Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian antropometri berasal dari anthropos dan metros,


anthropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi anthropometri adalah
ukuran dari tubuh, pengertian ini bersifat sangat umum sekali. atau biasa
dikatakan anthropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh
manusia. Ditinjau dari sudut pandang Gizi maka antropometri gizi berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi berbagai
tingkat umur dan dan tingkat gizi( Supariasa, dkk, 2001) Dalam bidang ilmu gizi
digunakan untuk menilai status gizi, ukuran yang sering digunakan adalah tinggi
badan dan berat badan. Selain itu ukuran tubuh lainya seperti ukuran lingkar
lengan atas, lapisan lemak bawah kulit, tinggi lutut, lingkar perut, lingkaran
pinggul. Ukuran ukuran anthropometri tersebut bias berdiri sendiri untuk
menentukan status gizi disbanding baku atau indeks dengan membandingkan
dengan ukuran lainya seperti BB/U, BB/TB dan PB/U ( Sandjaja dkk, 2010).
Aplikasi antropometri sebagai metode bioantropologi ke dalam
kedokteran manjadi bermakna apabila disertai latar belakang teori yang adekuat
tentang pertumbuhan. Berdasarkan tujuan penelitian pengukuran antropometri,
setidak-tidaknya ada lima hal penting yang mewakili tujuan pengukuran yaitu
mengetahui kekern otot, kekekaran tualng, ukuran tubuh secara umum, panjang
tungkai dan lengan, serta kandungan lemak tubuh di ekstremitas dan di torso.
Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam
bentuk indeks, misalnya berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan
menurut umur (TB/U) atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar
lengan atas menurut umur (LLA/U) dan sebagainya (Barasi, 2008).
Karena antropometri sebagai indikator penilaian status gizi yang
paling mudah yang dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter,
antara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala,
lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit. Oleh karena itu,
untuk mengetahui status gizi seseorang, maka dilakukan pengukuran
antropometri ini
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui tentang pengukuran komposisi Tubuh (lingkar tubuh)
dalam hal ini menggunakan LILA, LIKA, Lingkar dada dan Lingkar Perut dalam
penentuan status gizi serta untuk mengetahui rasio Lingkar pinggang panggul
(WHR) dan rasio lingkar perut
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 METODE DAN PROSEDUR


Metode pengukuran antropometri digunakan untuk menilai komposisi
tubuh berdasarkan model bahwa total massa tubuh yang terdiri dari dua
komponen yaitu lemak dan massa bebas lemak , disebut juga massa sel
tubuh. Pengukuran antropometri secara tidak langsung dapat mengukur
jumlah dan proporsi lemak tubuh dan massa bebas lemak untuk dijadikan
indikator status gizi (Gibson, 2005). Komposisi tubuh dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain umur, jenis kelamin, aktivitas dan asupan nutrisi
(Dierkes, 1993). Pengukuran antropometri dan distribusi lemak tubuh
bergantung pada umur,etnis, dan persen lemak tubuh, karena itu dalam
menganalisis distribusi lemak tubuh perlu dibandingkan menurut jenis
kelamin dan etnis (Daniels et al., 2000). Pada studi oleh Wang (1994)
menunjukkan perbedaan distribusi lemak tubuh antara etnis Asia dan kulit
putih. Orang Asia memiliki persen lemak tubuh lebih tinggi meskipun ukuran
tubuhnya lebih kecil

2.1.1 Lingkar Lengan Atas (LILA)


Lingkar Lengan atas (LLA) dewasa ini merupakan salah satu pilihan
untuk penentuan status Gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan
alat alat yang sulit dengan harga yang lebih murah. Akan tetapi ada beberapa
hal yang harus mendapatkan perhatian, terutama jika digunakan sebagai
pilihan tunggal untuk indeks status Gizi
1. Baku lingkar lengan atas yang sekarang digunakan belum mendapat
pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia. Hal ini didasarkan
pada hasil – hasil penelitian yang umumnya menunjukkan perbedaan angka
prevalensi KEP yang cukup berarti antar penggunaan LLA disatu pihak
dengan berat badan menurut umur atau berat menurut tinggi badan maupun
indeks indeks tersebut dengan LLA
2. Kesalahan pengukuran pada LLA (pada berbagai tingkat ketrampilan
pengukur) relative lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat
batas antara baku dengan gizi kurang lebih sempit pada LLAdaripada tinggi
badan. Ini berarti kesalahan yang sama besar jauh lebih berarti pada LLA
dibandingkan dengan tinggi badan
3. Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan tertentu
(Prasekolah), tetapi kurang sensitif pada golongan lain terutama orang
dewasa. Tidak demikian halnya dengan berat badan.
Alat yang digunakan merupakan suatu pita pengukur terbuat dari fiberglass
atau jenis kertas tertentu berlapis plastic
Klasifikasi LiLA (Sirajuddin, 2011)
Klasifikasi Batas ukur

