Anda di halaman 1dari 26

SATUAN ACARA PENYULUHAN

ATRESIA DUKTUS HEPATIKUS

Kelompok 4 Kelas A
Listia Pakaya 841417005
Irmayani Hulopi 841417022

Riyanti Lasena 841417023

Nikma Pantulu 841417024

Henik Winuryaning 841417028

Sukmawati Passi 841417038

Sri Yuspita Laginta 841417043

Sukri Nasaru 841417069

Mohammad Rizaldi Kaharu 841417116

Zenab Pakudu 841417166

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019

1
SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Topik : Sistem Gastrointestinal


2. Pokok Bahasan : Atresia Duktus
3. Sasaran : Keluarga di ruang anak
4. Waktu dan Tempat
a) Tempat : Ruang anak
b) Waktu : Rabu, 27 November 2019, pukul 10:00 WITA
5. Alokasi Waktu : 30 menit
6. Pemberi Materi : Anggota kelompok 4
7. Metode : Ceramah dan diskusi
8. Media : Leaflet dan Poster
Latar belakang
Atresia bilier merupakan proses inflamasi progresif yang
menyebabkan fibrosis saluran empedu intrahepatik maupun ekstrahepatik
sehingga pada akhirnya akan terjadi obstruksi saluran tersebut. Atresia bilier
terjadi karena proses inflamasiberkepanjangan yang menyebabkan kerusakan
progresif pada duktus bilier ekstrahepatik sehingga menyebabkan hambatan
aliran empedu. Tindakan operatif atau bedah dapat dilakukan untuk
penatalaksanaannya.
Penyebabnya sebenarnya atresia bilier tidak diketahui sekalipun
mekanisme imun atau viral injurio bertanggung jawab atas progresif yang
menimbulkan obstruksi saluran empedu.Berbagai laporan menunjukkan
bahwa atresia bilier tidak terlihat pada janin, bayi yang baru lahir.Keadaan ini
menunjukan bahwa atresia bilier terjadi pada akhir kehamilan atau pada
periode perinatal dan bermanisfestasi dalam waktu beberapa minggu sesudah
dilahirkan. Inflamasi terjadi secara progresif dengan menimbulkan obstruksi
dan fibrosis pada saluran empedu intrahepatik atau ekstrahepatik.

1
9. Tujuan instruksional
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit peserta mampu
mengetahui dan memahami tentangpenyakit hirschprung.
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan,peserta dapat:
1) Mengetahui dan memahami definisi atresia duktus
2) Mengetahui dan memahami etiologi atresia duktus
3) Mengetahui dan memahami klasifikasi atresia duktus
4) Mengetahui dan memahami manifestasi klinis atresia duktus
5) Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik atresia duktus
6) Mengetahui dan memahami penatalaksanaan atresia duktus
7) Mengetahui dan memahami masalah yang lazim muncul pada klien
8) Mengetahui dan memahami discharge planning

10. Sub Pokok Bahasan


1) Definisi atresia duktus
2) Etiologi atresia duktus
3) Klasifikasi atresia duktus
4) Manifestasi klinis atresia duktus
5) Pemeriksaan diagnostik atresia duktus
6) Penatalaksanaan atresia duktus
7) Masalah yang lazim muncul pada klien
8) Discharge planning

11. Kegiatan Penyuluhan


Tahap Waktu Kegiatan Perawat Kegiatan Klien Metode Media
Pendahulua 5 1. Memberi salam 1. Menjawab salam Cerama
n menit h dan
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
Tanya
memperhatikan

2
3. Menjelaskan tujuan 3. Menjawab jawab
penyuluhan dan pokok pertanyaan
materi yang akan
disampaikan

4. Menggali pengetahuan pasien


tentang atresia duktus

Penyajian 20 Menjelaskan materi: 1. Menjawab Cerama leaflet


menit 1. Definisi atresia duktus pertanyaan yang h dan
diberikan oleh Tanya
2. Etiologi atresia duktus
penyuluh jawab
3. Klasifikasi atresia duktus
2. Membalas salam
4. Manifestasi klinis atresia
duktus

5. Pemeriksaan diagnostik
atresia duktus

Penatalaksanaan atresia duktus
penutup 10 1. Penegasan materi 1. Menjawab pertanyaan Tanya
menit yang diberikan oleh Jawab
2. Meminta peserta untuk
penyuluh
menjelaskan kembali materi
2. Membalas salam
yang telah disampaikan
dengan singkat menggunakan
bahasa peserta sendiri

3. Memberikan pertanyaan
kepada peserta tentang materi
yang telah disampaikan

4. Menutup acara dan

3
mengucapkan salam

12. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan penyuluhan minimal
5orang.
2) Penyuluhan menggunakan poster dan leaflet.
3) Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Ruang Anak
4) Pengorganisasian dan persiapan kegiatan penyuluhan dilakukan pada
hari sebelumnya.
b. Evaluasi Proses
1) Penyaji mampu menguasai materi penyuluhan yang diberikan.
2) Penyaji mampu menyampaikan materi dengan baik.
3) Peserta mendengarkan ceramah dengan baik dan sangat berkonsentrasi
terhadap materi yang disampaikan oleh pemberi penyuluhan.
4) Peserta antusias untuk bertanya dalam kegiatan penyuluhan dan
menerima penjelasan dari penyaji.
5) Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan penyuluhan
selesai dilaksanakan.
6) Tidak ada pasien/keluarga pasien yang mondar-mandir selama
kegiatan penyuluhan berlangsung.
c. Evaluasi Hasil
1) Pre penyuluhan
25% peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyaji
sebelum penyaji menyampaikan materi penyuluhan.
2) Post penyuluhan
Peserta mampu menjawab pertanyaan dari penyaji yang meliputi:
1) Definisi atresia duktus
2) Etiologi atresia duktus
3) Klasifikasi atresia duktus
4) Manifestasi atresia duktus

4
5) Pemeriksaan diagnostik atresia duktus
6) Penatalaksanaan atresia duktus
7) Masalah yang lazim muncul pada klien
8) Discharge planning
13. Media
Leaflet dan Poster
14. Materi
(Terlampir)

5
MATERI PENYULUHAN
1. Definisi
Atresia bilier merupakan proses inflamasi progresif yang menyebabkan
fibrosis saluran empedu intrahepatik maupun ekstrahepatik sehingga pada
akhirnya akan terjadi obstruksi saluran tersebut (Donna L. Wong, 2008).
Atresia Bilier (biliary atresia) adalah suatu penghambatan di dalam pipa/
saluran saluran yang membawa cairan empedu (bile) dari liver menuju ke kantung
empedu (gallbladder).Ini merupakan kondisi kongenital, yang berarti terjadi saat
kelahiran. (Donna L. Wong, 2008)

2. Etiologi
Etiologi atresia bilier masih belum diketahui dengan pasti. Sebagian ahli
menyatakan bahwa faktor genetik ikut berperan, yang dikaitkan dengan adanya
kelainan kromosom trisomi17, 18 dan 21, serta terdapatnya anomali organ pada
30% kasus atresia bilier. Namun, sebagian besar penulis berpendapat bahwa
atresia bilier adalah akibat proses inflamasi yang Merusak duktus bilier, bisa
karena infeksi atau iskemi. Beberapa anak,terutama mereka dengan bentuk janin
atresia bilier, seringkali memiliki cacat lahir lainnya di jantung, limpa, atau usus.
Sebuah fakta penting adalah bahwa atresia bilier bukan merupakan penyakit
keturunan.Kasus dari atresia bilier pernah terjadi pada bayi kembar identik,
dimana hanya 1 anak yang menderita penyakit tersebut.Atresia bilier

6
kemungkinan besar disebabkan oleh sebuah peristiwa yang terjadi selama hidup
janin atau sekitar saat kelahiran.
Kemungkinan yang "memicu" dapat mencakup satu atau kombinasi dari
faktor-faktor predisposisi berikut:
a. Infeksi virus atau bakteri
b. masalah dengan sistem kekebalan tubuh
c. komponen yang abnormal empedu
d. Kesalahan dalam pengembangan saluran hati dan empedu
e. Hepatocellular dysfunction (Leila Rakhma,2017)

3. Manifestasi Klinis
Bayi mengalami ikterus segera setelah lahir, feses pucat dan gambaran
serupa dengan hepatitis neonates. Jika kondisi ini tidak diobati, maka hepar akan
membesar, jantung menjadi tidak terlibat dan ada tanda malabsorbsi lemak. Gejala
yang biasanya timbul dalam waktu 2 minggu setelah lahir, yaitu berupa:
a. Air kemih bayi berwarna gelap (karena tingkat bilirubin dalam darah
dengan konsentrasi tinggi masuk ke dalam urin),
b. tinja berwarna pucat / acholic (karena kurangnya bilirubin yang diserap),
c. kulit berwarna kuning,
d. berat badan tidak bertambah atau penambahan berat badan berlangsung
lambat,
e. hati membesar.
Pada saat usia bayi mencapai 2-3 bulan, akan timbul gejala berikut:
Gangguan pertumbuhan, gatal-gatal, rewel, tekanan darah tinggi pada vena
porta (pembuluh darah yang mengangkut darah dari lambung, usus dan limpa ke
hati).
Tanda pertama dari atresia bilier adalah penyakit kuning, yang
menyebabkan warna kuning pada kulit dan bagian putih mata. Jaundice
disebabkan oleh hati tidak mengeluarkan bilirubin, pigmen kuning dari darah.
Biasanya, bilirubin diambil oleh hati dan dilepaskan ke dalam empedu.

