Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Imunohematologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari system ilmu pada
darah. Penyakit pada system imun yang sering kita kenal antara lain:
Hipersensitivitas, Autoimun, HIV/AIDS, dll. Autoimun, seperti dengan
namanya adalah keadaan abnormal dimana sistem imun tubuh menyerang
bagian ubuh itu sendiri seperti jaringan atau organ dalam karena dianggap oleh
system imun sebagai benda asing. Salah satu penyakit autoimun adalah
systemic lupus erythematosus atau yang sering dikenal sebagai penyakit lupus.
Penyakit lupus berasal dari bahasa Latin yang berarti “Anjing hutan,” atau
“Serigala,” memiliki ciri yaitu munculnya bercak atau kelainan pada kulit,
dimana disekitar pipi dan hidung akan terlihat kemerah-merahan seperti kupu-
kupu. Lupus juga menyerang organ dalam lainnya seperti ginjal, jantung, dan
paru-paru. Oleh karena itu penyakit ini dinamakan “Sistemik,” karena
mengenai hampir seluruh bagian tubuh kita. Jika Lupus hanya mengenai kulit
saja, sedangkan organ lain tidak terkena, maka disebut Lupus Kulit (lupus
kutaneus) yang tidak terlalu  berbahaya dibandingkan lupus yang sistemik
(Sistemik Lupus/SLE).
Berbeda dengan HIV/AIDS, SLE adalah suatu penyakit yang ditandai
dengan peningkatan sistem kekebalan tubuh sehingga antibodi yang seharusnya
ditujukan untuk melawan bakteri maupun virus yang masuk ke dalam tubuh
berbalik merusak organ tubuh itu sendiri seperti ginjal, hati, sendi, sel darah
merah, leukosit, atau trombosit. Karena organ tubuh yang diserang bisa
berbeda antara penderita satu dengan lainnya, maka gejala yang tampak sering
berbeda, misalnya akibat kerusakan di ginjal terjadi bengkak pada kaki dan
perut, anemia  berat, dan jumlah trombosit yang sangat rendah (Sukmana,
2004).

1
Perkembangan penyakit lupus meningkat tajam di Indonesia. Menurut hasil
penelitian Lembaga Konsumen Jakarta (LKJ), pada tahun 2009 saja, di RS
Hasan Sadikin Bandung sudah terdapat 350 orang yang terkena SLE (sistemic
lupus erythematosus). Hal ini disebabkan oleh manifestasi penyakit yang sering
terlambat diketahui sehingga berakibat pada pemberian terapi yang inadekuat,
penurunan kualitas pelayanan, dan peningkatan masalah yang dihadapi oleh
penderita SLE. Masalah lain yang timbul adalah belum terpenuhinya
kebutuhan  penderita SLE dan keluarganya tentang informasi, pendidikan, dan
dukungan yang terkait dengan SLE.
Manifestasi klinis dari SLE bermacam-macam meliputi sistemik,
muskuloskeletal, kulit, hematologik, neurologik, kardiopulmonal, ginjal,
saluran cerna, mata, trombosis, dan kematian janin (Hahn, 2005).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah dapat dirumuskan “Bagaimana
asuhan kebidanan pada An. D.A.D.Y dengan Systemik Lupus Eritematosus di
Poliklinik Anak RSUP Sanglah Denpasar?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Mahasiswa dapat menerapkan asuhan kebidanan pada pasien SLE dengan
menggunakan pendekatan menejemen kebidanan 7 langkah Varney.
2. Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subyektif dan data
obyektif.
b. Mahasiswa mampu melakukan assesment dan penegakkan diagnosis.
c. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan pada kasus anak
D.A.D.Y dengan Systemik Lupus Eritematosus (SLE)
d. Mahasiswa mampu mendokumentasikan dalam bentuk 7 langkah
Varney

2
D. Manfaat
a. Bagi Rumah Sakit
Meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada anak dengan Systemik Lupus
Eritematosus (SLE).
b. Bagi Institusi
Menambah referensi dan sebagai wacana bagi mahasiswa di
perpustakaan mengenai asuhan kebidanan pada anak dengan Systemik
Lupus Eritematosus (SLE).
c. Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan pengalaman
penulis dalam melakukan asuhan kebidanan pada anak dengan Systemik
Lupus Eritematosus (SLE).

E. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : TINJAUAN TEORI
BAB III : TINJAUAN KASUS
BAB IV : PEMBAHASAN
BAB V : PENUTUP

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah suatu penyakit auto imun yang
kronik dan menyerang berbagai system dalam tubuh. Tanda dan gejala penyakit
ini dapat bermacam-macam, dapat bersifat sementara, dan sulit untuk didiagnosis.
Karena itu angka yang pasti tentang jumlah orang yang terserang oleh penyakit ini
sulit untuk diperoleh (Sylvia, 2006).
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit autoimun yang melibatkan
berbagai organ dengan manifestasi klinis bervariasi dari yang ringan sampai berat.
Pada keadaan awal, sering sekali sukar dikenal sebagai SLE, karena
manifestasinya sering tidak terjadi bersamaan (Arif, 2001).
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Systemic Lupus
Eritematosus (SLE) adalah suatu penyakit autoimun yang menyerang berbagai
system tubuh dengan manifestasi klinis yang bervariasi.

B. Etiologi

Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang


menyebabkan peningkatan autoantibody yang berlebihan. Gangguan
imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik,
hormonal (sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi
selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal).
Sampai saat ini penyebab SLE belum diketahui. Diduga faktor genetik,
infeksi dan lingkungan ikut berperan pada patofisiologi SLE. Sistem imun tubuh
kehilangan kemampuan untuk membedakan antigen dari sel dan jaringan tubuh
sendiri. Penyimpangan reaksi imunologi ini akan menghasilkan antibodi secara
terus menerus. Antibody ini juga berperan dalam pembentukan kompleks imun
sehingga mencetuskan penyakit inflamasi imun sistemik dengan kerusakkan multi
organ.

4
Dalam keadaan normal, sistem kekebalan berfungsi mengendalikan
pertahanan tubuh dalam melawan infeksi. Pada lupus dan penyakit autoimun
lainnya, sistem pertahanan tubuh ini berbalik melawan tubuh, dimana antibodi
yang dihasilkan menyerang sel tubuhnya sendiri. Antibodi ini menyerang sel
darah, organ dan jaringan tubuh, sehingga terjadi penyakit menahun.
Beberapa faktor lingkungan yang dapat memicu timbulnya lupus:
Infeksi
Antibiotik (terutama golongan sulfa dan penisilin)
Sinar ultraviolet
Stres yang berlebihan
Obat-obatan tertentu
Hormon.
Lupus seringkali disebut sebagai penyakit wanita walaupun juga bisa
diderita oleh pria.Lupus bisa menyerang usia berapapun, baik pada pria maupun
wanita, meskipun 10-15 kali lebih sering ditemukan pada wanita. Faktor hormonal
mungkin bisa menjelaskan mengapa lupus lebih sering menyerang wanita.
Meningkatnya gejala penyakit ini pada masa sebelum menstruasi dan/atau selama
kehamilan mendukung keyakinan bahwa hormon (terutama estrogen) mungkin
berperan dalam timbulnya penyakit ini. Meskipun demikian, penyebab yang pasti
dari lebih tingginya angka kejadian pada wanita dan pada masa pra-menstruasi,
masih belum diketahui.
Faktor Resiko terjadinya SLE
1. Faktor Genetik
a) Jenis kelamin, frekuensi pada wanita dewasa 8 kali lebih sering
daripada pria dewasa
b) Umur, biasanya lebih sering terjadi pada usia 20-40 tahun
c) Faktor keturunan, dengan Frekuensi 20 kali lebih sering dalam keluarga
yang terdapat anggota dengan penyakit tersebut
2. Faktor Resiko Hormon
Hormon estrogen menambah resiko SLE, sedangkan androgen mengurangi
resiko ini.

5
3. Sinar UV
Sinar Ultra Violet mengurangi supresi imun sehingga terapi menjadi kurang
efektif, sehingga SLE kambuh atau bertambah berat. Ini disebabkan sel kulit
mengeluarkan sitoskin dan prostaglandin sehingga terjadi inflamasi di tempat
tersebut maupun secara sistemik melalui peredaran pembuluh darah
4. Imunitas
Pada pasien SLE, terdapat hiperaktivitas sel B atau intoleransi terhadap sel T
5. Obat
Obat tertentu dalam presentase kecil sekali pada pasien tertentu dan diminum
dalam jangka waktu tertentu dapat mencetuskan lupus obat (Drug Induced
Lupus Erythematosus atau DILE).
Jenis obat yang dapat menyebabkan Lupus Obat adalah :
a) Obat yang pasti menyebabkan Lupus obat : Kloropromazin, metildopa,
hidralasin,
prokainamid, dan isoniazid
b) Obat yang mungkin menyebabkan Lupus obat : dilantin, penisilamin, dan
kuinidin
c) Hubungannya belum jelas : garam emas, beberapa jenis antibiotic dan
griseofulvin
6. Infeksi
Pasien SLE cenderung mudah mendapat infeksi dan kadang-kadang penyakit
ini kambuh setelah infeksi. Resiko timbulnya SLE meningkat pada mereka
yang pernah menderita penyakit Herpes Zoster. Penyakit Herpes Zoster adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus varicella,virus yang juga menjadi
penyebab dari penyakit cacar air. Virus varicella yang menetap didalam tubuh
bahkan setelah cacar air sembuh,dapat kembali aktif dikemudian hari.
7. Stres
Stres berat dapat mencetuskan SLE pada pasien yang sudah memiliki
kecendrungan akan penyakit ini.

6
C. Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang
menyebabkan peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan
imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik,
hormonal (sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi
selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal).
Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan
beberapa preparat antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah alfalfa
turut terlibat dalam penyakit SLE akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat fungsi
sel T- supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan
kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya
merangsang antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali (Smeltzer
and Suzane, 2001).

D. Tanda dan Gejala


1) Otot dan kerangka tubuh
Hampir semua penderita lupus mengalami nyeri persendian dan
kebanyakan menderita artritis. Persendian yang sering terkena adalah
persendian pada jari tangan, tangan, pergelangan tangan dan lutut.
Kematian jaringan pada tulang panggul dan bahu sering merupakan
penyebab dari nyeri di daerah tersebut. Hal ini akan meningkatkan resiko
terjadi cedera.
2) Kulit
Pada 50% penderita ditemukan ruam kupu-kupu pada tulang pipi dan
pangkal hidung. Ruam ini biasanya akan semakin memburuk jika terkena
sinar matahari. Ruam yang lebih tersebar bisa timbul di bagian tubuh lain
yang terpapar oleh sinar matahari.
3) Ginjal
Sebagian besar penderita menunjukkan adanya penimbunan protein di
dalam sel-sel ginjal, tetapi hanya 50% yang menderita nefritis lupus

7
(peradangan ginjal yang menetap). Pada akhirnya bisa terjadi gagal ginjal
sehingga penderita perlu menjalani dialisa atau pencangkokkan ginjal.
4) Sistem saraf
Kelainan saraf ditemukan pada 25% penderita lupus. Yang paling sering
ditemukan adalah disfungsi mental yang sifatnya ringan, tetapi kelainan
bisa terjadi pada bagian manapun dari otak, korda spinalis maupun sistem
saraf. Kejang, psikosa, sindroma otak organik dan sakit kepala merupakan
beberapa kelainan sistem saraf yang bisa terjadi.
5) Darah
Kelainan darah bisa ditemukan pada 85% penderita lupus. Bisa terbentuk
bekuan darah di dalam vena maupun arteri, yang bisa menyebabkan stroke
dan emboli paru. Jumlah trombosit berkurang dan tubuh membentuk
antibodi yang melawan faktor pembekuan darah, yang bisa menyebabkan
perdarahan yang berarti. Seringkali terjadi anemia akibat penyakit
menahun.
6) Jantung
Peradangan berbagai bagian jantung bisa terjadi, seperti perikarditis,
endokarditis maupun miokarditis. Nyeri dada dan aritmia bisa terjadi
sebagai akibat dari keadaan tersebut.
7) Paru-paru
Pada lupus bisa terjadi pleuritis (peradangan selaput paru) dan efusi pleura
(penimbunan cairan antara paru dan pembungkusnya). Akibat dari keadaan
tersebut sering timbul nyeri dada dan sesak nafas.