Wanita usia subur

KEK < 23,5

Normal ≥ 23,5

Bayi umur 0 – 30 hari


KEP < 9,5
Normal ≥ 9,5
Balita
KEP < 12,5
Normal ≥ 12,5

Cara Mengukur LLA


 Yang diukur adalah pertengahan lengan atas sebelah kiri,
pertengahan ini dihitung jarak dari siku sampai batas lengan
kemudian dibagi dua
 Lengan dalam keadaan tergantung bebas, tidak tertutup kain/pakaian
 Pita dilingkarkan pada pertengahan lengan tersebut sampai cukup
terukur keliling lingkar lengan, tetapi pita jangan terlalu kuat ditarik
atau terlalu longgar

Lingkar lengan atas (LLA) pada wanita Usia subur


Menurut Depkes RI (1994) pengukuran LLA pada kelompok wanita
usia subur (WUS) adalah salah satu cara deteksi dini yang mudah dan dapat
dilaksanakan oleh masyarakat awam. Untuk mengetahui kelompok beresiko
kekurangan energy kronis (KEK), wanita usia subur adalah wanita usia 15 –
45 tahun.

Berikut pedoman penggunaan Alat ukur lingkar lengan atas (LLA)


Pengertian LLA adalah suatu cara untuk mengetahui resiko
kekurangan energy protein (KEP) wanita usia subur (WUS). Pengukuran LLA
tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka
pendek. Pengukuran LLA digunakan karena pengukurannya sangat mudah
dan dapat dilakukan oleh siapa saja
Ambang batas
Tabel Klasifikasi Resiko KEK menurut pengukuran LILA WUS
Nilai (Cm) Ambang Batas
< 23,5 Resiko
≥ 23,5 Tidak Resiko
Sumber : Supariasa, 2002, p.50
Cara mengukur LLA
Ada 7 urutan pengukuran LLA yaitu :
1). Tetapkan posisi bahu dan siku
2). Letakkan pita antara bahu dan siku
3). Tentukan titik tengah lengan
4). Lingkarkan pita LLA pada tengah lengan
5). Pita jangan terlalu ketat
6). Pita jangan terlalu longgar
7). Cara pembacaan skala yang benar
Gambar….
Tindak Lanjut Pengukuran LILA
Penggunaan LILA sebagai indikator status gizi lebih
mudah dipakai dibandingkan dengan metode antropometri lainnya sehingga untuk
memprediksi hasil kehamilan, beberapa penelitian merekomendasikan LILA sebagai
alat screening pada ibu hamil. LILA relatif stabil selama masa hamil sehingga
pengukuran LILA dianjurkan satu kali pada saat pertama kali diukur atau pada bulan
pertama kehamilan. Hasil pengukuran LILA ada dua kemungkinan yaitu kurang dari
23,5 cm dan diatas atau sama dengan 23,5 cm. Apabila
hasil pengukuran <23,5 cm berarti risiko KEK dan ibu diberi anjuran antara lain:
1. Makan cukup, dengan pedoman umum gizi seimbang
2. Hidup sehat
3. Tunda kehamilan
Bila hamil segera dirujuk sedini mungkin diberi penyuluhan dan
melaksanakan anjuran
Apabila LILA ≥23,5 cm berarti tidak beresiko KEK dan
ibu diberi anjuran, antara lain:
1. Pertahankan kondisi kesehatan
2. Hidup sehat
3. Bila hamil periksa kehamilan kepada petugas kesehatan.

