Anda di halaman 1dari 17

SKENARIO 2

FIRDA ZAINAB RAHAWARIN


LEARNING OBJECTIVE

1. Menjelaksan Diagnosis Banding dari Skenario


2. Menjelaskan Alur Penegakan Diagnosis
3. Menjelaskan Etiologi dan Patofisiologi dari Diagnosis Pasti
4. Menjelaskan Tatalaksana IBS
5. Menjelaskan Prognosis IBS
6. Menjelaskan pencegahan IBS
DIAGNOSIS BANDING

Irritabel Bowel Syndrime Inflammatory Bowel Disease

Suatu penyakit GI fungsional. Pengertian Penyakit inflamasi kronik yg melibatkan


IBS adalah adanya nyeri perut distensi saluran cerna, bersifat remisi dan
dan gangguan pola defekasi tanpa relaps/kambuhan. IBD terdiri dari 3
gangguan organik. jenis, yaitu kolitis ulseratif (KU) dan
penyakit crohn (PC).

Kolitis Infeksi

Kolon merupakan organ target infeksi tersering


pada sistem GI. Gejala kolitis infeksi bervariasi,
dari asimptomatik, ringan, diare yg sembuh
sendiri, sampai kolitis toksik fulminan.
Penyebab kolitis infeksi adalah bakteri, virus,
jamur dan parasit
ALUR PENEGAKAN DIAGNOSIS

ANAMNESIS

PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laju Endap Darah
• Pemeriksaan Feses

• Laju Endap Darah


• Pemeriksaan Feses
ETIOLOGI IRRITABLE BOWEL SYNDROME (IBS)

1. Gangguan motilitas
2. Intoleransi makanan
3. Abnormalitas sensoris
4. Abnormalitas dari interaksi aksis brain-gut
5. Hipersensitivitas viseral
6. Paska infeksi usus
1. Virus
2. Giardia/ Amuba
KLASIFIKASI IRRITABLE BOWEL SYNDROME (IBS)

IBS Predominan Nyeri


1 2
• Nyeri difosa iliaca IBS Predominan Diare
• Nyeri dirasakan > 6 bln
• Diare pada pagi hari dan sering dengan urgensi
• Nyeri hilang setelah defekasi
• Biasanya disertai rasa sakit dan hilang setelah
• Nyeri jika stress dan menstruasi
defekasi
• Nyeri dirasakan presisten jika kambuh terasa lebih
sakit
3 4

IBS Predominan Konstipasi IBS Alternating Pattern

• Terutama wanita • Pola defekasi yg berubah-ubah: diare dan konstipasi


• Defekasi tidak lampias • Sering feses keras di pagi hari diikuti dengan beberapa
• Biasanya feses disertai lendir tanpa darah kali defekasi dan feses menjadi cair pada sore hari
PATOFISIOLOGI IRRITABLE BOWEL SYNDROME (IBS)
Perubahan Motilitas Usus

Hipersensitivitas Visceral

Faktor Psikososial

Ketidakseimbangan Neurontransmitter

Infeksi dan Inflamasi

Faktor Genetik
TATALAKSANA IRRITABLE BOWEL SYNDROME (IBS)

Non Farmako

1. Diet
Modifikasi diet, peningkatan konsumsi serat pada IBS dengan konstipasi
dan pada IBS diare konsumsi serat di kurangi

2. Pisikoterapi
Harus selalu ingatkan kepada pasien untuk dpat mengendalikan stress
Farmakoterapi

1. Antispasmodik yang mempunyai efek antikolinergik


• Mebeverine 3x135 mg
• Hiosin N-butilbromida 3x10 mg
• Chlordiazepoksid 5 mg / klidinium 2,5 mg 3x1
• Alverine 3x30 mg
2. Obat IBS tipe konstipasi
Tegaserod suatu 5-HT4 reseptor antagonis
Tegaserod dosis 2x6 mg selama 10-12 minggu
3. Obat IBS tipe diare
Antimotilitas: Loperamid dng dosis 2-16 mg/hari
4. Obat Antidepresan
Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI)

5. Agonis dan Antagonis Reseptor Serotonin


Anatagonis R 5-HT4 : Alosteron
Agonis R 5-HT4 : Tegaserod
PROGNOSIS IRRITABLE BOWEL SYNDROME (IBS)

Penyakit IBS tidak meningkatkan mortalitas, gejala-gejala pasien IBS biasanya


akan membaik dan hilang setelah 12 bulan pada 50% kasus dan hanya <5%
yang akan memburuk dan sisanya dengan gejala yang menetap. Tidak ada
perkembangan menjadi keganasan dan penyakit imflamasi.
PENCEGAHAN IRRITABLE BOWEL SYNDROME (IBS)

Untuk mencegah IBS antara lain:


1. Hindari stress.
2. Konsumsi makanan yang banyak mengandung serat.
3. Hindari makanan pemicu (makanan pedas).
4. Kurangi intake lemak.
5. Kurangi intake short chain carbohidrat.
6. Kurangi konsumsi alkohol, kafein, dan pemanis buatan.
7. Menjaga kebersihan makanan.
REFERENSI

1. Harisson Gastroenterologi dan Hepatologi : EGC, 2013


2. Buku Ajar Ilmu penyakit Palam jilid II Edisi VI : interna publishing, 2017
3. Digestive Health Foundation. Information about irritable bowel syndrome. Mulgrave:
Digestive Health Foundation; 2010

4. Holtmann GJ, Ford AC, Talley NJ. Pathophysiology of irritable bowel syndrome. Lancet
Gastroenterol Hepatol: 46(1); 2016

Anda mungkin juga menyukai