PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai saat ini, SLE menjadi salah satu penyakit reumatik utama di
dunia. SLE sebagian besar menyerang wanita dengan insiden puncak pada usia
produktif antara 15 sampai 40 tahun dengan rerata usia 34,3 tahun (Urowitz
dkk., 2010). Dalam proporsi yang lebih kecil SLE dapat pula menyerang usia
dibawah 15 tahun maupun diatas 40 tahun. Rasio pria dan wanita adalah 1 : 6 –
10. Pada
distribusiusia pediatrik atau geriatrik rasio pria dan wanita adalah 1: 2. Secaraum
um kejadian SLE sebesar 2 per 2000 pasien rawat jalan walaupun prevalensi ini
bervariasi berdasarkan ras dan etnis.
B. Rumusan Masalah
A. Pengertian
1. SLE/ LES (Sistemik Lupus Erimatosus) merupakan penyakit rematik
autoimun yang ditandai adanya inflamasi tersebar luas, yangmempengaruhi
setiap organ atau sistem dalam tubuh. Penyakit ini berhubungan
dengan deposisi autoantibody dan kompleks imun, sehinggamengakibatkan
kerusakan jaringan (Sudoyo Aru & dkk, 2009).
2. Systemic Lupus Erythematosus
(SLE) adalah penyakit autoimun bersifatsistemik yang terkait dengan adanya
autoantibodi terhadap komponen intisel (Buyon, 2008). Manifestasi SLE
dapat beragam melibatkan berbagaiorgan dan sistem. Manifestasi organ yang
beragam dapat terjadi secarasimultan maupun tidak. Gejalanya yang tidak
khas seringkali membuatdiagnosis SLE seringkali terlewatkan dari perhatian
klinis.
3. Penyakit lupus merupakan penyakit autoimun kronis dimana terdapatkelainan
system imun yang menyebabkan peradangan pada beberapaorgan dan sistem
tubuh. Mekanisme sistem kekebalan tubuh tidak dapatmembedakan antara
jaringan tubuh sendiri dan organism asing (misalnya bakteri,
virus) karena autoantibodi (antibodi yang menyerang jaringan tubuh sendiri)
diproduksi tubuh dalam jumlah besar dan terjadi pengendapan kompleks imun
(antibodi yang terikat pada antigen) di dalam jaringan (Syamsi Dhuha
Foundation, 2003, dalam syafi’I, 2012).
Dari 3 definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Penyakit
Sistemik Lupus Eritematosus merupakan penyakit autoimun kronis dimana
terdapat kelainan system imun yang menyebabkan peradangan pada
beberapa organ dan sistem tubuh. Kelainan ini disebabkan oleh produksi antibody
dalam jumlah besar sehingga menyebabkan sistem imun tidak dapat membedakan
antara jaringan tubuh sendiri dan organisme asing.
B. Etiologi
Penyebab dari SLE belum diketahui dengan pasti. Diduga melibatkan interaksi
yang kompleks dan multifaktorial antara bervariasi genetic dan faktor lingkungan:
1. Faktor genetic
Kejadian SLE yang lebih tinggi pada kembar monozigotik (25%)
dibandingkan dengan kembar dizigotik (3%), peningkatan frekuensi
SLE pada keluarga penderita SLE dibandingkan dengan kontrol sehat dan pen
ingkatan prevalensi SLE pada kelompok etnik tertentu, menguatkandugaan
bahwa faktor genetic berperan dalam pathogenesis SLE.
2. Faktor hormonal
SLE merupakan penyakit yang lebih banyak menyerang perempuan.Serangan
pertama kali jarang terjadi pada usia prepubertas dan setelahmenopause.
3. Autoantibodi
Autoantibodi ini ditunjukkan kepada self molekul yang terdapat padanucleus,
sitoplasma, permukaan sel, dan juga terdapat molekul terlarutseperti IgG dan
faktor koagulasi.
4. Faktor lingkungana
a. Faktor fisik/kimia
- Amin aromatic
- Hydrazine
- Obat-obatan (prokainamid, hidralazin, klorpromazin,
isoniazid,fenitoin, penisilamin).
b. Faktor makanan
- Konsumsi lemak jenuh yang berlebihan
- L- canavanine (kuncup dari elfalfa)c.
c. Agen infeksi
- Retrovirus
- DNA bakteri/endotoksind.
d. Hormone dan estrogen lingkungan (environmental oestrogen)
- Terapi sulih (HRT), pil kontrasepsi oral
- Paparan estrogen prenatal
D. Klasifikasi
Ada 3 jenis penyakit Lupus yang dikenal yaitu:
1. Discoid Lupus
Yang juga dikenal sebagai Cutaneus Lupus yaitu penyakit Lupus yang
menyerang kulit. Lesi berbentuk lingkaran atau cakram dan ditandai oleh
batas eritema yang meninggi, skuama, sumbatan folikuler, dan telangiektasia.
Lesi ini timbul di kulit kepala, telinga, wajah,
lengan, punggung, dan dada. Penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan karen
a lesi ini memperlihatkan atrofi dan jaringan parut di bagian tengahnya serta
hilangnya apendiks kulit secara menetap (Hahn, 2005).
2. Systemics Lupus
SLE merupakan penyakit radang atau inflamasi multisistem
yangdisebabkan oleh banyak faktor (Isenberg and Horsfall, 1998)
dandikarakterisasi oleh adanya gangguan disregulasi sistem imun berupa
peningkatan sistem imun dan produksi autoantibodi yang berlebihan (Albar,
2003). Terbentuknya autoantibodi terhadap dsDNA, berbagaimacam
ribonukleoprotein intraseluler, sel-sel darah, dan fosfolipid
dapatmenyebabkan kerusakan jaringan (Albar, 2003) melalui
mekanime pengaktivan komplemen (Epstein, 1998).
3. Drug-Induced
Lupus yang disebabkan oleh induksi obat tertentu khususnya
padaasetilator lambat yang mempunyai gen HLA DR-4 menyebabkan
asetilasiobat menjadi lambat, obat banyak terakumulasi di tubuh sehingga
memberikan kesempatan obat untuk berikatan dengan protein tubuh. Halini
direspon sebagai benda asing oleh tubuh sehingga tubuh membentuk
kompleks antibodi antinuklear (ANA) untuk menyerang benda asingtersebut
(Herfindal et al., 2000). Gejala-gejalanya biasanya menghilang setelah
pemakaian obat dihentikan.