ISSN 2277-8616
1endahuluan
P WHO lembaga penelitian kesehatan dunia melakukan review dari beberapa negara di dunia dan mendapatkan
persentase kejadian gastritis di dunia, termasuk Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Prancis
29,5%. Di dunia, kejadian gastritis sekitar 1,8 hingga 2,1 juta penduduk setiap tahun. Insiden gastritis di Asia
Tenggara sekitar 583 635 dari populasi setiap tahun. Prevalensi gastritis dikonfirmasi oleh endoskopi dalam populasi
di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substansial lebih tinggi daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan
tanpa gejala. (Www.angkakejadiangastritis.com) Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan dengan
dua masalah, di satu sisi, penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang belum ditangani, di
sisi lain telah terjadi peningkatan kasus penyakit yang tidak menular (PTM) yang sebagian besar disebabkan oleh
gaya hidup akibat urbanisasi, modernisasi dan globalisasi (Depkes, 2007) Gastritis merupakan salah satu masalah
kesehatan saluran cerna yang paling sering terjadi. Sekitar 10% orang yang datang ke ruang gawat darurat pada
pemeriksaan fisik menemukan kelembutan di wilayah epigastrium. Ini menyebabkan para dokter untuk diagnosis
gastritis, yang diperlukan untuk memastikan penyelidikan lain seperti Endoscopi. Gastritis adalah peradangan pada
gangguan jaringan lapisan lambung yang paling sering disebabkan oleh pola makan seperti makan terlalu banyak,
terlalu cepat, terlalu banyak bumbu. Gastritis biasanya dianggap sebagai hal yang sepele, tetapi gastritis adalah awal
dari penyakit yang dapat mengganggu kita. Persentase kejadian gastritis di Indonesia, menurut WHO adalah 40,8%.
Insiden gastritis di beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa
(Kurnia, 2011). Insiden gastrtitis di Indonesia cukup tinggi. Hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh
Departemen Kesehatan RI (2007), kejadian gastritis di beberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 91,6%,
yaitu di kota Medan, diikuti oleh Jakarta 50%, 46% Denpasar, Bandung 35, 3%, Palembang 32,5%, 31,7% Aceh,
Surabaya 31,2%, dan 31,2% Pontianak. Ini adalah
6 IJSTR © 2017 www.ijstr.org yang
disebabkan oleh diet yang tidak sehat. Tingginya insiden gastritis dapat dilihat juga di provinsi Jawa Barat.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2008 kejadian gastritis
adalah 24 per seribu kelahiran hidup. Ini terjadi karena pola makan yang tidak teratur sehingga perut menjadi sensitif
ketika asam lambung meningkat (Nuraidah, 2012). Insiden gastritis di Kabupaten Cianjur tahun 2015 3.320 orang
tersebar di seluruh wilayah di Cianjur. (Www.angkakejadiangastritis.com, / senin10 / 02/2016). Berdasarkan data
yang diperoleh dari catatan medis dari penyakit di Puskesmas DTP Sindangbarang Gastritis, gastritis peringkat dua
dari sepuluh penyakit paling umum secara bulanan. Dari studi pendahuluan menunjukkan bahwa sebagian besar
pasien memiliki pengetahuan yang kurang tentang penyakit ini adalah hasil dari indera manusia gastritis.
Pengetahuan, atau hasil untuk mengenal seseorang pada objek tertentu melalui indra, yaitu mata, hidung, telinga,
dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan pasien tentang penanganan gastritis sangat penting karena tidak
hanya untuk memahami penyakit, tetapi untuk membantu menentukan langkah-langkah yang harus diambil guna
mengurangi pasien gastritis di Puskesmas DTP Sindangbarang. penyakit di perut biasanya mengalami mual, nyeri di
perut, nyeri, keledai, kembung, keringat dingin dan wajah menjadi pucat ketika penyakitnya kambuh. Bahkan, banyak
pasien dengan gastritis dapat pingsan, tidak dapat menahan rasa sakit yang disebabkan oleh serangan penyakit.
Gastritis juga dapat menimpa siapa saja dari berbagai kelompok usia, baik pria maupun wanita. Peradangan
lambung yang disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur, ini dapat menyebabkan peningkatan asam lambung
yang mengiritasi lapisan mukosa lambung, akhirnya menyebabkan rasa sakit dan mual (Ainun, 2012). Para peneliti
menyimpulkan bahwa pengetahuan pasien tentang gastritis masih kurang. Dari garis besar bahwa tingkat
pengetahuan dan pemahaman tentang pendidikan seseorang dapat mempengaruhi keinginan untuk menggunakan
sesuatu yang dapat dipengaruhi untuk memilih kebutuhan untuk diperbaiki. Sama juga dalam pencegahan terjadinya
gastritis memerlukan pengetahuan dan pendidikan yang memadai yang baik. Hal ini juga dinyatakan dalam
Notoatmodjo (2010) bahwa pengetahuan domain (kognitif) memiliki 6 level, antara lain untuk mengetahui,
JURNAL INTERNASIONAL ILMIAH & TEKNOLOGI PENELITIAN VOLUME 6, EDISI 02, FEBRUARI 2017 ISSN
2277-8616
memahami, menggunakan, menggambarkan, meringkas dan mengevaluasi. Lain
B. Konsep fitur kunci Tingkat Pendidikan di
tingkat pengetahuan adalah rekoleksi sesuatu yang dipelajari, melalui pengalaman, pengajaran atau
1. Definisi informasi Pendidikan yang diterima
dari orang lain.
