Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KANKER PAYUDARA (CA MAMAE)

DISUSUN

OLEH :

NAMA : ZESIKA INDAH PERTIWI WALANGADI

NIM : 17D10115

D-IV ANESTESIOLOGI

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Teori Penyakit


1. Definisi
Tumor mamae adalah adalah karsinoma yang berasal dari parenkim, stroma,
areola dan papilla mamma (Lab. UPF Bedah RSDS, 2010). Sedangkan Kanker payudara
dimulai di jaringan payudara, yang terdiri dari kelenjar untuk produksi susu, yang
disebut lobulus, dan saluran yang menghubungkan lobulus ke puting. Sisa dari payudara
terdiri dari lemak, jaringan ikat, dan limfatik (American Cancer Society, 2011).
Macam-macam tumor :
a. Tumor jinak
Hanya tumbuh membesar , tidak terlalu berbahaya dan tidak menyebar keluar
jaringan.
b. Tumor ganas
Tumor ganas (kanker) adalah sel yang telah kehilangan kendali dan mekanisme
normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak wajar , liar , dan kerap kali
menyebar jauh ke sel jaringan lain serta merusak

2. Etiologi

1. Faktor Genetika
Faktor genetik pada kanker payudara memiliki pengaruh. Terutama bila ada
riwayat generasi sebelumnya ada yang terkena kanker payudara, maka resiko
menderita kanker payudara akan lebih besar. Terdapat dua gen yang berperan dalam
pembentukan kanker payudara, yaitu gen BRCA1 dan BRCA2.
2. Pengaruh Hormon
Hormon adalah zat yang dihasilkan oleh kalenjar tubuh yang berfungsi untuk
mengatur kegiatan alat-alat tubuh dan selaput tertentu. Hormon memicu terjadinya
pertumbuhan sel. Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif wanita,
terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormonal karena kehamilan,
meningkatkan peluang tumbuhnya sel-sel yang secara genetik telah mengalami
kerusakan dan menyebabkan kanker.
3. Bahan Kimia
Bahan kimia untuk industri serta asap yang mengandung senyawa karbon dapat
meningkatkan kemungkinan terkena kanker payudara.
4. Pola makan, terutama makanan yang banyak mengandung lemak
5. Pengaruh Radiasi di Daerah Dada
Biasanya penderita mengeluh adanya benjolan di payudara, rasa sakit di payudara,
keluarnya cairan dari puting susu, adanya eksim di sekitar areola puting susu, adanya
ulserasi atau borok di daerah payudara, pembesaran 7 kalenjar getah bening atau
sekelan disekitar ketiak.

3. Tanda dan Gejala

1. Gatal, sakit dan memerah.


2. Nyeri punggung bagian atas.
3. Perubahan puting.
4. Perubahan bentuk payudara.
5. Pembengkakan atau benjolan di ketiak.

4. Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan penunjang terkait

a. Mammografi

Merupakan foto rontgen payudara yang mengguakan peralatan khusus yang tidak
menyebabkan rasa sakit dan tidak memerlukan bahan kontras serta dapat menemukan
benjolan yang terkecil sekalipun.

b. USG (ultrasonografi)

Menggunakan sinar pengion sehingga tidak ada bahaya radiasi dan pemeriksaan
bersifat non invasive,relative mudah dikerjakan. USG dapat membedakan tumor
padat dan kista serta untuk menemukan metastase dihati.
C. Biopsi/eksisi

Metode klasik yang sering dipergunakan untuk diagnosis berbagai tumor


payudara

5. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Terapi
1. Radioterapi
Pilihan pengobatan lain bagi pasien kanker payudara adalah radioterapi
atau terapi radiasi dengan menggunakan sinar berkekuatan tinggi, seperti sinar-X
dan proton. Radioterapi bisa dilakukan dengan menembakkan sinar ke tubuh
pasien menggunakan mesin (radioterapi eksternal), atau dengan menempatkan
material radioaktif ke dalam tubuh pasien (brachytherapy)
Radioterapi eksternal biasanya dijalankan setelah pasien selesai menjalani
lumpektomi, sedangkan brachytherapy dilakukan jika kecil risikonya untuk
muncul kanker payudara kembali. Dokter juga bisa menyarankan pasien untuk
menjalani radioterapi pada payudara setelah mastektomi, untuk kasus kanker
payudara yang lebih besar dan telah menyebar ke kelenjar getah bening.
Radioterapi atau terapi radiasi pada kanker payudara dapat berlangsung
selama 3 hari hingga 6 minggu, tergantung dari jenis terapi yang dilakukan.
Radioterapi bisa menimbulkan komplikasi seperti kemerahan pada area yang
disinari, serta payudara juga mungkin dapat menjadi keras dan membengkak.

2. Terapi Hormon
Pada kasus kanker yang dipengaruhi hormon estrogen dan progesteron,
dokter bisa menyarankan pasien menggunakan penghambat estrogen, seperti
tamoxifen. Obat ini bisa diberikan pada pasien selama 5 tahun. Sedangkan obat
penghambat aromatase, seperti anastrozole, letrozole, dan exemestane, diresepkan
dokter untuk menghambat produksi hormon estrogen pada wanita yang telah
melewati masa menopause.
Pada wanita yang belum mencapai menopause, hormon pelepas
gonadotropin, seperti goserelin, bisa digunakan untuk mengurangi kadar estrogen
pada rahim. Pilihan lain adalah dengan mengangkat indung telur atau
menghancurkannya dengan radioterapi agar hormon tidak terbentuk.
Obat lain pada kanker ER positif atau PR positif adalah everolimus, yang
menghambat fungsi protein mTOR agar sel kanker tidak bertumbuh dan
membentuk pembuluh darah baru. Efek samping dari everolimus antara lain
adalah diare dan muntah, bahkan bisa meningkatkan kadar kolesterol, trigliserida,
dan gula dalam darah.

3. Kemoterapi
Kemoterapi yang dilakukan setelah bedah (adjuvant chemotherapy),
bertujuan untuk membunuh sel kanker yang mungkin tertinggal saat prosedur
bedah, atau sel kanker sudah menyebar namun tidak terlihat meski dengan tes
pemindaian. Sel kanker yang tertinggal tersebut bisa tumbuh dan membentuk
tumor baru di organ lain.
Sedangkan kemoterapi yang dilakukan sebelum bedah (neoadjuvant
chemotherapy) bertujuan untuk menyusutkan ukuran tumor agar bisa diangkat
dengan pembedahan. Kemoterapi jenis ini biasanya dilakukan untuk menangani
kanker yang ukurannya terlalu besar untuk dibuang melalui operasi.
Jenis obat yang umum digunakan pada adjuvant chemotherapy dan
neoadjuvant chemotherapy adalah anthracylines (doxorubicin dan epirubicin),
taxanes (paclitaxel dan docetaxel), cyclophosphamide, carboplatin, dan 5-
fluorouracil. Umumnya dokter mengombinasikan 2 atau 3 obat di atas.
Kemoterapi juga bisa digunakan pada kanker stadium lanjut, terutama
pada wanita dengan kanker yang telah menyebar hingga ke area ketiak. Lama
terapi tergantung pada seberapa baik respon pasien. Jenis obat yang umumnya
digunakan adalah vinorelbine, capecitabine, dan gemcitabine. Untuk kanker
stadium lanjut, dokter bisa menggunakan satu obat, atau mengombinasikan dua
obat.
Obat kemoterapi umumnya diberikan secara intravena, bisa dengan
suntikan atau dengan infus. Pasien diberikan obat dalam siklus yang diikuti masa
istirahat untuk memulihkan diri dari efek yang ditimbulkan obat. Siklus ini
biasanya berlangsung dalam 2 hingga 3 minggu, dengan jadwal pemberian
tergantung pada jenis obatnya.
Efek samping yang timbul dari kemoterapi tergantung dari obat yang
digunakan, namun umumnya pasien mengalami kerontokan rambut, infeksi, mual,
dan muntah. Dalam beberapa kasus, kemoterapi bisa menyebabkan menopause
yang terlalu dini, kerusakan saraf, kemandulan, serta kerusakan jantung dan hati.
Meski sangat jarang terjadi, kemoterapi juga bisa menyebabkan kanker darah.

4. Terapi Target
Terapi lain untuk pasien kanker payudara adalah terapi target. Terapi ini
menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker, tanpa merusak sel-sel yang
sehat.
Terapi target umumnya diterapkan pada kanker HER2 positif. Obat yang
digunakan pada terapi target ditujukan untuk menghambat perkembangan protein
HER2, yang membantu sel kanker tumbuh lebih agresif. Beberapa obat yang
digunakan dalam terapi target adalah trastuzumab, pertuzumab, dan lapatinib.
Obat-obat tersebut ada yang diberikan secara oral atau melalui suntikan, dan bisa
digunakan untuk mengobati kanker stadium awal maupun stadium lanjut.
Efek samping yang mungkin muncul dari terapi target pada kanker HER2
positif bisa ringan atau berat, di antaranya kerusakan jantung yang bisa
berkembang ke gagal jantung. Risiko gangguan jantung bisa meningkat jika obat
terapi target dikombinasikan dengan kemoterapi. Efek samping lain yang
mungkin timbul adalah pembengkakan pada tungkai, sesak napas, dan diare.
Penting untuk diingat, obat ini tidak disarankan untuk mengobati kanker payudara
pada wanita hamil, karena bisa menyebabkan keguguran.
b. Penatalaksanaan Operatif
1. Bedah Lumpektomi
Bedah lumpektomi dilakukan untuk mengangkat tumor yang tidak terlalu
besar beserta sebagian kecil jaringan sehat di sekitarnya. Prosedur ini umumnya
diikuti radioterapi untuk mematikan sel kanker yang mungkin tertinggal di
jaringan payudara. Pasien dengan tumor yang besar bisa menjalani kemoterapi
terlebih dahulu untuk menyusutkan ukuran tumor, sehingga tumor bisa
dihilangkan dengan lumpektomi.

2. Bedah Mastektomi
Pilihan prosedur bedah yang lain adalah mastektomi, yaitu bedah yang
dilakukan oleh dokter bedah onkologi untuk mengangkat seluruh jaringan di
payudara. Mastektomi dilakukan jika pasien tidak bisa ditangani dengan
lumpektomi.

B. PertimbanganAnestesi
1. Definisi Anestesi
Anestesi merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan rasa sakit ketika
dilakukan pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit, dalam
hal ini rasa takut perlu ikut dihilangkan untuk menciptakan kondisi optimal bagi
pelaksanaan pembedahan (Sabiston, 2011).

2. Jenis anestesi:
a. General anastesi
General anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit secara
sentral disertai hilangnya kesadaran (reversible). General anestesi yang dilakukan
dengan jalan memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan
atau cairan yang mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi langsung ke
udara inspirasi, dengan menggunakan ETT atau LMA. (Mangku dan Senapathi
2010).
3. Teknik Anestesi
a. General Anestesi Inhalasi dengan ETT
Teknik general anestesi dengan ETT (Endotracheal Tube), yaitu tindakan
untuk memasukan pipa endotracheal kedalam trachea. Pada teknik anestesi dengan
menggunakan ETT, Gas anestesi di masukan melalui ETT.Teknik Anestesi.
b. General anastesi inhalasi dengan LMA
Laringeal mask airway (LMA) adalah alat supra glotis airway didesain untuk
memberikan dan menjamin tertutupnya bagian dalam laring untuk ventilasi spontan
dan memungkinkan ventilasi kendali pada mode level tekanan positif. Alat ini
tersedia dalam 7 ukuran untuk neonatus, infant, anakkecil,anak besar, kecil, normal
dan besar.

4. Rumatan Anestesi
Premedikasi, secara IV beberapa menit sebelum induksi dengan obat-obat sebagai
berikut:
a) Petidin : 1-2 mg/kgBB
b) Midazolam : 0,1 - 0,2 mg/kgBB
c) Atropin : 0,01 - 0,02 mg/kgBB
d) Fentanyl : 1 – 2 mcg/kgBB

Induksi dengan menggunakan obat-obat sebagai berikut:


a) Pentothal : :3-5 mg/kgBB/IV
b) Propofol :2-3 mg/kgBB/IV

5. Rumatan selama anestesi menggunakan


N2O : O2 = 60% : 40% dan Isoflurane atau Sevofluran.

6. Resiko
a. Respirasi :
1) Depresi pernapasan.
2) Apneu
b. Kardiovaskular :
1) Penurunan tekanan darah

c. Gastrointestinal
1) Rasa mual dan muntah.
d. Termoregulasi :
1) Penurunan suhu tubuh hingga hipotermia

C. Web of caution (WOC)

Tumor mamae adalah adalah karsinoma yang berasal dari parenkim,


stroma, areola dan papilla mamma (Lab. UPF Bedah RSDS, 2010).
Sedangkan Kanker payudara dimulai di jaringan payudara, yang terdiri dari
kelenjar untuk produksi susu, yang disebut lobulus, dan saluran yang
menghubungkan lobulus ke puting. Sisa dari payudara terdiri dari lemak,
jaringan ikat, dan limfatik (American Cancer Society, 2011).

Tumor Jinak Tumor Ganas (Kanker)

Tanda dan gejala :


Masalah Pre Anastesi
Nyeri, sakit, memerah, nyeri punggung bagian
1. Nyeri
atas, perubahan putting susu, perubahan 2. Ansietas
bentuk payudara, dan pembengkakan atau 3. Resiko defusit volume cairan
benjolan diarea ketiak.

Faktor Genetika, Pengaruh Hormon, Bahan Kimia, Pola makan


terutama makanan yang banyak mengandung lemak, Pengaruh Radiasi
di Daerah Dada
Pemeriksaan penunjang : Penatalaksanaan terapi :
1. Mammografi 1. Radioterapi
2. USG (ultrasonografi) 2. Terapi hormone
3. Biopsy/eksisi 3. Kemoterapi
4. Terapi target

Penatalaksanaan operatif :
1. Bedah lumpektomi
2. Bedah mastektomi

General Anestesi (Inhalasi)


ETT
LMA

Masalah Intra Anastesi


1. Hipotermi
2. Gangguan ventilasi spontan
3. Resiko penurunan curah jantung

Masalah Post Anestesi

1. Nyeri
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. Pola nafas tidak efektif
D. Tinjauan Teori Askan Pre Intra Pasca Anestesi dan Pembedahan Umum
1. Pengkajian
a. Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan oleh klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi dan kejadian.
1) Pasien mengatakan takut di operasi
2) Pasien mengatakan belum pernah menjalani operasi
3) Pasien mengatakan tidak dapat rileks
4) Pasien mengeluh nyeri di area luka insisi/eksisi (VAS 3-6)
b. Data Objektif
Data yang didapat oleh pencatat dari pemeriksaan dan dapat diukur dengan
menggunakan standar yang diakui.
1) Pasien tampak gelisah
2) TD, Nadi, RR meningkat
3) Pasien tampak kesulitan bernafas/sesak
4) Tampak adanya saliva/lender di area mulut

2. Masalah Kesehatan Anestesi


a. PRE
1. Ansietas
b. INTRA
1. Gangguan Ventilasi Spontan
2. Risiko Penurunan curah jantung
c. POST
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
3. Rencana Intervensi
A. PRE OPERASI
1) Ansietas
a) Tujuannya adalah agar cemas pasien berkurang atau hilang, dank lien
tampak rileks.
b) Kriteria hasil :
- Menunjukkan kemampuan yang berfokus pada pengetahuan yang
baru.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
c) Rencana Tindakan
- Observasi tanda-tanda vital
- Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien termasuk reaksi
fisik.
- Berikan edukasi tentang gejala cemas
- Lakukan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Berikan dorongan kepada paasien untuk mengungkapkan secara
verbal pikiran dan perasaannya untuk mengeksternalisasikan
ansietas.
- Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang biasanya dialami
selama prosedur.
- Kolaborasi pemberian terapi untuk menurunkan ansietas jika
diperlukan.

B. INTRA OPERASI
1) Gangguan Ventilasi Spontan
a) Tujuannya adalah agar ventilasi berjalan dengan spontan tanpa ada
gangguan.
b) Kriteria hasil :
- Pertukaran O2 dan CO2 darah arteri dalam rentang normal.
- ventilasi oksigen adekuat ( RR : 12-18x/menit SpO2 : 98-100%)
c) Rencana tindakan
- Observasi adanya kegagalan pernapasan yang akan terjadi.
- Pertahankan posisi head up.
- Lakukan manajemen airway (patensi jalan napas).
- Auskultasi suara napas, observasi suara napas tambahan.
- Kolaborasi pemberian kebutuhan oksigen.
2) Risiko Penurunan Curah Jantung
a) Tujuannya adalah agar tidak terjadi penurunan curah jantung selama
proses operasi.

b) Kriteria Hasil :
- Efektivitas pompa jantung : keadekuatan volume darah yang di pompa
keseluruh tubuh untuk mendukung tekanan perfusi sistemik
- Keadekuatan aliran darah serebral untuk mempertahankan fungsi otak
- Status tanda-tanda vital : TD, Nadi, pernapasan dalam batas normal
c) Rencana Tindakan
- Observasi dan dokumentasikan tanda tanda vital (setiap 5 menit)
- Ubah posisi (supine/trendelenburg) ketika tekanan darah pasien berada
pada frentang lebih rendah di bandingkan dengan yang biasanya
- Pertahankan akses intravena yang adekuat untuk pemberian cairan
atau obat intravena untuk meningkatkan tekanan darah
- Kolaborasi dengan dokter menyangkut pemberian terapi

C. POST ANESTESI
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
a) Tujuannya adalah agar tidak ada obstruksi dalam jalan nafas
b) Kriteria Hasil :
- Memperlihatkan irama dan frekuensi napas yang normal
- Auskultasi suara napas yang jernih
c) Rencana Tindakan
- Kaji dan dokumentasikan frekuensi, dan kedalaman pernapasan
- Auskultasi adanya suara napas tambahan
- Lakukan suction endotrakea atau nasotrakea
- Lakukan management airway
- Kolaborasi pemberian oksigen tambahan

4. Evaluasi
No Masalah Kesehatan Evaluasi
Anestesi
1 Nyeri kronis S : Pasien mengatakan masih terasa nyeri pada payudara kiri
P : Bertambah nyeri setelah beraktivitas
Q : Tumpul
R : Dada kiri
S : Skala nyeri (NRS) : 3
T : Terus-menerus

O : Wajah tampak meringis, skala nyeri 3


TD: 120/80 mmHg
N : 86x/menit
RR : 16-24 x/menit
S : 35,5 oC
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi intervensi
2 Ansietas S : Pasien mengerti tetang penyakit dan tindakannya
O : KU sedang akral teraba hangat S: 37oC N : 86x/menit, akral
teraba hangat, kulit wajah tidak tampak kemerahan
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
3 Gangguan Ventilasi S : -
Spontan O : TTV; TD: 120/70, N: 20x/mnt, RR: 90x/mnt, S:36,5 derajat,
SpO2 : 90%
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi

4 Resiko Penurunan S: -
Curah Jantung O: Tekanan darah 110/70mmHg, keadekuatan aliran darah
serebral untuk mempertahankan fungsi otak
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
5 Bersihan Jalan S: Pasien mengatakan bisa bernafas dengan normal
Nafas Tidak efektif O: Irama dan frekuensi nafas normal (RR:18x/mnt)
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. (2011). Breast Cancer Facts & Figures 2011- 2012. Atlanta:
American Cancer Society, Inc.

Depkes RI. (2009). Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim & Kanker Payudara.
Diunduh dari http://www.pppl.depkes.go.id/

Gde Mangku, Senaphati T.G.A. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Cetakan 3.
Jakarta: Indeks. 2018.

Gruendemann, B. J., &Fernsebner, B. (Eds). (2005). Buku Ajar KeperawatanPerioperatif,


Vol 2 Praktik. Brahm U. Pendit… (et al). Jakarta: EGC.
Mangan, Y. (2009). Solusi Sehat Mencegah Dan Mengatasi Kanker. Jakarta: PT AgroMedia
Pustaka.
http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6707/2/T1)_462008006_BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai