia umum
b) Obat tunggal untuk anestesi pembedahan singkat
c) Tambahan untuk obat inhalasi yang kurang kuat
d) Obat tambahan anestesi regional
e) Menghilangkan keadaan patologis akibat rangsangan SSP (SSP sedasi).
b. Regional Anestesi
Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian tubh sementara pada
impuls saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian tubuh diblokir untuk
sementara (reversible). Fungsi motoric dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya.
Tetapi pasien tetap sadar.
1) Blok sentral (blok neuroaksial), yaitu meliputi blok spinal, epidural, dan kaudal.
Tindakan ini sering dikerjakan.
2) Blok perifer (blok saraf), misalnya anestesi topikal, infiltrasi lokal, blok lapangan,
dan analgesia regional intravena.
3) Anestesi Spinal
Anestesi spinal adalah suatu cara memasukkan obat anestesi lokal ke ruang
intratekal untuk menghasilkan atau menimbulkan hilangnya sensasi dan bok fungsi
motoric. Anestesi ini dilakukan pada subarachnoid di antara vertebra L2-L3 atau
L3-L4 atau L4- L5.
c. Anestesi Lokal
Anestesi lokal atau zat penghilang rasa setempat merupakan obat yang pada
penggunaan lokal merintangi secara reversible penerusan impuls saraf ke system
saraf pusat dan dengan demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal
gatal, rasa panas atau dingin. Anestesi lokal adalah Teknik untuk menghilangkan
atau mengurangi sensasi di bagian tubuh tertentu. Jenis anestesi lokaldalam bentuk
parenteral yang paling banyak digunakan adalah:
1) Anestesi Blok
Jenis anestesi blok adalah anestesi yang dilakukan dengan mendeposisikan
larutan anestesi berdekatan pada badan saraf utama. Deposit pada Teknik ini akan
menyebabkan penghambat impuls saraf dari lokasiinjeksi hingga ke distal
sehingga memblok sensasi yang datang dari susunan saraf pusat. Injeksi blok
saraf ini perlu berhati-hati karena pembuluh vena dan arteri yang berdekatan
dengan saraf ini dapat terjadi cedera (Pasaribu, 2008; Malamed, 2013).
4. Rumatan Anestesi
a. General Anestesi
1) Inhalasi
a) Nitrous Oxide (N2O)
Disebut juga gas gelak, N2O merupakan satusatunya gas anorganik yang
dipergunakan sebagai anastetikum. Gas ini memiliki bau dan rasa manis,
densitasnya lebih besar dari pada udara, tidak berwarna, tidak mengiritasi dan
tidak mudah terbakar. Bila dikombinasikan dengan anestetikum yang mudah
terbakar akan memudahkan terjadinya ledakan, misalnya campuran eter dan
nitrogen oksida.
b) Halotan
Halotan (fluotan) bukan turunan eter, melainkan turunan etan. Baunya yang
enak dan tidak merangsang jalan napas, maka sering digunakan sebagai
induksi anestesikombinasi dengan N2O. Halotan harus disimpan dalam botol
gelap (coklat tua) supaya tidak dirusak oleh cahaya dan diawetkan oleh timol
0,01%. Selain untuk induksi dapat juga untuk laringoskopi intubasi, asalkan
anestesinya cukup dalam, stabil dan sebelum tindakan diberikan analgesi
semprot lidokain 4% atau 10% sekitar faring laring. Setelah beberapa menit
lidokain kerja, umumnya. laringoskop intubasi dapat dikerjakan dengan mudah,
karena relaksasi otot cukup baik. Pada napas spontan rumatan anestesi sekitar
1-2 vol% dan pada napas kendali sektar 0,5-1 vol% yang tentunya disesuaikan
dengan respon klinis pasien. Halotan menyebabkan vasodilatasi serebral,
meninggikan aliran darah otak yang sulit dikendalikan dengan teknik anestesia
hiperventilasi, sehingga tidak disukai untuk bedah otak.
b) Enfluran
Enfluran (etran, aliran) merupakan halogenisasi eter dan cepat populer setelah
ada kecuriagan gangguan fungsi hepar oleh halotan pada pengguanan
berulang. Pada EEG menunjukkan tanda-tanda epileptik, apalagi disertai
hipokapnia, karena itu hindari penggunaannya pada pasien dengan riwayat
epilepsi, walaupun ada yang beranggapan bukan indikasi kontra untuk dipakai
pada kasus dengan riwayat epilepsi. Kombinasi dengan adrenalin lebih aman 3
kali dibanding halotan. Enfluran yang dimetabolisme hanya 2-8% oleh hepar
menjadi produk non-volatil yang dikeluarkan lewat urin. Sisanya dikeluarkan
lewat paru dalam bentuk asli. Induksi dan pulih dari anestesia lebih cepat
dibanding halotan. vasodlatasi serebral antara halotan dan isofluran.
c) Isofluran
Isofluran (foran, aeran) merupakan halogenasi eter yang pada dosis anestetik
atau sub anestetik menurunkan laju metabolisme otak terhadap oksigen, tetapi
meninggikan aliran darah otak dan tekanan intrakranial. Peninggian aliran
darah otak dan tekanan intrakranial ini dapat dikurangi dengan teknik anestesi
hiperventilasi, sehingga isofluran banyak digunakan untuk bedah otak. Efek
terhadap depresi jantung dan curah jantung minimal, sehingga digemari untuk
anestesi teknik hipotensi dan banyak digunakan pada pasien dengan gangguan
koroner. Isofluran dengan konsentrasi >1% terhadap uterus hamil
menyebabkan relaksasi dan kurang responsif jika diantisipasi dengan oksitosin,
sehingga dapat menyebabkan perdarahan pasca persalinan. Dosis pelumpuh
otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis biasa jika menggunakan isofluran.
d) Sevovluran
Sevofluran (ultane) merupakan halogenasi eter. Induksi dan pulih dari anestesi
lebih cepat dibandingkan dengan isofluran. Baunya tidak menyengat dan tidak
merangsang jalan napas, sehingga digemari untuk induksi anestesi inhalasi
disamping halotan. Efek terhadap kardiovaskuler cukup stabil, jarang
mnyebabkan aritmia. Efek terhadap sistem saraf pusat seperti isofluran dan
belum ada laporan toksik terhadaphepar. Setelah pemberian dihentikan
sevofluran cepat dikeluarkan oleh badan. Walaupun dirusak oleh kapur soda
(soda lime, baralyme), tetapi belum ada laporan membahayakan terhadap
tubuh manusia.

2) Anestesi Intravena
a) Barbiturat
- Blokade sistem stimulasi di formasi retikularis
- Hambat pernapasan di medula oblongata
- Hambat kontraksi otot jantung, tidak menimbulkan sensitisasi jantung
terhadapketekolamin
- Dosis anestesi : rangsang SSP ; dosis >= depresi SSP - Dosis induksi : 2
mg/kgBB (iv) dalam 60 detik; maintenance= ½ dosis induksi
b) Thiopental
- Dewasa : 2-4ml larutan 2,5% secara intermitten tiap 30- 60 detik.
c) Ketamin
- Sifat analgesik, anestetik, kataleptik dengan kerja singkat
- Analgesik kuat untuk sistem somatik, lemah untuk sistem visceral
- relaksasi otot polos lurik (-), tonus meninggi
- tingkatkan TD, nadi, curah jantung
- Ketamin sering menimbulkan takikardi, hipertensi, hipersalivasi, nyeri
kepala, pasca anestesi dapat menimbulkan mual-muntah, pandangan kabur,
dan mimpi buruk.
- Kalau harus diberikan sebaiknya sebelumnya diberikan sedasi midazolam
(dormikum) atau diazepam (valium) dengan dosis 0,1mg/kg intravena dan
untuk mengurangi salivasi diberikan sulfas atropin 0.001mg/kg.
- Dosis bolus untuk induksi intravena adalah 1-2mg/kg dan untuk
intramuscular 3-10 mg.

