Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit lupus berasal dari bahasa Latin yang berarti “Anjing hutan,” atau
“Serigala,” merupakan penyakit kelainan pada kulit, dimana disekitar pipi dan
hidung akan terlihat kemerah-merahan. Tanda awalnya panas dan rasa lelah
berkepanjangan, kemudian dibagian bawah wajah dan lengan terlihat bercak-
bercak merah. Tidak hanya itu, penyakit ini dapat menyerang seluruh organ
tubuh lainnya salah satunya adalah menyerang ginjal. Penyakit untuk
menggambarkan salah satu ciri paling menonjol dari penyakit itu yaitu ruam di
pipi yang membuat penampilan seperti serigala. Meskipun demikian, hanya
sekitar 30% dari penderita lupus benar-benar memiliki ruam “kupu-kupu,” klasik
tersebut.
Sistem imun normal akan melindungi kita dari serangan penyakit yang
diakibatkan kuman, virus, dan lain-lain dari luar tubuh kita. Tetapi pada penderita
lupus, sistem imun menjadi berlebihan, sehingga justru menyerang tubuh sendiri,
oleh karena itu disebut penyakit autoimun. Penyakit ini akan menyebabkan
keradangan di berbagai organ tubuh kita, misalnya: kulit yang akan berwarna
kemerahan atau erythema, lalu juga sendi, paru, ginjal, otak, darah, dan lain-lain.
Oleh karena itu penyakit ini dinamakan “Sistemik,” karena mengenai hampir
seluruh bagian tubuh kita. Jika Lupus hanya mengenai kulit saja, sedangkan
organ lain tidak terkena, maka disebut LUPUS KULIT (lupus kutaneus) yang
tidak terlalu berbahaya dibandingkan lupus yang sistemik (Sistemik Lupus /SLE).
Berbeda dengan HIV/AIDS, SLE adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
peningkatan sistem kekebalan tubuh sehingga antibodi yang seharusnya
ditujukan untuk melawan bakteri maupun virus yang masuk ke dalam tubuh
berbalik merusak organ tubuh itu sendiri seperti ginjal, hati, sendi, sel darah
merah, leukosit, atau trombosit. Karena organ tubuh yang diserang bisa berbeda

1
antara penderita satu dengan lainnya, maka gejala yang tampak sering berbeda,
misalnya akibat kerusakan di ginjal terjadi bengkak pada kaki dan perut, anemia
berat, dan jumlah trombosit yang sangat rendah (Sukmana, 2004).
Perkembangan penyakit lupus meningkat tajam di Indonesia. Menurut
hasil penelitian Lembaga Konsumen Jakarta (LKJ), pada tahun 2009 saja, di RS
Hasan Sadikin Bandung sudah terdapat 350 orang yang terkena SLE (sistemic
lupus erythematosus). Hal ini disebabkan oleh manifestasi penyakit yang sering
terlambat diketahui sehingga berakibat pada pemberian terapi yang inadekuat,
penurunan kualitas pelayanan, dan peningkatan masalah yang dihadapi oleh
penderita SLE. Masalah lain yang timbul adalah belum terpenuhinya kebutuhan
penderita SLE dan keluarganya tentang informasi, pendidikan, dan dukungan
yang terkait dengan SLE. Manifestasi klinis dari SLE bermacam-macam meliputi
sistemik, muskuloskeletal, kulit, hematologik, neurologik, kardiopulmonal,
ginjal, saluran cerna, mata, trombosis, dan kematian janin.

2
BAB II
KONSEP MEDIS

2.1 Definisi
Systemic Lupus Erythematous (SLE) adalah penyakit rematik autoimun
yang ditandai dengan adanya inflamasi tersebar luas, yang mempengaruhi setiap
organ atau sistem dalam tubuh. Penyakit ini berhubungan dengan deposisi
autoantibodi dan kompleks imun, sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan
(Sudoyo dalam Nurarif, 2015).

2.2 Etiologi
Etiologi penyakit ini belum diketahui secara pasti, tetapi diduga terdapat
beberapa faktor predisposisi yang berperan terhadap terjadinya SLE, yang antara
lain terdiri dari faktor endogen dan faktor eksogen.
a) Faktor-Faktor Predisposisi Endogen
Beberapa literatur menyatakan adanya faktor-faktor endogen sebagai
predisposisi terjadinya SLE, diantaranya adalah :
1) Faktor Genetik
Faktor genetik meningkatkan adanya penemuan autoimun dibandingkan
dengan populasi lain. Kecenderungan meningkatnya SLE yang terjadi pada
anak kembar identik menggambarkan adanya kemungkinan faktor genetik
yang berperan dalam penyakit ini. Gen-gen yang memiliki resiko tinggi
terjadinya SLE terutama Human Leukocyte Antigen-DR2 ( HLA-DR2)
yang menunjukan sel-sel yang mampu memberikan antigen/ zat asing ke
sel darah putih, HLA-DR3 yang mengurus gen struktural yang
memproduksi berbagai jenis unsur penting pada darah dan jaringan sel
lupus, dan biasa terdapat linkage SLE pada kromosom 1.
2) Faktor Stres
Stress yang berlebihan meruakan pemicu aktifnya lupus. Odapus akan

3
merasa dalam lingkaran, karena ia sakit karena stress dan lupus merupakan
penyakit kronik yang menyebabkan seseorang akan lebih rentan untuk
merasa rendah diri, terbatas aktifitasnnya, dan jauh dari pergaulan. Hal ini
dapat bisa membuat Odapus stress dan membuat daya tahan tubuh menurun
sehingga menimbulkan infeksi. Demam akan memperparah Lupus karena
seorang yang membawa “gen” lupus bisa memicu proses melalui virus dan
bakteri yang berkembang karena daya tahan tubuh menurun.
3) Faktor Endokrin
Faktor hormonal seks mempunyai peran penting dalam perkembangan dan
penelitian klinis pada SLE. Pada perempuan Odapus yang sedang dalam
masa hamil ditemukan adanya remisi maupun kekambuhan dengan
meningkatnya kadar ekstogen. Diketahui pula pada saat periode menstruasi
perempuan akan memiliki gejala SLEyang lebih buruk. Dari 90 % dari
Odapus yang berada diantara usia 15- 45 tahun adalah perempuan. Pada
laki-laki yang terkena SLE, ditemukan tingkat hormon androgen dan
testosteron yang lebih rendah dibandingkan pria normal. Tetapi tidak
ditemukan perbedaan pada keduanya dalam hal aktifitas seks, potensi dan
kesuburan.
4) Antibodi dan Kompleks Imun
Autoantibodi adalah penanda lupus yang sering kali mengahasilkan sesuatu
yang tidak memiliki kepentingan klinis maupun patologis dan menyerang
sel tubuh dan jaringannya sendiri. Autoantibodi yang berperan dalam lupus
dapat digolongan menjadi empat yaitu antibodi yang terbentuk pada
nucleus, seperti ANA, Anti-DNA,dan Anti-sm., antibodi yang terbentuk
pada sitoplasma seperti antibodi pada sel-sel yang berbeda jenis dan
antibodi yang terbentuk pada antigen. Biasanya untuk dapat mengetahui
antibodi ini dilakukan tes darah.

