Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang askep gizi penunjang pada pasien kritis
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang askep gizi
penunjang pada pasien kritis ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
Penyusun
Daftar isi..
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian . .............................................................................................................................
B. Menilai status nutrisi pada pasien sakit kritis .........................................................................
C. Kebutuhan energi pada penderita sakitkritis ...........................................................................
D. Dukungan nutrisi pada pasien-pasiensakit kritis.....................................................................
E. Rute pemberian nutrisi: enteral atau parenteral ......................................................................
F. Kapan sebaiknya memulai terapi nutrisi .................................................................................
G. Nutrisi pada berbagai kondisi dan penyakit .........................................................................
BAB III
A. Pengkajian
B. Diagnosa
C. intervensi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan . .............................................................................................................................
B. Rumusan Masalah
Bagaimana yang dimaksut dengan gizi penunjang pada pasien
kritis
C. Tujuan Penulisan
Tujuan umum
Tujuan khusus
D. Manfaat Penulisan
Bagi mahasiswa
Bagi institusi
Nutrisi adalah ikatan kimia yang yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur
proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Soenarjo (2000), Nutrisi
merupakan kebutuhan utama pasien kritis dan nutrisi enteral lebih baik dari
parenteral karena lebih mudah, murah, aman, fisiologis dan penggunaan nutrien
oleh tubuh lebih efisien.
Nutrisi adalah zat dalam makanan yang dibutuhkan organisme untuk dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan fungsinya. Nutrisi di peroleh
dari hasil pemecahan makanan oleh sistem pencernaan. dan seringkali di sebut
dengan istilah sari-sari makanan. Nutrisi terbagi dalam 2 golongan, yaitu
makronutrisi dan mikronutrisi (kamusq.com.2013)
Persamaan Harris-Benedict:
Faktor Stres
1. Nutrisi Enteral
Pada pemberian nutrisi enteral, pipa nasal lebihdianjurkan daripada oral,
kecuali pada keadaan fraktur basis cranii dimana bisa terjadi resiko penetrasi
keintrakranial. Pipa naso jejunal dapat digunakan jikaterjadi kelainan
pengosongan lambung yang menetapdengan pemberian obat prokinetik atau
pada pankreatitis.Alternatif lain untuk akses nutrisi enteral jangka
panjangadalah dengan gastrostomi dan jejunum perkutaneus.Larutan nutrisi
enteral yang tersedia dipasaran memilikikomposisi yang bervariasi. Nutrisi
polimer mengandung protein utuh (berasal dari whey, daging, isolat kedelaidan
kasein), karbohidrat dalam bentuk oligosakarida atau polisakarida. Formula
demikian memerlukan enzim pan-kreas saat absorbsinya. Nutrisi elemental
dengan sumber nitrogen (asam amino maupun peptida) tidaklah men-
guntungkan bila digunakan secara rutin, namun dapatmembantu bila absorbsi
usus halus terganggu, contohnya pada insufisiensi pankreas atau setelah
kelaparan dalam jangka panjang. Lipid biasanya berasal dari minyak nabati
yang mengandung banyak trigliserida rantai panjang, tapi juga berisi
trigliserida rantai sedang yanglebih mudah diserap. Proporsi kalori dari non
proteinseperti karbohidrat biasanya dua pertiga dari totalkebutuhan kalori.
Serat diberikan untuk menurunkaninsiden diare. Serat dimetabolisme oleh
bakteri menjadiasam lemak rantai pendek, yang digunakan oleh koloniuntuk
pengambilan air dan elektrolit. Elektrolit, vita-min dan trace mineral
ditambahkan sampai volume yangmengandung 2000 kkal. Nutrisi enteral
adalah faktor resiko independen pneumonia nosokomial yang berhubungan
dengan ventilasi mekanik. Cara pemberiansedini mungkin dan benar nutrisi
enteral akanmenurunkan kejadian pneumonia, sebab bila nutrisienteral yang
diberikan secara dini akan membantumemelihara epitel pencernaan, mencegah
translokasikuman, mencegah peningkatan distensi gaster, kolonisasikuman,
dan regurgitasi. Posisi pasien setengah duduk dapat mengurangi resiko
regurgitasi aspirasi. Diare sering terjadi pada pasien di ICU yang mendapat
nutrisienteral, penyebabnya multifaktorial, termasuk terapiantibiotik, infeksi
Clostridium difficile, impaksi feses,dan efek tidak spesifik akibat penyakit
kritis. Komplikasimetabolik paling sering berupa abnormalitas elektrolitdan
hiperglikemia.