d) Fentanil
- Analgesik dan anestesi neuroleptic
- Kombinasi tetap
- Aman diberikan pada yang mengalami hiperpireksia dan anestesi umum
lain
- Fentanil : masa kerja pendek, mula kerja cepat - Droperidol : masa kerja
lama dan mula kerja lambat.
e) Propofol
- Propofol dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu bersifat
isotonik dengan kepekatan 1% (1ml=10mg)
- Suntikan intravena sering menyebabkan nyeri, sehingga beberapa detik
sebelumnya dapat diberikan lidokain 1-2 mg/kg intravena
- Dosis bolus untuk induksi 2-2.5 mg/kg, dosis rumatan untuk anestesi
intravena total 4-12 mg/kg/jam dan dosis sedasi untuk perawatan intensif
0.2mg/kg.
- Pengenceran propofol hanya boleh dengan dekstrosa 5%

f) Diazepam
- Analgesik (-)
- Sedasi basal pada anestesia regional, endoskopi, dental prosedure, induksi
anestesia pd pasien kardiovaskuler
- Efek anestesia < ok mula kerja lambat, masa pemulihan lama
- Untuk premedikasi (neurolepanalgesia) dan atasi konvulsi ok anestesi lokal.
- ESO: henti napas,flebitis dan trombosis (+) rute IV
- Dosis : induksi 0,1-0,5 mg/kgBB
d. Anestesi Lokal dan Regional
1) Lidokaine (xylocaine,lignokain) 2% Dosis 20-100 mg (2-5ml)
2) Lidokaine (xylocaine,lignokain) Dosis 20-50 mg (1-2ml)
3) Bupivakaine (markaine) 0,5% dalam air Dosis 5-20 mg (1-4 ml)
4) Bupivakaine (markaine) 0,5% dalam dextrose Dosis 5-15 mg (1-3 ml)
5. Resiko

((Menurut Wikjosastro (2007), dalam Wilanda 2021)), komplikasi Sectio caesarea


sebagai berikut :
a. Infeksi Puerperal

Infeksi puerperalis adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya


kuman-kuman kedalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas bersifat
ringan; kenaikan suhu selama beberapa hari dalam nifas, sedang; suhu meningkat
disertai dehidrasi, berat; peritonealis dan sepsis.
b. Pendarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabangcabang arteri
ikut terbuka, atau karena atonia uteri.
c. Ruptur Uteri robekan terjadi pada semua lapisan miometrium termasuk peritoneum.
Yang terjadi secara spontan atau akibat trauma dan dapat terjadi pada uterus yang
utuh atau yang sudah mengalami cacat rahim.
C. Web of caution (WOC)

Terlampir
D. Tinjauan Teori Askan Pembedahan Khusus

1. Pengkajian

a. Data Subjektif

Pengkajian keperawatan Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam


proses keperawatan untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam
menangani masalah-masalah klien sehingga dapat menentukan tindakan
keperawatan yang tepat. Sugeng,W (2010)
DS :
Pasien mengatakan takut dengan tindakan operasi yang akan dilakukan karena
merupakan operasi pertama
b. Data Objektif
DO:
- Pasien tampak gelisah dan tegang
- Pasien bertanya-tanya mengenai prosedur operasi yang akan dilakukan
- TD : 126/80 mmhg
- Nadi : 80x/menit
2. Masalah Kesehatan Anestesi

Pre Anestesi
a. Nyeri akut
b. Ketidakefekifan pola nafas
c. Ansietas
d. Resiko cidera agen anestesi
Intra Anestesi
a. Resiko Cidera Trauma Pembedahan

b. Resiko Perdarahan

c. RK Disfungsi Respirasi

d. RK Disfungsi Kardiovaskuar (Hipotensi)


Post Anestesi
a. Resiko infeksi
b. Nyeri akut
c. RK Disfungsi Termoregulasi (Hipotermi)
d. Resiko Jatuh
3. Rencana Intervensi

Pre Anestesi
a. Nyeri Akut

1) Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan anestesi selama1x 30 menit


gangguan rasa nyaman nyeri dapat teratasi
2) Kriteria hasil : pasien mengatakan nyeri berkurang, TTV stabil
3) Rencana intervensi
a) Jelaskan penyebab nyeri kepada pasien, jika diketahui.
b) Jelaskan berapa lama nyeri akan berlangsung, jika diketahui
c) Jelaskan tentang pemeriksaan diagnostik dan prosedur yang akan
dilakukan
d) Berikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa takut akan
kecanduan
e) Sampaikan penerimaan perawat atas respon pasien terhadap nyeri
f) Benarkan adanya rasa nyeri
g) Dengarkan dengan penuh perhatian mengenei nyeri
h) Sampaikan bahwa perawat mengkaji nyeri karena perawat ingin
mengetahui lebih baik
i) Diskusikan alasan mengapa pasien dapat mengalami peningkatan atau
penurunan nyeri
j) Berikan pasien kesempatan untuk istirahat pada siang hari dan periode
tidur yang tidak terganggu pada malam hari
k) Bicarakan bersama pasien dan keluarga mengenai penggunaan terapi
distraksi, begitupula dengan pereda nyeri lainnya
l) Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut yang tidak membebani
pasien
m) Ajarkan tentang tindakan pereda nyeri noninvasive
n) Stimulasi kutan
b. Ketidakefekifan pola nafas

c. Ansietas

1) Tujuan
Setelah dilakukan Tindakan kepenataan anestesi selama 1x30 menit
diharapkan ansietas pasien dapat teratasi
2) Kriteria hasil:
- pasien bersedia dilakukan
- tindakan operasi TUR-P
- pasien tampak tenang
- pasien mengerti tentang Tindakan yang akan dilakukan
- pasien bersedia dilakukan Tindakan anestesi
- TTV pasien dalam rentang normal dengan
- TD: 120/80 mmHg
- Nadi: 60-100 x/manit
3) Intervensi
- Kunjungan pra operatif pada 1 hari sebelum tindakan operasi
- Bantu pasien mengekspresikan perasaan untuk mengatasi
- kecemasan
- Berikan obat anti cemas sesuai program terapi kolaboratif dari dokter
spesialis anestesi, contohnya diazepam.
- Berikan dukungan pada pasien untuk dapat beradaptasi terhadap
perubahan dan pengertian tentang peran pasien pada post pembedahan
dan anestesi
- Jelaskan tentang prosedur pembedahan sesuai jenis pembedahan dan
prosedur anestesi
- Jelaskan tentang latihan aktivitas pasca operatif
d. Resiko cedera anestesi
1) Tujuan
Setelah dilakukan Tindakan kepenataan anestesi selama 1x30 menit
diharapkan tidak terjadi cidera agen anestesi
2) Kriteria hasil
- Alat-alat anestesi, mesin anestesi, siap digunakan dan salam kondisi baik
- Obat-obat sudah siap
- Pasien siap dilakukan Tindakan anestesi
- Pemilihan Teknik anestesi sesuai dengan kondisi pasien
3) Intervensi
- Lakukan Pengosongan lambung : dengan cara puasa, memasang NGT.
- Lama puasa pada orang dewasa kira-kira 6-8 jam, anak-anak 4-6 jam,
bayi 2 jam (stop ASI). Pada operasi darurat, pasien tidak puasa, maka
dilakukan pemasangan NGT untuk dekompresi lambung.
- Pengosongan kandung kemih : pemasangan kateter
- Informed consent (Surat izin operasi dan anestesi).
- Melepaskan kosmetik, gigi palsu, lensa kontak dan asesori lainnya.
- Premedikasi secara intramuskular ½ - 1 jam menjelang operasi atau
secara intravena jika diberikan beberapa menit sebelum operasi.
- Status nutrisi, timbang berat badan: bahwa komplikasi yang paling sering
terjadi adalah infeksi pasca operasi karena dehisiensi (terlepasnya jahitan
sehingga luka tidak bisa menyatu). Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.
- Keseimbangan cairan dan elektrolit

Intra Anestesi
a. Resiko cidera trauma pembedahan

1) Tujuan
Setelah dilakukan asuhan kepenataan anestesi selama 60 menit diharapkan tidak
terjadi cedera trauma fisik.
2) Kriteria Hasil
- Tidak adanya tanda-tanda trauma pembedahan

- Pasien tampak rileks selama operasi berlangsung

- TTV dalam batas normal:

- TD: 110 – 120 / 70 – 80mmhg


- Nadi: 60 – 100 x/menit
- Suhu : 36-37°C
- RR: 16 – 20 x/menit
- Saturasi oksigen >95%
- Terpenuhi unsur anestesi regional (analgesia, amnesia, areflexia)
- Tidak adanya komplikasi anestesi selama operasi berlangsung
3) Intervensi
- Monitor TTV
- Monitor intra anestesi (airway, oksigen, ventilasi)
- Atur posisi pasien
- Lakukan preloading cairan
- Pasang alat monitor non invasif
- Lakukan pemasangan nasal kanul
- Asistensi pemberian anestesi regional sesuai program kolaboratif
- Periksa tinggi blok (L3 dan L4)
b. Resiko Pendarahan