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dapat memberikan :
a. penegakkan atau menyingkirkan suatu diagnosis
b. untuk mengikuti perkembangan penyakit, terutama untuk menandai
terjadinya suatu serangan atau sedang berkembang pada suatu organ
c. untuk mengidentifikasi efek samping dari suatu pengobatan.

8
Pemeriksaan laboratorium untuk menentukan adanya penyakit SLE
a) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi antinuklear, yang
terdapat pada hampir semua penderita lupus. Tetapi antibodi ini juga
juga bisa ditemukan pada penyakit lain. Karena itu jika menemukan
antibodi antinuklear, harus dilakukan juga pemeriksaan untuk antibodi
terhadap DNA rantai ganda. Kadar yang tinggi dari kedua antibodi ini
hampir spesifik untuk lupus, tapi tidak semua penderita lupus memiliki
antibodi ini. Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar komplemen
(protein yang berperan dalam sistem kekebalan) dan untuk menemukan
antibodi lainnya, mungkin perlu dilakukan untuk memperkirakan
aktivitas dan lamanya penyakit.
b) Ruam kulit atau lesi yang khas
c) Rontgen dada menunjukkan pleuritis atau perikarditis
d) Pemeriksaan dada dengan bantuan stetoskop menunjukkan adanya
gesekan pleura atau jantung
e) Analisa air kemih menunjukkan adanya darah atau protein
f) Hitung jenis darah menunjukkan adanya penurunan beberapa jenis sel
darah
g) Biopsi ginjal
h) Pemeriksaan saraf.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien SLE dibagi menjadi : kelompok ringan dan berat.
1) Kelompok Ringan
Gejala : Panas, artritis, perikarditis ringan, efusi pleura/perikard ringan,
kelelahan, dan sakit kepala.
Penatalaksanaan untuk SLE derajat ringan;
a. Penyakit yang ringan (ruam, sakit kepala, demam, artritis, pleuritis,
perikarditis) hanya memerlukan sedikit pengobatan.

9
b. Untuk mengatasi artritis dan pleurisi diberikan obat anti
peradangan non-steroid
c. Untuk mengatasi ruam kulit digunakan krim kortikosteroid.
d. Untuk gejala kulit dan artritis kadang digunakan obat anti malaria
(hydroxycloroquine)
e. Bila gagal, dapat ditambah prednison 2,5-5 mg/hari.Dosis dapat
diberikan secara bertahap tiap 1-2 minggu sesuai kebutuhan
menggunakan tabir surya, pakaian panjang ataupun kacamata
f. Jika penderita sangat sensitif terhadap sinar matahari, sebaiknya
pada saat bepergian tidak boleh pada pukul 10.00 sampai 15.00
2) Kelompok Berat
Gejala : efusi pleura perikard masif, penyakit ginjal, anemia hemolitik,
trombositopenia, lupus serebral, vaskulitis akut, miokarditis,
pneumonitis lupus, dan perdarahan paru.
Penatalaksanaan untuk SLE derajat berat;
a. Penyakit yang berat atau membahayakan jiwa penderitanya
(anemia hemolitik, penyakit jantung atau paru yang meluas,
penyakit ginjal, penyakit sistem saraf pusat) perlu ditangani oleh
ahlinya
b. Pemberian steroid sistemik merupakan pilihan pertama dengan
dosis sesuai kelainan organ sasaran yang terkena.
c. Untuk mengendalikan berbagai manifestasi dari penyakit yang
berat bisa diberikan obat penekan sistem kekebalan
d. Beberapa ahli memberikan obat sitotoksik (obat yang menghambat
pertumbuhan sel) pada penderita yang tidak memberikan respon
yang baik terhadap kortikosteroid atau yang tergantung kepada
kortikosteroid dosis tinggi.
3) Penatalaksanaan Umum :
a. Kelelahan bisa karena sakitnya atau penyakit lain, seperti anemi,
demam infeksi, gangguan hormonal, komplikasi pengobatan, atau
stres emosional. Upaya mengurangi kelelahan disamping obat ialah