Indeks Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U) pada anak usia ½ - 5 Tahun dan 6
– 17 tahun
Cara ini dapat digunakan untuk mengetahui status gizi anak usia ½ - 5 tahun dan
anak usia 6 – 17 tahun, tanpa membedakan jenis kelamin. Adapun cara penilaianya
adalah dengan menghitung persentase capaian LLa standar berdasarkan usia
dengan mempergunakan tabel berikut :
Umur Lingkar lengan atas (cm)
Tahun Bulan 100% (standar) 85% 70%
0 6-8 14,75 12,50 10,50
9-11 13,50 13,25 11,00
1 0 16,00 13.50 11.25
2 0 16.25 13.75 11.50
3 0 16.50 14.00 11.60
4 0 16.75 14.25 11.75
5 0 17.00 14.50 12.00
6 0 17.25 14.75 12.25
7 0 17.75 15.00 12.50
8 0 18.50 15.50 13.00
9 0 19.00 16.00 13.25
10 0 19.75 16.75 13.75
11 0 20.50 17.50 14.50
12 0 21.25 18.00 15.00
13 0 22.25 19.00 15.50
14 0 23.25 20.00 16.25
Sumber : winarno (1990: 298)

Tabel penilaian status gizi berdasar LLA/U


% Standar Status Gizi
> 85% Baik
71 % - 85% kurang
≤70% Buruk
Contoh : seorang anak berusia 10 tahun memiliki lingkar lengan atas (LLA) 17,5 cm.
LLA tersebut mencapai 88,6%. Standar berdasarkan usia 10 tahun ( cara
menghitung 17.5/19.75 x 100% = 88,6% LLA standar) berarti anak tersebut memiliki
status gizi baik
Kelebihan indeks LLa/U bias dicermati dibawah ini
 Indicator yang baik untuk menilai KEP berat
 Alat ukur murah dan dapat dibuat sendiri
 Alat dapat diberi kode warna untuk menentukan tingkat keadaan gizi
sehingga dapat digunakan oleh orang yang tidak dapat membaca dan
menulis
Sementara itu kekurangan indeks LLA/U adalah seperti berikut
 Hanya dapat mengidentifikasi anak dengan KEP berat
 Sulit menentukan ambang batas
 Sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak terutama anak usia
2 sampai 5 tahun yang pertumbuhannya tidak tampak nyata
Indeks lengan atas menurut tinggi badan (LLA/TB) pada anak usia 1 – 10 tahun
Cara ini dapat digunakan untuk mengetahui status gizi anak usia 1 – 10 tahun, tidak
dibedakan menurut jenis kelamin. Adapun cara penilaianya adalah dengan
menghitung persentase capaian LLA standar berdasarkan tinggi badan dengan
menggunakan table berikut ini

Tabel lingkar lengan menurut tinggi badan (LLA/TB) umur 1-10 tahun

Tinggi Lingkar lengan atas Tinggi Lingkar Lengan atas (cm)


(cm) 85% 80% 75% (cm) 85% 80% 75%
66 13.0 12.25 101
67 102
68 103 13.50
69 104
70 13.25 12.50 105
71 106
73 13.50 12.75 108
74 109
75 110 14.75 13.00
76 111
77 112 14.00
78 13.75 113
79 114 15.00 13.25
80 115 14.25
81 116 15.25
82 13.00 117 13.50
83 118 15.50 14.50
84 119
85 120 15.75 14.75 13.75
86 121
87 122 16.00 15.00 14.00
88 123
89 124 16.25 15.25 14.25
90 125
91 126 16.50 15.50 14.50
92 14.00 127
93 128 16.75 15.75 14.75
94 129
95 130 17.00 16.00 15.00
96 13.25 131
97 132 17.27 16.25 15.25
98 133
99 134 17.50 16.50 15.50
100 14.25 135
Sumber: winarno (1990-198)

Tabel penilaian status Gizi berdasar LLA/TB


5 Standart Status Gizi
>85% Baik
76% - 85% Kurang
≤ 75% Buruk
Contoh: seorang anak memiliki lingkar lengan atas (LLA) 15,5 cm dan tinggi
badannya 130 cm. dengan demikian anak tersebut memiliki status gizi kurang.
Sementara ittu anak lainya memiliki lingkar lengan atas (LLA) 16,0 cm dan tinggi
badannya 120 cm shingga bias dikatakan bahwa anak tersebut memiliki status gizi
baik
Indeks LLA/TB memiliki kelebihan seperti berikut :
 Alat ukur murah dan dapat dibuat sendiri
 Alat diberi kode warna untuk menentukan tingkat keadaan gizi
sehingga oleh orang dapat digunakan oleh orang yang tidak dapat
membaca dan menulis
 Tidak memerlukan data umur
Adapun kekurangan indeks LLA/TB adalah berikut
 Sulit menentukan ambang batas
 Sulit digunakan untuk melihat pertumubhan anak terutama anak usia
2 sampai 5 tahun yang perubahannya tidak tampak nyata
 Tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek,
sedang atau tinggi menurut usianya
 Dalam praktik pengukuran tinggi badan pada balita cukup sulit
dilakukan
 Memerlukan 2 macam alat ukur
 Pengukuran memerlukan waktu lebih lama
 Memerlukan 2 orang untu pengukuran
(Joko Pekik Irianto, Drs, M. Kes, Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan
Olahragawan, 2007