1) Tujuan
Setelah dilakukan asuhan kepenataan anestesi selama 60 menit diharapkan
tidak terdapat tanda-tanda perdarahan
2) Kriteria hasil:
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (elastisitas turgor membaik, membran
mukosa lembab)
- TTV dalam rentang normal
TD: 120/80 mmHg
N: 60x/menit
RR: 14-20x/menit
3) Intervensi
- Monitor TTV
- Memantau tanda-tanda perdarahan
- Memantau tanda-tanda hidrasi
- Memantau tanda-tanda syok
- Pertahankan keseimbangan cairan (bila terjadi perdarahan: kurang dari 10%
EBV berikan terapi cairan kristaloid sebanyak 2-3x volume darah yang
hilang)
- Monitor volume darah pasien
- Kolaborasikan dalam pemberian antifibrinolitik (seperti: asam traneksamat)
c. RK Disfungsi Respirasi
1) Tujuan
Setelah dilakukan asuhan kepenataan anestesi selama 60 menit diharapkan
tidak terjadi disfungsi respirasi.
2) kriteria hasil:
• TTV dalam rentang normal
- TD: 120/80 mmHg
- Nadi: 60x/menit
- RR 20x/menit
- SaO2 100%
- Suhu 36,5˚C
- Akral hangat
- pH serum 7,35-7,45
- PaCO2 35-45
- PaO2 80-100
- Pasien tidak mengeluh dan tidak mengatakan sesak napas
• Tidak terjadi apneu
3) Intervensi
- Berikan oksigen dengan simple mask 5-6 LPM
- Lakukan analisa gas darah arteri: pH, PaCO2 dan PaO2
- Ajarkan pasien teknik batuk efektif
- Kolaborasikan dengan pemasangan ETT
d. RK Disfungsi Kardiovaskular (Hipotensi)
1) Tujuan
Setelah dilakukan asuhan kepenataan anestesi selama 1x 60 menit
diharapkan RK Disfungsi Kardiovaskular (Hipotensi) tidak terjadi.
2) Kriteria hasil:
- TTV dalam rentang normal
TD: 120/80 mmHg
N: 60x/menit
- MAP dalam rentang 70 mmHg-99 mmHg
- Akral hangat
- Irama denyut nadi teratus
3) Intervensi
- Monitor sirkulasi kardiovaskuler (TD, Nadi, MAP)
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor tanda hipotensi (TD, Nadi, Akral pasien)
- Monitor EKG
- Monitor tetesan infus
- Kolaborasi dalam pemberian terapi farmakologi
Post Anestesi
a. Resiko Jatuh

1) Tujuan

Setelah dilakukan asuhan kepenataan selama 1x30 menit diharapkan resiko


jatuh tidak terjadi
2) kriteria hasil:

- Pasien tidak jatuh


- Terpasang side rail
- Bromage score < 2
3) Intervensi

- Monitor TTV
- Kaji tingkat resiko jatuh pasien
- Pasang side tail
- Lakukan penilaian bromage score
b. RK Disfungsi Termoregulasi (Hipotermi)
1) Tujuan

Setelah dilakukan asuhan kepenataan anestesi selama 60 menit diharapkan


tidak terjadi hipotermi.
2) Kriteria hasil:

- Pasien tampak tidak menggigil


- Akral teraba hangat
- TTV dalam rentang normal: Suhu: 36°C
3) Intervensi

- Monitor suhu tubuh pasien


- Berikan selimut hangat
- Atur suhu ruangan
- Berikan cairan infus hangat
- Kolaborasi dalam pemberian terapi farmakologi
4. Evaluasi
Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yg
diinginkan dan respon pasien dan keefektifan intervensi kemudian mengganti
rencana keperawatan jika dipperlukan.Tahap akhir dari proses keperawatan anestesi
yaitu mengevaluasi kemampun pasien kearah pencapian hasil.Mengevaluasi akan
masalah yang diatasi antara lain:
a. Patensi jalan napas tidak efektif
b. Tidak terjadi aspirasi
c. Ventilasi spontan
d. Sirkulasi spontan
e. Termogulasi efektif
f. Hidrasi cairan terpenuhi
g. Tidak terjadi perdarahan
h. Nyeri ditoleransi
i. Tidak terjadinya bahaya jatuh
E. Daftar Pustaka
Wilanda, R. (2021). Asuhan Keperawatanperioperatif Pada Pasien G2p2a0 34 Minggu
Dengan Ketuban Pecah Dini Dengan Tindakan Sectio Caesarea Di Ruang Operasi Rsud
Alimuddin Umar Liwa Tahun 2021 (Doctoral Dissertation, Poltekkes Tanjungkarang)
Rahayu, M. Y. (2021). Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Pasien G3p2a0atas Indikasi
Ketuban Pecah Dini Dengan Tindakansectio Caesarea Di Ruang Operasi Rumah Sakit
Bhayangkara Bandar Lampung Tahun 2021 (Doctoral Dissertation, Poltekkes
Tanjungkarang
Sutrisno, A. I. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Ny. B Dengan Post Sectio Caesarea Dengan
Indikasi Preeklampsia Ringan Di Ruang Anyelir Rsud Banyudono (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Fatikhah, A., Haryani, S., & Siyamti, D. (2020). Pengelolaan Nyeri Akut Pada Ny. W Dengan Post
Sectio Caesarea Indikasi Ketuban Pecah Dini H-0 Di Ruang Flamboyan Rsud Ungaran (Doctoral
Dissertation, Universitas Ngudi Waluyo)
Yustika, L. S. (2020). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Ibu Dengan Sectio Caesarea
Indikasi Ketuban Pecah Dini Yang Di Rawat Di Rumah Sakit.
Mulyawati, I., Azam, M., & Ningrum, D. N. A. (2011). Faktor Tindakan Persalinan Operasi Sectio
Caesarea. Kemas: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(1), 14-21.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN NY. WLD DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI SECTIO
CAESAREA DENGAN TINDAKANANESTESI REGIONAL (SAB) DI RUANG IBS
RSUD SANJIWANI GIANYAR PADA TANGGAL 27 OKTOBER 2021

I. PENGKAJIAN
1) Pengumpulan Data

1. Anamnesis
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Ny. WLD
Umur : 19 Th
Jeniskelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Suku Bangsa : Indonesia
Status perkawinan` : Menikah
Golongan darah :-
Alamat : Tojan, Pering, Blahbatuh
No. CM : 704957
Diagnosa medis : G1P0000, UK kehamilan 41 mg 4 hr +KPD
Tindakan Operasi : Sectio Caesarea
Tanggal MRS : 27 Oktober 2021
Tanggal pengkajian : 27 Oktober 2021 Jam Pengkajian:11. 30 wita
Jaminan : BPJS
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : TN. WAP
Umur : 20 Th
Jeniskelamin : Laki-laki
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Suku Bangsa : Indonesia
Hubungan dg Klien : Suami
Alamat : Tojan, Pering, Blahbatuh
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
a. Saat Masuk Rumah Sakit
Keluar cairan dari vagina
b. Saat Pengkajian
Pasien mengeluh keluar cairan dari vagina sejak tadi malam
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke UGD rumah sakit Sanjiwani diantar oleh suaminya
pada tanggal 26 Oktober 2021 jam 21. 45 wita dengan keluhan keluar
cairan putih melalui vagina. Setelah dilakukan pemeriksaan diugd pasien
didiagnosa G1P0000, UK 41 mg 4 hr + KPD 14 jam. Pasien sudah
dilakukan pemeriksaan laboratorium meliputi DL, BT, CT, Rapid HIV,
Rapid antigen dan Golongan darah. Pasien juga sudah dilakukan
pemeriksaan penujang USG. Pasien mendapatkan terapi amoxilin 3 x
500 mg dan IVFD RL 500 CC di UGD. Pasien mengeluh takut
dilakukan tindakan operasi karena merupakan operasi pertama bagi
pasien. Setelah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD:
126/ 80 mmHg, Nadi : 80 x/mnt, RR: 18 x/mnt dan SpO2 : 98 %
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pernah menderita (diabetes melitus, hipertensi,
kardiovaskuler, perdarahan tidak normal, asma, anemia, pingsan,
mengorok) tidak
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit sistemik (diabetes melitus, hipertensi,
kardiovaskuler, perdarahan tidak normal, asma) tidak ada
5) Riwayat Kesehatan
- Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit? tidak
- Riwayat operasi sebelumnya : tidak ada
- Riwayat anestesi sebelumnya : tidak ada
- Apakah pasien pernah mendapatkan transfusi darah? tidak
- Apakah pasien pernah didiagnosis penyakit menular? tidak
- Khusus pasien perempuan Jumlah kehamilan: 1
Jumlah anak : 1
Mensturasi terakhir :
Menyususi : tidak
6) Riwayat pengobatan/konsumsi obat:
a) Obat yang pernah dikonsumsi: tidak ada
b) Obat yang sedang dikonsumsi: tidak ada
7) Riwayat Alergi : tidak
8) Kebiasaan :
a) Merokok : tidak
b) Alkohol : tidak
c)Kopi/teh/soda : tidak
c. Pola Kebutuhan Dasar
1) Udara atau oksigenasi
Sebelum Sakit
- Gangguan pernafasan : Tidak ada
- Alat bantu pernafasan : Tidak ada
- Sirkulasi udara : Baik
- Keluhan : Tidak ada
- Lainnya : Tidak ada
Saat Ini
- Gangguan pernafasan : Tidak ada
- Alat bantu pernafasan : Tidak ada
- Sirkulasi udara : Baik
- Keluhan : Tidak ada
- Lainnya : Tidak ada
2) Air / Minum
Sebelum Sakit
- Frekuensi : 5 gelas/hari
- Jenis : Air putih dan susu
- Cara : melalui oral
- Minum Terakhir : 8 jam yang lalu
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : Tidak ada
Saat Ini
- Frekuensi : 3-5 gelas perhari
Jenis : air putih
- Cara : spontan
- Minum Terakhir : jam 8 pagi
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak ada
3) Nutrisi/ makanan