4
b) Faktor-Faktor Predisposisi Eksogen
Beberapa literatur menyatakan adanya faktor – faktor eksogen sebagai
predisposisi terjadinya SLE, diantaranya adalah :
1) Sinar Matahari
Paparan sinar matahari langsung, merupakan salah satu faktor yang
memperburuk kondisi gejala SLE. Diperkirakan sinar matahari dapat
memancarkan sinar ultraviolet yang dapat merangsang peningkatan
hormon estrogen yang cukup banyak sehingga mempermudah terjadinya
reaksi autoimun dan juga dapat mengubah struktur dari DNA sehingga
memicu terciptanya autoantibodi. Sinar ultraviolet menyebabkan sel-sel
kulit melepaskan substansi (sitokin, prostaglandin) yang memicu
inflamasi. Kemudian diserap ke dalam aliran darah dan terbawa ke bagian
tubuh lainnya. Akibatnya timbul inflamasi pada berbagai organ tubuh yang
terserang SLE.
2) Infeksi Virus
Partikel Ribonucleat Acid (RNA) virus telah ditemukan pada jaringan ikat
Odapus yang membuat reaksi respon imun abnormal. Virus-virus yang
terlibat dalam penyebab SLE diantaranya myxoviruz, reovirus, measle,
parainfluenza, mump, Epstein-Barr, dan onco atau retroviruz jenis C. Hal
ini bisa diketahui dari adanya partikel-partikel virus dalam jaringan lupus,
dan dari beberapa catatatan yang menunjukan bahwa mikroba bisa
menyerupai zat-zat asing atau antigen yang menyebabkan autoimun.
3) Makanan dan Minuman
Makanan dan minuman dalam kemasan, terutama minuman berjenis
isotonik yang mengandung zat pengawet, seperti Natrium Benzoate, dan
Kalium Sorbet serta yang mengandung kafein menyebabkan gejala SLE.
Sedangkan makanan yang dapat memicu lupus bagi Odapus sendiri adalah
yang mengandung L-canavanine dan biasa terdapat pada jenis polong-

5
polongan, selain itu juga makanan yang mengandung pemanis buatan
(Aspartam), serta sayuran yang mengandung belerang, misalnya kubis,dll.
4) Obat- obatan
Obat-obatan dari jenis klorpromazin, metilpoda, isoniazid, dilantin,
penisilamin, kuinidine, hydralazine (obat hipertensi) dan procainamide
(untuk mengobati detak jantung yang tidak teratur), jika terus dikonsumsi
akan membentuk antibodi penyebab lupus. (Wahyuni, 2017).

2.3 Prognosis
Systemic Lupus Erythematous (SLE) yang melibatkan sistem saraf pusat,
paru, jantung, dan saluran cerna masih merupakan masalah besar hingga saat ini.
Prognosis untuk masing-masing individu bergantung pada berbagai faktor,
termasuk gejala klinis, sistem organ yang terlibat, dan kondisi komorbid. Angka
bertahan hidup pada pasien SLE adalah 90 sampai 95% setelah 2 tahun, 82
sampai 90% setelah 5 tahun, 71 sampai 80% setelah 10 tahun, dan 63 sampai
75% setelah 20 tahun. Prognosis buruk (sekitar 50% mortalitas dalam 10 tahun)
dikaitkan dengan ditemukannya kadar kreatinin serum tinggi, hipertensi, sindrom
nefrotik, dan anemia. (Muthusamy. 2017)

2.4 Manifestasi Klinis


Menurut American College of Rheumatology (ACR) ada 11 kriteria SLE
dan jika terdapat 4 kriteria, maka diagnosis SLE dapat ditegakkan.
1) Ruam malar
2) Ruam discoid
3) Fotosensitivitas
4) Ulserasi dimulut atau nasofaring
5) Arthritis
6) Serositis yaitu pleuritic atau pericarditis

6
7) Kelainan ginjal, yaitu proteinuria persisten > 0,5 gr/hari, atau adalah
silinder sel
8) Kelainan neurologic, yaitu kejang-kejang atau psikosis
9) Kelainan hematologic, yaitu anemia hemolitik atau leukopenia atau
limfopenia atau trombositopenia
10) Kelainan imunologik yaitu sel SLE positif atau anti DNA positif, atau anti
Sm positif atau tes serologic untuk sifilis yang positif palsu.
11) Antibodi antinuclear positif (Nurarif, 2015).

2.5 Klasifikasi
1. Ruam malar
Eritema yang menetap, rata atau menonjol, pada daerah malar dan
cenderung tidak melibatkan lipatan nasolabial.
2. Ruam/lesi discoid
Plak eritema yang menonjol dengan keratotik dan sumbatan folikular. Pada
LES lanjut dapat ditemukan parut atropik.
3. Fotosensitivitas
Ruam kulit yang diakibatkan reaksi abnormal terhadap sinar matahari, baik
dari anamnesis pasien atau yang dilihat langsung oleh dokter pemeriksa.
4. Ulkus mulut
Ulkus mulut atau orofaring, umumnya tidak nyeri dan dilihat oleh dokter
pemeriksa.
5. Artritis
Artritis non erosif yang melibatkan dua atau lebih sendi perifer, ditandai
oleh nyeri tekan, bengkak atau efusi.
6. Serositis/pleuritis/perikarditis
Riwayat nyeri pleuritik atau pleuritic friction rub yang didengar oleh dokter
pemeriksa atau terdapat bukti efusi pleura, terbukti dengan rekaman EKG atau
pericardial fiction rub atau terdapat bukti efusi perikardium.

7
7. Gangguan renal
Ditandai dengan proteinuria > 0,5 g per hari atau > +3 bila tidak dilakukan
pemeriksaan kuantitatif atau dijumpai silinder uria seperti silinder eritrosit,
hemoglobin granular, tubular atau campuran.
8. Gangguan neurologi
Kejang yang bukan disebabkan oleh obat-obatan atau gangguan metabolik
misalnya uremia, ketoasidosis, atau ketidakseimbangan elektrolit atau psikosis
yang bukan disebabkan oleh obat-obatan atau gangguan metabolik (misalnya
uremia, ketoasidosis, atau ketidakseimbangan elektrolit)
9. Kelainan hematologi
Anemia hemolitik dengan retikulositosis atau leukopenia <4000/mm3 pada
dua kali pemeriksaan atau lebih, atau limfopenia <1500/mm3 pada dua kali
pemeriksaan atau lebih, atau trombositopenia <100.000/mm3 tanpa disebabkan
oleh obat-obatan.
10. Kelainan imunologik
a. Anti DNA: antibodi terhadap native DNA dengan titer yang abnormal atau
b. Anti-Smith antibody: terdapat antibodi terhadap antigen nuklear Sm, atau
c. Temuan positif terhadap antibodi antifosfolipid yang didasarkan atas:
1) Kadar serum antibodi antikardiolipin abnormal baik IgG dan IgM,
2) Tes lupus anti koagulan positif menggunakan metode standar, atau
3) Hasil tes serologi palsu terhadap sifilis paling tidak selama enam bulan dan
dikonfirmasi dengan tes imobilisasi Treponema pallidum atau tes
fluoresensi absorpsi antibodi Treponema
11. Antibodi antinuklear (ANA) positif
Titer abnormal antibodi anti-nuklear berdasarkan pemeriksaan
imunofluoresensi atau pemeriksaan setingkat pada setiap kurun waktu perjalanan
penyakit tanpa keterlibatan obat yang diketahui berhubungan dengan sindrom
lupus yang diinduksi obat.

8
2.6 Patofisiologi
Patofisiologi lupus eritematosis sistemik atau Systemic Lupus
Eritematosus (SLE) didasari oleh autoantibodi dan kompleks imun yang
berikatan ke jaringan dan menyebabkan inflamasi multisistem. Penyebab spesifik
SLE hingga saat ini belum diketahui, namun berbagai faktor seperti faktor
genetik, sistem imun, hormonal serta lingkungan berhubungan dengan
perkembangan penyakit ini.
Sistem imun bawaan maupun didapat memberikan respon imun yang tidak
seharusnya kepada partikel sel tubuh. Salah satunya adalah pembentukan
autoantibodi terhadap asam nukleat yang disebut antinuclear antibodies (ANA).
Pada umumnya ANA dapat ditemukan pada populasi umum, namun tidak
seluruh orang yang memiliki ANA mengalami SLE, oleh karena itu terdapat
mekanisme lain yang menyebabkan progresi kondisi autoimun ini menjadi
penyakit. Selain ANA, terdapat dua autoantibodi yang spesifik ditemukan pada
pasien SLE dibandingkan dengan penyakit autoimun lainnya yaitu antibodi anti-
Smith (Sm) dan antibodi anti-double-stranded DNA (dsDNA).[1,4,5]
Autoantibodi mengenali self-antigen yang ada di permukaan sel yang
apoptosis dan membentuk kompleks imun. Oleh karena proses pembersihan
debris sel terganggu maka autoantigen, autoantibodi dan kompleks imun tersedia
dalam waktu yang lama, memicu terjadinya proses inflamasi dan menyebabkan
timbulnya gejala.
Aktivasi sel imun juga disertai dengan peningkatan sekresi interferon tipe
1 dan 2 (IFN), tumor necrosis factors α (TNF- α), interleukin (IL) 17, stimulator
maturasi sel B, dan IL-10 yang seluruhnya mendukung reaksi inflamasi. Pada
kondisi SLE juga terjadi penurunan produksi berbagai sitokin seperti sel natural
killer yang gagal memproduksi IL-2 dan transforming growth factor beta (TGF-
β) yang berfungsi untuk meregulasi sel T CD4+ dan CD8+, akibatnya produksi
autoantibodi dan kompleks imun tidak terkendali dan tetap berlanjut.