7
Namun, penyumbatan saluran empedu menyebabkan bilirubin dan elemen
lain dari empedu terakumulasi dalam darah. Bayi akan menunjukan kondisi
normal pada saat lahir tetapi dalam perkembangannya menunjukan jaundice (kulit
dan sclera mata berubah menjadi kuning), warna aurin yang pekat, dan warna
feses yang cerah dalam minggu pertama kehidupan. Setiap bayi dengan jaundice,
setelah berumur 1 bulan dapat dipastikan terkena atresia biliaris dengan
pemeriksaan darah (diantaranya: tipe bilirubin, bilirubin konjugasi dan bilirubin
tak terkonjugasi). Peningkatan bilirubin pada bayi dikarenakan kekurangan
drainase , abdomen menjadi sangat tegang, dan perbesaran dikarenakan
peningkatan ukuran hati. Jika hal ini terjadi, bayi akan menjadi rentan dan
kehilangan berat badan (meskipun pertambahan cairan akan menutupinya).
(Julinar, 2015)

4. Klasifikasi
Tipe-tipe atresia biliary, secara empiris dapat dikelompokkan dalam 2 tipe:
a. Tipe yang dapat dioperasi / Operable/ correctable.Jika
kelainan/sumbatan terdapat dibagian distalnya.Sebagian besar dari
saluran-saluran ekstrahepatik empedu paten
b. Tipe yang tidak dapat dioperasi / Inoperable/incorrectableJika kelainan /
sumbatan terdapat dibagian atas porta hepatic, tetapi akhir-akhir ini
dapat dipertimbangakan untuk suatu operasi porto enterostoma hati
radikal. Tidak bersifat paten seperti pada tipe operatif.

Menurut anatomis atresia billier ada 3 tipe:


a. Tipe I : Atresia sebagian atau totalis yang disebut duktus hepatikus
komunis, segmen proksimal paten
b. Tipe IIa : Obliterasi duktus hepatikus komunis (duktus billiaris komunis,
duktus sistikus, dan kandung Empedusemuanya)
c. Tipe Iib : Obliterasi duktus bilierkomunis, duktus hepatikus komunis,
duktus sistikus, kandung empedu normal

8
d. Tipe III : Obliterasi pada semua system duktus billier ekstrahepatik
sampai ke hilus. (Julinar, 2015)

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Belum ada satu pun pemeriksaan penunjang yang dapat sepenuhnya
diandalkan untuk membedakan antara kolestasis, intrahepatik dan ekstrahepatik.
Secara garis besar, pemeriksaan dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu
pemeriksaan :
a. Laboratorium rutin dan khusus untuk menentukan etiologi dan
mengetahui fungsi hati (darah,urin, tinja).
b. Pencitraan, untuk menentukan patensi saluran empedu dan menilai
parenkim hati.
c. Biopsi hati, terutama bila pemeriksaan lain belum dapat menunjang
diagnosis atresia bilier.(Leila Rakhma,2017)

6. PENATALAKSANAAN
a. Terapi medikamentosa
1) Memperbaiki aliran bahan-bahan yang dihasilkan oleh hati terutama
asam empedu (asamlitokolat), dengan memberikan :
a) Fenobarbital 5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis, per oral.
b) Fenobarbital akan merangsang enzimglukuronil transferase
(untuk mengubah bilirubin indirek menjadi bilirubin direk);
enzimsitokrom P-450 (untuk oksigenisasi toksin), enzim Na+
K+ ATPase (menginduksi aliranempedu).Kolestiramin 1
gram/kgBB/hari dibagi 6 dosis atau sesuai jadwal pemberian
susu. Kolestiraminmemotong siklusenterohepatik asam empedu
sekunder
2) Melindungi hati dari zat toksik, dengan memberikan :Asam
ursodeoksikolat, 310 mg/kgBB/hari, dibagi 3 dosis per oral. Asam
ursodeoksikolatmempunyai daya ikat kompetitif terhadap asam
litokolat yang hepatotoksik.

