Anda di halaman 1dari 7

Irritable Bowel Syndrome

I. Definisi
Irritable Bowel Syndrome (IBS) adalah salah satu penyakit gastrointestinal
fungsional yang ditandai dengan adanya nyeri perut, distensi dan gangguan pola
defekasi tanpa gangguan organik.

II. Epidemiologi
Kejadian IBS mencapai 15% dari penduduk Amerika, hal ini didasarkan
pada gejala yang sesuai dengan kriteria IBS. Kejadian IBS lebih banyak pada
perempuan dan mencapai 3 kali lebih besar dari laki-laki. Penyakit ini diderita
pada semua jenis usia, namun lebih sering terjadi pada orang dewasa yang berusia
30-40 tahun, jarang terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Kepustakaan lain
menyebutkan bahwa angka prevalensi IBS bisa mencapai 3,6-21,8% dari jumlah
penduduk dengan rata-rata 11%.

III. Patofisiologi
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya IBS antara lain gangguan
motilitas, intoleransi makanan, abnormalitas sensoris, abnormalitas dari interaksi
aksis brain-gut yang berhubungan dengan respon otak terhadap stimulus perifer,
hipersensitivitas viseral, paska infeksi usus.
Adanya IBS predominan diare dan IBS predominan konstipasi
menunjukkan bahwa pada IBS terjadi suatu perubahan motilitas. Pada IBS tipe
diare terjadi peningkatan kontraksi usus dan memendeknya waktu transit kolon
dan usus halus. Sedangkan pada IBS tipe konstipasi terjadi penurunan kontraksi
usus dan memanjangnya waktu transit kolon dan usus halus.
Hipersensitivitas
paling

viseraladalah

seringditemukanpada

gangguanpencernaanfungsional,

salah

satuperubahanpatofisiologiyang
pasien

danhipersensitivitasanus.

denganIBSdan
Banyak

pasiendenganIBSmenganggapbahwa asupan makanan, stres, siklusmenstruasidan

faktorpsikologismempengaruhikeparahan dari gejalayang ada. Faktor nutrisi


dikatakan juga dikaitkan dalam meningkatkan hipersentifitas viseral. Pengaruh
postprandial dapatmemburuk gejala, sertasatu atau lebihmakananyang masuk ialah
umum

ditemukanpada

pasienIBS.

Faktor

hormon

yang

menyebutkan

faktabahwaIBSlebih sering terjadi padawanitadan gejalaGIberfluktuasiselama


siklusmenstruasitelah menciptakanhipotesisbahwa tingkathormondapat dikaitkan
dengansensitivitasviseral.
IBS yang terjadi paska infeksi dilaporkan hampir 1/3 kasus IBS. Keluhankeluhan muncul setelah 1 bulan infeksi. Penyebab IBS paska infeksi antara lain
virus, giardia, atau amuba. Pasien IBS paska infeksi biasanya mempunyai gejala
perut kembung, nyeri abdomen, dan diare.
Perubahanmotilitasbiasanya ditemukan pada pasien dengan IBS, namun
gejala antar pasien IBS seringkali berbeda-beda dalam motilitas GI tract,
sehinggahubungan

yang

pasienIBSmasihsulit

untuk

jelasdengangejala
ditentukan.

yang

Beberapa

evaluasiaktivitasrefleksGI,

menunjukkanperubahanyang

pasienIBSyang

pada

berbeda

pasien

berbedadarisetiap
penelitian,
signifikan

denganrecto-sigmoid

dalam
pada
normal

terhadapresponnadasetelah makan makananrendahkalori. Responnadadi anus yang


dilemahkan

agar tidak terjadisuatu

ataupenghambatantumpuldarimotilitas

distensikolon(refleks
duodenalataupun

tonikkolorektal),
motilitasyang

berlebihandarikolon desendensdandistensionberulangpada kolon sigmoid.

IV. Penegakkan Diagnosis


Kriteria diagnosis untuk IBS menggunalan kriteria Roma II. Kriteria ini
didasarkan adanya keluhan berupa rasa tidak nyaman atau nyeri yang telah
berlangsung selama 12 minggu (tidak perlu berurutan) dan telah berlangsung
dalam 12 bulan terakhir dan tidak bisa dijelaskan oleh adanya abnormalitas secara
kelainan struktur maupun biokimiawi. Selain itu terdapat sedikitnys 2 dari 3 hal
berikut ini yaitu nyeri hilang setelah defekasi, perubahan frekuensi defekasi (diare
atau konstipasi) atau perubahan dari bentuk feses.

Tabel. Kriteria Diagnosis IBS berdasarkan Roma II


Sedikitnya 12 minggu atau lebih (tidak haru berurutan) selama 12 bulan terakhir
dengan rasa nyeri/tidak nyaman di abdomen, disertai dengan adanya 2 dari 3 hal
berikut:
1. Nyeri hilang dengan defekasi; dan/atau
2. Awal kejadian dihubungkan dengan perubahan frekuensi defekasi; dan atau
3. Awal kejadian dihubungkan dengan adanya perubahan bentuk feses
Gejala lain yang mendukung diagnosis IBS:
Ketidaknormalan frekuensi defekasi
Kelainan bentuk feses
Ketidaknormalan proses defekasi (harus dengan mengejan, inkontinensi
defekasi, atau rasa defekasi tidak tuntas);
Adanya mukus/lendir
Kembung atau merasakan distensi abdomen
Nyeri atau rasa tidak nyaman pada abdomen yang dirasakan pasien dengan
IBS dapat sampai mengurangi kualitas hidup dari pasien itu sendiri dan cenderung
menjadi tidak produktif. Keluhan diare dan konstipasi juga menjadi keluhan
utama yang membawa pasien untuk datang ke dokter. Pasien IBS tipe konstipasi
biasanya disertai oleh kembung serta rasa nyaman di ulu hati.
Setelah melakukan anamnesis yang lengkap dan mencocokkan dengan kriteria
yang ada, dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Berikut
daftar pertanyaan untuk diagnosis IBS:

Apakah nyeri yang dirasakan hanya pada satu tempat atau berpindahpindah? (Pada IBS berpindah-pindah)

Seberapa sering merasakan nyeri? (Pada IBS tidak tentu)

Berapa lama nyeri dirasakan? (Pada IBS sebentar)

Bagaimana keadaan nyeri jika pasien buang air besar atau flatus? (Pada
IBS akan lebih nyaman?
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan meliputi darah perifer

lengkap, biokimia darah serta pemeriksaan fungsi hati dan pemeriksaan hormon
tiroid jika terdapat diare kronik. Pada pasien IBS dengan dominasi keluhan diare
pemeriksaan kolonoskopi diikuti biopsi mukosa kolon perlu dilakukan untuk
menyingkirkan adanya kelainan sttruktural atau adanya kolitis mikroskopik.
Selain kriteria Roma II, secara praktis sering juga digunakan kriteria Manning
yang lebih sederhana dan menitikberatkan pada keadaan pada onset nyeri antara

lain adanya buang air besar yang cair dan peningkatan frekuensi buang air besar
saat timbulnya nyeri.
Tabel 2. Kriteria Manning
Gejala yang sering didapat pada penderita IBS
yaitu:
Feses cair pada saat nyeri
Frekuensi buang air besar bertambah
pada saat nyeri
Nyeri berkurang setelah buang air besar
Tampak abdomen distensi
Dua gejala tambahan yang sering muncul pada
pasien IBS:
Lendir saat buang air besar
Perasaan tidak puas saat buang air
besar
Adanya feses cair disertai frekuensi defekasi yang meningkat pada saat nyeri
menginterpretasikan bahwa terjadi perubahan fungsi intestinal. Sedangkan adanya
nyeri yang berkurang setelah defekasi menunjukkan bahwa nyeri berasal dari
gastrointestinal bawah. Adanya kembung menunjukkan bahwa kondisi sakit ini
agaknya bukan kelainan organik. Adanya rasa tidak puas menginterpretasikan
bahwa rektum irritable. Sedangkan adanya lendir pada saat defekasi menunjukkan
bahwa rektum teriritasi.
Pada beberapa keadaan IBS dibagi dalam beberapa subgrup sesuai dengan
keluhan dominan yang ada pada seseorang. Subgrup IBS yang sering digunakan
membagi IBS menjadi 4 yaitu IBS predominan nyeri perut, IBS predominan diare,
IBS predominan konstipasi dan IBS alternating pattern.

Tabel 3. Subgrup IBS


IBS predominan nyeri
Nyeri di fossa iliaka, tidak dapat dengan tegaas
menunjukkan lokasi sakitnya
Nyeri dirasakan lebih dari 6 bulan
Nyeri hilang setelah defekasi
Nyeri meningkat jika stress dan selama menstruasi
Nyeri dirasakan persisten jika kambuh terasa lebih sakit
IBS predominan diare
Diare pada pagi hari sering dengan urgensi
Biasanya disertai rasa sakit dan hilang setelah defekasi
IBS predominan konstipasi
Terutama wanita
Defekasi tidak puas

V. Tata laksana
Penatalaksanaan pasien dengan IBS meliputi modifikasi diet, intervensi
psikologi dan farmakoterapi. Ketiga bentuk pengobatan ini harus berjalan
bersamaan. Dalam memberikan obat-obatan harus selalu diingat bahwa obatobatan mempunyai efek samping dan yang akan juga memperburuk kondisi psikis
pasien.

1. Diet
-

Peningkatan konsumsi serat pada IBS tipe konstipasi disertai konsumsi


air yang meningkat dan aktivitas olahraga rutin.

Mengurangi konsumsi serat pada pasien dengan IBS tipe diare.

Menghindari makanan dan minuman yang dapat mencetuskan


terjadinya IBS, antara lain gandum, susu, kafein, bawang, coklat dan
beberapa sayur-sayuran.

2. Psikoterapi
Pasien dengan IBS biasanya mempunyai rasa cemas yang tinggi atas
penyakitnya, karena biasanya rasa sakit di perut, buang air besar cair atau
susah buang air besar itu datangnya tiba-tiba. Umumnya pasien IBS selalu
berpikiran bahwa ada sesuatu penyakit organik yang terjadi pada
tubuhnya. Oleh karena itu, pasien perlu diberikan keyakinan untuk sembuh
seperti berikut:

Penjelasan atas penyakit IBS dan meyakinkan bahwa penyakit IBS


yang dialami pasien adalah penyakit yang dapat diobati dan tidak
membahayakan kehidupan merupakan kunci utama keberhasilan
pengobatan pasien.

Menyampaikan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang


yang telah dilakukan yang telah menyingkirkan kemungkinan penyakit
organik dan juga menambah keyakinan pasien bahwa pasien
sebenarnya hanya menderita IBS saja tidak ada penyakit lain apalagi
penyakit kanker.

Pasien-pasien dengan IBS harus selalu diingatkan untuk dapat


mengendalikan stresnya. Pasien diminta untuk tidak bekerja berlebihan
dan mengenyampingkan waktu istirahatnya, menyediakan waktu yang
cukup untuk dapat melakukan buang air besar secara teratur diluar
waktu sibuk bekerja dan juga yang terpenting selama makan
disediakan waktu yang cukup agar makan yang dilakukan dapat
dilakukan dalam ketenangan dan tidak terburu-buru. Olaharaga yang
teratur agar pasien dengan IBS dapat menyesuaikan diri dengan
keluhan-keluhan yang ada.

3. Obat-obatan
Obat-obatan

yang

diberikan

untuk

pasien

IBS

terutama

untuk

menghilangkan gejala yang timbul antara lain untuk mengatasi nyeri


abdomen, mengatasi konstipasi, mengatasi diare dan obat antiansietas.
Sejauh ini obat-obatan ini biasnya diberikan secara kombinasi.
-

Untuk mengatasi nyeri abdomen sering digunakan antispasmodik yang


mempunyai efek antikolinergik dan lebih bermanfaat pada nyeri perut
setelah makan, tetapi umumnya kurang bermanfaat pada nyeri kronik
diserta gejala konstipasi. Obat-obatan yang sering adalah mebeverine
3x135 mg, hiosin N-butilbromida 3x10 mg, Chlordiazepoksid
5mg/klidinium 2,5 mg 3x1 tab, alverine 3x30 mg dan obat
antispasmodik terbaru yaitu otolium bromida.

Untuk IBS konstipasi, laksatif osmotik seperti laktulosa, magnesium


hidroksida terutama pada kasus-kasus dimana konsumsi tinggi serat
tidak membantu mengatasi konstipasi. Tegaserod suatu 5-HT4 reseptor
agonis, obat IBS tipe konstipasi untuk meningkatkan akselerasi usus

halus dan meningkatkan waktu transit feses di kolon dan dapat


meningkatkan sekresi cairan usus. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa tegaserod memperbaiki gejala pasien secara global dan
meningkatkan frekuensi defekasi dan konsistensi feses. Tegaserod
biasanya diberikan dengan dosis 2x6 mg selama 10-12 minggu.
-

Untuk IBS tipe diare beberapa obat juga dapat digunakan antara lain
loperamid dengan dosis 12-16 mg perhari

Tidak membutuhkan antibiotik karena IBS bukan disebabkan oleh


infeksi.

Pemberian suplementasi enzim pada pasien IBS kurang tepat karena


malabsorbsi bukan penyebab IBS.

VI. Prognosis
Penyakit IBS tidak akan meningkatkan mortalitas, gejala-gejala pasien IBS
biasanya akan membaik dan hilang setelah 12 bulan pada 50% kasus, dan hanya
kurang dari 5% yang akan memburuk dan sisanya dengan gejala yang menetap.

VII.

Komplikasi
IBS tidak berbahaya dan tidak menimbulkan komplikasi kanker. IBS salah

satuya dapat menimbulkan komplikasi seperti malnutrisi.

Anda mungkin juga menyukai