Sebelum Sakit
- Frekuensi : 3 kali sehari
- Jenis : nasi dan lauk pauk
- Porsi : 1 porsi
- Diet khusus : tidak ada
- Makanan yang disukai : bakso
- Napsu makan : baik
- Puasa terakhir : tidak ada
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : Tidak ada
Saat ini
- Frekuensi : 3 kali sehari
- Jenis : bubur
- Porsi : ½ porsi
- Diet khusus : tidak ada
- Makanan yang disukai : bakso
- Napsu makan : menurun
- Puasa terakhir : tidak ada
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : Tidak ada
4) Eliminasi
a) BAB
Sebelum sakit
- Frekuensi : 1 kali sehari
- Konsistensi : lembek
- Warna : coklat khas feses
- Bau : khas feses
- Cara (spontan/dg alat) : spontan
- Keluhan : Tidak ada
- Lainnya : Tidak ada
Saat ini
- Frekuensi : belum BAB
- Konsistensi : Tidak ada
- Warna : Tidak ada
- Bau : Tidak ada
- Cara (spontan/dg alat) : Tidak ada
- Keluhan : Tidak ada
- Lainnya : Tidak ada
b) BAK
Sebelum sakit
- Frekuensi : 5-6 kali sehari
- Konsistensi : cair
- Warna : kuning bening
- Bau : amoniak
- Cara (spontan/dg alat) : spontan
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : Tidak ada
Saat ini
- Frekuensi : 500 cc
- Konsistensi : cair
- Warna : kuning bening

- Bau : amoniak

- Cara (spontan/dg alat) : dengan alat kateter


- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : Tidak ada
5) Pola aktivitas dan istirahat
a) Aktivitas
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4

Makan dan minum ✓

Mandi ✓

Toileting ✓

Berpakaian ✓

Berpindah ✓

0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain


dan alat, 4: tergantung total
b) Istirahat Dan Tidur
Sebelum sakit
- Apakah anda pernah mengalami insomnia? Pernah
- Berapa jam anda tidur: malam 7 jam siang 2 jam
Saat ini
- Apakah anda pernah mengalami insomnia? pernah
- Berapa jam anda tidur: malam 6 jam., siang 1 jam
6) Interaksi Sosial
- Hubungan dengan lingkungan masyarakat, keluarga, kelompok, teman.
Baik
7) Pemeliharaan Kesehatan
- Rasa Aman : baik
- Rasa Nyaman : kurang baik
- Pemanfaatan pelayanan kesehatan : Ketika sakit
8) Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok
sosial sesuai dengan potensinya.
- Konsumsi vitamin : jarang
- Imunisasi : lengkap
- Olahraga : jarang
- Upaya keharmonisan keluarga: baik
- Stres dan adaptasi : baik
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran : komposmetis , GCS : Verbal: 5 Motorik 6 Mata :4
Penampilan : tampak sakit sedang
Tanda-tanda Vital : Nadi = 80 x/menit, Suhu = 36,5 0 C, TD = 126/80 mmHg,
RR = 18 x/menit, Skala Nyeri: 0, BB: 85 Kg, TB: 159 Cm, BMI: 33
Lainnya:tidak ada
b. Pemeriksaan Kepala
• Inspeksi :

Bentuk kepala (brakhiocephalus/ bulat ), kesimetrisan (+ ), hidrochepalus (-


), Luka ( - ), darah (-), trepanasi ( - ).
• Palpasi :
Nyeri tekan (-), fontanella / pada bayi (cekung / tidak)
c. Pemeriksaan Wajah :
• Inspeksi :

Ekspresi wajah (tegang), dagu kecil (-), Edema (-), kelumpuhan otot-otot
fasialis (-), sikatrik (-), micrognathia (-), rambut wajah (-)
d. Pemeriksaan Mata
• Inspeksi :

- Kelengkapan dan kesimetrisan mata (+)


- Ekssoftalmus (-), Endofthalmus (-)
- Kelopak mata / palpebra : oedem (-), ptosis (-), peradangan (-) luka (-),
benjolan (-)
- Bulu mata (tidak rontok)
- Konjunctiva dan sclera : perubahan warna tidak ada
- Reaksi pupil terhadap cahaya : (miosis) isokor ( + )
- Kornea : warna coklat gelap
- Nigtasmus (-), Strabismus (-)
- Ketajaman Penglihatan (Baik)
- Penggunaan kontak lensa: tidak
- Penggunaan kaca mata: tidak
- Lainnya: tidak ada
• Palpasi
Pemeriksaan tekanan bola mata : tidak dilakukan
Lainnya: Tidak ada
e. Pemeriksaan Telinga
• Inspeksi dan palpasi
- Amati bagian telinga luar : bentuk simetris Lesi ( - ), nyeri tekan ( -
),peradangan ( - ), penumpukan serumen (-).
- Perdarahan (- ), perforasi ( - ).
- Tes kepekaan telinga : tidak dilakukan pemeriksaan
f. Pemeriksaan Hidung
• Inspeksi dan palpasi
- Amati bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi (tidak ada
pembengkakan)
- Amati meatus : perdarahan (- ), Kotoran ( - ), Pembengkakan (- ),
pembesaran/polip (- )
- Pernafasan cuping hidung (-).
- Lainnnya: tidak dilakukan pemeriksaan
g. Pemeriksaan Mulut dan Faring
• Inspeksi dan Palpasi
- Amati bibir : Kelainan konginetal (tidak ada), warna bibir ping
kehitaman, lesi ( - ), bibir pecah (- ).
- Amati gigi ,gusi, dan lidah : Caries ( + ), Kotoran ( - ), Gingivitis (- ), gigi
palsu (- ), gigi goyang (-), gigi maju ( - ).
- Kemampuan membuka mulut < 3 cm : ( + )
- Lidah : Warna lidah : merah muda, Perdarahan ( - ), Abses ( - )
- Orofaring atau rongga mulut : Bau mulut : baik uvula ( simetris ), Benda
asing: (tidak )
- Tonsil : T 1
- Mallampati : I
- Perhatikan suara klien : (tidak )
h. Pemeriksaan Leher
• Inspeksi dan amati dan rasakan :
- Bentuk leher (simetris), peradangan (- ), jaringan parut (-), perubahan
warna (- ), massa (- )
- Kelenjar tiroid, pembesaran ( - )
- Vena jugularis : pembesaran ( - )
- Pembesaran kelenjar limfe ( - ), posisi trakea (simetris)
- Mobilitas leher : menggerakan rahang kedepan : (+), ekstensi : ( + ), fleksi
: ( + ), menggunakan collar : (- )
- Leher pendek: tidak
• Palpasi

- Kelenjar tiroid: normal

- Vena jugularis : tekanan : …….


- Jarak thyro mentalis, 6 cm : ( + )
- Mobilitas leher : menggerakan rahang kedepan : ( + ), ekstensi : ( + ),
fleksi : ( + ), menggunakan collar : ( + )
i. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
- Inspeksi
- Bentuk (simetris), pembengkakan (- ).
- Kulit payudara : warna coklat , lesi ( - )
- Areola : perubahan warna (+ )
- Putting : cairan yang keluar ( - ), ulkus ( - ), pembengkakan ( - )
• Palpasi

- Nyeri tekan ( - ), dan kekenyalan (kenyal), benjolan massa (-), mobile (-)
j. Pemeriksaan Torak
a) Pemeriksaan Thorak dan Paru
• Inspeksi

- Bentuk torak (Normal chest, Simetris), keadaan kulit normal


- Retrasksi otot bantu pernafasan : Retraksi intercosta ( - ), retraksi
suprasternal (- ), Sternomastoid (- )
- Pola nafas : (Eupnea)
- Batuk (-)
• Palpasi

Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba
(sama ).
• Perkusi

Area paru : ( sonor )


• Auskultasi
- Suara nafas
• Area Vesikuler : ( bersih) ,
• Area Bronchial : ( bersih)
• Area Bronkovesikuler : ( bersih)
- Suara Ucapan
• Terdengar : Bronkophoni (-), Egophoni (-), Pectoriloqy (-)
- Suara tambahan
• Terdengar : Rales (- ), Ronchi (- ), Wheezing (- ), Pleural friction
rub (- )
b) Pemeriksaan Jantung
• Inspeksi