2.1.2 Lingkar bagian Tubuh

Lingkar Pingang, Titik bagian pertengahan antara batas bawah tulang


rusuk dan krista iliaka yang diambil pada akhir ekspirasi, mencerminkan
adipositas visceral, dan peka terhadap perubahan berat badan, berdasarkan
lingkar pinggang. Telah didefinisikan istilah “ Level tindakan (action Level)
yang berkaitan dengan resiko terhadap kesehatan (Mary E. Barasi, 2009)
Lingkar pinggang adalah ukuran antropometri yang dapat digunakan
untuk menentukan obesitas sentral, dan kriteria untuk Asia Pasifik yaitu ≥ 90
cm untuk pria, dan ≥ 80 cm untuk wanita. Lingkar pinggang dikatakan sebagai
indeks yang berguna untuk menentukan obesitas sentral dan komplikasi
metabolik yang terkait. Lingkar pinggang berkorelasi kuat dengan obesitas
sentral dan risiko kardiovaskular. Lingkar pinggang terbukti dapat mendeteksi
obesitas sentral dan sindroma metabolik dengan ketepatan yang cukup tinggi
dibandingkan indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar panggul. Bila lingkar
pinggang dan kadar trigliserida untuk mendeteksi sindroma metabolik,
ditemukan lingkar pinggang ≥ 90 cm dikombinasikan dengan kadar trigliserida
plasma puasa >150 mg/dl dapat mendeteksi penderita sindroma metabolik.
Hal ini membuktikan bahwa pemeriksaan lingkar pinggang dapat digunakan
sebagai pemeriksaan uji saring yang mudah, murah dan berguna untuk
mendeteksi sindroma metabolic (Karina, 2010)
Meningkatnya angka obesitas di beberapa kota di Indonesia tentu
memiliki konsekuensi serius terhadap pembangunan bangsa Indonesia,
khususnya di bidang kesehatan. Menurut WHO (2000),2 dampak obesitas erat
hubungannya dengan risiko beberapa penyakit kronis, seperti penyakit
kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah seperti hipertensi) dan
diabetes, serta akan menjadi faktor risiko penyakit jantung koroner (PJK) dan
stroke iskemik. Terdapat dua jenis obesitas, yakni obesitas umum dan
obesitas abdominal/sentral. Obesitas umum dapat diukur dengan
menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT), sedangkan obesitas sentral dapat
diukur dengan ukuran lingkar perut (LP). Nilai IMT diperoleh dengan cara
membagi berat badan (dalam satuan kg) dengan kuadrat dari tinggi badan
(dalam meter) atau BB/TB2, sedangkan nilai LP diperoleh dari hasil
pengukuran LP (dalam satuan cm).
WHR adalah suatu metode sederhana untuk mengetahui obesitas
sentral pada orang dewasa dengan mengukur distribusi jaringan lemak pada
tubuh terutama bagian pinggang dengan menmbandingkan antara ukuran
lingkar pinggang disbanding dengan lingkar perut. Obesitas sentral dianggap
sebagai faktor risiko yang erat kaitannya dengan beberapa penyakit
degeneratif (Sandjaja, 2010).
Rumus Waist to Hip Ratio (WHR) (Sirajuddin, 2011)
Lingkar Pinggang (LPi)
WHR = 𝐿𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟 𝑃𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑙 (𝐿𝑃𝑎)
Klasifikasi Waist to Hip Ratio (WHR) (Sirajuddin, 2011)