9
b. Terapi nutrisi
Terapi yang bertujuan untuk memungkinkan anaktumbuh dan
berkembang seoptimal mungkin, yaitu :
1) Pemberian makanan yang mengandung medium chain triglycerides
(MCT) untuk mengatasi malabsorpsi lemak dan mempercepat
metabolisme. Disamping itu, metabolisme yang dipercepat akan
secara efisien segera dikonversi menjadi energy untuk secepatnya
dipakai oleh organ dan otot, ketimbang digunakan sebagai lemak
dalam tubuh. Makanan yang mengandung MCT antara lain seperti
lemak mentega, minyak kelapa, dan lainnya.
2) Penatalaksanaan defisiensi vitamin yang larut dalam lemak.Seperti
vitamin A, D, E, K
c. Terapi bedah
1) Kasai Prosedur
Prosedur yang terbaik adalah mengganti saluran empedu yang
mengalirkan empedu keusus. Tetapi prosedur ini hanya mungkin
dilakukan pada 5-10% penderita. Untuk melompati atresia bilier dan
langsung menghubungkan hatidengan usus halus, dilakukan
pembedahan yang disebut prosedur Kasai. Biasanya pembedahan ini
hanya merupakan pengobatan sementara dan pada akhirnya perlu
dilakukan pencangkokan hati.
2) Pencangkokan atau Transplantasi Hati. Transplantasi hati memiliki
tingkatkeberhasilan yang tinggi untuk atresia bilier dan kemampuan
hidup setelah operasi meningkat secara dramatisdalam beberapa
tahun terakhir. Karena hati adalah organ satu-satunya yang bisa
bergenerasi secara alami tanpa perlu obat dan fungsinya akan
kembalinormal dalam waktu 2 bulan. Anak-anak dengan atresia
bilier sekarang dapat hidup hingga dewasa, beberapa bahkan telah
mempunyai anak. Kemajuan dalam operasi transplantasi telah juga
meningkatkan kemungkianan untukdilakukannya transplantasi pada
anak-anak dengan atresia bilier. (Julinar, 2015)

10
7. MASALAH YANG LAZIM MUNCUL PADA KLIEN
a. Pra Bedah
Tubuh bayi tampak kuning, semakin lama semakin bertambah kuning,
awalnya kuning tampak di mata kemudian di seluruh badan, buang air besar
tampak berwarna pucat (seperti dempul), Buang air kecil berwarna gelap
seperti teh pekat. Tes bilirubin (+), berat badan tidak bertambah atau
penambahan berat badan berlangsung lambat dan hati membesar (Julinar,
dkk 2015).

b. Pasca Bedah
Menurut Elina Waiman dkk (2014) Setelah dilakukan prosedur bedah,
mungkin saja terjadi beberapa komplikasi, diantaranya komplikasi yang
paling umum adalah empedu dapat mengalir, namun tidak terlalu lancar.
Kondisi ini dapat disebabkan beberapa faktor, misalnya jika saluran
empedu di porta hepatis terlalu kecil, sehingga terjadi sirosis bilier yang
harus ditangani dengan transplantasi hati. Komplikasi berbahaya lainnya
adalah kolangitis, suatu infeksi saluran empedu yang dapat
menyebabkan saluran empedu meradang dan kerusakan pada hati.
Beberapa komplikasi lain yang dapat terjadi setelah pembedahan adalah:
1) Malabsorbsi : Komplikasi umum yang dapat ditangani dengan resep
obat khusus serta vitamin
2) Kebocoran empedu : Komplikasi ini dapat ditangani dengan
penggunaan drainase
3) Usus menonjol keluar (hernia) melalui mesocolon
4) Infeksi dan bekas jahitan terbuka
5) Nyeri dan pembengkakan ringan pada area bedah

11
8. DISCHARGE PLANNING
a. Ajarkan mengenai tanda dan gejala infeksi (demam, kemerahan di
daerah luka, terasa panas)
b. Berikan instruksi secara tertulis dan verbal tentang alat-alat yang
dibutuhkan untuk perawatan dirumah
c. Tekankan tetap mengadakan stimulasi pada bayi untuk mensupport
tumbuh kembang
d. Ajarkan orang tua untuk memperhatikan nutrisi pada bayi, Karena bayi
biasanya kekurangan nutrisi dan membutuhkan diet khusus
e. Setelah transplantasi hati, kebanyakan anak dapat makan dengan
normal. Meski begitu, selalu konsultasikan dengan dokter diet terbaik
untuk anak.