Ictus cordis ( - ), pelebaran tidak ada


Palpasi
Pulsasi pada dinding torak teraba : (Kuat )
• Perkusi

Batas-batas jantung normal adalah :


Batas atas ICS II
Batas bawah : ICS V
Batas Kiri ICS V Mid Clavikula Sinistra
Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra
• Auskultasi

BJ I terdengar (tunggal), ( reguler) BJ II terdengar


(tunggal), (keras), (reguler)
Bunyi jantung tambahan : BJ III (- ), Gallop Rhythm (-), Murmur (-)
k. Pemeriksaan Abdomen

- Inspeksi
- Bentuk abdomen : ( cembung)
- Massa/Benjolan ( - ), Kesimetrisan ( - ),
- Bayangan pembuluh darah vena (-)
- Lainnya:………………
- Auskultasi
Frekuensi peristaltic usus tidak dilakukan pemeriksaan ( N = 5 – 35
x/menit, Borborygmi ( - )
- Perkusi : Tympani ( + ), dullness ( + ), Lainnya tidak ada
- Palpasi
- Distensi ( - ), Difans muskular ( -)
- Palpasi Hepar :
Nyeri tekan (- ), pembesaran (- ), perabaan ( lunak), permukaan (tidak
teraba), tepi hepar (tidak teraba) . ( N = hepar tidak teraba).
- Palpasi Lien : Pembesaran lien : ( - )
- Palpasi Appendik :
▪ Titik Mc. Burney . nyeri tekan ( - ), nyeri lepas ( - ), nyeri menjalar
kontralateral (-).
▪ Acites atau tidak : Shiffing Dullnes ( - ) Undulasi ( - )
- Palpasi Ginjal :Nyeri tekan(- ), pembesaran ( - ).
l. Pemeriksaan Tulang Belakang :
- Inspeksi:
- Kelainan tulang belakang: Kyposis (-), Scoliosis (-), Lordosis (-) Perlukaan
(-), infeksi (-), mobilitas (leluasa)
- Palpasi: Fibrosis (-), HNP (-)
m. Pemeriksaan Genetalia
a) Pada Wanita
• Inspeksi :

Kebersihan rambut pubis (bersih), lesi ( - ),eritema (- ), keputihan(-


),peradangan (- ).
Lubang uretra : stenosis /sumbatan (- ) Terpasang kateter (-)
n. Pemeriksaan Anus
• Inspeksi

Atresia ani ( - ), tumor (- ), haemorroid (- ), perdarahan (- ) Perineum


: jahitan (- ), benjolan (- )
• Palpasi

Nyeri tekan pada daerah anus (- ) pemeriksaan Rectal Toucher tidak


dilakukan
o. Pemeriksaan Ekstremitas
a) Ekstremitas Atas
• Inspeksi

Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (-) Fraktur (-),
terpasang gips (-), Traksi ( - ), atropi otot (-)
IV line: terpasang di tangan kiri, ukuran abocatch 20 G, tetesan: 20 TPM
ROM: Aktif
• Palpasi : akral teraba dingin
• Perfusi: tidak dilakukan pemeriksaan

CRT: < 2 detik


Edema : (0)
Lakukan uji kekuatan otat : (5)
b) Ekstremitas Bawah :
• Inspeksi

Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (-)


Fraktur (-), terpasang gips (-), Traksi ( - ), atropi otot (-)
IV line: terpasang di, tidak ada ukuran abocatch tidak ada, tetesan: tidak
ada
ROM: aktif
• Palpasi : akral teraba dingin
Perfusi: tidak dilakukan pemeriksaan
CRT: <
2 detik
Edema : (0 )
Lakukan uji kekuatan otot : (5 )

Kesimpulan palpasi ekstermitas :


- Edema : 000 000

000 000

- uji kekuatan otot : 555 555

555 555

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
1. Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak
Penigkatan suhu tubuh (-), nyeri kepala (-), kaku kuduk (-), mual –muntah (-)
riwayat kejang (-), penurunan tingkat kesadaran (-), riwayat pingsan (-), tanda-
tanda TIK lainnya: Tidak ada
2. Memeriksa nervus cranialis
Nervus I , Olfaktorius (pembau ) bisa membedakan bau alcohol dan minyak
kayu putih
Nervus II, Opticus ( penglihatan ) dapat melihat dengan lapang pandang
Nervus III, Ocumulatorius bola mata dapat digerakan kekiri dan kekanan
Nervus IV, Throclearis bola matadapat digerakan keatas dan bawah
Nervus V, Thrigeminus :
- Cabang optalmicus : refleks terhadap rangsangan halus pada kornea
- Cabang maxilaris : dapat mengatupkan gigi dan mengatupkan rahang atas
- Cabang Mandibularis : dapat mengunyah
Nervus VI, Abdusen lapang pandang kiri kanan
Nervus VII, Facialis dapat mengerutkan dahi dan mengangkat alis
Nervus VIII, Auditorius pendengaran baik
Nervus IX, Glosopharingeal dapat membedakan rasa
Nervus X, Vagus kemampuan menelan baik
Nervus XI, Accessorius dapat melawan tahanan dengan mengangkat bahu
Nervus XII, Hypoglosal dapat membuka mulut dan menjulurkan lidah
3. Memeriksa fungsi sensorik
Kepekaan saraf perifer : benda tumpul (+), benda tajam ( +), Menguji sensasi
panas / dingin (+), kapas halus (+).
4. Memeriksa reflek kedalaman tendon
- Reflek fisiologis

a. Reflek bisep (+)


b. Reflek trisep (+)
c. Reflek brachiradialis (+)
d. Reflek patella (+)
e. Reflek achiles (+)
- Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus tertentu.
a. Reflek babinski (-)
b. Reflek chaddok (-)
c. Reflek schaeffer (-)
d. Reflek oppenheim (-)
e. Reflek gordon (-)
3. Data Penunjang Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 26 Oktober 2021 Jam : 22: 15 wita


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Bas# 0,07 10^3/uL 0,00-0,10
Bas % 0,5 % 0,0-2,0
Eos # 0,23 10^3/uL 0,00-0,50
Eos % 1,9 % 0,5-5,0
Eritrosit (RBC) 4,78 10^6/uL 3,50-5,50
Hematokrit (HCT) 37,6 % 37,0-48,0
Hemoglobin (HGB) 12,2 g/dL 11,0-16,0
Leukosit (WBC) 12,39 10^3/uL 4,00-10,00
Lym # 2,72 10^3/uL 1,00-4,00
Lym % 21,9 % 13,0-40,0
MCH 25,6 pg 27,0-34,0
MCHC 32,5 g/dL 32,0-36,0
MCV 78,7 fl 80,0-100,0
Mon # 0,84 10^3/uL 0,10-1,20
Mon % 6,8% 2,0-11,0
MPV 9,9 fl 6,5-12,0
Neu # 8,53 10^3/uL 2,50-7,50
Neu % 68,9 % 47,0-80,0
PCT 0,257 % 0,108-0,282
PDW 16,4 fl 9,0-17,0
RDW-CV 16,6 % 11,0-16,0
RDW-SD 50,8 fl 35,0-56,0
Trombosit (PLT) 258 10^3/uL 150-140
Gol Darah O -

b. Pemeriksaan Radiologi : -

Hasil Pemeriksaan radiologi Tidak ada


c. Lain-lain: USG
Hasil pemeriksaan
4. Therapi Saat ini : IVFD RL 500 CC, cefiximin 100 mg, Paracetamol 500 mg,
sulfat ferrosus 300 mg
5. Kesimpulan status fisik (ASA):
Pasien status ASA II E karena pasien merupakan pasien obstetric
6. Pertimbangan Anestesi
a. Faktor penyulit:
BB Pasien 85 menyebabkan kesulitan untuk mengidentifikasi dan injeksi
pada lumbal
Pasien obstetric selalu dikatakan pasien lambung penuh sehingga hati-hati
terjadi aspirasi
b. Jenis Anestesi: regional anestesi
Indikasi: Anestesi Regional dipertimbangkan sebagai teknik anestesi pilihan
untuk section caesarea jika dibandingkan dengan Anestesi Umum. Jenis
anestesi ini memungkinkan pasien untuk tetap terbangun, serta efek obat
anestesi ke bayi minimal. Selain itu anestesi regional juga diindikasikan pada
daerah pembedahan panggul, tindakan sekitar rectum perineum, bedah
obstetri-ginekologi, bedah urologi dan bedah abdomen bawah
c. Teknik Anestesi: SAB (Sub Arachnoid Block).
Indikasi: Pilihan anestesi untuk pasien section caesare ini adalah anestesi spinal
(SAB). Pilihan teknik anestesi ini adalah yang paling aman, dapat mengontrol
nyeri pasca operasi lebih baik jika dibandingkan dengan anestesi umum serta
teknik anestesi SAB lebih sederhana , kontak janin dengan obat minimal,
pasien sadar dan bahaya aspirasi minimal
7. Obat- obatan anestesi
a. Ondansentron 4 mg
b. Midazolam 2 mg
c. Ketamin 10 mg
d. Oxytocin 30 iu
e. Methylergometrine 0,2 mg
f. Lidokain 1 ml
g. Regivel 0,5 % 5 mg
h. Asam traneksamat 10 ml
i. Infus RL 500 cc