10
cukup istirahat, pembatasan aktivitas yang berlebih, dan mampu
mengubah gaya hidup
b. Hindari Merokok / asap rokok
c. Hindari perubahan cuaca karena mempengaruhi proses inflamasi
d. Hindari stres dan trauma fisik
e. Diet sesuai kelainan, misalnya hyperkolestrolemia
f. Hindari pajanan sinar matahari, khususnya UV pada pukul 10.00
sampai 15.00
g. Hindari pemakaian kontrasespsi atau obat lain yang mengandung
hormon estrogen
4) Pengobatan Pada Keadaan Khusus
a. Anemia Hemolitik
Prednison 60-80 mg/hari (1-1,5 mg/kg BB/hari), dapat ditingkatkan
sampai 100-200 mg/hari bila dalam beberapa hari sampai 1 minggu
belum ada perbaikan
b. Trombositopenia autoimun
Prednison 60-80 mg/hari (1-1,5 mg/kg BB/hari). Bila tidak ada
respon dalam 4 minggu, ditambahkan imunoglobulin intravena
(IVIg) dengan dosis 0,4 mg/kg BB/hari selama 5 hari berturut-turut
c. Perikarditis Ringan
Obat antiinflamasi non steroid atau anti malaria. Bila tidak efektif
dapat diberikan prednison 20-40 mg/hari
d. Perkarditis Berat
Diberikan prednison 1 mg/kg BB/hari
e. Miokarditis
Prednison 1 mg/kg BB/hari dan bila tidak efektif dapat dapat
dikombinasikan dengan siklofosfamid
f. Efusi Pleura
Prednison 15-40 mg/hari. Bila efusi masif, dilakukan pungsi
pleura/drainase

11
g. Lupus Pneunomitis
Prednison 1-1,5 mg/kg BB/hari selama 4-6 minggu
h. Lupus serebral
Metilprednison 2 mg/kg BB/hari untuk 3-5 hari, bila berhasil
dilanjutkan dengan pemberian oral 5-7 hari lalu diturunkan
perlahan. Dapat diberikan metilprednison pulse dosis selama 3 hari
berturut-turut

12
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK “D.A.D.Y”

DENGAN SYSTEMIK LUPUS ERITEMATOSUS (SLE)

DI POLIKLINIK ANAK RSUP SANGLAH DENPASAR

TANGGAL 24 AGUSTUS 2016

I. Pengkajian
A. Data Subyektif
1. Biodata anak
Nama : D.A.D.Y
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir/Umur : 09 Mei 2004 / 12 tahun
Agama : Hindu
PendidikaN : SMP
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl.Ratna 49 Gianyar
Asal : Bali
No CM : 15034003
2. Biodata orang tua
Nama ibu : Ny. N.L.G.A Nama ayah : Tn. D.A
Umur : 42 tahun Umur : 47 tahun
Agama : Hindu Agama : Hindu
Pendidikan : SMU Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Asal : Bali Asal : Bali
Alamat : Jl.Ratna 49 Gianyar

13
14
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan datang untuk memeriksa kesehatan anaknya yang sedang
dalam pengobatan karena menderita penyakit Lupus. Keluhan seperti cepat
merasa lelah dan nyeri pada persendian sudah berkurang dan saat ini
obatnya habis serta membawa hasil pemeriksaan laboratorium.

4. Riwayat kesehatan
Ibu mengatakan penyakit anaknya muncul saat usia anak 11 tahun yaitu
pada bulan Juli 2015 dan sudah berlangsung selama 1 tahun 1 bulan. Gejala
awalnya bermula ketika anaknya demam ± 5 hari,mengeluh nyeri pada
persendian dan cepat merasa lelah. Setelah dilakukan pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan oleh dokter , anaknya didiagnosa menderita
penyakit Systemik Lupus Eritematosus dan tidak ada penyakit tersebut
dalam keluarganya. Anak sudah sering keluar masuk rumah sakit untuk
perawatan dan pengobatan.