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


a. Pra Bedah
1) Pola Napas Tidak Efektif
2) Defisit Nutrisi
3) Kerusakan Integritas Kulit atau Jaringan
4) Risiko Gangguan Perkembangan

b. Pasca bedah
1) Risiko Infeksi
2) Ansietas

12
Penyimpangan KDM Klien dengan Atresia Ductus Hepatikus

Idiopatik Kelainan Kongenital Infeksi


Virus/Bakteri

Saluran Empedu Kerusakan Progresif


tidak terbentuk pada Ductus Bilier

Inflamasi Progresif

Lemak dan Vitamin


Atresia Ductus Pembedahan
larut dalam lemak tidak
Hepatikus
dapat diabsorpsi
Kasai dan
Empedu kembali ke Transplantasi
Kekurangan Vitamin
hati Hati
larut dalam lemak (A,
D, E, K)
DX : Risiko
Infeksi
DX : Risiko
Gangguan
Perkembangan DX : Ansietas

DX : Defisit Bilirubin Meningkat Proses Peradangan pada


Nutrisi Hati

Keluar ke aliran
darah dan kulit Hepatomegali

Ikterus dan Distensi Abdomen


Pruritus

Menekan Diafragma
DX : Kerusakan
Integritas Kulit atau
Jaringan DX : Pola Napas Tidak
Efektif

13
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN LUARAN KEPERAWATAN INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Pola napas tidak efektif b.d Setelah dilakukan intervensi Intervensi : Manajemen Jalan Napas Rasional Intervensi : Manajemen
hambatan upaya napas (mis, nyeri keperawatan selama 3 x 24 jam Jalan Napas
saat bernapas, kelemahan otot maka masalah pola napas membaik
pernapasan), d.d Pola napas dengan criteria hasil : Observasi : Observasi :
abnormal (mis, takipnea, 1. Frekuensi napas 1. Monitor pola napas (frekuensi, 1. Untuk mengetahui kadar oksigen
bradipnea, hiperventilasi, 2. Kedalaman napas kedalaman, usaha napas) yang bersirkulasi.
kussmaul, cheyne-stokes) 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. 2. Untuk mengetahui adanya
Kategori :fisiologi Gungling, mengi, wheezing, ronkhi gangguan pernapasan pada
Subkategori : respirasi kering) pasien.

Definisi : Terapeutik : Terapeutik


Inspirasi dan atau ekspirasi yang 3. Pertahankan kepatenan jalan napas 3. Menghindari penekanan pada
tidak memberikan ventilasi dengan head-tilt dan chin-lift (jaw- jalan napas
adekuat thrust jika curiga truma sevikal) 4. Untuk meminimalkan
4. Posisikan semi-flower atau fowler penyempitan jalan napas.
Penyebab : 5. Berikan minum hangat 5. Air hangat dapat memobilisasi
1. Hambatan upaya napas (mis, 6. Berikan oksigen, jika perlu dan mengeluarkan sekret.
nyeri saat bernapas, 6. Untuk mengurangi sesak napas
kelemahan otot pernapasan) dan memenuhi kebutuhan
2. Gangguan neuromuskular oksigen pada pasien.
3. Gangguan neurologis (mis,
elektroensefalogram (EEG) Edukasi : Edukasi :
positif, cedera kepala, 7. Anjurkan asupan cairan 2000 7. Untuk memenuhi kebutuhan

14
gangguan kejang) ml/hari cairan tubuh peroral.
4. Cedera pada medula spinalis
Kolaborasi : Kolaborasi :
Gejala dan Tanda Mayor : 8. Kolaborasikan pemberian bronco 8. Untuk melebarkan jalan napas
Subjektif : dilator, ekspekoran, mukolitik, jika sehingga dapat bernapas dengan
- perlu efektif.
Objektif :
1. Pola napas abnormal (mis,
takipnea, bradipnea,
hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes)

Gejala dan Tanda Minor :


Objektif :
-

Kondisi Klinis Terkait :


-
2. Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan intervensi Intervensi : Manajemen Nutrisi Rasional Intervensi : Manajemen
ketidakmampuan menelan keperawatan selama 3 x 24 jam Nutrisi
makanan d.d otot mengunyah maka status nutrisi meningkat
lemah, otot menelan lemah dengan criteria hasil : Observasi : Observasi :
1. Kekuatan otot mengunyah 1. Identifikasi status nutrisi 1. Untuk mengetahui dan
Kategori : Fisiologis 2. Kekuatan otot menelan 2. Identifikasi alergi dan intolerasi memantau status nutrisi pasien
Subkategori : Nutrisi dan Cairan 3. Vertilisasi keinginan untuk makanan 2. Untuk mengetahui alergi atau