Inti pendidikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Interaksi ini
membutuhkan T
HEORETICAL
F
RAMEWORK
tempatdi lingkungan pendidikan. Dalam pendidikan interaksi terjadi interaksi antara pendidik dengan peserta didik. A.
Pengetahuan
Peran pendidik lebih besar, karena posisinya sebagai lebih matang, lebih berpengalaman, lebih banyak kontrol nilai,
lebih 1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari gagasan, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan pada suatu objek tertentu. Sensing terjadi melalui indra manusia indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan sentuhan. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau domain kognitif adalah domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over
behavior), (Notoatmodjo, 2012).
menguasai pengetahuan dan keterampilan. Peran peserta didik lebih sebagai pengaruh penerima, pengikut dan
peserta (Sukmadinata & Syaodih, 2012). Tingkat pendidikan akan berpengaruh dalam memberikan respons terhadap
sesuatu yang berasal dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan tanggapan yang lebih rasional
terhadap informasi yang datang dan pergi untuk memikirkan sejauh mana manfaat yang mungkin mereka dapatkan
dari ide tersebut. Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang, termasuk menjalani gaya hidup, terutama
dalam memotivasi sikap dan berpartisipasi dalam 2. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan
yang tercakup dalam domain kognitif memiliki enam tingkatan, yaitu:
perkembangan kesehatan. (Notoatmodjo, 2010) Menurut (Mudyahardjo 2010) pendidikan dalam arti luas adalah
segala sesuatu yang berlangsung. Pengalaman belajar di luar negeri dalam lingkungan apapun dan sepanjang
hidup. Pendidikan secara luas dibatasi a. Tahu (tahu) Tahu ditafsirkan sebagai mempertimbangkan materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam tingkat pengetahuan ini adalah penarikan (recall) ke sesuatu yang spesifik
dan semua bahan dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Karena itu 'tahu' ini adalah tingkat pengetahuan
terendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang mereka pelajari, antara lain, dapat
disebutkan, menggambarkan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2012).
didefinisikan sebagai upaya sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, pemerintah, melalui konseling,
pengajaran atau pelatihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hidup, untuk mempersiapkan
siswa untuk dapat memainkan peran dalam berbagai lingkungan . Sedangkan dalam arti sempit Pendidikan adalah
kegiatan mengajar di sekolah sebagai lembaga formal Dari pengertian pendidikan dalam arti sempit dapat
disimpulkan bahwa ciri-ciri pendidikan sebagai berikut:
a. Masa pendidikan berlangsung untuk
waktu yang terbatas, b. Pengertian (pemahaman) Pengertian didefinisikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan
dengan benar tentang objek yang diketahui, dan dapat secara benar menafsirkan materi. (Notoatmodjo.2012)
yaitu masa kanak-kanak dan remaja. b. Lingkungan pendidikan dibuat khusus untuk pendidikan. Secara teknis
pendidikan berlangsung di kelas. c. Bentuk kegiatan pendidikan yang terstruktur c. Aplikasi (Aplikasi) Aplikasi
didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan bahan yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi aktual.
Aplikasi di sini dapat didefinisikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya
dalam konteks atau situasi lainnya. (Notoatmodjo.2012)
diprogram dalam bentuk kurikulum. Kegiatan pendidikan lebih berorientasi pada kegiatan guru sehingga peran guru
sangat sentral dan menentukan. Kegiatan pendidikan dijadwalkan waktu dan tempat. d. Tujuan pendidikan terbatas
pada
pengembangan kemampuan tertentu.
d. Analisis (Analisis) Analisis adalah kemampuan untuk menggambarkan materi atau objek menjadi komponen, tetapi
masih dalam struktur organisasi, dan masih ada hubungannya dengan satu sama lain. (Notoatmodjo.2012)
Tingkat pendidikan akan membantu orang untuk lebih mudah memahami dan memahami informasi. Semakin tinggi
pendidikan seseorang juga meningkatkan tingkat pemahaman dan ketepatan dalam mengambil sikap. Kualifikasi
dibagi menjadi tiga, yaitu tingkat pendidikan rendah termasuk SD / MI dan e. Sintesis (Sintesis) Sintesis mengacu
pada kemampuan untuk menempatkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk yang sama sekali baru.
Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan
SMP / MTs, pendidikan menengah termasuk SMA / MA dan SMK / MAK dan pendidikan tinggi termasuk Akademik,
Politeknik, Perguruan Tinggi, Lembaga dan Universitas (Sugiyono, 2009) untuk mempersiapkan formulasi baru dari
formulasi yang ada. (Notoatmodjo.2012) f. Evaluasi (Evaluasi)
C. Konsep Gastritis Evaluasi ini berkaitan
dengan kemampuan untuk membenarkan atau menilai suatu materi atau objek. Penilaian didasarkan padadiri sendiri
kriteria1. Definisi Gastritis yang ditentukan, atau
menggunakan kriteria yang telah ada. (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengukur sejauh
mana tingkat pengetahuannya. (Notoatmodjo.2012)
a. Gastritis Menurut Price (2007), Gastritis adalah kondisi peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang bisa
akut, kronis, menyebar atau terlokalisasi. Gastritis adalah penyakit yaitu
7 IJSTR © 2017 www.ijstr.org
JURNAL INTERNASIONAL PENELITIAN & TEKNOLOGI PENELITIAN VOLUME 6, MASALAH 02, FEBRUARI 2017
ISSN 2277-8616
sering ditandai dengan sakit maag, mual, muntah, awal
b. gastritis kronis kenyang, dan sakit perut.
