PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lupus dalam bahasa latin berarti Anjing Hutan. Istilah ini mulai dikenal
sekitar satu abad lalu. Gejala penyakit ini dikenal sebagai Lupus Eritomatosus
Sistemik (LES)
alias Lupus
Eritomatosus,
artinya
kemerahan.
Sedangkan
sistemik bermakna menyebar luas ke berbagai organ tubuh. Penyakit ini tidak
hanya menyerang kulit, tetapi juga dapat menyerang hampir seluruh organ
yang ada di dalam tubuh. Bercak Malar / Malar Rash (Butterfly rash) = Adanya
eritema berbatas tegas, datar, atau berelevasi pada wilayah pipi sekitar
hidung (wilayah malar).
Lupus eritematosus sistemik (LES) adalah penyakit autoimun sistemik
yang
ditandai
dengan
adanya
autoantibodi
terhadap
autoantigen,
dengan
peningkatan
sistem
kekebalan
tubuh
sehingga
antibodi
yang
5)
6)
7)
8)
Untuk
Untuk
Untuk
Untuk
mengetahui
mengetahui
mengetahui
mengetahui
SLE
lupus
(Sistemics
erythematosus)
yang
sebabnya
belum
diketahui,
dengan
perjalanan
penyakit
atau
kronik
oleh
akhir masa remaja atau awal masa dewasa. Di amerika ga Serikat penyakit
ini menyerang wanita berkulit hitam tiga kali lebih sering dar pada wanita
berkulit putih jika penyakit ini bermuncul pada uia diatas 60 tahun, biasanya
akan lebih mudh untuk diatasi.
SLE adalah salah satu kelompok penyakit jaringan penyambung difus
yang etiologinya tidak diketahui. Kelompok ini meliputi SLE,skleroderma,
polimiositis, artritis reumatoid, dan sindrom sjogren. Gangguan-gangguan ini
sering kali memiliki gejala-gejala yang saling tumpang tindih satu dengan
yang lainnya dan dapat tampil secara bersamaan, sehingga diagnosis
menjadi semakin sulit untuk ditegakkan secara akurat. SLE dapat bervariasi
dari suatu gangguan ringan sampai suatu gangguan yang bersifat fulminan
dan mematikan. Namun demikian, keadaan yang paling sering ditemukan
adalah keadaan eksaserbasi atau hampir remisi yang berlangsung untuk
waktu yang lama. Identifikasi awal dan penatalaksanaan SLE biasanya dapat
memberikan proknosis yang lebih baik.
B. Etiologi
Faktor Resiko terjadinya SLE
1. Faktor Genetik
Jenis kelamin, frekuensi pada wanita dewasa 8 kali lebih sering dari
pada pria dewasa
Umur, biasanya lebih sering terjadi pada usia 20-40 tahun
Etnik, Faktor keturunan, dengan Frekuensi 20 kali lebih sering dalam
keluarga yang terdapat anggota dengan penyakit tersebut
2. Faktor Resiko Hormon
Hormon estrogen menambah resiko SLE, sedangkan
androgen
Lupus
obat
Kloropromazin,
peningkatan
autoantibodi
yang
berlebihan.
Gangguan
Obat-obat
tertentu
seperti
hidralazin,
prokainamid,
isoniazid,
atau anemia.
Kedua, antibodi bisa bergabung dengan antigen (zat perangsang
pembentukan antibodi), membentuk ikatan yang disebut kompleks
imun.Gabungan antibodi dan antigen mengalir bersama darah, sampai
tersangkut di pembuluh darah kapiler akan menimbulkan peradangan.
Dalam keadaan normal, kompleks ini akan dibatasi oleh sel-sel radang
(fagosit). Tetapi, dalam keadaan abnormal, kompleks ini tidak dapat
dibatasi dengan baik. Malah sel-sel radang tadi bertambah banyak sambil
Page 5
mengeluarkan
enzim,
yang
menimbulkan
peradangan
di
sekitar
ginjal
dan
susunan
saraf
pusat
jarang
terjadi.