9
Autoantibodi dan kompleks ini kemudian berikatan dengan jaringan target,
menyebabkan aktivasi sistem komplemen dan menyebabkan pelepasan sitokin,
kemokin dan peptida vasoaktif, oksidan dan enzim proteolitik. Kondisi tersebut
menyebabkan aktivasi sel endothelial, makrofag jaringan, sel mesangial, podosit
yang ada di jaringan serta mengakibatkan sel B, sel T, sel dendritik dan makrofag
mendatangi jaringan target tersebut dan menyebabkan terjadinya proses
inflamasi. Inflamasi kronis ini menyebabkan kerusakan jaringan yang irevesibel
di glomerulus ginjal, arteri, paru dan jaringan lainnya.

2.7 Komplikasi
Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan
dunia karena prevalensinya terus meningkat, tidak hanya menyebabkan gagal
ginjal tetapi juga menyebabkan komplikasi kardiovaskular dan kematian, serta
sebagian besar baru terdiagnosis pada derajat akhir.

2.8 Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan yang permanen untuk SLE. Tujuan dari terapi adalah
mengurangi gejala dan melindungi organ dengan mengurangi peradangan dan
atau tingkat aktifitas autoimun di tubuh. Banyak pasien dengan gejala yang
ringan tidak membutuhkan pengobatan atau hanya obat-obatan anti inflamasi
yang intermitten. Pasien dengan sakit yang lebih serius yang meliputi kerusakan
organ dalam membutuhkan kortikosteroid dosis tinggi yang dikombinasikan
dengan obat-obatan lain yang menekan sistem imunitas. Pasien dengan SLE lebih
membutuhkan istirahat selama penyakitnya aktif. Penelitian melaporkan bahwa
kualitas tidur yang buruk adalah faktor yang signifikan dalam menyebabkan
kelelahan pada pasien dengan SLE. Hal ini memperkuat pentingnya bagi pasien
dan dokter untuk meningkatkan kualitas tidur. Selama periode ini, latihan tetap
penting untuk menjaga tekanan otot dan luas gerakan dari persendian.

10
1. Terapi Farmakologi
Penyakit yang ringan atau remitten bisa dibiarkan tanpa pengobatan. Bila
diperlukan, NSAID dan anti malaria bisa digunakan. NSAID membantu
mengurangi peradangan dan nyeri pada otot, sendi, dan jaringan lainnya. Contoh
NSAID adalah aspirin, ibuprofen, naproxen, dan sulindac. Pada beberapa
keadaan tidak disarankan pemberian agen selektif COX-2 karena dapat
meningkatkan resiko kardiovaskular. Karena respon individual tiap pasien
bervariasi, penting untuk mencoba NSAID yang berbeda untuk menemukan yang
paling efektif dengan efek samping paling kecil. Efek samping yang paling sering
adalah tidak enak perut, nyeri abdomen, ulkus, dan bisa perdarahan ulkus.
NSAID biasanya diberikan bersamaan dengan makanan untuk mengurangi efek
samping. Kadang- kadang, obat yang mencegah ulser bisa diberikan bersamaan,
seperti misoprostol Kortikosteroid lebih baik dari NSAID dalam mengatasi
peradangan dan mengembalikan fungsi ketika penyakitnya aktif. Kortikosteroid
lebih berguna terutama bila organ dalam juga terkena. Kortikosteroid bisa
diberikan peroral, injeksi langsung ke persendian atau jaringan lainnya, atau
diberikan intra vena. Sayangnya, kortokosteroid memiliki efek samping yang
serius bila diberikan dalam dosis tinggi selama periode yang lama, dan harus
dimonitor aktifitas dari penyakitnya untuk menurunkan dosisnya bila
memungkinkan. Efek samping dari kortikosteroid adalah penipisan tulang dan
kulit, infeksi, diabetes, wajah membengkak, katarak, dan kematian (nekrosis)
dari persendian yang besar.
Hydroxychloroquine adalah obat anti malaria yang ditemukan efektif untuk
pasien SLE dengan kelemahan, penyakit kulit dan sendi. Efek samping termasuk
diare, tidak enak perut, dan perubahan pigmen mata. Perubahan pigmen mata
jarang, tetapi diperlukan, monitor oleh ahli mata selama pemberian obat ini.
Ditemukan bahwa obat ini mengurangi frekwensi bekuan darah yang abnormal
pada pasien dengan SLE. Jadi, obat ini tidak hanya mengurangi kemungkinan

11
serangan dari SLE, tetapi juga berguna untuk mencegah pembekuan darah
abnormal yang luas.
Untuk penyakit kulit yang resisten, obat anti malaria lainnya, seperti
chloroquine atau quinacrine bisa diberikan, dan bisa dikombinasikan dengan
hydroxychloroquine. Pengobatan alternatif untuk penyakit di kulit adalah
dapsone dan asam retinoat (Retin-A).
Pengobatan immunosupresan digunakan pada pasien dengan manifestasi
SLE berat dan kerusakan organ dalam. Contohnya adalah methotrexate,
azathioprine, cyclophosphamide, chlorambucil dan cyclosporine. Semua
immunosupresan menyebabkan jumlah sel darah menurun dan meningkatkan
resiko terjadinya infeksi dan perdarahan. Efek samping lainnya berbeda pada tiap
obat. Methotrexate menyebabkan keracunan hati, cyclosporine bisa mengganggu
fungsi ginjal.
Tahun-tahun belakangan, mycophenolate mofetil digunakan sebagai obat
yang efektif terhadap SLE, khusunya bila dikaitkan dengan penyakit ginjal. Obat
ini menolong dalam mengembalikan dari keadaan lupus renal disease dan untuk
mempertahankan remisi setelah stabil. Efek samping yang lebih sedikit
membuatnya lebih bermanfaat dibandingkan pengobatan imunosupresan yang
tradisional.
Pada pasien SLE dengan penyakit otak dan ginjal yang serius,
plasmapharesis (mengeluarkan plasma dan menggantikannya dengan plasma
beku yang spesifik) kadang-kadang dibutuhkan untuk menghilangkan antibodi
dan bahan-bahan imunitas lainnya dari darah untuk menekan imunitas. Pada
beberapa pasien SLE, hal ini bisa menyebabkan tingkat platelet yang sangat
rendah yang meningkatkan resiko perdarahan spontan dan luas. Karena spleen
dipercaya sebagai tempat penghancuran platelet yang utama, operasi
pengangkatan spleen kadang kala dilakukan untuk meningkatkan jumlah platelet
Kerusakan ginjal stadium akhir akibat SLE membutuhkan dialisis atau
transplantasi ginjal. Sebagian besar penelitian menunjukkan keuntungan

12
rituximab dalam mengobati lupus. Rituximab intra vena, yaitu memasukkan
antibodi yang menekan sejumlah sel darah putih, sel B, dan menurunkan
jumlahnya dalam sirkulasi. Sel B ditemukan memainkan peranan penting dalam
aktifitas lupus, dan bila ditekan, penyakitnya memasuki masa remisi.
2. Terapi Non Farmakologi
Menghindari sinar matahari atau menutupinya dengan pakaian yang
melindungi dari sinar matahari bisa efektif mencegah masalah yang disebabkan
fotosensitif. Penurunan berat badan juga disarankan pada pasien yang obesitas
dan kelebihan berat badan untuk mengurangi beberapa efek dari penyakit ini,
khususnya ketika ada masalah dengan persendian.
Pada pasien ini diberikan terapi dengan kortikosteroid sesuai teori.
Kortikosteroid yang diguna dalam kasus ini adalah methylprednisolone. Selain
itu pasien juga dinasehatkan agar melindungi dirinya daripada cahaya matahari.

13
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a) Identifikasi kebutuhan dasar yang mengalami gangguan
Kategori dan Subkategori Masalah Normal
Fisiologis Respirasi sesak napas Frekuensi per-
napasan normal 16-
20 kali per menit
Sirkulasi nyeri dada sebagai Umumnya nyeri
tanda dari dada juga dapat
pericarditis dirasakan pada
keadaan sehat, hal
ini bisa disebabkan
oleh aktivitas yang
dilakukan oleh
seseorang
Nutrisi dan mual
cairan
Eliminasi edema, hematuria, urine yang
proteinuria dikeluarkan oleh
tubuh tidak
mengandung
protein karena
normalnya
protein/albumin
tidak lolos melewati
filter ginjal.

14
Aktivitas dan kelelahan rasa lelah seringkali
istirahat dirasakan jika
melakukan aktivitas
Neurosensori depresi, psikosis, manusia mem-
kejang-kejang punyai kemampuan
membedakan
rangsang yang
timbul dari sumber
internal seperti
pikiran, perasaan,
sensasi somatic
dengan impuls dan
stimulus eksternal.
Reproduksi dan - -
seksualitas
Psikologis Nyeri dan kelelahan, malaise, nyeri adalah
kenyamanan demam, gatal atau persepsi dari
parestesis, ruam seseorang,
berbentuk kupu- normalnya nyeri
kupu, mata dan terjadi karena
mulut kering dan disebabkan oleh
nyeri pada sendi aktivitas berlebihan
dari seseorang,
kurang gerak,
keseleo, dimana
rasa nyeri itu akan
menghilang dengan
sendirinya.

15
Integritas ego mudah marah dan tidak mudah marah
fruktasi, takut akan dan frustasi,
penolakan dari orang percaya diri, tidak
lain Harga diri buruk
gelisah dan ansietas
Kekuatiran mengenai
menjadi beban bagi
yang mendekat
Tanda: Ansietas,
gelisah, menarik diri,
depresi, fokus pada
diri sendiri

Pertumbuhan berat badan menurun berat badan normal


dan
perkembangan
Perilaku Kebersihan diri Tidak terjaganya integritas kulit yang
kebersihan kulit baik bisa
yang mengakibatkan mempertahankan
kerusakan integritas (sensasi, elastisitas,
jaringan temperatur, hidrasi,
berhubungan dengan pigmentasi)
bula yang mudah
pecah

Penyuluhan dan - -
pembelajaran
Relasional Interaksi sosial perubahan dari segi pada wajah lembut,
fisik yang terjadi tidak pucat, tidak
antara lain kasar, kenyal. dan

16
berubahnya rambut kulit kepala
kemampuan fisik sehat, tekstur
dan penampilan lembut, berkilau,
fisik. berubahnya kerontokkan ringan,
kemampuan fisik elastis, tidak kusut
misalnya seperti ketika basah,
daya tahan tubuh bereaksi terhadap
yang cepat sekali kelembaban
melemah, dan peka
terhadap sinar
matahari. sedangkan
pada penampilan
fisik terjadi
perubahan pada
wajah dengan ruam-
ruam kemerahan,
koreng, tubuh
menjadi kurus dan
kerontokkan rambut.
dampak perubahan
fisik ini, adalah
odapus dijauhi atau
dikucilkan oleh
lingkungan.
perubahan psikis
antara lain berkaitan
dengan harga diri,

17
rasa percaya diri,
dan emosi.
Lingkungan Keamanan dan bercak malar, bercak integritas kulit
proteksi discoid, orang yang sehat
fotosensitivitas, adalah lembab.
ulkus oral

b) pemeriksaan laboratorium
Kelainan yang
No Tes Definisi/Nilai normal
ditemukan
1. Pemeriksaan Tes darah merupakan Leukopenia/limfope
darah pemeriksaan sampel darah yang nia, anemia,
diambil dari tusukan pada jari trombositopenia,
atau melalui pembuluh darah di LED meningkat.
bagian tubuh tertentu, seperti
lengan dengan menggunakan
jarum. Tes darah bertujuan
untuk mendeteksi penyakit,
mengetahui fungsi organ,
mendeteksi racun, obat, atau zat
tertentu, dan memeriksa kondisi
kesehatan secara keseluruhan.
2. Imunologi Tes Imunologi dalam dunia 1) ANA (antibody
medis biasa disebut anti nuclear)
sebagai tes antibodi anti-nuklear 2) Anti bodi DNA
(Antinuclear Antibodies test untai ganda (ds
atau ANA). Tes ini digunakan DNA) meningkat
untuk mengukur kadar dan pola

18
aktivitas antibodi pada darah 3) Kadar
yang melawan tubuh (reaksi komplemen C3
autoimun) dan C4 menurun
4) Tes CRP (C-
reactive protein)
positif
3. Fungsi ginjal Fungsi ginjal adalah membuang 1) Kreatinin serum
limbah dan menjaga sistem meningkat.
peredaran darah yang dilengkapi 2) Penurunan GFR
dengan keseimbangan nutrisi 3) Protein uri (> 0,5
dan mineral. Jika ginjal gram per 24 jam)
mengalami masalah, 4) Ditemukan sel
keseimbangan nutrisi dan darah merah dan
mineral pun akan terganggu. Hal atau sedimen
ini berpengaruh terhadap granular
masalah pada kulit. Akibatnya,
kulit pun menjadi gatal dan
muncul ruam.
4. Kelainan Lupus Antikoagulan (LA) APTT memanjang
pembekuan merupakan imunoglobulin yang tidak membaik
yang heterogen yang bisa terjadi pada pemberian
berhubungan secara spontan maupun karena plasma normal.
dengan penyakit otoimun. Antibodi ini
antikoagulan mengikat protein beta 2
lupus glikoprotein I (GPI-ß2),
protrombin ataupun lainnya
sehingga menyebabkan
pemanjangan tes koagulasi yang

19
tergantung fosfolipid. Hasil tes
LA yang positif persisten
dengan adanya riwayat
trombosis
5. Serologi Sifilis merupakan penyakit Memberikan hasil
VDRL menular seksual yang positif palsu
(sifilis) disebabkan oleh
mikroorganisme Treponema
pallidum.
6. Tes vital - Adanya pita Fg 6
lupus yang khas dan atau
deposit Ig M pada
persambungan
dermo – epidermis
pada kulit yang
terliat dan yang tidak

3.2 Diagnosis Keperawatan


1) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bercak malar pada lapisan
kulit.
2) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret
3) Penurunan curah jantung berhubungan dengan penebalan perikardium
4) Nyeri akut berhubungan dengan nyeri dan bengkak yang dirasakan saat
bergerak
5) Keletihan berhubungan dengan anemia
6) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan rasa malu dengan kondisinya

20
3.3 Rencana Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSIS NOC NIC RASIONAL
1. Kerusakan Integritas Kulit NOC 1. Perawatan luka 1. Perawatan luka
(00046) 1. Integritas jaringan: Kulit Observasi: Observasi:
Domain: 11. Keamanan/ dan membran mukosa a) Monitor karakteristik luka, a) Untuk mengetahui
perlindungan 2. Penyembuhan luka termasuk drainase, warna, perkembangan karakteristik
Kelas: 2 Cedera fisik primer ukuran, dan bau luka dan membantu
Definisi: Kerusakan pada menyusun intervensi
epidermis dan/atau dermis Kriteria Hasil: selanjutnya.
Batasan karakteristik: Setelah dilakukan tindakan Mandiri: Mandiri:
1) Benda asing menusuk keperawatan selama 3x24 jam b) Berikan perawatan insisi b) Untuk mencegah terjadinya
permukaan kulit Integritas jaringan: Kulit dan pada luka yang di perlukan perluasan infeksi.
2) Kerusakan Integritas kulit membran mukosa teratasi c) Oleskan salep sesuai c) Membantu membuat luka
Faktor yang berhubungan: dengan indikator yang dengan jenis luka sembuh lebih cepat.
Eksternal: dipertahankan pada skala 3 d) Cukur didaerah sekitar d) Agar tidak menjadi tempat
1) Cedera mekanik (gesekan, ditingkatkan ke skala 4. yang terkena, sesuai perkembangbiakan bakteri.
tekanan) 1) Sensasi kebutuhan.
Internal: 2) Tekstur e) Petahankan teknik balutan e) Mencegah resiko infeksi
1) Gangguan metabolisme 3) Pengelupasan kulit steril ketika melakukan pada luka.

21
2) Gagguan pigmentasi Keterangan: perawatan luka dengan
3) Gangguan sensasi 1) Sangat terganggu tepat.
(Diabetes Melitus) 2) Banyak terganggu Kolaborasi: Kolaborasi:
4) Gagguan turgor kulit 3) Cukup terganggu f) Rujuk pada ahli diet f) Gizi yang baik dapat
5) Nutrisi tidak adekuat 4) Sedikit terganggu dengan tepat membantu mempercepat
5) Tidak terganggu proses penyembuhan luka.
Health Education: Health Education:
Kriteria Hasil: g) Anjurkan pasien dan g) Untuk mencegah terjadinya
Setelah dilakukan tindakan keluarga untuk mngenal keparahan infeksi pada
keperawatan selama 3 x 24 jam tanda dan gejala infeksi . luka.
Penyembuhan luka primer
teratasi dengan indikator yang 2. Perawatan luka tekan
dipertahankan pada skala 3 Observasi: 2. Perawatan luka tekan
ditingkatkan ke skala 4. a) Monitor tanda dan gejala Observasi:
1) Peningkatan suhu kulit infeksi di area luka. a) Mencegah resiko terjadinya
2) Bau busuk b) Monitor warna, suhu, udem, infeksi.
Keterangan: kelembaban, dan kondisi b) Warna kulit pucat dapat
1) Sangat besar area luka. menunjukan adanya
2) Besar sionosis, suhu yang tinggi

22
3) Sedang dapat menunjukan tanda-
4) Terbatas tanda infeksi udem.
5) Tidak ada Mandiri: Mandiri:
c) Bersihkan kulit sekitar luka c) Untuk menjaga luka tetap
dengan sabun yang leembut steril dan tidak
dan air terkontaminasi dengan
bakteri
d) Berikan salep jika di d) Untuk mempercepat
perlukan penyembuhan luka
e) Lakukan pembalutan e) Untuk mengurangi resiko
dengan tepat. kontaminasi bakteri pada
luka.
Kolaborasi: Kolaborasi:
f) Fasilitasi pasien agar dapat f) Agar pasien dapat
berkonsultasi dengan mengetuhi cara perawatan
perawat ahli luka jika di luka yang benar.
butuhkan.

23
Health Education: Health Education:
g) Ajarkan pasien dan g) Membantu perawatan
keluarga mengenai setelah keluar dari Rumah
perawatan luka sakit.

2. Ketidakefektifan pola napas NOC 1. Manajemen jalan napas 1. Manajemen jalan napas
(00032) 1. Status Pernapasan Mandiri: Mandiri:
Domain 4. Aktivitas/istirahat 2. Respon Alergi Sistemik a) Posisikan pasien untuk a) Untuk mempermudah
Kelas 4. Respons memaksimalkan ventilasi. ekspansi paru contoh posisi
Kardiovaskuler/Pulmonal Kriteria Hasil : semi fowler.
Definisi: Inspirasi dan/atau Setelah dilakukan tindakan b) Lakukan fisioterapi dada b) Fisioterapi dada adalah
ekspirasi yang tidak memberi keperawatan selama 3x24 jam sebagaimana mestinya. suatu rangkaian tindakan
ventilasi adekuat. masalah status pernapasan keperawatan yang terdiri
Batasan karakteristik: teratasi dengan indikator yang atas perkusi dan vibrasi,
1) Bradipnea di pertahankan pada skala 3 postural drainase, latihan
2) Dyspnea ditingkatkan ke skala 4 pernapasan/napas dalam,
3) Fase ekspirasi memanjang 1) Frekuensi pernapasan dan batuk yang efektif.
4) Ortopnea 2) Irama pernapasan Tujuan: untuk membuang
3) Kedalaman inspirasi sekresi bronkial,

24
5) Penggunaan otot bantu 4) Kepatenan jalan napas memperbaiki ventilasi, dan
pernapasan 5) Kapasitas vital meningkatkan efisiensi
6) Penggunaan posisi tiga- Keterangan : otot-otot pernapasan
titik 1) Deviasi berat dari kisaran Observasi: Observasi:
7) Peningkatan diameter normal c) Identifikasi kebutuhan c) Agar tidak terjadi
anterior-posterior 2) Deviasi yang cukup-cukup actual/potensial pasien komplikasi yang buruk
8) Penurunan kavasitas vital berat dari kisaran normal untuk memasukkan alat setelah pemasangan alat
9) Penurunan tekanan 3) Deviasi sedang dari kisaran membuka jalan napas. untuk membuka
ekspirasi normal pernapasan.
10) Penurunan tekanan 4) Deviasi ringan dari kisaran d) Monitor status pernapasan d) Oksigen merupakan
inspirasi normal dan oksigenasi kebutuhan dasar yang
11) Penurunan ventilasi 5) Tidak ada deviasi dari sebagaimana mestinya paling vital dalam
semenit kisaran normal. kehidupan manusia. Dalam
12) Pernapasan bibir tubuh oksigen berperan
13) Pernapasan cuping hidung Kriteria Hasil : penting diproses
14) Perubahan ekskursi dada Setelah dilakukan tindakan metabolism sel.
15) Pola napas abnormal keperawatan selama 3x24 jam Kekurangan oksigen akan
(mis., irama, frekuensi, masalah respon alergik menimbulkan dampak yang
kedalaman) sistemik teratasi dengan

25
16) Takipnea indikator yang di pertahankan bermakna bagi tubuh, salah satu
Factor yang berhubungan: pada skala 3 ditingkatkan ke dampaknya adalah kematian.
1) Ansietas skala 4 Kolaborasi: Kolaborasi:
2) Cedera medulla spinalis 1) Sesak napas saat istirahat e) Masukkan alat e) Oropharyngeal airway
3) Deformitas dinding dada 2) Edema pulmonal nasopharyngeal airways berfungsi membantu
4) Deformitas tulang 3) Edema kulit yang disertai (NPA) atau ventilasi dengan cara
5) Disfungsi neuromuscular gatal aeropharyngeal airway mencegah lidah jatuh
6) Gangguan 4) Nyeri sendi (OPA), sebagaimana ke belakang dan
musculoskeletal 5) Syok anafilatik mestinya. menutup saluran nafas.
7) Gangguan neurologis Keterangan : Health education: Health education:
(mis.,elektroensefalogram 1) Berat f) Instruksikan bagaimana f) Pasien dapat menetahui
(EEG) positif, trauma 2) Cukup berat agar bisa melakukan tehnik manfaat teknik batuk
kepala, gangguan kejang) 3) Sedang batuk efektif efektif dan dapat
8) Hiperventilasi 4) Ringan melakukannya secara
9) Imaturitas neurologis 5) Tidak ada mandiri.
10) Keletihan otot pernapasan g) Ajarkan pasien bagaimana g) Pasien dapat
11) Nyeri menggunakan inhaler menggunakan inhaler
12) Obesitas sesuai resep, sebagaimana secara mandiri dan benar
mestinya. dosis obat.

26
13) Posisi tubuh yang 2. Manajemen alergi 2. Manajemen alergi
menghambat ekspansi Mandiri: Mandiri:
paru a) Dokumentasikan semua a) membantu tenaga medis
14) Sindrom hipoventilasi informasi mengenai alergi dalam menentukan
dalam rekam medis, tindakan perawatan yang
sebagaiamana mestinya cocok bagi pasien dan
menghindari kemungkinan
terjadinya kekebalan atau
alergi obat.
b) Bantu dengan melakukan b) Tes alergi dilakukan agar
tes alergi, sebagaimana pasien tidak da respon
mestinya. alergi dari tubuhnya ketika
terpapar bahan-bahan
alergik.
Observasi: Observasi:
c) Identifikasi alergi yang c) Agar perawat dapat
diketahui (misalnya., obat- mengetahui penyebab
obatan, makanan, sehingga reaksi alergi tidak
terjadi kembali pada pasien

27
serangga, lingkungan) dan
reaksi yang tidak biasa.
d) Monitor adanya anafilaksis d) mencegah reaksi alergi
berulang dalam 24 jam. berat yang terjadi secara
tiba-tiba dan dapat
menyebabkan kematian.
Kolaborasi: Kolaborasi:
e) – e) –
Health education: Health education:
f) Anjurkan pasien untuk f) agar tercipta hubungan
menggunakan etiket yang harmonis dengan
penanda medis pasien dan perawata
sebagaimana mestinya sehingga mempercepat
kesembuhan pasien.
g) Instruksikan pasien untuk g) Untuk mencegah reaksi
menghindari bahan yang alergi yang lebih
menyebabkan alergi, (anafilaksis)
sebagaimana mestinya.

28
h) Instruksikan pasien dan h) Untuk mencegah kematian
pemberi layanan untuk pada pasien.
mencegah situasi yang
memicu reaksi anafilaksis
dan bagaimana
meresponnya jika muncul
reaksi anafilaksis.

3. Monitor pernapasan 3. Monitor pernapasan


Mandiri: Mandiri:
a) Palpasi kesimetrisan a) Untuk menilai kulit pada
ekspansi paru dinding dada, adanya nyeri
tekan, massa, kesimetrisan
ekspansi paru
b) Catat perubahan pada b) Untuk menilai kemampuan
saturasi O2, volume tidal paru-paru untuk mengirim
akhir CO2, dan perubahan oksigen ke dalam darah
nilai analisa gas darah dan mengeluarkan
dengan tepat. karbondioksida dari darah.

29
Observasi: Observasi:
c) Monitor kecepatan, irama, c) Untuk menilai pola
kedalaman, dan kesulitan pernapasan serta
bernapas. gangguam yang dialami
pasien.
d) Monitor keluhan sesak d) Untuk memantau
napas psien, termasuk kekurangan/
kegiatan yang ketidakmampuan untuk
meningkatkan atau bernapas.
memperburuk sesak napas
tersebut.
Kolaborasi: Kolaborasi:
e) Berikan bantuan terapi e) Untuk melegakan saluran
napas jika diperlukan napas yang menyempit.
(misalnya nebulizer)
Health education: Health education:
f) - f) -
3. Penurunan curah jantung NOC 1. Perawatan jantung 1. Perawatan jantung
(00029) Mandiri: Mandiri:

30
Domain 4. Aktivitas/istirahat 1. Keefektifan Pompa a) Secara rutin mengecek a) Untuk mengetahui
Kelas 4. Respons Jantung pasien baik secara fisik keadaan pasien secara
Kardiovaskuler/Pulmonal 2. Tanda-Tanda Vital maupun psikologis sesuai umum.
Definisi: Ketidakadekuatan dengan kebijakan tiap
darah yang di pompa oleh Kriteria Hasil : agen/penyedia layanan.
jantung untuk memenuhi Setelah dilakukan tindakan b) Lakukan penilaian b) Untuk mencegah
kebutuhan metabolic tubuh. keperawatan selama 3x24 jam komprehensif pada terjadinya gangguan
Batasan karakteristik: masalah keefektifan pompa sirkulasi perifer (misalnya sirkulasi darah ke area
Perubahan frekuensi/irama jantung teratasi dengan cek nadi perifer, edema, perifer.
jantung indicator yang di pertahankan pengisian ulang kapiler,
1) Bradikardia pada skala 3 ditingkatkan ke warna dan suhu
2) Palpitasi jantung skala 4. ekstremitas) secara rutin
3) Perubahan 1) Denyut jantung apical sesuai kebijakan agen.
elektrokardiogram 2) Denyut nadi perifer Observasi: Observasi:
(EKG). (mis., aritmis, 3) Distrimia c) Monitor tanda-tanda vital c) Untuk menilai fungsi dasar
abnormalitas konduksi, 4) Edema paru secara rutin tubuh dan menunjukkan
iskemia) 5) Intoleran aktivitas kemajuan terapi perawatan
4) Takikardia
Perubahan preload Keterangan :

31
1) Distensi vena jugular 1. Defiasi berat dari d) Monitor sesak napas, d) Untuk menilai pemenuhan
2) Edema kisaran normal kelelahan, takipnea dan oksigen dalam tubuh dan
3) Keletihan 2. Deviasi yang cukup orthopnea. mencegah komplikasi pada
4) Murmur jantung besar dari kisaran system pernapasan.
5) Peningkatan berat badan normal Kolaborasi: Kolaborasi:
6) Peningkatan CVP 3. Deviasi sedang dari e) Pengobatan dengan e) Antidepresan dapat
7) Peningkatan PAWP kisaran normal antidepresan yang tepat, mengurangi stress pada
8) Penurunan pulmonary 4. Deviasi ringan dari jika perlu. pasien yang dapat
artery wedge pressure kisaran normal mempengaruhi fungsi
(PAWP) 5. Tida ada deviasi dari fisiologisnya.
9) Penurunanan tekanan kisaran normal. Health education: Health education:
vena sentral (central f) Instruksikan pasien dan f) Diharapkan pasien dapat
venous pressure, PVP) keluarga mengenai terapi mengetahui terapi, batasan
Perubagan afterload Kriteria Hasil : modalitas, batasan untuk beraktivitas dan
1) Dyspnea Setelah dilakukan tindakan aktivitas dan kemajuan kemajuan pasien.
2) Kulit lembap keperawatan selama 3x24 jam g) Instruksikan pasien tentang g) Untuk mencegah
3) Oliguria masalah tanda-tanda vital pentingnya untuk segera komplikasi nyeri dada
4) Pengisian kepiler teratasi dengan indicator yang melapor bila merasakan yang lebih berat.
memanjang nyeri dada.

32
5) Peningkatan PVR di pertahankan pada skala 3 2. Perawatan emboli paru- 2. Perawatan emboli paru-
6) Peningkatan SVR ditingkatkan ke skala 4. paru paru
7) Penurunan nadi perifer 1) Suhu tubuh Mandiri: Mandiri:
8) Penurunan resistensi 2) Tingkat pernapasan a) Evaluasi perubahan status a) Untuk mengetahui
vascular paru (pulmonary 3) Tekanan nadi pernapasan dan jantung gangguan pada jantung
vascular resistance, PVR) 4) Irama pernapasan (misalnya suara napas dan paru-paru .
9) Penurunan resistansi 5) Denyut jantung apical tidak normal, hemoptysis,
vascular sistemik dyspnea, takipnea,
(systemic vascular Keterangan : takikardia, sinkop) bagi
resistance, SVR) 1. Defiasi berat dari kisaran pasien yang mengalami
10) Perubahan tekanan darah normal emboli paru (pulmonary
11) Perubahan warna kulit 2. Deviasi yang cukup besar embolism) trombolis vena
(mis., pucat, abu-abu, dari kisaran normal dalam (deep vein
sianosis) 3. Deviasi sedang dari kisaran trombosis) yang lebih
Perubahan kontraktilitas normal beresiko ksmbuh.
1) Batuk 4. Deviasi ringan dari kisaran b) Evaluasi semua dada, b) Agar perawat megetahui
2) Bunyi napas tambahan normal bahu, punggung atau nyeri keadaan pasien secara
3) Bunyi S3 5. Tida ada deviasi dari pleuritik (yaitu memeriksa umum dan dapat
4) Bunyi S4 kisaran normal. intensitas, lokasi, radiasi,

33
5) Dyspnea paroksismal durasi, factor pencetus dan memutuskan tindakan
noktural factor yang mengurangi) perawatan selanjutnya.
6) Ortopnea Observasi: Observasi:
7) Penuruna fraksi ejeksi c) Monitor gejala gagal napas c) Untuk mncegah kerusakan
8) Penurunann indeks (misalnya PaO2 rendah dan organ tubuh pasien.
jantung tingkat PaCO2 tinggi dan
9) Penurunan left ventricular otot pernapasan kelelahan)
stroke work index d) Monitor nilai hasil d) Untuk menunjang data
(LVSWI) laboratorium untuk actual sebelumnya dan
10) Penurunan stroke volume oksigenasi atau mempermudah tindakan
index (SVI) keseimbangan asam-basa perawatan pada pasien.
Perilaku/emosi Kolaborasi: Kolaborasi:
1) Ansietas e) Berikan profilaksis e) Untuk mencegah
2) Gelisah antikoagulan dosis rendah penggumpalan darah pada
Factor yang berhubungan dan/atau antiplatelet tempat yang bukan
1. Perubahan afterload (misalnya heparin, seharusnya misalnya di
2. Perubahan frekuensi clopidogrel, warfarin, jantung, otak dan paru-
jantung aspirin, dipyridamole, paru.

34
3. Perubahan irama dekstran) sesuai peraturan
jantung dan kebijakan.
4. Perubahan Health education: Health education:
kontraktilitas f) Berikan pendidikan rinci f) Pasien dapat
5. Perubahan preload kepada pasien dan keluarga meningkatkan
6. Perubahan volume mengenai pencegahan pengetahuannya tentang
sekuncup. emboli dan thrombus untuk pencegahan emboli di
kedepannya. masa mendatang.
4. Nyeri akut (00132) NOC 1. Pemberian analgesik 1. Pemberian analgesik
Domain 12: Kenyamanan 1. Kontrol nyeri Observasi: Observasi:
Kelas 1: Kenyamanan fisik 2. Tingkat nyeri a) Monitor tanda vital a) Agar bisa dilihat apakah
Definisi: Pengalaman sensori sebelum dan setelah terdapat perubahan dengan
dan emosional tidak pemberian analgesik keadaan pasien sebelum
Kriteria hasil:
menyenangkan yang muncul narkotik pada pemberian dan sesudah pemberian
akibat kerusakan jaringan Setelah dilakukan tindakan dosis pertama kali atau jika analgesik
aktual atau potensial atau yang keperawatan selama 3x24 jam ditemukan tanda-tanda
digambarkan sebagai masalah kontrol nyeri teratasi yang tidak biasanya
kerusakan (international dengan indikator yang
association for the study of

35
pain); awitan yang tiba-tiba dipertahankan pada skala 3 dan Mandiri: Mandiri:
atau lambat dari intensitas ditingkatka pada skala 4 b) Tentukan analgesik b) Agar pemberia analgesil
ringan hingga berat dengan sebelumnya, rute dapat diberikan secara
1) Mengenali kapan nyeri
akhir yang dapat diantisipasi pemberian, dan dosis intuk tepat dan benar guna
terjadi
atau diprediksi. mencapai hasil mendapatkan hasil yang
2) Menggambarkan faktor
Batasan karakteristik: pengurangan hasil yang optimal
penyebab
1) Bukan nyeri dengan optimal
3) Menggunakan tindakan
menggunakan standar c) Berikan analgesik c) Agar nyeri yang dirasakan
pengurangan (nyeri) tanpa
daftar periksa nyeri untuk tambahan dan/atau dapat segera teratasi atau
analgesik
pasien yang tidak dapat pengobatan jika diperlukan berkurang sehingga pasien
4) Melaporkan nyeri yang
mengungkapkannya untuk meningkatkan efek tidak merasakan nyeri lagi
terkontrol
(mis., neonatal infant pengurangan nyeri
Keterangan:
paint scale, Pain Kolaborasi: Kolaborasi
Assesment Checklist for 1) Tidak pernah menunjukkan d) - d) -
senior with limited ability 2) Jarang menunjukkan Health education: Health education:
to communicate) 3) Kadang-kadang e) Informasikan pasien yang e) Untuk mengindari adanya
2) Diaforesis menunjukkan mendapatkan narkotika keterkejutan pasien atau
3) Dilatasi pupil 4) Sering menunjukkan bahwa rasa mengantuk keluarga dari reaksi obat
kadang terjadi selama 2-3 yang diberikan

36
4) Ekspresi wajah nyeri 5) Secara konsisten hari pertama pemberian
(mis., mata kurang menunjukkan dan selanjutnya akan
bercahaya, tampak kacak, menghilang
gerakkan mata berpencar
atau tetap pada satu fokus, 2. Manajemen nyeri 2. Manajemen nyeri
Kriteria hasil:
meringis) Observasi: Observasi:
5) Fokus menyempit (mis., Setelah dilakukan tindakan a) Monitor kepuasan pasien a) Untuk melihat apakah
persepsi waktu, proses keperawatan selama 3x24 jam terhadap manajemen nyeri pasien merasa nyaman
berpikir, interaksi dengan masalah tingkat nyeri teratasi dalam interval yang atau tidak terhadap
orang dan lingkungan) dengan indikator yang spesifik tindakan yang diberikan
6) Fokus pada diri sendiri dipertahankan pada skala 3 dan untuk
7) Keluhan tentang ditingkatka pada skala 4 mengatur/mengontrol
intensitas menggunakan nyeri yang dirasakan
1) Nyeri yang dilaporkan
standar skala nyeri (mis., Mandiri: Mandiri:
2) Panjang episode nyeri
skala wong-Baker b) Berikan informasi b) Sehingga pasien bisa
3) Mengerang dan menangis
FACES, skala analog mengenai nyeri, seperti mengurangi kegiatan yang
4) Ekspresi nyeri wajah
visual, skala penilaian penyebab nyeri, berapa dapat memicu timbulnya
numerik) lama nyeri akan dirasakan nyeri
Keterangan:
dan antisipask akibat
1) Berat

37
8) Keluhan tentang 2) Cukup berat ketidaknyamanan akibat
karakteristik nyeri dengan 3) Sedang prosedur
menggunakan standar 4) Ringan Kolaborasi: Kolaborasi
instrumen nyeri (mis., 5) Tidak ada c) Kolaborasi dengan pasien, c) Untuk mengurangi
McGill Pain orang terdekat dan tim ketergantungan pasien
Questionnaire, brief pain kesehatan lainnya untuk terhadap obat-obatan
investory) memilih dan pereda nyeri
9) Laporan tentang perilaku mengimplementasikan
nyeri/perubahan aktivitas tindakan penurun nyeri
(mis., anggota keluarga, nonfarmakologi, sesuai
pemberi asuhan) kebutuhan
10) Mengekspresikan Health education: Health education:
perilaku (mis., gelisah, d) Ajarkan metode d) Agar pasien dapat
merengek, menangis, farmakologi untuk mengurangi nyeri yang
waspada) menurunkan nyeri dirasakan dengan
11) Perilaku distraksi menggunakan obat yang
12) Perubahan pada telah diberikan sesuai
parameter fisiologis (mis., anjuran dokter.
tekanan darah, frekuensi

38
jantung, frekuensi
pernapasan, saturasi
oksigen, dan end-tidal
karbondioksida [CO2])
13) Perubahan posisi untuk
menghindari nyeri
14) Perubahan selera makan
15) Putus asa
16) Sikap melindungi area
nyeri
17) Sikap tubuh melindungi
Faktor yang berhubungan:
1) Agens cedera biologis
(mis., infeksi, iskemia,
neoplasma)
2) Agens cedera fisik (mis.,
abses, amputasi, luka
bakar, terpotong,
mengangkat berat,

39
prosedur bedah, trauma,
olahraga berlebihan)
3) Agens cedera kimiawi
(mis., luka bakar,
kapsaisin, mertilen
klorida, agens mustard)
5. Keletihan (00093) NOC 1. Manajemen energi 1. Manajemen energi
Domain: 4. Aktivitas/Istirahat 1. Kelelahan: Efek yang Observasi: Observasi:
Kelas: 3. Keseimbangan mengganggu a) Monitor intake/asupan a) untuk mengetahui nutrisi
energi 2. Tingkat kelelahan nutrisi untuk mengetahui terpenuhi dengan tepat
Definisi: keletihan terus- sumber energi yang adekuat atau tidak.
menerus dan penurunan Kriteria Hasil: b) Monitor atau catat waktu b) Untuk mengetahui waktu
kapasitas untuk kerja fisik dan Setelah dilakukan tindakan dan lama istirahat/tidur tidur klien, apakah
mental pada tingkat yang keperawatan selama 3x24 jam pasien tercukupi atau tidak.
lazim. Kelelahan: Efek yang Mandiri: Mandiri:
Batasan Karakteristik: mengganggu teratasi dengan c) Bantu pasien identifikasi c) Agar dapat menyesuaikan
1) Apatis indikator yang dipertahankan pilhan aktivitas-aktivitas dengan aktivitas yang
2) Gangguan konsentrasi pada skala 3 ditingkatkan ke yang akan dilakukan dapat dilakukan klien
3) Gangguan libido skala 4. Kolaborasi: Kolaborasi:

40
4) Instropeksi 1) Penurunan energy d) – d) –
5) Kelelahan 2) Gangguann aktivitas fisik Health Education: Health Education:
6) Kurang energi Keterangan: e) Anjurkan pasien untuk e) Agar dapat melatih
7) Kurang melihat terhadap 1) Berat memilih aktivitas-aktivitas kemampuan pasien dalam
sekitar 2) Cukup berat yang membangun mengerjakan aktivitas
8) Letargi 3) Sedang ketahanan. yang berat.
9) Mengantuk 4) Ringan
10) Merasa bersalah karena 5) Tidak ada 2. Terapi aktivitas 2. Terapi aktivitas
tidak dapat menjalankan Observasi: Observasi:
tanggung jawab Kriteria Hasil: a) Monitor respon emosi, a) Untuk mengetahui apakah
11) Peningkatan kebutuhan Setelah dilakukan tindakan fisik, sosial dan spiritual klien dapat mengontrol
istirahat keperawatan selama 3x24 jam terhadap aktivitas emosi fisik, sosial dan
12) Peningkatan keluhan fisik Tingkat kelelahan teratasi spiritual dalam
13) Penurunan performa dengan indikator yang menjalankan aktivitas.
14) Pola tidur tidak dipertahankan pada skala 3 Mandiri: Mandiri:
memuaskan (mis., karena ditingkatkan ke skala 4. b) Bantu klien untuk b) Agar klien dapat
tanggung jawab sebagi 1) Kelelahan mengidentifikasi aktivitas menjalankan aktivitas
pemberi asuhan, menjadi 2) Kelesuan yang diinginkan. yang mampu untuk
Keterangan: dilakukannya.

41
orang tua, dan pasangan 1) Berat Kolaborasi:
tidur) 2) Cukup berat Kolaborasi: c) Agar dapat memantau
15) Tidak mampu 3) Sedang c) Berkolaborasi dengan dengan jelas
mempertahankan aktivitas 4) Ringan [ahli] terapi fisik, okupasi perkembangan aktivitas
fisik pada tingkat biasanya 5) Tidak ada dan terapis rekreasional klien.
16) Tidak mampu dalam perencanaan dan
mempertahankan rutinitas pemantauan program
yang biasanya aktivitas, jika memang
Faktor yang berhubungan: diperlukan.
1) Ansietas Health Education: Health Education:
2) Depresi d) – d) –
3) Gangguan tidur
4) Gaya hidup tanpa stimulasi
5) Hambatan lingkungan
(mis., bising, terpajan
sinar/gelap,
suhu/kelembapan,
lingkungan tidak dikenal)
6) Kelesuan fisik

42
7) Kelesuan fisiologis (mis.,
anemia, kehamilan,
penyakit)
8) Malnutrisi
9) Peningkatan kelelahan
fisik
10) Peristiwa hidup negative
11) Stresor
12) Tuntutan pekerjaan (mis.,
kerja shift, aktivitas tingkat
tinggi, stres)
6. Gangguan citra tubuh NOC 1. Peningkatan citra tubuh 1. Peningkatan citra tubuh
(00118) 1. Citra tubuh Observasi: Observasi:
Domain 6: Persepsi diri 2. Reaksi terhadap sisi a) Monitor frekuensi dari a) Untuk melihat seberapa
Kelas 3: Citra tubuh yang terkena dampak pernyataan mengkritik diri sering pasien mengkritik
Definis: Konfusi dalam dirinya sendiri
gambaran mental tentang diri- Mandiri: Mandiri:
Kriteria hasil:
fisik individu b) Bantu pasien untuk b) Agar pasien bisa
Batasan karakteristik: mendiskusikan stressor memahami perubahan

43
1) Berfokus pada Setelah dilakukan tindakan yang memperngaruhi citra yang terjadi pada dirinya
penampilan masa lalu keperawatan selama 3x24 jam diri terkait denga kondisi sendiri
2) Gangguan fungsi tubuh masalah citra tubuh teratasi kongenital, cedera,
3) Gangguan pandangan dengan indikator yang penyakit atau pembedahan
tentang tubuh seseorang dipertahankan pada skala 3 dan c) Bantu pasien untuk c) Agar pasien bisa memiliki
(mis., tentang tubuh ditingkatkan pada skala 4 mengidentifikasi tindakan- rasa percaya diri walaupun
seseorang (mis., tindakan yang akan terdapat perubahan pada
1) Gambaran internal diri
penampilan, struktur, meningkatkan penampilan dirinya
2) Deskripsi bagian tubh yang
fungsi) Kolaborasi: Kolaborasi:
terkena dampak
4) Gangguan struktur tubuh d) - d) -
3) Penyesuaian terhadap
5) Persepsi yang Health education: Health education:
4) perubahan tampilan fisik
merefleksikan perubahan e) Ajarkan untuk melihat e) Agar anak tidak merasa
Keterangan:
pandangan tentang pentingnya respon mereka rendah diri terhadap
penampilan tubuh 1) Tidak pernah positif terhadap perubahan tubuh perubahan yang
seseorang 2) Jarang positif anak dan penyesuaian diri dialaminya
6) Menghindari melihat 3) Kadang-kadang positif dimasa depan, dengan cara
tubuh 4) Sering positif yang tepat
7) Menghindari menyentuh 5) Konsisten positif
tubuh

44
8) Menolak menerima Kriteria hasil: 2. Peningkatan koping 2. Peningkatan koping
perubahan Observasi: Observasi:
Setelah dilakukan tindakan
9) Menyembunyikan bagian a) - a) -
keperawatan selama 3x24 jam
tubuh Mandiri: Mandiri:
masalah Reaksi terhadap sisi
10) Perasaan negatif tentang b) Bantu pasien untuk b) Agar masalah yang
yang terkena dampak
tubuh menyelesaikan masalah dihadapi pasien dapat
teratasi dengan indikator yang
11) Perilaku memantau tubuh dengan cara konstruktif segera terselesaikan dan
dipertahankan pada skala 3 dan
12) Perilaku mengenali tubuh pasien bisa merasa nyaman
ditingkatkan pada skala 4
13) Respon nonverbal pada kembali
perubahan tubuh (mis., 1) Mengakui sisi yang terkena c) Berikan penilaian c) Agar pasien merasa
oenamoilan, struktur, dampak sebagai bagian mengenai pemahaman dihargai atas apa yang
fungsi) yang utuh pasien terhadap proses diungkapkan
14) Respon nonverbal pada 2) Melindungi sisi yang penyakit
perubahan yang dirasakan terkena dampak ketika d) Dukung sikap pasien d) Agar pasien tidak merasa
pada tubuh (mis., mengambil posisi terkait dengan harapan putis asa dengan apa yanh
oenamoilan, struktur, 3) Melindungi sisi yang yang realistis sebagai sedang dialami
fungsi) terkena ketika berpindah upaya untuk mengatasi
Faktor yang berhubungan: perasaan ketidakberdayaan
1) Perubahan fungsi kognitif

45
2) Perubahan fungsi tubuh 4) Melakukan perawatan e) Bantu pasien dalam e) Untuk mengurangi fikiran
(karena anomali, sehari-hari untuk sisi yang mengidentifikasikan atau pendapat negatif dari
penyakit, medikasi, terkena respon positis dari orang pasien terhadap orang lain
kehamilan, radiasi, Keterangan: lain
pembedahan, trauma, dll) 1) Tidak pernah menunjukkan Kolaborasi: Kolaborasi:
3) Program pengobatan 2) Jarang menunjukkan f) - f) -
4) Trauma 3) Kadang-kadang Health education: Health education:
menunjukkan g) - g) -
4) Sering menunjukkan
5) Secara konsisten
menunjukkan

46
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penyakit lupus merupakan salah satu penyakit berbahaya selain AIDS dan
kanker. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit autoimun, dimana sistem
imun terbentuk secara berlebihan sehingga kelainan ini lebih dikenal dengan
nama autoimunitas.
Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti apa yang
menyebabkannya tetapi diduga yang menjadi penyebabnya adalah factor genetik,
infeksi (kuman dan virus) sinar ultraviolet, obat-obatan tertentu, dan lingkungan.
Para ilmuwan menduga penyakit ini ada kaitannya dengan hormon estrogen.
Penyakit ini menimbulkan gejala-gejala umum yang sering dianggap
sepele tetapi justru perlu untuk ditangani sejak awal agar terhindar dari
penyebarannya sampai ke organ-organ.

4.2 Saran
Penyakit SLE ini berbahaya dan dapat mematian. Oleh karena itu,
masyarakat mampu mengetahui apa yang harus dilakukan bila menemui orang
dengan gejala SLE.

47

Anda mungkin juga menyukai