Jenis Kelompok Resiko

kelamin umur (thn) Low Moderate High Very high

Laki-laki 20 – 29 < 0.83 0.83 - 0.88 0.89 – 0.94 > 0.94

30 – 39 < 0.84 0.84 – 0.91 0.92 – 0.96 > 0.96


40 – 49 < 0.88 0.89 – 0.95 0.96 – 1.00 > 1.00

Perempuan 20 – 29 < 0.71 0.71 – 0.77 0.77 – 0.82 > 0.82

30 – 39 < 0.72 0.73 – 0.78 0.79 – 0.84 > 0.84


40 – 49 < 0.73 0.74 – 0.79 0.80 – 0.87 > 0.87

Pengukuran lingkar perut (Waist Circumference) kini menjadi metode


paling popular kedua (seudah IMT) untuk menetukan status gizi. Cara
pengukuran lingkar perut ini dapat membedakan obesitas menjadi jenis
abdominal (obesitas tipe android) dan perifer (obesitas tipe ginoid). Pasien
dengan obesitas obdominal yang merupakan factor risiko untuk berbagai
penyakit metabolic, vaskuler, dan generatif memiliki lingkaran perut yang lebih
besar dari normal. Untuk diagnosis obesitas abdominal, lingkaran perut bagi
wanita Asia adalah ≥ 80 cm dan bagi pria Asia adalah ≥ 90 cm (Hartono, 2006)
Cara Pengukuran
Penentuan Rasio Lingkar Pinggang dan Lingkar Panggul (WHR)
Lingkar Pinggang
 Subjek menggunkan pakaian yang longgar (tidak menekan ) sehingga
alat ukur dapat diletakkan dengan sempurna, sebaiknya pita pengukur
tidak berada diatas pakaian yang digunakan
 Subjek/yang diukur berdiri tegak dalam keadaan relaks
 Diukur menghadap ke subjek dan diletakkan alat ukur melingkar
pinggang secara horizontal dimana bagian yang paling kecil dari
tubuh. Seorang pembantu diperlukan untuk meletakkan alat ukur
dengan tepat. Bagi mereka yang gemuk, dmn sukar ditentukan bagian
paling kecil, daerah yang harus diukur adalah anatara dan tonjolan
iliaka.
 Dilakukan pengukuran diakhiri dari ekspresi yang normal, alat ukur
tidak menekan kulit
 Dibaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm
terdekat
Lingkar Panggul
 Orang yang diukur mengenakan pakaian yang tidak terlalu menekan
 Orang yang diukur berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada
kedua sisi tubuh dan kaki rapat
 Pengukur jongkok disamping yang diukur sehingga tingkat maksimal
dari panggul terlihat
 Dilingkarkan alat ukur secara horizontal tanpa menekan kulit, seorang
pembantu diperlukan untuk mengatur posisi alat ukur pada sisi
lainynnya
 Dibaca dengan teliti pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat
Gambar

Lingkar Perut
 Untuk Pengukuran ini responden diminta dengan cara yang sopan
untuk membuka baju bagian atas dan raba tulang rusuk terakhir
responden untuk ditetapkan titik pengukuran
 Ditetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah
 Ditetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul
 Ditetapkan titik tengah diantara tulang rusuk terakhir titik ujung
lengkung tulang pangkal paha/panggul dan tandai titik tengah tersebut
dengan alat tulis
 Diminta responden untuk berdiri tegak dan bernafas dengan normal
(ekspirasi normal
 Dilakukan pengukuran lingkar perut dimulai/diambil dari titik tengah
kemudian secara sejajajr horizontal melingkari pinggang dan perut
kembali nmenuju titik tengah awal pengukuran
 Apabila responden mempunyai perut yang gendut kebawah,
pengukuran mengambil bagian yang paling buncit terakhir pada titik
tengah tersebut
(Kahar 2013)

Metode sagittal
Sagital abdominal diameter (diameter sagital perut/tinggi perut) yang
diukur dalam posisi baring dengan lutut dibengkokkan seperti pada
Diukur dengan kaliper pada garis tulang pinggul (iliac crest). Patokan
yang dipakai adalah 25 cm. Orang yang memiliki tinggi perut lebih atau sama
dengan 25 c terbukti memiliki korelasi yang tinggi dengan resistensi insulin
yang telah dibuktikan menjadi faktor prediksi utama terjadinya diabetes di
masa yang akan datang. Hanya saja sampel pada penelitian ini semuanya
orang kulit putih berjenis kelamin pria sehingga aplikasinya hanya pada pria
saja. Aplikasi pada orang indonesia juga masih butuh konfirmasi untuk
menentukan patokan yang sesuai. Aminuddin Blog, 2010