Keuntungan Kerugian
2. Nutrisi Parenteral
Keuntungan Kerugian
Nutrisi enteral dapat diberikan, namun ada beberapa bukti bahwa pemberian
nutrisi enteral dapatmeningkatkan keparahan penyakit. Nutrisi parenteral pada
pankreatitis akut berguna sebagai tambahan pada pemeliharaan nutrisi.
Mortalitas dilaporkan menurunseiring dengan peningkatan status nutrisi,
terutama pada pasien-pasien pankreatitis akut derajat sedang dan berat.Pada
pasien dengan penyakit berat pemberian nutrisiisokalorik maupun hiperkalorik
dapat mencegahkatabolisme protein. Oleh karena itu, pemberian
energihipokalorik sebesar 15 20 kkal/kg/hari lebih sesuai pada keadaan
katabolik awal pada pasien-pasien non bedah dengan MOF. Pemberian protein
sebesar 1,2 1,5 g/kg/hari optimal untuk sebagian besar pasien pankreatitis
akut. Pemberian nutrisi peroral dapat mulaidiberikan apabila nyeri sudah
teratasi dan enzim pan-kreas telah kembali normal. Pasien awalnya
diberikandiet karbohidrat dan protein dalam jumlah kecil,kemudian kalorinya
ditingkatkan perlahan dan diberikanlemak dengan hati-hati setelah 3 6 hari.
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Primer
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus
dicek Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.
a. Airway
Apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang
Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah:
terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan
sputum yang hitam.
b. Breathing
Eschar yang melingkari dada dapat menghambat pergerakan dada untuk bernapas,
segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain yang
dapat menghambat pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan
fraktur costae.
c. Circulation
Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema, pada
luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma
yang luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, dapat diberikan dengan
Formula Baxter.
Formula Baxter
a) Total cairan: 4cc x berat badan x luas luka bakar
b) Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama, sisanya dalam 16 jam
berikutnya.
2. Pengkajian sekunder
1. Identitas pasien
Resiko luka bakar setiap umur berbeda: anak dibawah 2 tahun dan diatas
60 tahun mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2 tahun lebih
rentan terkena infeksi. (Doengoes, 2000)
2. Riwayat kesehatan sekarang
a) Sumber kecelakaan
b) Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
c) Gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi
d) Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol, obat-obatan
e) Keadaan fisik disekitar luka bakar
f) Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk rumah sakit
g) Beberapa keadaan lain yang memeperberat luka bakar
3. Riwayat kesehatan dahulu
Penting untuk menentukan apakah pasien ,mempunyai penyakit yang
merubah kemampuan utuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya
pertahanan terhadap infeksi (seperti DM, gagal jantung, sirosis hepatis,
gangguan pernafasan). (Doengoes, 2000)
B. DIAGNOSA
Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for Planning and
Documenting Patient Care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan
sebagai berikut:
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi trakheobronkhial;
oedema mukosa; kompresi jalan nafas
2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema
3. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute
abnormal.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat;
kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatic
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan metabolik
C. INTERVENSI
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi trakheobronkhial;
oedema mukosa; kompresi jalan nafas.
Tujuan : Oksigenasi jaringan adekuat
Kriteria Hasil:
- Tidak ada tanda-tanda sianosis
Intervensi :
Intervensi :
1. Kaji sejauh mana kurangnya nutrisi
2. Lakukan penimbangan berat badan klien setiap hari (bila mungkin)
3. Pertahankan keseimbangan intake dan output
4. Jelaskan kepada klien tentang pentingnya nutrisi sebagai penghasil
kalori yang sangat dibutuhkan tubuh dalam kondisi luka bakar
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian nutrisi parenteral
6. Kolaborsi dengan tim ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang adekuat
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan dari uraian diatas maka dapat kita simpulkan bahwa pada
pasien luka bakar cenderung lebih kurangnya nutrisi yang diakibat oleh luka
bakar, seperti :
DAFTAR PUSTAKA
AKADEMIA.EDU.NUTRISI_pada_penderita_sakit_kritis.pdf.www.akademia.
edu
ELSAHERLINDANRS. /2015/11/asuhan-keperawatan-gawat-darurat-
luka.html.www.elsaherlindanrs..co.id
HESA-ANDESSA./2010/03/askep-luka-bakar-combustio.html.www.hesa-
andessa.co.id