2) Analisa Data

No Symptom Etiologi Problem


I. PRE ANESTESI
1 DS: pasien mengatakan Ansietas
takut dilakukan Tindakan Kurang terpapar sumber
operasi kerana merupakan informasi tentang pembedahan
operasi pertama bagi
pasien
DO:
Pasien tampat gelisah Kurangnya pengetahuan

Pasie bertanya-tanya
mengenai prosedur operasi
Adanya persepsi negative
yang akan dilakukan
Dengan TTV
TD: 126/80 mmHg
N: 80 x/mnt Timbulnya kecemasan

Ansietas
2 DS: Pasien mengatakan Pre anestesi yang kurang optimal Resiko Cidera Anestesi
takut dilakukan
tindakan anestesi
DO:
- Pasien belum
melakukan Pasien belum siap
persiapan dengan
baik
- Pasien dilakukan
Resiko Cidera Anestesi
regional SAB

II. INTRA ANESTESI

No Symptom Etiologi Problem


1 DS: pasien mengatakan Pasien akan dilakukan Resiko cidera trauma
pusing pembedahan SC pembedahan

DO:
-Pasien akan
dilakukan tindakan Dengan Regional anestesi (SAB)
pembedahan section
caesarea dengan Teknik
RA (SAB)
-Pasien gelisah
Resiko cidera trauma
- dosis obat pembedahan
anestesi yang
diberikan kurang
2 DS: pasien mengatakan Pasien akan dilakukan RK Disfungsi
pusing pembedahan section caesare Kardiovaskular
dengan Regional anestesi (SAB
DO: (Hipotensi)
Pada pertimbangan
anestesi Pasien dilakukan
Penggunaan obat anestesi regivel
Tindakan anestesi dan lidokain
regional (SAB)
-Pada pertimbangan
anestesi pasien pasien Hambatan pada saraf simpatik
akan diberikan agen
anestesi regivel 5 mg Menurunkan aktivitas
Akral pasien dingin vasokontriktor simpatik

TTV: 90/80
mmHG
Vasodilatasi pada pembuluh
N: 60 x/mnt darah

Perubahan pada MAP dan tekana


darah sitolik

RK Disfungsi Kardiovaskular

II. PASCA ANESTESI

No Symptom Etiologi Problem

1 DS: Pasien mengatakan Pasien post operasi SC Resiko Jatuh


mengantuk dan kakinya
belum bisa di gerakan
DO: Pasien dibawah pengaruh obat
anestesi
- Pasien dibawah
pengaruh obat anestesi
- Pasien gelisah
Resiko jatuh
- bromage skor 3
- pasien mendapatkan
terapi midazolam 2 mg

2 DS: Pasien mengatakan Pasca terpapar suhu ruangan OK Hipotermi


dingin
DO: Mempengaruhi sel hipotalamus
- Pasien dalam pengaruh
obat anestesi
Mempengaruhi kerja serat
- Pasien tampak kolinergik
kedinginan dan
menggigil
- Permukaan tubuh Vasodilatasi pembuluh darah
teraba dingin Panas tubuh hilang

- Suhu tubuh pasien


35, 5˚ C
Suhu tubuh menurun

Hipotermi

II. Problem ( Masalah )


a. PRE ANESTESI

1. Prioritas tinggi ( mengancam nyawa )

Ansietas

2. Prioritas sedang ( mengancam status kesehatan )

Resiko cidera agen anestesi


3. Prioritas rendah ( situasi yang tidak berhubungan langsung prognosis dari
suatu penyakit yang secara spesifik )

b. INTRA ANESTESI

1. Prioritas tinggi ( mengancam nyawa )

Resiko trauma pembedahan

2. Prioritas sedang ( mengancam status kesehatan )

RK Disfungsi Kardiovaskular (Hipotensi)

3. Prioritas rendah ( situasi yang tidak berhubungan langsung prognosis dari


suatu penyakit yang secara spesifik )
Alasan prioritas:
c. PASCA ANESTESI

1. Prioritas tinggi ( mengancam nyawa )

Resiko jatuh

2. Prioritas sedang ( mengancam status kesehatan )

RK Disfungsi Termoregulasi (Hipotermi)

3. Prioritas rendah ( situasi yang tidak berhubungan langsung prognosis dari


suatu penyakit yang secara spesifik )
III. Rencana Intervensi, Implementasi dan Evaluasi

1) Pra Anestesi

Nama : Ny. WLD No. CM : 704957


Umur : 19 Th Dx Diagnosa : G1P0000, UK 41 mg 4 hr +PKD
Jenis kelamin : Perempuan Ruang : IBS

No Problem Rencana Intervensi Tgl/ Implementasi Evaluasi Nama &


(Masalah) Tujuan Intervensi Jam Paraf
1. Ansietas Setelah dilakukan 1. Obervasi TTV pasien 11.30 1. Mengobservasi TTV S: budiasih

Tindakan 2. Kaji tingkat kecemasan pasien wita pasien meliputi TD - Pasien


kepenataan 3. Berikan pasien penjelasan dan Nadi pasien mengatakan siap
anestesi selama tentang Tindakan anestesi 2. Mengkaji tingkat untuk dilakukan
1x30 menit yang akan diberikan kecemasan pasien operasi
diharapkan 4. Ajarkan pasien Teknik apakah pasien kategori
- Pasien
ansietas pasien relaksasi tingkat cemas sedang,
mengatakan
dapat teratasi 5. Delegasi dalam pemberian berat atau ringan
memahami apa
dengan kriteria terapi farmakologi 3. Memberikan
yang dijelaskan
hasil: penjelasan tentang
tentang Tindakan
-pasien bersedia Tindakan anestesi
anestesi
dilakukan tindakan dimulai dari pra, intra
operasi SC dan pasca anestesi O:

-pasien tampak 4. Mengajarkan pasien - Pasien tampak


tenang Teknik relaksasi lebih tenang
-pasien mengerti dengan mengalihkan
tentang Tindakan perhatian pada benda- - Pasien mampu
yang akan benda disekitar melakukan
dilakukan Teknik relaksasi
-pasien bersedia yang di ajarkan
dilakukan - TTV pasien
Tindakan anestesi dalam rentang
-TTV pasien dalam normal dengan
rentang normal
TD: 120/80
dengan
mmHg
TD: 120/80 mmHg
Nadi: 60-100 Nadi: 80x/menit

x/manit
2 Resiko Setelah dilakukan 1. Observasi status nutrisi pasien 11.45 1. Mengobservasi status S:
cidera agen Tindakan (timbang BB pasien) wita nutrisi pasien (dengan - Pasien siap
anestesi kepenataan 2. Lepaskan asesoris yang menimbang BB dilakukan
anestesi selama digunakan pasien pasien) Tindakan
1x30 menit 3. siapkan mesin anestesi, alat- 2. dari jam 23.00 wita anestesi
diharapkan tidak alat anestesi regional, dan 3. Melepaskan asesoris
O:
terjadi cidera agen STATISC yang digunakan pasien
anestesi dengan 4. Persiapan obat-obat anestesi 4. Menyiapkan mesin - Mensin dan alat-

kriteria hasil: regional dan umum anestesi, alat-alat alat anestesi siap

-alat-alat anestesi, 5. persiapan obat live saving anestesi regional, dan digunakan dan
mesin anestesi, 6. Tentukan status ASA pasien STATISC dalam kondisi
siap digunakan dan 7. Kolaborasi dalam penentuan 5. Mempersiapan obat- baik

salam kondisi baik teknik anestesi obat anestesi regional - Obat-obat


-Obat-obat sudah 8. Delegasi dalam pemberian obat (- obat sedasi anestesi sudah
siap premedikasi midazolam
-Pasien siap – obat analgesic IVFD siap
dilakukan paracetamol 1g/100 - Pasien
Tindakan anestesi ml) ditetapkan ASA
-pemilihan Teknik - induksi regivel II
anestesi sesuai 5mg
- -Pasien
dengan kondisi -obat penghenti
dilakukan
pasien pendarahan, asam
pembedahan SC
traneksamat 500 mg
dengan Regional
dan obat anestesi
anestesi (SAB)
umum
- Regivel 0,5 % 5 mg A: masalah resiko
- Lidokain 1 ml cidera agen anestesi