15
meningkatkan nutrisi 3. Monitor asupan makanan makanan yang tidak bisa
Definisi : 4. Monitor berat badan dikonsumsi pasien
Asupan nutrisi tidak cukup untuk 3. Untuk mengetahui asupan
memenuhi kebutuhan makanan dari pasien
metabolisme 4. Untuk memantau berat badan
Penyebab : pasien normal atau tidak
1. Ketidakmampuan menelan
makanan Terapeutik : Terapeutik :
2. Ketidakmampuan mencerna 5. Sajikan makanan secara menarik 5. Agar pasien merasa tertarik
makanan dan suhu yang sesuai untuk makan
3. Ketidakmampuan 6. Berikan suplemen makanan jika 6. Agar menambah nafsu makan
mengabsorbsi nutrient perlu pasien
4. Peningkatan mentabolisme
Edukasi : Edukasi :
7. Anjurkan posisi duduk, jika 7. Untuk memperlancar proses
Gejala dan Tanda Mayor : perlu. pencernaan
Subjektif :
- Kolaborasi : Kolaborasi :
Objektif : - -

Gejala dan Tanda Minor :


subjektif :
1. Nafsu makan menurun

Objektif :

16
1. Otot pengunyah lemah
2. Otot menelan lemah
3. Serum albumin menurun

Kondisi Klinis Terkait :


-
3. Gangguan integritas kulitSetelah dilakukan tindakan Intervensi : Perawatan Luka Rasional Intervensi : Perawatan
jaringan (D.0129) b.d perubahan keperawatan selama 3 x 24 jam, Luka
sirkulasi, perubahan status nutrisimasalah gagngguan integritas kulit
(kelebihan atau kekurangan) d.d jaringan meningkat dengan criteria Observasi : Observasi :
kerusakan jaringan dan/atauhasil : 1. Monitor karakteristik luka (mis. 1. Untuk mengetahui tindakan
lapisan kulit, nyeri. 1. Kerusakan jaringan cukup Drainase, ukuran, bau) perawatan luka seperti apa
meningkat 2. Monitor tanda-tanda infeksi yang akan dilakukan
Kategori : Lingkungan 2. Kerusakan lapisan kulit 2. Untuk mencegah terjadinya
Subkategori : Keamanan Dan cukup meningkat infeksi
Proteksi 3. Nyeri cukup meningkat
4. Kemerahan cukup meningkat Terapeutik : Terapeutik :
Definisi : 5. Jaringan parut cukup 3. Lepaskan balutan dan plester secara 3. Untuk mencegah rasa nyeri
Kerusakan kulit (demis dan/atau meningkat perlahan pasien akibat plester
epidermis) atau jaringan 4. Bersikan dengan cairan NaCl atau 4. Untuk mencegah kekurangan
(membrane mukosa, kornes, pembersih nontoksik, sesuai cairan akibat luka
fasia, otot tendon, kartilago kebutuhan 5. Agar tidak menyebabkan
kapsul sendi dan/atau ligamen) 5. Bersikan jaringan nekrotik kerusakan jaringan yang lain
6. Pasang balutan sesuai jenis luka 6. Untuk mencegah infeksi dan
Penyebab : 7. Pertahankan teknik steril saat mempercepat penyembuhan

17
1. Perubahan sirkulasi melakukan perawatan luka luka
2. Peruabahn status nutrisi 8. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat 7. Untuk mencegah terjadinya
(kelebihan atau dan drainase infeksi
kekurangan) 9. Berikan suplemen vitamin dan 8. Agar menjaga balutan luka
3. Kekurangan atau mineral (mis. Vitamin A, Vitamin tetap bersih
kelebihan volume cairan C, Zinc, asam amino), sesuai 9. Vitamin dan mineral dapat
4. Penurunan mobilitas indikasi membantu mempercepat
5. Bahan kimia iritatif 10. Berikan terapi TENS (stimulasi penyembuhan luka
6. Suhu lingkungan yang saraf transkutaneous), jika perlu 10. Terapi TENS membantu
ekstrem menghilangkan nyeri yang di
alaami akibat luka
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Edukasi : Edukasi :
- 11. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 11. Agar pasien mengetahui kapan
Objektif 12. Anjurkan mengkonsumsi makanan luka terjadi infeksi
1. Keurusakan jaringan tinggi kalori dan protein 12. Untuk mempercepat
dan/atau lapisan kulit 13. Ajarkan prosedur perawatan luka penyembuahan luka
secara mandiri 13. Untuk memandirikan pasien
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Kolaborasi : Kolaborasi :
- 14. Pemberian antibiotik, jika perlu 14. Mengurangi risiko infeksi dan
Objektif mempercepat penyembuhan
1. Nyeri luka.
2. Kemerahan

