PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut laporan WHO, jumlah penderita diabetes mellitus(DM) di dunia
pada tahun 1993 sudah melebihi 100 juta dengan prevalensi pada orang dewasa
sekitar 6%. WHO juga memperkirakan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap
diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurung waktu
25 tahun kemudian, pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi 300
juta orang.. di indionesia diperkirakan sebaran jumlah penderita DM minimal 3,5
juta penderita(tahun 1998), 4 juta penderita (tahun 2000) dan 8,5 juta
penderita(tahun 2020). Faktor demografi berupa jumlah penduduk terutama usia
di atas 40 tahun yang meningkat, faktor kemakmuran dengan pola hidup serba
berkecukupan, berkurangnya penyakit infeksi, kenaikan angka harapan hidup, ikut
berperan dalam peningkatan jumlah penderita DM, sehingga diperkirakan
prevelansi DM akan meningkat dari tahun ke tahun. Pada penderita DM dapat
terjadi komplikasi pada semua tingkat sel. Manifestasi komplikasi kronik ini,
dapat berupa mikrovaskukler dan makrovaskuler. Komplikasi DM lainnya dapat
berupa kerentanan berlebih terhadap infeksi misalnya infeksi saluran kemih, TB
paru dan infeksi kaki yang kemudian berkembang menjadi ulkus atau gangren
diabetes.(Soegondo, 2009)
Ulkus diabetic merupakan
komplikasi
kronik
DM
yang
masih
mengkhawatirkan terutama kaki diabetes yang merupakan luka pada kaki yang
merah kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di
pembuluh yang berukuran sedang dan besar pada tungkai.(Slamet, 2006) karena
kaki diabetes ini sulit disembuhkan. Hal ini disebabkan pengetahuan masyarakat
yang masih minim mengenai ulkus diabetik serta permasalahan biaya yang tidak
terjangakau oleh masyarakat pada umumnya.(Soegondo, 2009). Selain biaya yang
mahal, pasien juga mengalami stres psikis.(Darrmono, 2009). Di amerika hampir
2 juta penduduk mengalami kaki diabetik(Slamet, 2009) sedangakan di Indonesia
sendri, pada tahun 2003 data dari RSUPN dr Cipto Mangunkusumo, angka
kematian dan angka amputasi masih tinggi masing-masing sebesar 16% dan 25%.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Diabetes mellitus (DM)
Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter
dengan tanda-tanda hiperglikemi dan glukosuria, disertai dengan tanpa adanya
gejala klinis akut maupun kronik sebagai akibat kurangnya insulin efektif didalam
tubuh. Gangguan primer terletak pada metabolic karbohidrat yang biasanya
disertai dengan gangguan metabolik lemak dan protein.Diabetes mellitus adalah
penyakit hiperglikemi yang ditandai oleh ketiadaaan absolute insulin atau
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir. Ulkus
adalah kematianjaringan yang luas dan disertai invasi kuman saprofit yang
menyebabkan ulkus berbau. Ulkus diabetik merupakan gejala klinis dan
perjalanan penyakit diabetes mellitus dengan neuropati perifer.
Hal-hal yang berpengaruh pada kejadian ulkus diabetik dibagi menjadi
faktor endogen dan faktor eksogen.
a. Faktor endogen
1. Genetik, metabolik
2. Angiopati diabetik
3. Neuropati diabetik
b. Factor eksogen
1. Trauma
2. Infeksi
3. Obat
Menurut Wagner 1983, kalsifikasi derajat ulkus dibetik terbagi menjadi
enam yaitu:
1. Derajat 0 : tidak lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kelainan
2.
3.
4.
5.
tanpa selulitis.
6. Derajat 5 : gangrene seluruh kaki atau sebagian tungkai.
Pada ulkus diabetik terjadi angiopati, neuropati dan infeksi. Adanya
neuropati menyebabkan hilangnya sensasi nyeri pada kaki sehingga akan
mengalami trauma dan lama kelamaan akan menyababkan ulkus pada kaki dan
gangguan motorik. Adanya sumbatan pada pembuluh darah(angiopati) akan
menyebabkan terjadinya penurunan asuapan nutrisi, oksigen, dan antibiotika yang
menyebabkan luka sukar sembuh. Karena asupan nutrisi yang berkurang, adanya
infeksi dan pendarahan yang terjadi pada ulkus diabetik lama kelamaan akan
meyebabkan anemia. Infeksi merupakan komplikasi yang menyertai ulkus akibat
penurunan aliran darah karena angiopati.
3. Anemia
Anemia adalah keadaan dimana terjadi penurunan kapasitas angkut oksigen
perunit volume darah yang disebabkan karena menurunnya massa eritrosit dan
massa hemoglobin. Secara laboratorik dijabarkan sebagai penurunan dibawah
normal kadar hemoglobin, hitung eritrosit, dan hematokrit. Pada dasarnya anemia
disebabkan oleh gangguan produksi eritrosit oleh sumsum tulang, kehilangan
darah, proses penghancuran eritrosit yang berlebihan.
b. Anemia aplastik
c. Anemia hemolitik
d. Anemia akibat penyakit kronik
e. Anemia pada gagal ginjal kronik
f. Anemia pada sindroma mielodisplastik
g. Anemia pada leukemia akut
3. Anemia makrositik
a. Bentuk megaloblastik: anemia defisiensi asam folat, anemia
defisiensi vitamin B12
b. Bentuk non megaloblastik: anemia pada penyakit hati
kronik, anemia pada hipotiroid, anemia pada sindroma
mielodisplastik dan anemia yang disertai retikulositosis
Anemia penyakit kronik adalah anemia yang diakibatkan kelainan tubuh
yang bersifat kronik dengan mmelibatkan/aktivasi imunitas seluler dapat karena
proses inflamasi/infeksi,kerusakan jaringan, penyakit autoimun dan keganasan.
anemia ini biasanya dalam bentuk ringan sampai sedang, dimana penyakit
penyebabnya sudah berlangsung diatas satu sampai dua bulan. Tanda khas
kelainan ini di tandai adanya hipoferemia, dengan penimbunan luas besi di daerah
system retikuloendotelial(SRE).
Tidak termasuk kelompok anemia ini beberapa penyakit akibat: kerusakan
sumsum tulang, pendarahan, hemolisis, insufisiensi renal, penyakit hati dan
endokrinopati. Walaupun penyakit ini menyangkut beberapa kelainan atau
gangguan kronik secara luas, terminaologi yang sering diusulkan: anemia karena
proses inflamasi, ternasuk juga topic yang secara patofisiologi benar yaitu sitokin
mediated anemia, kurang sering dipakai. Beberapa topic yang sering diusulkan
adalah:
anemia
of
detective
iron
reuse,
hipoferremic
anemia
with
B. Kerangka Berfikir
Ulkus diabetik
Perdarahan kronik
Makrofag sulit
melepaskan fe
anemia
C. Hipotesis
1. Terdapat hubungan ulkus diabetik dengan kejadian anemia.
2. Semakin lama seseorang menderita ulkus diabetik semakin berat derajat
anemia.
DAFTAR PUSTAKA
Erlev AJ., 2011. Anemia Of Crhonic Disorders. In. William WJ; Beutler
E.;Erlsev AJ.and Lichtman MA..Hematology: 4th.Ed. international ed.
Mc. Graw-Hill Publishing Compan.pp:54-60
Hadisaputro S, Setyawan H.,2007. Epidemiologi dan Faktor-Faktor Risiko
Terjadinya Diabetes Mellitus Tipe 2. Dalam: Darmono, dkk, editors.
Naskah Lengkap Diabetes Mellitus Ditinjau dari Berbagai Aspek
Penyakit dalam Rangka Purna Tugas Prof Dr. dr. RJ
Djokomoeljanto.badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.p.133154
Means.RT.JR., 1999. The Anemia Of Chronic Disorder.In. Richard. Lee; Foester
J Lukens J.; Parakevas F.;Greer. JP. And Rodgers GM.(Eds). Wintrobs
Clinical Hematology.10th . ed .. Philadelphia. LippincottWlliam and
Wilkins.pp: 1011-1021
Soegondo S, 2009. Mekanisme Komplikasi Diabetes Mellitus, Peran Produktif
Akhir Reaksi GlikasiLanjut Non Enzimatik, Pertemuan Ilmiah Tahunan
PERKENI, Yogyakarta.
Slamet S, 2010. Mikroalbuminuria Komplikasi MIkro dan Makroangiopati pada
Diabetes Mellitus, Pusat Diabetes dan Lipid, FK UI / RS / UPN, Jakarta.
Watkins PJ. Clinical Review.ABC of Diabetes The Diabetic Foot King College
Hospital London, 2003; 362, 977-980
Watkins PJ., 2009.Clinical review .ABC of Diabetes The diabetic foot King
College Hospital London;326, 977-980