6. Mempersiapan obat tidak terjadi

live saving P: pertahankan


(Pasopresor (adrenalin, kondisi pasien
epineprin)
7. Menentukan status
ASA pasien (pasien
tergolong ASA II)
8. Berkolaborasi dalam
penentuan teknik
anestesi RA (SAB)
ASSESMEN PRA INDUKSI/ RE- ASSESMEN
Tanggal : 27 Oktober 2021
Kesadaran : composmentis Pemasangan IV line : ✓ 1 buah □ 2 buah
Tekanan darah : 128/80 mmHg, Nadi 80 x/mnt. Kesiapan mesin anestesi: ✓ Siap baik
RR : 18 x/mnt Suhu : Kesiapan Sumber gas medik : ✓ Siap/baik
36,50C Saturasi O2 98 % Kesiapan volatile agent : ✓Siap/baik
Gambaran EKG : sinus rhytem Kesiapan obat anestesi parenteral : ✓ Siap/baik
Kesiapan obat emergensi : ✓Siap/baik
Penyakit yang diderita : ✓Tidak ada □ Ada, sebutkan……………
Penggunaan obat sebelumnya: ✓ Tidak ada □ Ada, sebutkan…………
Gigi palsu : ✓ Tidak ada □ Ada , permanen □ Ada,sudah dilepas
Alergi : ✓ Tidak ada □ Ada, sebutkan…………
Kontak lensa : ✓ Tidak ada □ Ada , sudah
dilepas. Asesoris : ✓ Tidak ada □ Ada,
sebutkan…………
CATATAN LAINNYA:
2) Intra Anestesi

Nama : Ny. WLD No. CM : 704957


Umur : 19 Th Dx : G1P0000, UK 41 mg 4 hr + PKD
Jenis kelamin : Perempuan Ruang : IBS

No Problem Rencana Intervensi Tgl/ Jam Implementasi Evaluasi Nama &


(Masalah) Tujuan Intervensi Paraf
1 Resiko Setelah dilakukan 1. Monitor intra anestesi 12.00 wita 1. Memonitor TTV Budiasih
S: -
Cidera asuhan kepenataan (airway, oksigen, ventilasi) 2. Memonitor intra
O:
Trauma anestesi selama 60 2. Atur posisi pasien anestesi (airway,
Pembedaha menit diharapkan 3. Lakukan preloading cairan oksigen, ventilasi) - Pasien tampak
rileks
n tidak terjadi cedera 4. Pasang alat monitor non 3. Mengatur posisi
trauma fisik. Dengan invasif pasien lateral - Unsur anestesi
kriteria hasil: 5. Lakukan pemasangan nasal decubitus regional terpenuhi

•Tidak adanya tanda- kanul 4. Memasang alat (analgesia,


amnesia, areflexia)
tanda trauma 6. Asistensi pemberian monitor non invasif
pembedahan anestesi regional sesuai 5. Melakukan - TTV dalam
•Pasien tampak rileks program kolaboratif pemasangan nasal rentang normal:

selama operasi kanul TD 120/70


berlangsung 6. Pemberian oksigen 2 mmHg
•TTV dalam batas liter/menit Nadi 80x/menit
normal: 7. Melakukan asistensi
RR 18x/menit
-TD: 110 – 120 / 70 – anestesi regional
80mmhg sesuai program SaO2 98%

-Nadi: 60 – 100 kolaboratif Suhu 36,5˚C


x/menit A:
-Suhu : 36-37°C
Masalah resiko cidera
-RR: 16 – 20 x/menit trauma pembedahan
-Saturasi oksigen tidak terjadi

>95% P:
-Terpenuhi unsur
Pertahankan kondisi
anestesi regional pasien
(analgesia, amnesia,
areflexia)
•Tidak adanya
komplikasi anestesi
selama operasi
berlangsung
2 RK Setelah dilakukan 1. Monitor sirkulasi 12.30 wita 1. Memonitor sirkulasi S: -
Disfungsi asuhan kepenataan kardiovaskuler (TD, Nadi, kardiovaskuler (TD, O:
Kardiovask anestesi selama 1x 60 MAP) Nadi, MAP) - Pasien tidak
pusing, dan mual
ular menit diharapkan RK 2. Monitor intake dan output 2. Memonitor intake muntah
Disfungsi cairan dan output cairan - TD : 120/80
mmHg
Kardiovaskular 3. Monitor tanda hipotensi (TD, 3. Memonitor tanda
- Nadi: 80 x/menit
(Hipotensi) tidak Nadi, Akral pasien) hipotensi (TD,
- MAP: 66,6 mmHg
terjadi. Dengan 4. Monitor EKG Nadi, Akral pasien)
- Akral hangat
kriteria hasil: 5. Monitor tetesan infus 4. Memonitor EKG
- Irama denyut nadi
- TTV dalam 6. Kolaborasi dalam pemberian 5. Memonitor tetesan teratur
rentang normal terapi farmakologi infus A: masalah tidak terjadi
- TD: 120/80 P: pertahankan
mmHg kondisi pasien

- N: 60x/menit
- MAP dalam
rentang 70
mmHg-99
mmHg
- Akral hangat
- Irama denyut
nadi teratur

INTRA ANESTESI
12. 00 13.00
Infus perifer : Tempat dan ukuran Obat-obatan / Infus
1. Tangan kiri dengan jarum 20 G RL
Ondansentron 4 mg *
2.
Midazolam 2 mg *
CVC : Ketamin 10 mg *
Posisi Oxytocin 30 iu *
Methelgometri 0,2 mg *
✓Terlentang □ Lithotomi □ Perlindungan mata
Prone □ Lateral □ Ka □ Ki □ Lain-lain
Premedikasi
□ Oral :
N2O / O2 / Air 2 lpm
□ I.M :
□ I.V: Gas : Isof/Sevo/Des %

Induksi
RR N TD
□ Intravena :
28 220
□ Inhalasi :
20 200
Tata Laksana Jalan nafas
16 180 + + + + + + + + + + + + + + +
Face mask No Oro/Nasopharing
•N 12 160
ETT No Jenis Fiksasi cm
 Sis 8 180 140
LMA No Jenis
 Dis 160 120               
Trakhesotomi
+ RR 140 100
Bronkoskopi fiberoptik
120 80               
Glidescope
Lain-lain 100 60

Intubasi 80 40
60 20
□ Sesudah tidur □ Blind □ Oral □Nasal □ Ka □ Ki 0
□ Trakheostomi
□ Sulit ventilasi :
Mulai anestesia X→ Selesai anestesia ←X Mulai pembedahan O→ Selesai pembedahan ←O
□ Sulit intubasi :
Intubasi ↑ Ekstubasi ↓ Pemantauan
□ Dengan stilet □ Cuff □ Level ETT □ Pack
SpO2 % 98 98 98 98 98 98 98 98 99 99 99 99 98 98 98
Ventilasi
PE CO2 mm Hg
□ Spontan □ Kendali □ Ventilator: TV RR PEEP
FiO2
□ Konversi :
Lain-lain :
Tindakan Anestesi 500 cc
Cairan infus ml
Teknik Regional/Blok Perifer
Darah ml
Jenis : SAB
Urin ml
Lokasi : L3-L4 Perdarahan ml
Jenis Jarum / No : Lama pembiusan : 1 jam menit Lama
Kateter : ✓Ya □ Tidak Fiksasi cm pembedahan : 1 jam menit
Obat-obat : Regivel 0,5 % 5 mg Masalah Intra Anesstesi:
Komplikasi :
Hasil : ✓Total Blok □Partial
□ Gagal
3) Pasca Anestesi

Nama : Ny. WLD No. CM : 704957


Umur : 19 th Dx : G1P0000, UK 41 mg 4 hr +KPD
Jenis kelamin : Perempuan Ruang : IBS

No Problem Rencana Intervensi Tgl/ Implementasi Evaluasi Nama &


(Masalah) Tujuan Intervensi Jam Paraf
1 Resiko Jatuh Setelah dilakukan - Monitor TTV 13.10 wita - Memonitor S: - Budiasih

asuhan kepenataan - Kaji tingkat resiko jatuh TTV(meliputi TD, O:


selama 1x30 menit pasien Nadi, RR)
-terpasang side rail
dengan kriteria - Pasang gelang resiko - Mengkaji tingkat
hasil: jatuh resiko jatuh pasien -pasien tidak jatuh