5. Riwayat imunisasi
Ibu mengatakan bahwa anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap
sebelum berumur 1 tahun yaitu BCG dan Polio 1 pada usia 1 bulan
DPT, HB1 pada usia 2 bulan
DPT, HB2 pada usia 3 bulan
DPT, HB3 pada usia 4 bulan
Campak pada usia 9 bulan

6. Kebutuhan Dasar
a. Makan dan minum
Tidak ada masalah dalam pemberian makan dan minum anaknya.
Makan dengan baik 3x sehari dengan makanan bervariasi seperti nasi,
lauk-pauk, sayur,buah-buahan dan minum 7-8 gelas sehari.
b. Eliminasi
Tidak ada masalah dalam proses eliminasi. BAB 1 kali sehari dan BAK
5-6 kali sehari.
c. Personal Hygiene
Mandi 2 kali sehari dan ganti pakaian sehabis mandi serta menggosok
gigi.
d. Istirahat dan Tidur
Pola istirahat anaknya dijaga dan diperhatikan dengan baik. Tidur siang
1-2 jam dan tidur malam 7-8 jam.
e. Aktifitas Fisik
Anaknya tetap dapat beraktifitas dengan baik namun kadang cepat
merasa lelah sehingga tetap diperhatikan pola aktifitasnya karena
memiliki resiko jatuh.
f. Prestasi
Anak sekarang sudah kelas 1 SMP dan mampu menerima pelajaran
dengan baik.

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Nadi : 84 kali/menit
Suhu : 36,6 oC
Pernapasan : 24 kali/menit
Tinggi Badan : 143 cm
Berat badan : 41,5 kg
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : tidak ada benjolan,tidak ada nyeri tekan,rambut
hitam, bersih.
Muka : tidak ada oedema,tidak pucat.
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih.
Hidung : bersih, tidak ada pengeluaran cairan/sekret,tidak
ada polip.
Mulut : mukosa bibir lembab,tidak pucat.
Gigi : bersih,tidak ada caries.
Telinga : simetris,bersih,tidak ada pengeluaran cairan,
pendengaran baik.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran vena jugularis.
Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada, bunyi
jantung normal.
Abdomen : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak
ada pembesaran hepar/lien.
Ekstrimitas atas : simetris, tidak oedema,tidak pucat.
bawah : simetris, tidak oedema, tidak pucat, tidak ada
varices.
Fungsi gerak : baik.
Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 24 Agustus 2016 :
Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi :
Darah Lengkap ( CBC) :
WBC 5,86 10 3/µL 4,1 - 11,0
 NEU 58,27 % 47 – 80
 LYM 25,63 % 13 – 40
 MONO 7,56 % 2,0 – 11,0
 EOS 7,68 % 0,0 – 5,0
 BASO 0,86 % 0,0 – 2,0
HGB 13,43 g/dL 13,5 – 17,5
HCT 41,39 % 41,0 – 51,0
PLT 227,50 10 3/µL 150 – 440
Kimia Klinik :
Billirubin Lengkap:
Billirubin Total 0,37 mg/dL 0,30 - 1,30