Penyakit
Gejala pada setiap penderita berlainan, serta ditandai oleh masa bebas
gejala (remisi) dan masa kekambuhan (eksaserbasi). Pada awal penyakit,
lupus hanya menyerang satu organ, tetapi di kemudian hari akan melibatkan
organ lainnya.
Muskuloskleletal
Hampir semua penderita lupus mengalami nyeri persendian dan
kebanyakan menderitaar tritis. Persendian yang sering terkena adalah
persendian pada jari tangan, tangan, pergelangan tangan dan lutut.
Kematian jaringan pada tulang panggul dan bahu sering merupakan
penyebab dari nyeri di daerah tersebut.
Integumen
Pada 50% penderita ditemukan ruam kupu-kupu pada tulang pipi dan
pangkal hidung. Ruam ini biasanya akan semakin memburuk jika
terkena sinar matahari. Ruam yang lebih tersebar bisa timbul di bagian
tubuh lain yang terpapar oleh sinar matahari.
Ginjal
Sebagian besar penderita menunjukkan adanya penimbunan protein di
dalam
sel-sel
ginjal,
lupus (peradangan
tetapi
ginjal
hanya
yang
50%
menetap).
yang
Pada
menderita nefritis
akhirnya
bisa
Page 7
Pada lupus bisa terjadi pleuritis (peradangan selaput paru) dan efusi
pleura (penimbunan cairan antara paru dan pembungkusnya). Akibat
dari keadaan tersebut sering timbul nyeri dada dan sesak nafas.
F.Pemeriksaan Laboratorium
1. Anti ds-DNA
Batas normal : 70 200 IU/mL
Negatif
: < 70 IU/mL
Positif
: > 200 IU/mL
Antibodi ini ditemukan pada 65% 80% penderita dengan SLE aktif
dan jarang pada penderita dengan penyakit lain. Jumlah yang tinggi
merupakan spesifik untuk SLE sedangkan kadar rendah sampai sedang
dapat ditemukan pada penderita dengan penyakit reumatik yang lain,
hepatitis kronik, infeksi mononukleosis, dan sirosis bilier. Jumlah antibodi
ini dapat turun dengan pengobatan yang tepat dan dapat meningkat
pada penyebaran penyakit terutama lupus glomerulonefritis. Jumlahnya
mendekati negatif pada penyakit SLE yang tenang (dorman).
Antibodi anti-DNA merupakan subtipe dari Antibodi antinukleus
(ANA). Ada dua tipe dari antibodi anti-DNA yaitu yang menyerang doublestranded DNA (anti ds-DNA) dan yang menyerang single-stranded DNA
(anti ss-DNA).
pasien
belum
tentu
negatif
terhadap
SLE
karena
harus
dipertimbangkan juga data klinik dan tes laboratorium yang lain, tetapi
jika hasil tes positif maka sebaiknya dilakukan tes serologi yang lain
Page 8
yang
digunakan
untuk
menunjang
diagnosa serta untuk monitoring terapi pada penyakit SLE antara lain
adalah antiribosomal P, antikardiolipin, lupus antikoagulan, Coombs test,
anti-histon, marker reaksi inflamasi (Erythrocyte Sedimentation Rate/ESR
atau C-Reactive Protein/CRP), kadar komplemen (C3 dan C4), Complete
Blood Count (CBC), urinalisis, serum kreatinin, tes fungsi hepar, kreatinin
kinase.
G. Penatalaksanaan Lupus Eritematosus
1. Untuk penatalaksanaan, Pasien SLE dibagi menjadi:
Kelompok Ringan
Gejala : Panas, artritis, perikarditis ringan, efusi pleura/perikard ringan,
kelelahan, dan sakit kepala
Kelompok Berat
Gejala : efusi pleura perikard masif, penyakit ginjal, anemia hemolitik,
trombositopenia,
lupus
serebral,
vaskulitis
akut,
miokarditis,
sampai 15.00
Hindari pemakaian kontrasespsi atau obat lain yang mengandung
hormon estrogen
3. Penatalaksanaan Medikamentosa :
Untuk SLE derajat Ringan;
a. Penyakit yang ringan (ruam, sakit kepala, demam, artritis, pleuritis,
perikarditis) hanya memerlukan sedikit pengobatan.
b. Untuk mengatasi artritis dan pleurisi diberikan
obat
anti
peradangan non-steroid
c. Untuk mengatasi ruam kulit digunakan krim kortikosteroid.
d. Untuk gejala kulit dan artritis kadang digunakan obat anti malaria
(hydroxycloroquine)
e. Bila gagal, dapat ditambah prednison 2,5-5 mg/hari.
Page 9
f.
kebutuhan
g. Jika penderita sangat sensitif terhadap sinar matahari, sebaiknya
pada saat bepergian menggunakan tabir surya, pakaian panjang
ataupun kacamata
Untuk SLE derajat berat;
a. Penyakit yang berat
atau
membahayakan
jiwa penderitanya
masif,
dilakukan
pungsi
pleura/drainase
g. Lupus Pneunomitis
Prednison 1-1,5 mg/kg BB/hari selama 4-6 minggu
h. Lupus serebral
Metilprednison 2 mg/kg BB/hari untuk 3-5 hari, bila berhasil
dilanjutkan dengan
Page 10
keluhan
mudah
lelah,
lemah,
nyeri,
eritematous
papuler
dan
purpura
yang
menjadi
nekrosis
d. Gangguan
citra
tubuh
berhubungqan
dengan
perubahan
dan
Page 12
3.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Nyeri
akut
berhubungan
dengan:
Agen injuri (biologi, kimia, fisik,
psikologis), kerusakan jaringan
DS:
Laporan secara verbal
DO:
Posisi untuk menahan nyeri
Tingkah laku berhati-hati
perubahan
perubahan
Pain Level,
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk
lokasi,
karakteristik,
durasi,
pain control,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
comfort level
reaksi
nonverbal
dari
Setelah
dilakukan
tinfakan Observasi
ketidaknyamanan
keperawatan selama . Pasien tidak
mengalami nyeri, dengan kriteria Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan
hasil:
Mampu mengontrol nyeri (tahu Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
penyebab
nyeri,
mampu
kebisingan
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyeri, mencari bantuan)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi
Melaporkan bahwa nyeri berkurang
Tingkatkan istirahat
Menyatakan rasa nyaman setelah
Berikan informasi tentang nyeri seperti
nyeri berkurang
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
Tanda vital dalam rentang normal
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan
Tidak mengalami gangguan tidur
dari prosedur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
Page 13
NOC:
Activity Tollerance
Energy Conservation
Nutritional Status: Energy
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama . kelelahan
pasien teratasi dengan kriteria hasil:
Kemampuan aktivitas adekuat
Mempertahankan nutrisi adekuat
Keseimbangan aktivitas dan
istirahat
Menggunakan tehnik energi
konservasi
Mempertahankan interaksi sosial
Mengidentifikasi faktor-faktor fisik
dan psikologis yang menyebabkan
kelelahan
Mempertahankan kemampuan
Page 14
NIC :
Energy Management
- Monitor respon kardiorespirasi terhadap
aktivitas (takikardi, disritmia, dispneu,
diaphoresis, pucat, tekanan hemodinamik
dan jumlah respirasi)
- Monitor dan catat pola dan jumlah tidur
pasien
- Monitor lokasi ketidaknyamanan atau nyeri
selama bergerak dan aktivitas
- Monitor intake nutrisi
- Monitor pemberian dan efek samping obat
depresi
- Instruksikan pada pasien untuk mencatat
tanda-tanda dan gejala kelelahan
- Ajarkan tehnik dan manajemen aktivitas
untuk mencegah kelelahan
- Jelaskan pada pasien hubungan kelelahan
dengan proses penyakit
Meningkatnya komplain
fisik
Kelelahan
Secara verbal
menyatakan kurang energi
DO:
Penurunan kemampuan
Ketidakmampuan
mempertahankan rutinitas
Ketidakmampuan
mendapatkan energi sesudah
tidur
Kurang energi
Ketidakmampuan untuk
mempertahankan aktivitas
fisik
Gangguan mobilitas fisik
Berhubungan dengan :
Gangguan metabolisme sel
Keterlembatan
perkembangan
Pengobatan
Kurang support lingkungan
Keterbatasan ketahan
kardiovaskuler
Kehilangan integritas
struktur tulang
Terapi pembatasan gerak
Kurang pengetahuan tentang
-
untuk konsentrasi
NOC :
Joint Movement : Active
Mobility Level
Self care : ADLs
Transfer performance
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama.gangguan
mobilitas fisik teratasi dengan
kriteria hasil:
Klien meningkat dalam aktivitas
fisik
Mengerti tujuan dari peningkatan
mobilitas
Page 15
NIC :
Exercise therapy : ambulation
Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan
dan lihat respon pasien saat latihan
Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
Bantu klien untuk menggunakan tongkat
saat berjalan dan cegah terhadap cedera
Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
tentang teknik ambulasi
Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
Memverbalisasikan perasaan
dalam meningkatkan kekuatan
dan kemampuan berpindah
Memperagakan penggunaan alat
Bantu untuk mobilisasi (walker)
Page 16
NOC:
Body image
Self esteem
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama . gangguan
body image
pasien teratasi dengan kriteria hasil:
Body image positif
Mampu mengidentifikasi kekuatan
personal
Mendiskripsikan secara faktual
perubahan fungsi tubuh
Mempertahankan interaksi sosial
NIC :
Body image enhancement
- Kaji secara verbal dan nonverbal respon
klien terhadap tubuhnya
- Monitor frekuensi mengkritik dirinya
- Jelaskan tentang pengobatan, perawatan,
kemajuan dan prognosis penyakit
- Dorong klien mengungkapkan perasaannya
- Identifikasi
arti
pengurangan
melalui
pemakaian alat bantu
- Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam
kelompok kecil
NOC:
NIC :
Page 17
jaringan
berhubungan dengan:
Gangguan sirkulasi, iritasi
kimia (ekskresi dan sekresi
tubuh, medikasi), defisit cairan,
kerusakan mobilitas fisik,
keterbatasan pengetahuan,
faktor mekanik (tekanan,
gesekan),kurangnya nutrisi,
radiasi, faktor suhu (suhu yang
ekstrim)
DO :
- Kerusakan jaringan
(membran mukosa,
integumen, subkutan)
Page 18
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Lupus eritematosus sistemik (LES) merupakan salah satu penyakit
autoimun yang disebabkan oleh disregulasi sistim imunitas. SLE dapat
menyerang berbagai sistem organ dan keparahannya berkisar dari sangat
ringan sampai berat. Etiologi belum dipastikan, secara garis besar
dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu endokrin-metabolik, lingkungan dan
genetik. Pencetus fungsi imun abnormal mengakibatkan pembentukan
antibodi yang ditujukan terhadap berbagai komponen tubuh. Tidak ada
suatu tes laboratorium tunggal yang dapat memastikan diagnosis SLE.
Masalah yang paling sering dirasakan pasien adalah keletihan, gangguan
integritas kulit, gangguan citra tubuh dan kurang pengetahuan untuk
mengambil keputusan mengenai penatalaksanaan mandiri.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunanya, besar harapan kami
kepada para pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih sempurna.
Page 19
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Page 20
Smeltzer. Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Volume 3. Jakarta : EGC
Page 21