- Pasien tidak - Pasang side tail - Memasang gelang -bromage skore <2
jatuh - Lakukan penilaian resiko jatuh
A:
- Terpasang side bromage score - Memasang side tail
Masalah resiko jatuh
rail - Melakukan penilaian
tidak terjadi
- Bromage score bromage score
<2 P:
- Terpasang
Pertahankan kondisi
gelang resiko pasien
jatuh
2 RK Disfungsi Setelah dilakukan 1. Monitor suhu tubuh 13. 15 1. Memonitor suhu S:
termoregulasi wita
asuhan kepenataan pasien tubuh pasien Pasien mengatakan
anestesi selama 60 2. Berikan selimut hangat 2. Memberikan
badanya terasa lebih
menit 3. Atur suhu ruangan selimut hangat hangat
diharapkan tidak 4. Berikan cairan infus 3. Mengatur suhu
O:
terjadi hangat ruangan
hipotermi. Dengan 5. Kolaborasi dalam 4. Memberikan - Pasien tampak

kriteria hasil: pemberian terapi ciran infus tidak menggigil

- Pasien tampak farmakologi hangat - Akral teraba hangat

tidak 5. Melakukan - TTV dalam rentang

menggigil pemberian obat normal

- Akral teraba sesuai hasil Suhu 36°C


hangat delegasi petidine A:
- TTV dalam 25 mg
Masalah RK Disfungsi
rentang
termoregulasi
normal:
(hipotermi) tidak terjadi
- Suhu: 36°C
P:

Pertahankan kondisi
pasien
PASCA ANESTESI

CATATAN PASIEN DI KAMAR PEMULIHAN :


Waktu masuk RR: Pk 13.10
Penata anestesi pengirim : budiasih
Penata anestesi penerima : Ayu wijayanti
Tanda Vital : □TD: 120 /90 mmHg □Nadi: 80 x/menit □RR: 16 x/menit
□Temperatur : 36,5 0 C Kesadaran: ✓Sadar betul □Belum sadar □Tidur dalam
Pernafasan : ✓ Sponta □Dibantu □VAS
Penyulit Intra operatif : tidak ada
Instruksi Khusus : tidak ada

S S
C C
Frekuensi nadi

Tekanan darah

SKALA STEWARD
Frekuensi

ALDRETTE O O BROMAGE SCORE


napas

NYERI SCORE
SCORE
(Lingkar) R R
E E
28 220 0 Gerakan penuh dari
Pergerakan
20 200 0 Saturasi O2
tungkai
26 180 1
12 160 + + 2 0 Tak mampu ekstensi
Pernafasan
8 180 140 3 Pernapasan tungkai
160 120 ^ ^ 4

140 100 5
0
Kesadaran Tak mampu fleksi lutut
120 80   6 Sirkulasi
100 60 7

80 40 8 Tak mampu fleksi


Aktifitas
60 20 9
motorik pergelangn kaki
0 10

Kesadaran
Lama Masa Pulih :
Menginformasikan keruangan untuk menjemput pasien :
1. Jam : Penerima : 2. Jam : Penerima : 3. Jam :
Penerima :

KELUAR KAMAR PEMULIHAN


Pukul keluar dar RR : Pk. 13. 20 wita ke ruang: ✓rawat inap □ ICU □ Pulang □ lain-lain:

SCORE ALDRETTE :
SCORE STEWARD:
SCORE BROMAGE: 0
SCORE PADSS (untuk rawat jalan): □ not applicable
SCORE SKALA NYERI: □ Wong Baker:
Nyeri : ✓ tidak □ ada
Risiko jatuh : □ tidak beresiko ✓resiko rendah □ resiko tinggi
Risiko komplikasi respirasi: ✓ tidak □ ada
Rsiko komplikasi kardiosirkulasi □ tidak ✓ada
Rsiko komplikasi neurolgi : □ tidak ✓ ada
Lainya

INSTRUKSI PASCA BEDAH:


Pengelolaan nyeri : fentanyl 300 mg dalam 50 ml NS kecepatan 2,1 ml/jam, paracetamol 1 gr/ 8
jam
Penanganan mual/ muntah : tidak ada
Antibiotika : tidak ada
Obat-obatan lain : tidak ada
Infus : tidak ada
Diet dan nutrisi : tidak ada
Pemantauan tanda vital : Setiap 60 menit Selama
Lain-lain :
Hasil pemeriksaan penunjang/obat/barang milik pasien) yang diserahkan melalui perawat ruangan/ICU :
1) 2) 3)
IV. Catatan Perkembangan
Nama : Ny. WLD No.CM : 704957
Umur : 19 th Diagnosa : G1P0000 UK 41 mg 4 hr +PKD
Jenis kelamin : Perempuan Ruang : IBS

No Tanggal Jam Problem Catatan Perkembangan Nama &


(Masalah ) Paraf
1 27/10/21 11. 30 wita Ansietas S: Budiasih

- Pasien mengatakan siap untuk


dilakukan operasi
- Pasien mengatakan memahami
apa yang dijelaskan tentang
Tindakan anestesi
O:
- Pasien tampak lebih tenang
- Pasien mampu melakukan
Teknik relaksasi yang di ajarkan
- TTV pasien dalam rentang
normal dengan
TD: 120/80 mmHg
Nadi: 80x/menit
- Pasien mendapatkan obat
sedasi midazolam 2 mg
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan kondisi pasien
V. Format Hand Over recovery Room ke Ruang Rawat Inap

Nama : Ny. WLD No.CM : 704957


Umur : 19 tahun Diagnosa : G1P0000, UK 41 mg 4 hr +PKD
Jenis kelamin : Perempuan Ruang : IBS
S (Situation) Nama: Ny. WLD No. CM: 704951
Umur : 19 Th Ruang: IBS
DPJP: dr. Ketut Jayanti Sp. An Tanggal masuk: 27 Oktober 2021
Diagnosa masuk : G1P0000, UK 41 mg 4hr
+KPD
B (Background) Pasien datang ke UGD rumah sakit Terapi DPJP :
Sanjiwani diantar oleh suaminya pada
tanggal 26 Oktober 2021 jam 21. 45 wita
dengan keluhan keluar cairan putih
melalui vagina. Setelah dilakukan
pemeriksaan diugd pasien didiagnosa
G1P0000, UK 41 mg 4 hr + KPD 14 jam.
Pasien sudah dilakukan pemeriksaan
laboratorium meliputi DL, BT, CT, Rapid
HIV, Rapid antigen dan Golongan darah.
Pasien juga sudah dilakukan pemeriksaan
penujang USG. Pasien mendapatkan terapi
amoxilin 3 x 500 mg dan IVFD RL 500
CC di UGD. Pasien mengeluh takut
dilakukan tindakan operasi karena
merupakan operasi pertama bagi pasien.
Setelah dilakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital didapatkan TD: 126/ 80 mmHg,
Nadi : 80 x/mnt, RR: 18 x/mnt dan SpO2 :
98 %
Riwayat penyakit terdahulu: tidak ada
Alergi: tidak ada
A Kedasaran : Composmentis Hasil lab: terlampir
(Assestment/Analisa) TD: 120/80 mmHg Hasil rortgent: terlampir
N: 80 x/mnt IV line fluids : +
RR: 16 x/mnt
S: 36,5 ˚C
SpO2: 99 %
R -Monitor TTV pasien setiap 30 menit sekali Intruksi dokter :
(Recommendation) - Monitor KU pasien Fentanyl 300 mg dalam 50 ml NS
kecepatan 2,1 ml/jam, paracetamol 1
gr/ 8 jam IV

Nama dan Paraf Nama Paraf


yang menyerahkan Budiasih
pasien
Nama dan paraf Nama Paraf
yang menerima Wijak
pasien
LAMPIRAN
PERSALINAN TIDAK
NORMAL

ETIOLOGI
1. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)
2. KPD (Ketuban Pecah Dini)
3. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
4. Bayi kembar
5. Faktor hambatan jalan lahir
6. Kelainan letak janin

Tanda dan Gejala

TERAPI 1. Terapi nonfarmakologis


2. Terapi farmakologi
Sectio Caesarea
Kurangnya
Ansietas
PreAnestesi
operatif pengetahuan Takut yang
Pre
berlebihan
Pra anestesi yang
Pasien Resiko Cidera Agen
kurang optimal
belum siap Anestesi
Pasien akan
dilakukan Tindakan Dengan Resiko Cidera
operasi SC RA (SAB) Trauma Pembedahan

Intra Anestesi Tindakan Luka insisi Keluarnya


pembedahan pada daerah darah lebih Resiko
pembedahan dari normal Perdarahan
Pasien akan Blok terlalu RK Disfungsi
dilakukan Tindakan tinggi Respirasi
operasi SC

Pasien akan Vasodilatas RK


dilakukan Tindakan Pemberia i pembuluh Disfungsi
operasi SC n agen darah Kardiovasku
anestesi lar
(Hipotensi)

Terdapat luka Terputusny


Post operasi insisi pada a kontinitas Nyeri
SC daerah operasi jaringan
Pasca
Anestesi
Regional Terangsangnya
Anestesi Pusat Panas Resiko Komplikasi
(SAB) termoregulasi
(Hipotermi)

Pasien Post Pasien dibawah


Operasi SC pengaruh obat Resiko Jatuh
anestesi

Anda mungkin juga menyukai