Billirubin Direk 0,13 mg/dL 0,00 – 0,30
Billirubin Indirek 0,24 mg/dL 0,00 - 0,80
Fosfatase Alkali (ALP) 258 U/L 0 – 300
AST / SGOT 21,50 U/L 11,00 – 33,00
ALT / SGPT 13,20 U/L 11,00 – 50,00
Gama GT 15,00 U/L 11,00 – 49,00
Protein Total 6,94 g/dL 6,00 – 8,00
Albumin 4,64 g/dL 3,50 – 5,20
Globulin 2,30 g/dL 3,2 – 3,7
BUN 11 mg/dL 8,00 – 23,00
Kreatin 0,53 mg/dL 0,70 – 1,20
Kalsium (Ca) 9,83 mg/dL 9,20 – 11,00
Natrium (Na) 137 mmol/L 136 – 145
Kalium (K) 4,25 mmol/L 3,50 – 5,10
Klorida (Cl) 98,60 mmol/L 94,00 – 110,00
Imunoserologi :
C3 Komplemen 99 mg/dL 85-165
Anti dsDNA NCX 122,5 IU/mL < 100
Endokrinologi :
Vitamin D 25 – OH Total 21,3 ng/mL 30 – 100
Klinik Rutin
Urine Lengkap
Specific gravity 0,15 negative
PH 7.10 7,35 – 7,45
Leucocyte negative negative
Nitrit negative leuco/uL negative
Protein(urine) 25(++) mg/dL negative
Glukosa(urine) normal mg/dL normal
KET negatif negative
Urobillinogen normal mg/dL normal
Billirubin(urine) negative mg/dL negative
ERY 150(4+) Ery/uL negative
Colour p.yellow p.yellow yellow
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 12 Juli 2015 :
Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi :
Darah Lengkap ( CBC) :
WBC 11,5 10 3/µL 4,1 - 11,0
NEU 9,27 % 47 – 80
LYM 1,38 % 13 – 40
MONO 7,26 % 2,0 – 11,0
EOS 7,68 % 0,0 – 5,0
BASO 0,114 % 0,0 – 2,0
HGB 9,95 g/dL 13,5 – 17,5
HCT 29,9 % 41,0 – 51,0
PLT 293 10 3/µL 150 – 440
Kimia Klinik :
Billirubin Lengkap:
Billirubin Total 0,48 mg/dL 0,30 - 1,30
Billirubin Direk 0,31 mg/dL 0,00 – 0,30
Billirubin Indirek 0,17 mg/dL 0,00 - 0,80
Fosfatase Alkali (ALP) 126 U/L 0 – 300
AST / SGOT 23,5 U/L 11,00 – 33,00
ALT / SGPT 22,1 U/L 11,00 – 50,00
Gama GT 35 U/L 11,00 – 49,00
Protein Total 7,43 g/dL 6,00 – 8,00
Albumin 4,3 g/dL 3,50 – 5,20
Globulin 3,13 g/dL 3,2 – 3,7
BUN 22 mg/dL 8,00 – 23,00
Kreatin 0,37 mg/dL 0,70 – 1,20
Kalsium (Ca) 9,21 mg/dL 9,20 – 11,00
Natrium (Na) 141 mmol/L 136 – 145
Kalium (K) 4,83 mmol/L 3,50 – 5,10
Klorida (Cl) 101,5 mmol/L 94,00 – 110,00
Imunoserologi :
C3 Komplemen 103 mg/dL 85-165
Anti dsDNA NCX 133,7 IU/mL < 100
Endokrinologi :
Vitamin D 25 – OH Total 17,6 ng/mL 30 – 100
Klinik Rutin
Urine Lengkap
Specific gravity 1,015 negative
PH 5 7,35 – 7,45
Leucocyte negative negative
Nitrit negative leuco/uL negative
Protein(urine) 75(++) mg/dL negative
Glukosa(urine) normal mg/dL normal
KET negatif negative
Urobillinogen normal mg/dL normal
Billirubin(urine) negative mg/dL negative
ERY 250(5+) Ery/uL negative
Colour p.yellow p.yellow-yellow

II. Interpretasi Data Dasar


Diagnosa :
An.D.A.D.Y umur 12 tahun, jenis kelamin laki - laki dengan Systemik
Lupus Eritematosus
Data subyektif :
Ibu mengatakan datang untuk memeriksa kesehatan anaknya yang sedang
dalam pengobatan SLE, keluhan seperti cepat merasa lelah dan nyeri pada
persendian sudah berkurang dan saat ini obatnya habis serta membawa
hasil pemeriksaan laboratorium.
Data obyektif :
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis
Nadi : 84 kali/menit
Suhu : 36,6 oC
Pernapasan : 24 kali/menit
Tinggi Badan : 143 cm
Berat badan : 41,5 kg

III. Masalah Potensial


a) Kelelahan
b) Nyeri pada persendian

IV. Kebutuhan Segera


KIE pada orang tua tentang :
1. Nyeri dan cara mengatasinya
2. Kelelahan dan cara mengatasinya

V. Perencanaan
Tanggal 24 agustus 2016.
Jam 11.35 wita.
1. Informasikan hasil pemeriksaan kepada orang tua.
2. Berikan KIE kepada orang tua tentang :
a. Cara mengatasi rasa nyeri.
b. Batasi aktifitas anak.
c. Istirahat yang cukup.
d. Nutrisi yang adekuat terutama makanan yang mengandung sumber
vitamin D seperti susu, keju, ikan, telur.
VI. Pelaksanaan
Tanggal 24 Agustus 2016.
Jam 11.40 wita.
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada orang tua bahwa keadaan
umum anaknya baik,suhu 36,6oC, nadi 84 kali/menit, pernapasan 24
kali/menit.
E/ Orang tua mengerti dan merasa senang dengan hasil
pemeriksaan yang diinformasikan.
2. Memberikan KIE pada orang tua tentang :
a. Cara mengatasi rasa nyeri pada anaknya bila ada keluhan yaitu
dengan cara memijat atau mengompres dengan air hangat pada
daerah yang nyeri.
b. Membatasi aktifitas anak agar tidak cepat merasa lelah.
c. Memberikan waktu yang cukup pada anak untuk beristirahat
setelah beraktifitas agar bisa memulihkan tenaganya.
d. Memberikan makanan yang mengandung Vitamin D kepada
anaknya seperti susu, keju, ikan dan telur agar dapat menjaga
kondisi tubuhnya.
E/ Orang tua mengerti dan akan melakukannya.
Jam 12.00 wita
3. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi.
E/ Terapi yang diberikan oleh dokter yaitu :
Vitamin D 2000 IU tiap 24 jam dan Metilprednisolon 1 mg tiap
48 jam.
Kontrol 1 bulan lagi dan segera bila ada keluhan.
Jam 12.10 wita
4. Memberitahukan kepada orang tua agar memberikan obat kepada
anaknya dengan cara di minum setelah makan malam dan sesuai
dengan dosis dan jadwal yang diberikan oleh dokter yaitu Vitamin D
5 tablet 1 hari sekali dan Metilprednisolon ¼ tablet tiap 2 hari sekali.
E/ Orang tua mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bisa
melakukan anjuran yang diberikan
5. Memberitahukan kepada orang tua untuk kembali kontrol 1 bulan lagi
yaitu tangal 28 september 2016 dan bila ada keluhan sebelum waktu
yang ditentukan
E/ Orang tua mengerti dan berjanji akan membawa anaknya
kontrol tanggal 28 september 2016 di poli anak RSUP
Sanglah.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pengkajian dengan hasil data subyektif cepat merasa lelah dan nyeri
pada persendian. Data obyektif pada An.D.A.D.Y telah dilakukan pemeriksaan
fisik secara sistematis dari ujung kepala sampai ujung kaki dan pemeriksaan
penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium. Hasil pemeriksaan meliputi, keadaan
umum baik, kesadaran composmentis, nadi 84 kali/menit, suhu 36,6 o
C,
pernapasan 24 kali/menit dan pada pemeriksaan laboratorium terdapat kadar
antibodi antinuklear yang tinggi yaitu AntidsDNA NCX 122,5 IU/mL.
Berdasarkan teori, hampir semua penderita lupus mengalami nyeri
persendian dan kebanyakan menderita artritis. Persendian yang sering terkena
adalah persendian pada jari tangan, tangan, pergelangan tangan dan lutut. Pada
50% penderita ditemukan ruam kupu-kupu pada tulang pipi dan pangkal hidung.
Sebagian besar penderita menunjukkan adanya penimbunan protein di dalam sel-
sel ginjal. Pada kasus An. D.A.D.Y terdapat gejala seperti cepat merasa lelah dan
nyeri pada persendian sehingga tidak terdapat kesenjangan antara praktek dan
teori yang ada.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit Lupus merupakan salah satu penyakit berbahaya selain AIDS dan
kanker. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit autoimun, dimana sistem
imun terbentuk secara berlebihan sehingga kelainan ini lebih dikenal dengan nama
autoimunitas.

Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti apa yang


menyebabkannya tetapi yang diduga menjadi penyebabnya adalah factor genetik,
infeksi (kuman dan virus), sinar ultra violet, obat-obatan tertentu, dan lingkungan.
Para ilmuwan menduga penyakit ini ada kaitannya dengan hormon estrogen.

Penyakit ini menimbulkan gejala-gejala umum yang sering di anggap


sepeletetapi justru perlu untuk ditangani sejak awal agar terhindar dari
penyebarannya ke organ-organ.

B. Saran

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Memahami tentang pengertian, penyebab dan pengobatan dari SLE agar saat
menerapkan asuhan pada pasien tidak terjadi suatu kesalahan yang
menyebabkan keadaan pasien bertambah parah atau bahkan bisa mengalami
kematian.
2. Bagi Pasien dan Keluarga
Bagi pasien dan keluarga diharapkan dapat mengenali gejala pada penyakit
lupus ini agar dapat ditangani dengan baik sejak awal untuk mempercepat
proses penyembuhan penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI
Price, Anderson, Sylvia. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Alih bahasa brahm. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa
Agung Waluyo. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai