Anda di halaman 1dari 6

A.

Definisi
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan
suatu kelainan tingkah laku, dan bersifat heterogen yang ditandai dengan
gambaran tidak dapat memusatkan perhatian, hiperaktif, dan impulsif
sehingga menimbulkan gangguan baik secara akademis maupun interaksi
sosial. Penyakit ini dimulai dari masa anak dan dapat terus berkembang
sampai dewasa.
Anak-anak dengan ADHD akan sangat kesuliatan
mempertahankan perhatiannya pada suatu tugas tertentu. Kesulitan ini
bukan disebabkan karena adanya rangsangan-rangsangan luar yang
mengganggu mempertahankan perhatiannya (rangsangan tersebut adalah
segala sesuatu yang berkaitan dengan pancaindranya yaitu apa
yang ia lihat, dengar, rasakan, dicium, dan rasa pengecapan). Anak-anak
dengan ADHD mempunyai kesulitan untuk medorong rangsangan-
rangsangan tadi menjauh dari kesadarannya.
Anak dengan ADHD biasanya sangat implusif. Ia memberi
jawaban sebuah pertanyaan sebelum ia benar-benar mendengar atau
memulai tugas, sebelum ia benar-benar membaca atau mengetahui apa
yang diharapkan. Mereka mempunyai kekurangan pada kerja sistem
kontrol yang merupakan fungsi rem, yang dapat mengatur perilaku
mereka.
Hiperaktifitas adalah suatu peningkatan aktifitas motorik hingga
pada tingkatan tertentu yang menyebabkan gangguan perilaku terjadi,
setidaknya pada dua tempat dan suasana yang berbeda (Warsiti, 2010:7
dalam rusiana, 2013:2)

B. Etiologi
1. Faktor Genetik
Faktor genetik memegang peranan terbesar terjadinya gangguan
perilaku ADHD. Beberapa penelitian yang dilakukan ditemukan
bahwa hiperaktivitas yang terjadi pada seorang anak selalu disertai
adanya riwayat gangguan yang sama dalam keluarga setidaknya satu
orang dalam keluarga dekat. (Ikatan Dokter Indonesia, 2010)
2. Lingkungan
Lingkungan dalam hal ini memiliki arti yang luas, seperti
lingkungan psikologis (relasi dengan orang- orang lain, dan berbagai
kejadian dan penanganan yang sudah diberikan kepada anak tersebut),
lingkungan fisik(makanan, obat-obatan, penyinaran), lingkungan
biologis (apakah si anak pernah mengalami cedera otak, atau radang
otak. Bagaimana komplikasi saat melahirkan.
3. Adanya fungsi yang berbeda di dalam otak
ADHD disebabkan karena adanya fungsi yang berbeda dari otak
penyandangnya. Secara umum, tidak tampak adanya kerusakan otak,
namun memamg ada neuro-anatomi dan neuro-kimiawi yang berbeda
anatara anak dengan ADHD atau yang tanpa ADHD. Perbedaan neuro-
anatomi terletak pada bentuk dari bebrapa daerah di bagian otak. Dan
perbedaan neuro-kimiawi terletak pada penyampaian sinyal-sinyal di
dalam otak.
4. Neuro-anatomi
Pada ADHD terdapat gangguan perkembangan otak di usia dini.
Hal ini terjadi di bagian frontal (bagian paling depan dari otak); korpus
kalosum yang menghubungkan belahan otak kanan dan kiri otak kecil
dan berbagai nukleus basalis. Di beberapa bagainbelahan otak kanan
pada anak ADHD tampak lebih kecil bila dibandingkan dengan anak
tanpa ADHD.
5. Kimiawi Otak
Pada ADHD kemungkinan ada gangguan ini dikarenakan oleh dua
sistem neurotransmitter, yaitu sistem dopamine dan sistem adrenalin.
Cara kerja obat-obat ADHD adalah mempengaruhi kedua sistem ini.
C. Faktor resiko
- Genetik (ADHD menurun)
- Faktor lingkungan, terutama paparan timah
- Konsumsi alkohol atau tembakau selama kehamilan
- Cedera otak
- Kelahiran prematur atau berat badan lahir yang rendah.
D. Klasifkasi
Ciri-ciri ADHD muncul pada masa kanak-kanak awal, bersifat
menahun, dan tidak diakibatkan oleh kelainan fisik yang lain, mental,
maupun emosional. Ciri utama individu dengan gangguan pemusatan
perhatian meliputi: gangguan pemusatan perhatian (inattention), gangguan
pengendalian diri (impulsivity), dan gangguan dengan aktivitas yang
berlebihan (hiperactivity). Terdapat 3 subtipe ADHD, yaitu:
1. Predominan hiperaktif-impulsif (ADHD/ HI): Simtom terbanyak (≥6)
ialah kategori hiperaktif-impulsif; simtom inatensi.
2. Predominan inatensi: Simtom terbanyak (≥6) ialah kategori inatensi
dan simptom dari hiperaktif-impulsif. Anak dengan subtipe ini kurang
berperan atau mempunyai kesulitan bersama dengan anak lain. Mereka
duduk tenang, tetapi tidak memberikan perhatian kepada apa yang
dilakukan. Orang tua mungkin tidak memperhatikan simtom ADHD
3. Kombinasi hiperaktif-impulsif dan inatensi: ≥6 simtom inatensi dan ≥6
simtom hiperaktif-impulsif. Kebanyakan anak dengan ADHD
mempunyai tipe kombinasi.
E. Manifestasi klinis
1. Tidak memperhatikan. Orang dengan ADHD sering merasa:
a. Mudah terdistraksi
b. Pelupa
c. Tidak menghiraukan lawan bicara
d. Tidak mengikuti petunjuk, tidak dapat menyelesaikan
pekerjaan sekolah atau tugas, kehilangan fokus dan mudah
teralihkan
e. Memiliki masalah dengan keteraturan
f. Tidak suka dan menghindari tugas yang memerlukan perhatian
mental yang panjang, seperti PR.
2. Hiperaktif. Gejala dari hiperaktivitas adalah:
a. Tampak selalu bersemangat
b. Berbicara berlebihan
c. Memiliki kesulitan dalam menunggu giliran
d. Menggeliat di tempat duduknya, menghentakkan tangan atau
kaki, gelisah
e. Berusaha bangun dari tempat duduk saat diharuskan untuk
tetap duduk
f. Berlarian atau memanjat di situasi yang tidak sesuai
g. Tidak dapat bermain dengan tenang atau mengikuti aktivitas
bersantai
h. Memberi jawaban sebelum pertanyaan selesai
i. Sering mengganggu orang lain
3. Impulsif. Orang dengan ADHD mungkin sering berperilaku yang
berisiko tanpa memikirkan konsekuensinya.

F. Prognosis
Perjalanan anak dengan ADHD bervariasi; ada yang mengalami
remisi, tetapi ada juga yang menetap.
1. Persisten atau menetap: Pada 40-50% kasus, gejala akan persisten
hingga masa remaja atau dewasa.9,10 Gejala akan lebih cenderung
menetap jika terdapat riwayat keluarga, peristiwa negatif dalam
hidupnya, komorbiditas dengan gejala-gejala perilaku, depresi dan
gangguan cemas. Pada beberapa kasus, hiperaktivitas akan
menghilang, tetapi tetap mengalami inatensi dan kesulitan mengontrol
impuls (tidak hiperaktif, tetapi impulsif dan ceroboh). Anak ini rentan
dengan penyalahgunaan alkohol dan narkoba, kegagalan di sekolah,
sulit mempertahankan pekerjaan, serta cenderung melakukan
pelanggaran hukum.
2. Remisi: Pada 50% kasus, gejalanya akan meringan atau menghilang
pada masa remaja atau dewasa muda. Biasanya remisi terjadi antara
usia 12 hingga 20 tahun. Gejala yang pertama kali memudar ialah
hiperaktivitas dan yang paling terakhir ialah distractibility.
a. Remisi total: Anak yang mengalami remisi total akan memiliki masa
remaja dan dewasa yang produktif, hubungan interpersonal yang
memuaskan, dan memiliki gejala sisa yang sedikit.
b. Remisi parsial: Pada masa dewasanya, anak dengan remisi parsial
mudah menjadi antisosial, mengalami gangguan mood, sulit
mempertahankan pekerjaan, mengalami kegagalan disekolah,
melanggar hukum, dan menyalahgunakan alkohol serta narkoba.
G. Penatalaksanaan
Berdasarkan prinsip pendekatan yang multidisiplin dan multimodal
ini maka terapi yang diberikan dapat berupa obat, diet, latihan, terapi
perilaku, terapi kognitif dan latihan keterampilan sosial; juga psikoedukasi
kepada orang tua, pengasuh serta guru yang sehari-hari berhadapan dengan
anak tersebut.
1. Medikamentosis: Cara ini dapat mengontrol ADHD sampai 70-80%.
Obat yang merupakan pilihan pertama ialah obat golongan
psikostimulan. Meskipun disebut stimulan, pada dasarnya obat ini
memiliki efek yang menenangkan pada penderita ADHD. Yang
termasuk stimulan antara lain: Amphetamine, Dextroamphetamine dan
Derivatnya. Pemberian obat psikostimulan dikatakan cukup efektif
mengurangi gejala-gejala ADHD. Obat ini memengaruhi sistem
dopaminergik atau sirkuit noradrenergik korteks lobus frontalis-
subkortikal, meningkatkan kontrol inhibisi dan memperlambat
potensiasi antara stimulasi dan respon, sehingga mengurangi gejala
impulsif dan tidak dapat menyelesaikan tugas. Efek sampingnya ialah
penarikan diri dari lingkungan sosial, fokus yang berlebih, iritabel,
sakit kepala, cemas, sulit tidur, hilang nafsu makan, sindrom Tourette,
serta munculnya tic.
2. Diet: Meta-analisis menemukan bahwa menghindari pewarna makanan
buatan dan bahan pengawet sintetik secara statistik bermanfaat
mencegah terjadinya gejala ADHD. 15 Keseimbangan diet karbohidrat
dan asam amino (triptophan sebagai serotonin substrate) juga dapat
menjadi upaya lain.15 Belum ada bukti bahwa pemanis buatan seperti
aspartam memperburuk ADHD.
3. Rehabilitasi medik: Mengembangkan kemampuan fungsio-nal dan
psikologis seorang individu dan mekanismenya sehingga dapat
mencapai kemandirian dan menjalani hidup secara aktif.

Anda mungkin juga menyukai