2.1.3 Lingkar Kepala


Pengertian
Lingkar Kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak
secara praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan pathologi dari
besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala. Contoh yang serring
digunakan adalah kepala besar (hidrosefalus) dan Kepala Kecil (mikrosefalus)
Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang
tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama. Akan
tepai besar lingkar kepala tidak mengambarkan keadaan kesehatan dan gizi.
Bagaimanapun juga ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak
dapat bervariasi sesuai keadaan gizi
Dalam antropometri gizi rasio lingkar kepla dan lingkar dada cukup
berarti dan membetukan KEP pada anak, lingkar kepala dapat juga digunakan
sebagai informasi tambahan dalam pengukuran umur (Gizi Reproduksi,
Waryana, SKM., M. Kes, 2010)
Sebagian dokter dan orang tua kadang kurang memperhatikan ukuran
lingkar kepala bayi saat melakukan pemeriksaan rutin di praktek. Selama ini
yang sering menjadi fokus utama adalah pertumbuhan berat badan, tinggi
badan, pemberian susu, makan dan kondisi penyakit anak. Pertumbuhan
lingkar kepala dan pemantauan ubun-ubun sering diabaikan. Padahal, hal itu
sangat penting untuk mendeteksi sejak dini gangguan perkembangan otak
dan gangguan lainnya. Bila terlambat dalam mendeteksinya maka daat
memperberat kelaianan yang sudah ada. Mengukur lingkar kepala adalah hal
yang penting, karena bisa melihat pertumbuhan otaknya setiap bulan. Bila
melakukan secara rutin ukuran lingkar kepala maka sekaligus mengevaluasi
volume otak. Kalau ukuran lingkar kepala si bayi tak pernah dipantau, maka
tak akan pernah tahu apakah ukurannya normal atau tidak.
Meski ukuran kepala tak ada pengaruhnya dengan kecerdasan bayi
tetapi ukuran lingkar kepala berkaitan dengan volume otak. Volume normal
otak bayi baru lahir adalah 350 gram. Bila diameter kepala bayi sekitar 30 cm,
maka volume otaknya bisa kurang dari itu. Tetapi bukan berarti bila volumenya
banyak anak jadi cerdas. Begitu juga perbedaan bentuk kepala, tak ada kaitan
sama sekali denga kecerdasan dan volume otak.
Perkembangan Normal ukuran lingkar kepala bayi
 Pada bayi baru lahir (0 bulan) : ukuran lingkar kepala normal adalah 34 –
35 cm.
 Pada bayi usia 0 – 3 bulan : akan terjadi penambahan ukuran lingkar
kepala sebesar 2 cm per bulannya
 Pada bayi usia 4 – 6 bulan : akan bertambah 1 cm per bulannya
 Pada bayi usia 6 – 12 bulan : ukuran lingkar kepala akan bertambah 0,5
cm per bulan
 Pada bayi usia 12 – 24 bulan (1 – 2 tahun) : ukuran lingkar kepala akan
bertambah 2 cm per tahun

Gangguan ukuran kepala dikatakan tidak normal bila besar lukuran


lingkar kepala bayi kurang atau lebih dari 2 Standard Deviasi sesuai usia
menurut skala Nelhaus. Jika ukuran lingkar kepala bayi lebih kecil dengan
perbedaan sebesar 2 standar deviasi dari ukuran normal, maka disebut
kelainan mikrosefali. Namun, bila ukuran lingkaran kepala si bayi lebih besar
daripada ukuran normalnya, disebut makrosefali
https://jurnalpediatri.com/2014/04/03/pertumbuhan-normal-ukuran-lingkar-
kepala-bayi/

Alat dan Teknik pengukuran


Alat yang digunakan terbuat dari serat kaca (fiberglass) dengan lebar kurang
dari 1 cm. fleksibel, tidak mudah patah. Pengukuran sebaiknya dibuat
mendekati 1 desimal. Caranya dengan melingkarkan pita pada kepala
Masalah yang sering dijumpai adalah mengenai standar of reference. Tulang
tengkorak atau lingkar kepala sedikit banyak dipengaruhi oleh suku bangsa
dan genetic. Juga dipengaruhi oleh kebudayaanm, seperti orang amerika
utara, dimana kepala anak agak besar karena menderita penyakit tulang (Gizi
Reproduksi, Waryana, SKM., M. Kes, 2010)
Gambar

Grafik ukuran lingkar kepala untuk anak laki laki dan perempuan

REKOMENDASI IDAI Pemantauan Ukuran Lingkar Kepala dan Ubun-Ubun


Besar No.: 003/Rek/PP IDAI/I/2014

Pengukuran lingkar kepala dan ubun-ubun besar perlu dilakukan


untuk menilai pertumbuhan dan ukuran otak anak.
Pemantauan lingkar kepala
1. Lingkar kepala anak diukur dengan menggunakan grafik lingkar
kepala Nelhaus (1968).
2. Grafik bayi laki-laki cukup bulan dimulai dengan ukuran 32-38 cm,
sedangkan grafik bayi perempuan cukup bulan dimulai dari ukuran 31-37
cm.
3. Lingkar kepala di bawah -2 SD disebut mikrosefali dan bila ukurannya
di atas +2 SD disebut makrosefali.
4. Lingkar kepala diukur setiap bulan pada tahun pertama, setiap 3 bulan
pada tahun ke dua, dan setiap 6 bulan pada usia 3 sampai 5 tahun.

Pemantuan ubun-ubun besar


1. Pengukuran ubun-ubun besar (fontanel anterior) juga memegang
peranan penting.
2. Ukuran ubun-ubun besar normal pada bayi baru lahir cukup bulan
adalah 2 cm x 2 cm, dengan permukaan agak cekung.
3. Ukuran ubun-ubun besar ini dapat membesar dalam 3 bulan
pertama, kemudian akan mengecil dan menutup dengan
bertambahnya umur bayi.
4. Ukuran ubun-ubun besar yang sangat kecil atau lebih besar dari 4
cm harus dicurigai adanya gangguan perkembangan jaringan otak
selama kehamilan.
5. Ubun-ubun besar bayi normal umumnya telah menutup pada usia
19 bulan

2.1.4 Lingkar Dada


Pengukuran Lingkar Dada (LIDA) bayi segera setelah dilahirkan dapat
dipakai sebagai penggamti penimbangan berat lahir untuk deteksi dini BBLR.
Pengukuran lingkar dada sederhana, murah dan efektif. Dengan deteksi BBLR
dan intervensi segera akan menjamin kelangsungan hidup bayi.
Bagaimana Mengukur Lingkar Dada Pada Bayi

Alat Ukur
 Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pita pengukur lingkar
dada yang ditandai dengan angka dalam satuan sentimeter (cm),
dengan ketelitian 0,1 cm dan warna merah, kuning dan hijau.
 Disepanjang pita ditengahnya terdapat garis mendatar disertai ukuran
dikiri dan kanannya.
Cara Mengukur
a. Letakkan pita lida ditempat yang rata, marka menghadap kebawah
b. Setelah bayi dibersihkan dari darah dan lendir, baringkan bayi
ditengah-tengah pita. Upayakan bayi dalam keadaan tenang.
c. Yakinkan bahwa garis mendatar disepanjang tengah pita jatuh dikedua
putting susu bayi.
d. Lingkarkan ujung pita dan selipkan kedalam celah yang ada, sampai
pita melingkari tubuh bayi dengan lembut dan rata disepanjang garis
puting susu.
e. Baca dan catat ukuran LIDA pada pita (pada tanda panah) sampai
milimeter terdekat (misalnya 27,5 cm).
Batas Ambang
 BBLR
- Warna Merah : < 27,0 cm
- Warna Kuning : 27,0 – 29,4 cm
 Bayi Berat Lahir Normal
- Warna Hijau : ³ 29,5 cm
Lingkar dada pada anak
Biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2 – 3 tahun, karena resiko
lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umr 6 bulan. Setelah umur ini tulang
tengkorak tumbuh secara lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat. Umur antara 6
bulan dan 5 tahun, rasio lingkar kepala dan dada adalah kurang dari 1, hal ini
dikarenakan akibat kegagalan perkembangan dan pertumbuhan atau kelemahan otot
dan lemak pada dinding dada. Ini dapat digunakan sebagai indicator dalam
menentukan KEp pada anak balita
Alat dan teknik pengukuran
Alat yang digunakan adalah pita kecil tidak mudah patah dan biasanya
terbuat dari serat kaca (fiberglass). Pengukuran dilakukan pada garis putting susu.
Masalah yang sering dijumpai adalah mengenai akurasi pengukuran atau
pembacaan , karena pernafasan anak yang tidak teratur. Pengukuran sebaiknya
mendekati 1 desimal
Gambar Cara Pengukuran Lingkar dada
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan
Adapun Keuntungan menggunakan pengukuran LLA, Lingkar Kepala, Lingkar
dada dan lingkar Perut adalah sebagai berikut

 Alat ukur murah dan dapat dibuat sendiri


 Alat dapat diberi kode warna untuk menentukan tingkat keadaan gizi
sehingga dapat digunakan oleh orang yang tidak dapat membaca dan
menulis
 Menurut Depkes RI (1994) pengukuran LLA pada kelompok wanita
usia subur (WUS) adalah salah satu cara deteksi dini yang mudah
dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam. Untuk mengetahui
kelompok beresiko kekurangan energy kronis (KEK), wanita usia
subur adalah wanita usia 15 – 45 tahun
 Dalam antropometri gizi rasio lingkar kepla dan lingkar dada cukup
berarti dan membetukan KEP pada anak, lingkar kepala dapat juga
digunakan sebagai informasi tambahan dalam pengukuran umur
 Lingkar pinggang terbukti dapat mendeteksi obesitas sentral dan
sindroma metabolik dengan ketepatan yang cukup tinggi
Adapun Kekuranganya Pengukuran dengan menggunakan LLA adalah :
 Baku lingkar lengan atas yang sekarang digunakan belum mendapat
pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia. Hal ini
didasarkan pada hasil – hasil penelitian yang umumnya menunjukkan
perbedaan angka prevalensi KEP yang cukup berarti antar
penggunaan LLA disatu pihak dengan berat badan menurut umur atau
berat menurut tinggi badan maupun indeks indeks tersebut dengan
LLA
 Kesalahan pengukuran pada LLA, Lingkar Kepala, Lingkar Dada atau
Lingkat Pinggang/Perut (pada berbagai tingkat ketrampilan pengukur)
relative lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat
batas antara baku dengan gizi kurang lebih sempit pada LLAdaripada
tinggi badan. Ini berarti kesalahan yang sama besar jauh lebih berarti
pada LLA dibandingkan dengan tinggi badan
 Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan tertentu
(Prasekolah), tetapi kurang sensitif pada golongan lain terutama orang
dewasa
 Sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak terutama anak usia
2 sampai 5 tahun yang pertumbuhannya tidak tampak nyata
 Pengkuran lingkar Kepala masih ada masalah yang sering dijumpai
adalah mengenai standar of reference

2.1.5 Kesalahan Pengukuran (error) dan Cara Meminimalisir


Kesalahan Pengukuran Cara Meminimalisir
1. Alat Yang Tidak divalidasi 1. Alat divalidasi dulu sebelum
2. Dibutuhkan banyak alat ukur digunakan
yang sesuai dengan kriteria 2. Dipersipkan secara tepat alat
pengukuran ukur sesuai dengan
3. Tidak bias dilakukan pengukuran kebutuhan
secara sendirian, karena bias 3. Dipersiapkan pembantu
salah dalam pengukuran pengukur untuk lebih tepat
4. Untuk pengkuran lingkar perut, dalam pengukuran
lingkar tidak biasa dilakukan 4. Disediakan pengukur sesuai
sembarangan (membuka Baju) gender
5. Pencatatan dan pelaporan 5. Pencatat dan pelapor
ditugaskan secara terpisah
dengan pengukur
DAFTAR PUSTAKA

Supariasa D,N, Bakhri, B. Fajar,I. 2001 (Penilaian Status Gizi) Jakarta EGC, cetakan
2013
Mary E barasi, BA, BSc, MSc, RNutr 2007. Hermin Halim, S.Si, M. Nutr. Diet., Apt,
translation copyright 2009 by Erlangga
Gibson, Rosalind S. 2005. Principles Nutritional Assesment. Oxford: University Press

Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta : EGC
Sandjaja, dkk. 2010. Kamus Gizi. Jakarta: Kompas

Sirajuddin, Saifuddin. 2011. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara


Biokimia dan Antropometri. Makassar: Universitas Hasanuddin

https://lifestyle.kompas.com/read/2012/03/30/1429119/Cara.Ukur.Lingkar.Pinggang
https://aminuddin01.wordpress.com/tag/lingkar-perut/
http://kahar141.blogspot.com/2013/06/antropometri-gizi.html
http://3.bp.blogspot.com/_ZA4ETKVHrho/TVC0sSNs9dI/AAAAAAAAACw/6rxynrkzH
hQ/s1600/Gambar+2.jp
http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/Rekomendasi-
Pengukuran-Lingkar-Kepala-dan-Ubun-Ubun-Besar.pdf
http://rahmaniestblog.blogspot.com/2011/10/teori-berat-bayi-lahir-rendah.html
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=420330&val=7056&title=LINGKA
R%20BETIS,%20SATU%20PENGUKURAN%20ANTROPOMETRI%20SEDERHAN
A%20PENGGANTI%20BERAT%20LAHIR

Anda mungkin juga menyukai