18
Kondisi Klinis Terkait :
-

4 Risiko Gangguan Setelah dilakukan tindakan Intervensi : Perkembangan: Promosi Rasional Intervensi :
Perkembangan b.d keperawatan selama 3x24 jam, Perkembangan Anak Perkembangan: Promosi
ketidakadekuatan nutrisi, d.d maka masalah status perkembangan Perkembangan Anak
Sindrom gagal tumbuh (failure to membaik dengan kriteria hasil
thrive syndrome) sebagai berikut : Observasi : Observasi
Kategori : psikologis 1. Keterampilan/perilaku sesuai 1. Identifikasi kebutuhan khusus anak 1. Untuk membantu perawat
Subkategori : pertumbuhan dan usia dan kemampuan adaptasi anak. dalam membantu
perkembangan 2. Afek mengembangkan pertumbuhan
3. Pola tidur dan perkembangannya.
Definisi
Berisiko mengalami gangguan Terapeutik Terapeutik
untuk berkembang sesuai dengan 2. Fasilitasi hubungan anak dengan 2. Membantu proses
kelompok usianya. teman sebaya perkembangan anak
3. Dukung anak berinteraksi dengan 3. Agar anak dapat beradaptasi
Faktor risiko : anak lain dengan lingkungan sekitarnya
1. Ketidakadekuatan nutrisi 4. Dukung partisipasi anak di sekolah, 4. Untuk memotivasi anak terus
2. Ketidakadekuatan perawatan ekstrakurikuler dan aktivitas belajar
prenatal komunitas 5. Membantu proses belajar
3. Keterlambatan perawatan 5. Berikan mainan yang sesuai dengan 6. Untuk memotivasi anak dalam
prenatal usia anak tumbuh kembangnya
4. Kelainan genetik/kongenital 6. Dukung anak dalam bermimpi atau
5. Ketidakmampuan belajar berfantasi sewajarnya.

19
6. Gangguan endokrin
7. Penyakit kronis Edukasi Edukasi
8. Ekonomi lemah 7. Ajarkan sikap kooperatif, bukan 7. Agar anak mempuyai sikap
kompetisi diantara anak yang terus belajar
Kondisi klinis terkait: 8. Ajarkan anak cara meminta bantuan 8. Untuk membantu anak dalam
1. Sindrom gagal tumbuh bantuan dari anak lain, jika perlu berinteraksi social
(failure to thrive syndrome) 9. Jelaskan nama-nama benda obyek 9. Untuk membantuk anak dalam
2. Penyakit kronis yang ada di lingkungan sekitar. mengenal benda yang di
3. Gangguan kepribadian lingkungan sekitarnya

5 Risiko Infeksi (D.0142) b.d Setelah dilakukan tindakan Intervensi :Pencegahan Infeksi Rasional Intervensi :
penyakit kronis, d.d gangguan keperawatan selama 3x24 jam, maka Pencegahan Infeksi
fungsi hati. masalah resiko infeksi teratasi
Kategori : Lingkungan kriteria hasil : Observasi Observasi
Subkategori : Keamanan dan 1. Demam 1. Monitor tanda dan gejala infeksi 1. Mempermudah penanganan jika
proteksi 2. Nyeri lokal dan sistemik infeksi terjadi
3. Bengkak
Definisi Terapeutik Terapeutik
Beresiko mengalami peningkatan 2. Batasi jumlah pengunjung 2. Membatasi terpaparnya klien
terserang organisme patogenik. 3. Pertahankan teknik aseptik pada pada kuman patogen lainnya
pasien beresiko tinggi 3. Mengetahui peningkatan
Faktor risiko potensial nyeri
1. Penyakit kronis
2. Efek prosedur invasif Edukasi Edukasi
3. Malnutrisi 4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 4. Adanya tanda kemerahan,

20
4. Ketidakadekuatan pertahanan 5. Ajarkan cara mencuci tangan edema, nyeri dan eksudat
tubuh sekunder : dengan benar gangguan penyatuan dapat
a. Vaksinasi tidak adekuat menunjukkan adanya infeksi
b. Imununosupresi 5. Mengontrol dan mengurangi
c. Supresi respon inflamasi faktor pencetus infeksi
Kondisi klinis terkait
1. Gan
gguan fungsi hati

6 Ansietas (D.0080) b.d Setelah dilakukan tindakan Intervensi : Reduksi Ansietas Rasional Intervensi : Reduksi
kekhwatiran mengalami keperawatan selama 3x24 jam, maka Ansietas
kegagalan, d.d Merasa khawatir masalah tingkat ansietas menurun
dengan akibat dari kondisi yang dengan kriteria hasil sebagai Observasi Observasi
dihadapi. berikut: 1. Monitor tanda-tanda ansietas 1. Untuk membantu perawat
Kategori : Psikologis Identifikasi kemampuan mengambil dalam mengambil tindakan
Subkategori : Integritas ego 1. Verbalisasi khawatir akibat keputusan
kondisi yang dihadapi
Definisi 2. Verbalisasi kebingungan Terapeutik Terapeutik
Kondisi emosi dan pengalaman 3. Perilaku gelisah 2. Ciptakan suasana terapeutik untuk 2. Untuk membina hubungan
subyektif individu terhadap objek menumbuhkan kepercayaan saling percaya
yang tidak jelas dan spesifik 3. Temani pasien untuk mengurangi 3. Agar pasien memberikan rasa
akibat antisipasi bahaya yang kecemasan, jika memungkinkan percaya pada perawat
memungkinkan individu 4. Dengarkan dengan penuh perhatian 4. Perhatian yang penuh
melakukan tindakan untuk 5. Motivasi mengidentifikasi situasi memberikan rasa nyaman pada
menghadapi ancaman. yang memicu kecemasan pasien

21
6. Diskusikan perencanaan realistis 5. Untuk menurunkan kecemasan
Penyebab tentang peristiwa yang akan dating pasien
1. Kekhawatiran mengalami 6. Untuk menghilangkan rasa
kegagalan khwatir dan ketengangan pasien
2. Faktor keturunan
(temperamen mudah teragitasi Edukasi Edukasi
sejak lahir) 7. Anjurkan melakukan kegiatan yang 7. Untuk menghilangkan rasa
3. Terpapar bahaya lingkungan tidak kompetitif, sesuai kebutuhan khwatir
(mis.toksin, polutan, dan lain- 8. Latih kegiatan pengalihan untuk 8. Untuk mengurangi rasa tegang
lain). mengurangi ketegangan 9. Untuk memberikan ketenangan
4. Kurang terpapar informasi 9. Latih teknik relaksasi

Gejala dan Tanda Mayor Kolaborasi Kolaborasi


Subjektif 10. Kolaborasi pemberian obat-obatan 10. Untuk mempercepat proses
1. Merasa khawatir dengan antiansietas, jika penyembuhan
akibat dari kondisi yang
dihadapi
2. Sulit berkonsentrasi
Objektif
1. Tampak gelisah
2. Tampak tegang
3. Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif

22
1. Merasa tidak berdaya
Objektif
1. muka tampak pucat
2. suara bergetar

Kondisi klinis
Penyakit akut

23
24
DAFTAR PUSTAKA

Donna L. Wong, 2008. Kolestasis Ektrahepatik Et Causa Atresiabilier Pada


Seorang Bayi. Diakses melalui
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/view/868/686(Senin,
25 November 2019, pukul 18.53)
Elina Waiman dkk. 2014. Dalam jurnal Peran Operasi Kasai pada Pasien Atresia
Bilier yang Datang Terlambat. Pada link
https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/615/550
(diakses pada 25 November 2019 pukul 23.14 WITA)
Julinar, dkk. 2015. Dalam jurnal Atresia Bilier. Pada link
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id/index.php/art/article/download/61/58
(diakses pada 25 November 2019 pukul 22.48 WITA)
Leila Rakhma,2017. Hubungan Temuan Histopatologi Hati Pasca Kasai Dengan
Sirosis Hati Pada Pasien Atresia Bilier Di Rsup Dr. Sardjito Yogyakarta.
Diakses melalui http://etd.repository.ugm.ac.id/ (Senin, 25 November 2019,
pukul 19.17)
Marni, Septi. 2016. Dicarhge Planning. Melalui link
https://www.academia.edu/34886372/BAB_I.doc_bu_fifi (diakses pada 25
November 2019 pukul 23.31 WITA)
Parakrama, 2005. Peran Operasi Kasai pada Pasien Atresia Bilier yang Datang
Terlambat. Diakses melalui https://saripediatri.org/index.php/ (Senin, 25
November 2019, pukul 19.32)

25

Anda mungkin juga menyukai