Menurut (Endang, dan
Penyebabnya tidak jelas, seringkali bersifat
multifaktorial dengan variabel Puspadewi, 2012) umumnya gastritis didefinisikan sebagai
perjalanan klinis. Kelainan ini berkaitan erat
dengan peradangan infeksi pada mukosa lambung. Gastritis adalahpencernaan
phylori helicobartes. Gastritis kronik ditandai
oleh gangguan yang disebabkan oleh bakteri Helicobacter pylori. Menurut
atrofi progresif sel-sel epitel kelenjar disertai
dengan Haris (2009, dalam Muttaqin dan Sari, 2010) Helicobacter pylori
oleh hilangnya pametal dan sel kepala.
Akibatnya, produksi adalah bakteri utama yang paling sering menyebabkan gastritis. The
asam klorida, pepsin dan faktor intrinsik
menurun. Prevalensi infeksi oleh H. pylori pada individu tergantung pada
dinding lambung menjadi tipis dan mukosa
memiliki permukaan yang datar. usia, sosio-ekonomi dan rasial. Dalam beberapa penelitian dalam
bentuk gastritis sering dikaitkan dengan anemia
pernisiosa, Amerika Serikat, menemukan infeksi Helicobacter pylori pada anak-anak oleh
sakit maag dan kanker. Diduga gastritis kronis
20%, pada usia 40 tahun sebesar 50%, dan di oleh orang tua
predisposisi timbulnya ulkus lambung dan
kanker. 60%. Sementara itu, menurut Mansyur (2003, di Nuraidah,
kejadian kanker perut sangat tinggi di pericious
2012) adalah radang lambung gastritis mukosa yang paling sering
anemia (10-15%). Gejala gastritis kronis
umumnya disebabkan oleh ketidakberesan diet, alkohol, aspirin, refluks empedu atau
bervariasi dan tidak jelas, antara lain, perasaan
perut penuh, terapi radiasi. Gastritis bisa menjadi tanda pertama dariakut
anoreksiadan distress epigastrik yang tidak
nyata. Pengobatan infeksi sistemik. Bentuk gastritis akut yang lebih parah menyebabkan gastritis
kronis bervariasi, tergantung pada dugaan
penyebab oleh asam kuat yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangren dan
penyakit. Alkohol dan obat-obatan diketahui
mengiritasi perforasi lambung. Berdasarkan definisi ini peneliti menyimpulkan,
mukosa harus dihindari. Anemia defisiensi besi
(karena gastritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan pengumpulanklinis
perdarahan kronis) ketika ada koreksi vitamin
B12 dan gejala lain yang terdiri dari nyeri epigastrium atau nyeri ulu hati, tidak
sesuai terapi yang diberikan pada anemia
pernisiosa (Harga, 2007). mau makan, mual tanpa muntah kadang disertai gejala seperti kembung, badan terasa
lemas dan sebagainya.
3. Penyebab Gastritis dapat terjadi secara tiba-tiba yang dikenal sebagai gastritis akut, tetapi dapat 2. Klasifikasi
Gastritis
juga terjadi secara perlahan, juga dikenal sebagai gastritis kronis. Keduanya memiliki gejala serupa termasuk tidak
terbakar di bagian atas perut, kembung, a. gastritis akut
sering bersendawa, mual dan muntah. Dalam
sejumlah kasus adalah kelainan klinis yang akut jelas mengapa tanda-tanda khas dan
gastritis akan menyebabkan bisul di perut dan
meningkatkan gejala. Biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan
risiko kanker lambung. Gastritis dapat
menyerang segala usia, bahkan neutrofil kecil. Gastritis Akut adalah penyakit yang sering ditemukan, adalah
bayi. Namun, prosesnya berbeda. Ada
sejumlah yang biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri, merupakan respons terhadap lambung
faktor-faktor yang dapat menyebabkan gastritis:
mukosa terhadap berbagai iritasi lokal. Endotoksin bakteri (setelah makan makanan yang terkontaminasi) alkohol,
kafein dan aspirin
a. infeksi bakteri merupakan penyebab umum.
Obat lain seperti NSAID
Helicobacter pylori dapat menyebabkan
gastritis. Penemuan (indomethacin, ibuprofen, naproxen), sulfanamide, steroid
bakteri dilakukan oleh dua dokter dari Australia,
dan digitalis juga terlibat. Beberapa makanan pedas termasuk
yaitu Barry Marshall dan Robin Warre
menemukan bahwa cuka, lada, atau mustard, dapat menyebabkan gejala yang mengarah pada
keberadaan bakteri yang hidup di perut
manusia. Ini memiliki gastritis. Jika alkohol diambil dengan aspirin, efeknya akan lebih
terbukti sekarang bahwa infeksi yang
disebabkan oleh Helicobacter merusak daripada efek masing-masing agen secara terpisah.
pylori di perut dapat menyebabkan peradangan
lambung mukosa. Haemorrogik difus gastritis erosif biasanya terjadi pada yang berat yang
dikenal sebagai gastritis. Proses ini dapat
berlanjut sampai ulserasi / peminum dan penggunaan aspirin, dan DAPT menyebabkan kebutuhan akan
bisul. Bakteri Helicobacter pylori hidup di bawah
reseksi lambung mukosa. Penyakit serius ini akan dianggap sebagai
selaput yang melapisi dinding bagian dalam
perut. Fungsinya adalah bisul karena stres, karena keduanya memiliki banyak kesamaan.
untuk melindungi lapisan lendir dinding
lambung dari kerusakan Kerusakan penghalang mukosa lambung dianggap
disebabkan oleh asam yang diproduksi oleh
lambung. (Editor, 2009). mekanisme patogen yang menyebabkan cedera. Dalam gastritis superfisial, mukosa
kemerahan, edema, dan ditutupi oleh lendir
b. Penghilang rasa sakit melekat, erosi kecil
dan perdarahan sering muncul. Sangat
Berlebihan dari penghilang rasa sakit seperti
Nonsteroidal anti-variable derajat peradangan. Manifestasi klinis dari
obat inflamasi (NSAID) seperti aspirin,
ibuproven gastritis akut dapat bervariasi dari keluhan perut yang tidak jelas,
(Advil, Motrin dan lain-lain) serta naproxen
(Aleve) dapat seperti anoreksia atau mual, hingga gejala yang lebih parah seperti
gastritis. gastritis akut dan kronis (Editor, 2009).
sebagai nyeri epigastrium, muntah, perdarahan dan hemetemesis. Dalam beberapa kasus ketika gejala memanjang
dan resisten terhadap
c. mengkonsumsi pengobatan Alkohol, mungkin
diperlukan tindakan diagnostik tambahan seperti
Alkohol dapat mengiritasi (merangsang) dan
mengikis permukaan endoskopi, mukosa biopsi dan analisis cairan lambung untuk memperjelas
lambung sehingga asam lambung akan dengan
mudah menggores diagnosis. Gastritis akut biasanya mereda ketika agen
permukaan lambung dan terjadi gastritis akut
(Editor, penyebabnya dihilangkan. Obat anti-muntah dapat membantu meringankan
2009). mual dan muntah. Jika pasien masih
muntah, mungkin perlu koreksi cairan dan keseimbangan elektrolit dengan memberikan cairan infus. Penggunaan H2
blocker (seperti ranitidine) untuk mengurangi
d. Asam empedu sekresi asam lambung,
sukralfat atau antasida, dapat mempercepat
asam empedu adalah cairan yang membantu
pencernaan lemak. Penyembuhan cairan ini (Price, 2007).
mengalir diprodusi di hati dan kantong empedu. Ketika keluar dari kantong empedu, asam empedu dipasok ke usus
kecil (duodenum). Biasanya, cincin pilorus (bagian bawah perut) akan mencegah aliran asam empedu ke perut
8 IJSTR © 2017 www.ijstr.org
JURNAL INTERNASIONAL ILMIAH & TEKNOLOGI PENELITIAN VOLUME 6, EDISI 02, FEBRUARI 2017 ISSN
2277- 8616
setelah dilepaskan ke duodenum, tetapi ketika cincin rusak sehingga tidak dapat melakukan fungsinya dengan benar,
asam empedu dapat mengalir ke perut, dan ini dapat menyebabkan peradangan lambung dan gastritis kronis (Editor,
2009) .
e. stres Stres dapat menyebabkan sistem saraf di otak berhubungan dengan kelainan lambung karena
ketidakseimbangan. Stres juga menyebabkan perubahan hormon dalam tubuh yang dapat merangsang produksi
asam berlebih. Kondisi ini menyebabkan perut terasa perih dan kembung (Ainun, 2012).
f. Pola makan tidak teratur Pola makan sangat terkait dengan produksi asam lambung. Asam-asam ini berfungsi
mencerna makanan ke dalam perut dengan jadwal teratur. Produksi asam lambung tetap terjadi, meskipun
seseorang sedang tidur. Pola makan yang tidak teratur sangat sulit beradaptasi dengan perut. Jika proses ini
memakan waktu lama, produksi akan mubazir sehingga mengiritasi mukosa lambung dinding lambung, yang
akhirnya menyebabkan rasa sakit dan mual. (Ainun, 2012).
g. Konsumsi jenis makanan Makanan seperti makanan pedas (cabai atau lada) dapat mengiritasi dan mengikis
permukaan lambung sehingga asam lambung akan mudah mengikis permukaan lambung dan gastritis pass kronis
(Editor, 2009).
h. Serangan melawan lambung. Sel yang diproduksi oleh tubuh itu sendiri dapat menyerang perut yang disebut
gastritis autoimun. Kejadian ini jarang terjadi tetapi bisa terjadi. Kejadian di atas sering terjadi pada orang yang
penyakitnya Hashimoto, penyakit Addison, dan diabetes tipe 1 gastritis autoimun juga berhubungan dengan
defisiensi vitamin B12 yang dapat membahayakan.
saya. Pengetahuan Ada berbagai faktor yang memengaruhi gastritis di antaranya pengetahuan untuk mencegah
gastritis. Pengetahuan domain sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (perilaku terbuka).
Pengetahuan adalah hasil dari tau dan pergi setelah orang melakukan sensing pada objek tertentu. (Notoatmodjo,
2012)
j. Pendidikan Tingkat pendidikan akan berpengaruh dalam memberikan respons terhadap sesuatu yang berasal dari
luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan tanggapan yang lebih rasional terhadap informasi yang
datang dan pergi untuk memikirkan sejauh mana manfaat yang mungkin mereka dapatkan dari ide tersebut.
Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang, termasuk gaya hidup yang sedang berlangsung, terutama
dalam memotivasi sikap dan berpartisipasi dalam pengembangan kesehatan. (Notoatmodjo, 2010).
4. Tanda dan gejala gastritis Menurut (Editor, 2009) tanda dan gejala gastritis adalah: rasa terbakar di perut dan akan
menjadi lebih buruk saat Anda makan.
Sebuah. Mual. b. Muntah. c. Kehilangan selera makan. d. Perut terasa sangat kenyang ketika setelah makan. e.
Berat badan menurun.
9 IJSTR © 2017 www.ijstr.org
Sementara itu, menurut (Endang, dan Puspasdewi, 2012) umumnya pasien gastritis mengalami keluhan seperti sakit
perut, mual atau muntah, kembung / bersendawa, dan rasa penuh / kenyang. Gastritis akut terjadi tiba-tiba dan
gejala lebih terlihat yang ditandai dengan mual dan sensasi terbakar di perut serta ketidaknyamanan di perut bagian
atas. Gastritis kronis berjalan lambat dan gejala yang biasa terlihat adalah perasaan yang kuat perih dan mengisi
perut, kehilangan nafsu makan, jadi hanya bisa makan dalam jumlah sedikit. Kadang-kadang gastritis akan
menyebabkan pendarahan lambung, tetapi tidak parah. Pendarahan lambung dapat dikeluarkan melalui mulut
(muntah darah) atau terjadi disentri. Dalam kasus terlambat membantu akan ada yang fatal. (Editor, 2009). Karena
gastritis merupakan salah satu dari banyak penyakit pencernaan dengan gejala yang mirip satu sama lain,
menyebabkan penyakit ini mudah keliru untuk penyakit lain seperti:
1) gastroenteritis. Juga disebut sebagai flu perut (flu perut), yang biasanya terjadi sebagai akibat infeksi virus pada
usus. Gejala termasuk diare, kram perut dan mual atau muntah, serta ketidakmampuan untuk mencerna. Gejala
gastroenteritis sering hilang dalam satu atau dua hari sementara untuk gastritis dapat terjadi terus menerus. 2)
Mulas. Rasa sakit yang membakar di belakang tulang dada yang terasa ini biasanya terjadi setelah makan. Ini terjadi
karena asam lambung naik dan masuk ke kerongkongan (tabung yang menghubungkan tenggorokan dan lambung).
Mulas juga bisa menyebabkan rasa asam di mulut dan merasakan sensasi makanan yang dicerna sebagian kembali
ke dalam mulut. 3) Tukak lambung. Jika rasa sakit dan mulas terjadi terus menerus dan berat, maka kemungkinan
besar disebabkan karena bisul di perut. Luka lambung (peptikum) atau tukak lambung adalah luka terbuka yang
terjadi di perut. Gejala yang paling umum adalah rasa sakit yang menjadi lebih parah ketika malam hari atau perut
kosong. Gastritis dan sakit maag memiliki beberapa penyebab yang sama, terutama infeksi H. pylori. Penyakit ini
dapat menyebabkan gastritis dan sebaliknya. 4) dispepsia Nonulcer. adalah gangguan fungsional yang tidak
berhubungan dengan penyakit tertentu. Penyebab pasti dari kondisi ini tidak diketahui, tetapi stres dan makan terlalu
banyak makanan yang digoreng, makanan pedas atau berlemak dapat diharapkan untuk menghasilkan situasi ini.
Gejalanya adalah rasa sakit di perut bagian atas, kembung dan mual.
R
ESEARCH
M
ETHODS Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan desain cross sectional sebuah
penelitian yang variabel penyebab atau risiko dan hasil atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur dan
dikumpulkan pada saat yang sama dan tidak ada tindak lanjut. Studi cross-sectional dapat digunakan dalam
penelitian deskriptif atau analitik (Setiadi, 2013).
Hasil dan Pembahasan
Hasil
a. Gambaran Responden berdasarkan Pengetahuan Tentang Gastritis Berdasarkan data penelitian, dapat dilihat
bahwa responden cukup berpengetahuan lebih banyak dibandingkan dengan sukarelawan yang
INTERNATIONAL JURNAL PENELITIAN & TEKNOLOGI PENELITIAN VOLUME 6, EDISI 02, FEBRUARI 2017
ISSN 2277-8616
memiliki pengetahuan kurang dan lebih baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Menurut tabel berikut:
Rawat Jalan Tentang Gastritis Di Puskesmas Sindangbarang Kabupaten Cianjur, 2016. Tabel 4.1 Distribusi
Frekuensi Responden oleh Pengetahuan Tentang Gastritis
Frekuensi Pengetahuan (F) Persen (%) Baik 19 15,8
Pengetahuan
Tengah 56 46,7 Kurang 45 37,5 Jumlah 100 100
Berdasarkan Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa responden berpengetahuan baik adalah 19 (15,8%) responden, dan
responden cukup berpengetahuan untuk 56 (46,7%) responden, dan responden kurang berpengetahuan adalah 45
(37,5%) responden,
b. Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Berdasarkan data penelitian, dapat diketahui bahwa
responden yang berpendidikan SMA lebih banyak dari pada responden dengan pendidikan rendah dan tinggi. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Tingkat
Pendidikan Frekuensi Pendidikan (F) Persen (%) Rendah 53 44,2 Tengah 57 47,5 Tinggi 10 8,3 Jumlah 100 100
Berdasarkan Tabel 4.2 , dapat dilihat bahwa responden yang kurang berpendidikan adalah 53 (44,2%) responden,
dan responden yang memiliki pendidikan sekolah menengah adalah 57 (47,5%) responden berpendidikan tinggi
sementara 10 (8,3%). Gambaran Umum Responden Menurut Kejadian Gastritis
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kejadian Gastritis
Frekuensi Gastritis (F) Persen (%) Gastritis yang Terkena 76 63,3 Tidak Terkadang Gastritis 44 36,7 Total 100 100
Berdasarkan tabel 4.3, dapat Melihat bahwa responden terkena gastritis sebanyak 76 (63,3%) responden dan
responden yang tidak terkena gastritis adalah 44 (36,7%) responden.
Sebuah. Analisis Hubungan Pengetahuan Rawat Jalan Tentang Gastritis dengan Gastritis di Puskesmas
Sindangbarang Kejadian Kabupaten Cianjur. Distribusi hubungan Pengetahuan Rawat Jalan Tentang Gastritis
dengan Gastritis Kejadian di Kabupaten Cianjur Puskesmas Sindangbarang dapat dilihat pada tabel 4.4
10 IJSTR © 2017 www.ijstr.org
Gastritis TOTAL
P VALUE Tidak Terkena Gastritis Yang
Terkena Gastritis N% N% N%
Baik 11 24,4 34 75,6 45 100
Tengah 21 37,5 35 62,5 56 100 0,013
Kurang 12 63,2 7 36,8 19 100
Jumlah 44 36,7 76 63,3 120 120
Berdasarkan Tabel 4.4 HASIL analisis hubungan antara pengetahuan tentang pasien rawat jalan dengan kejadian
gastritis diperoleh pasien yang kurang berpengetahuan 11 (24,4%) responden tidak terpengaruh oleh gastritis, dan
sebanyak 34 (75,6%) responden dipengaruhi oleh gastritis. Untuk pasien dengan pengetahuan padat diperoleh 21
(37,5%) tidak terpengaruh oleh gastritis, dan total 35 (62,5%) responden dipengaruhi oleh gastritis. Sedangkan
pengetahuan pasien yang baik diperoleh sebanyak 12 responden (63,2%) dan 7 (36,8%) responden yang terkena
gastritis. Hasil uji statistik diperoleh P Value = 0,013 <α = 0,05, maka H0 ditolak, yang berarti ada hubungan antara
pengetahuan Rawat Jalan Tentang Gastritis dengan Gastritis di Puskesmas Sindangbarang Kejadian Kabupaten
Cianjur.
b. Analisis Tingkat Pendidikan Hubungan Rawat Jalan dengan Kejadian Pusat Kesehatan Sindangbarang Gastritis di
Kabupaten Cianjur. Hubungan Distribusi Tingkat Pendidikan Rawat Jalan dengan Kejadian Gastritis di Kabupaten
Cianjur Puskesmas Sindangbarang dapat dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Pendidikan Rawat Jalan Tentang Gastritis dengan Gastritis di
Puskesmas Sindangbarang Kejadian Kabupaten Cianjur.
Educati pada Level
P Gastritis
VALU TOTAL
E Tidak Terkena Gastritis
Terkena Gastritis N% N% N%
Rendah 39 73,6 14 26,4 53 100
Middle High 5 8,8 0 0 52 91,2 10 100 57 10 100 100
0,000
Total 38 38,0 62 62,0 100 100
Berdasarkan tabel 4.5 HASIL analisis hubungan antara tingkat pendidikan pasien rawat jalan dengan kejadian
gastritis pada pasien yang mendapat pendidikan sedikit yang tidak terpengaruh oleh gastritis 39 (73,6%) responden,
dan sebanyak sebagai 14 (26,4%) responden dipengaruhi oleh gastritis. Untuk pasien dengan pendidikan sekolah
menengah yang tidak terkena gastritis 5 (8,8%), responder gastritis dan terpengaruh sebanyak 52 (91,2%). Dan
untuk pasien yang berpendidikan tinggi tidak terpengaruh sebanyak gastritis 0 (0%) dan gastritis terpengaruh
sebagai
JURNAL INTERNASIONAL ILMIAH & TEKNOLOGI PENELITIAN VOLUME 6, EDISI 02, FEBRUARI 2017 ISSN
2277-8616
sebanyak 10 (100%). Hasil uji statistik diperoleh P Value = 0,000 <α = 0,05, maka H0 ditolak, yang artinya ada
hubungan antara tingkat pendidikan Rawat Jalan Dengan Kejadian Gastritis di Puskesmas Sindangbarang
Kabupaten Cianjur.
Diskusi Masalah yang peneliti teliti dalam penelitian ini adalah tentang hubungan pengetahuan dan tingkat
pendidikan pasien rawat jalan dengan kejadian Gastritis. Saat ini insidensi gastritis di Indonesia terus meningkat.
Dengan demikian penyakit Gastritis harus diperhatikan secara serius oleh tenaga kesehatan sehingga kejadian
Gastritis dapat menurun. Diskusi ini akan dijelaskan menurut variabel, sebagai berikut:
1. Distribusi Frekuensi Ikhtisar Pengetahuan Tentang Gastritis Dari hasil penelitian tentang pengetahuan Gastritis
diilustrasikan pada Tabel 4.1 bahwa tingkat pengetahuan proporsi yang baik adalah 19 (15,8%) responden , dan
cukup berpengetahuan untuk 56 (46,7%) responden, dan responden berpengetahuan sebanyak 45 (37, 5%)
responden. Pengetahuan tentang Gastritis terdiri dari definisi indikator, klasifikasi Gastritis, penyebab, tanda dan
gejala, dan faktor pemicu, pencegahan. Indikator definisi dan penyebab gastritis sebagian besar responden
menjawab salah, indikator mendasari seluruh pengetahuan Gastritis. Seseorang akan mulai tahu lebih banyak
tentang sesuatu, yang mempengaruhi orang tersebut untuk menentukan tindakan lebih lanjut. Ini sesuai dengan
pendapat (Arikunto, 2010), mengklaim bahwa orang akan mulai tahu lebih banyak tentang sesuatu, pada awal
pemahamannya. Selanjutnya (Notoatmodjo 2010) mengatakan aspek pemahaman dan penyebab suatu hal yang
dapat mendasari seseorang untuk melakukan bisnis dan langkah-langkah terhadap terjadinya Gastritis. The results
of the field, outpatient health centers Sindangbarang most educated only up to junior high and high school, where the
number of people who are educated to college only 10 (8.3%) people, intermediate 57 (47.5%) people, low 53
(44.2%) persons. This may affect the results of patient knowledge regarding Gastritis. This is consistent with the
theory that knowledge is influenced by several factors, one of which is the level of education. It is inevitable that the
higher one's education, the more easily the information they receive, and ultimately the knowledge he has will be
more and more (Mubarak, Iqbal, 2011). Knowledge is the result of out and going after people perform a specific
sensing of objects, namely the senses of sight, sense of smell, sense of hearing, taste and touch, the majority of
human knowledge is gained through sight and pendengara. Or cognitive domain knowledge is very important in
shaping a person's behavior or actions (Notoatmodjo, 2007). So it can be said that the knowledge about the disease
Gastritis is still said to be good, because most can not answer correctly the questions submitted and it is according to
the theory presented above that the knowledge is out and their results sensing process. Lack of information and
media campaign at the community resulted in poor patient knowledge about Gastritis (Notoatmodjo, 2007).
2. Overview Frequency Distribution Education Level Based on Table 4.2 shows that the proportion of respondents
with low education as much as 53 (44.2%) of people, and the respondents were high school education was 57
(47.5%), while highly educated 10 (8.3%) people. The level of education
11 IJSTR©2017 www.ijstr.org
will be influential in giving a response to something that comes from outside. Highly educated people would give a
more rational response to the information coming and going to think the extent of the possible benefits they will get
from the idea (Notoatmodjo, 2010).
3. Overview Frequency Distribution Genesis Gastritis Based on the results in Table 4.3 which shows that out of 120
respondents, there are 76 (63.3%) of respondents were exposed Gastritis, and there were 44 (36.7%) of respondents
were not exposed Gastritis. This shows that the high incidence of disease Gastritis in Puskesmas Sindangbarang
Cianjur regency. From the research, the indicators questions on variables prevention Gastritis, on average,
respondents still a lack of knowledge about the prevention of gastritis, it will greatly affect the continued high
incidence of gastritis in Puskesmas Sindangbarang Cianjur, according to the theory put forward any one way to
prevent the disease Gastritis is to eat small amounts more often, get rid of the habit of consuming alcohol, do not
smoke, replace painkillers, exercise more, stress management, try to eat regularly every day, reduce the
consumption of acidic foods and spicy (Editors, 2009).
4. Relationships with Genesis Knowledge About Gastritis Gastritis in Cianjur district Puskesmas Sindangbarang From
the results in Table 4.4 that the less knowledgeable patients 11 (24.4%) of respondents are not affected Gastritis, and
as many as 34 (75.6%) of respondents exposed Gastritis, for patients who have solid knowledge obtained 21 (37.5%)
of respondents did not Gastritis exposed, and a total of 35 (62.5%) of respondents exposed to Gastritis,
knowledgeable While patients are obtained by 12 (63.2%) of respondents are not affected Gastritis, and 7 (36.8%) of
respondents exposed to Gastritis. The data illustrates that turns knowledge of Gastritis Gastritis influence on events.
This is because knowledge of Gastritis is still not good that cause gastritis incidence rate is still quite high, so the
need to maximize the potential of existing knowledge can be used to handle the occurrence Gastritis and keep to
avoid the disease Gastritis. So in this case if the patients' knowledge about Gastritis in sharpening properly it will be
able to prevent the patient from disease Gastritis or also can speed up the healing process when the pain Gastritis
(Notoatmodjo, 2010). As disclosed Notoatmodjo (2007) that knowledge or cognitive domain is very important in
shaping behavior / actions of a person. In this study, public knowledge about Gastritis will form the patient to do
business assessment and action against occurrence Gastritis. Therefore knowledge is an important component in
spite of increased knowledge does not always lead to the occurrence of events Gastritis but increased knowledge
has a positive relationship with the occurrence Gastritis. Knowledge is the result of the idea, and this occurred after
people perform sensing on a specific object. Sensing occurs through the senses of the human senses of vision,
hearing, smell, taste and touch. Most human knowledge is obtained through the eyes and ears. Knowledge or
cognitive domain is a domain that is very important in shaping a person's actions (over behavior). Therefore, if the
lack of public knowledge about Gastritis it will not be the formation of behavior that can prevent the occurrence of
gastritis, vice versa, if the community has a good knowledge of Gastritis then the
INTERNATIONAL JOURNAL OF SCIENTIFIC & TECHNOLOGY RESEARCH VOLUME 6, ISSUE 02, FEBRUARY
2017 ISSN 2277-8616
community will avoid behavior that can cause disease Gastritis (Notoatmodjo, 2012). Based on the above reference,
it can be said that knowledge has a close relationship with the occurrence of gastritis, because a person's knowledge
will bring an attitude and behavior that can influence the occurrence of disease Gastritis. This research was also
supported by research (Rahmi Kurnia Gustin, 2011) entitled Factors Associated With Genesis Gastritis Patients who
Inpatient in Puskesmas Stew Bancah Bukit Tinggi. Where the test results using a statistical calculation obtained
p.value chi square = 0.554, thus Ho is rejected it means a significant relationship between the level of knowledge on
the incidence of gastritis, where respondents with lower levels of knowledge likely to suffer from gastritis compared to
respondents with the level of knowledge more good.
CONCLUSION Based on data analysis and discussion of the results of research that has been done, then the
conclusion can be drawn as follows:
1. Most of which 56 (56%) of respondents
knowledgeable enough about Gastritis. 2. Most of which 57 (57%) of respondents secondary
education. 3. Most of which 76 (76%) of respondents exposed to
Gastritis. 4. There is a relationship between knowledge of the
incident Gastritis. 5. There is a relationship between level of education and
the incidence Gastritis.
REFERENCES
[1] Ahmadi, dkk. Pengaruh Usia dalam Tingkat
Pendidikan.
[2] Ainun, (2012). Kesalahan-kesalahan Pola Makan Pemicu Seabrek Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Buku Biru.
[3] Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta
[4] Depkes RI, 2007. Pedoman Pengendalian penyakit
Gastritis
[5] Endang & Puspadewi, (2012). Penyakit Maag &
Gangguan Pencernaan. Yogyakarta: Kanisius
[6] Fajar, dkk. Mengenai analisi penggunaan Chi-square
[7] Kurnia, (2011). http://perawat-2010.blogspot.com
diperoleh 20 januari 2016
[8] Mubaraq, dkk. (2012). Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan.
Yogyakarta: Graha Ilmu
[9] Mudyahardjo, R. 2008.Pengantar Pendidikan Jakarta
:Raja grafindo persada
[10] __________.(2010). Pengantar Pendidikan. Jakarta
:Raja grafindo persada.
12 IJSTR©2017 www.ijstr.org
[11] Munawaroh. (2012). Pengertian tentang Populasi
[12] Muttaqin & Sari, (2010). Anatomi dan Fisiologi Sistem
Gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika
[13] Notoatmodjo.(2007). Promosi kesehatan dan Ilmu
Perilaku. Jakarta: Rienka Cipta
[14] ___________. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Rienka Cipta
[15] ___________. (2010). Metode Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta
[16] ___________.(2012).Promosi kesehatan dan perilaku
kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta
[17] ___________. (2013). Promosi Kesehatan Global.
Jakarta: Rienka Cipta
[18] Nuraidah N. (2012). Gambaran Pengetahuan tentang Kekambuhan Gastritis Pada Pasien Rawat Jalan di
Puskesmas Cihampelas Kab. Bandung Barat, KTI, STIKes Budi Luhur Cimahi.
[19] Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
[20] ______. (2013). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
[21] Price, (2007). Gangguan Lambung dan Duodenum,
Edisi 1. Jakarta : EGC
[22] Puskesmas Sindangbarang Kabupaten
Cianjur,(2015).Profil Kesehatan Kota Cianjur
[23] Rahma mawaddah, (2012) Faktor Resiko Kejadian Gastritis di wilayah Kerja Puskesmas Kampili Kabupaten
Gowa Tahun 2012.
[24] Rahmi kurnia g,(2011).Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Gastritis Pada Pasien Yang Berobat
Jalan di Puskesmas Gulai Bancah Kota BukitTinggi
[25] Riyanto, (2009). Aplikasi Metodologi Penelitian
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
[26] Riyanto,Agus (2011). Penerapan Analisis Multivariat dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
[27] Setiadi, 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset
Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
[28] Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kualitatif
Kuantitatif R & D. Bandung: Alfabeta, cv
[29] ugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian, Cetakan
ke 19, Bandung: Alfabeta, cv
INTERNATIONAL JOURNAL OF SCIENTIFIC & TECHNOLOGY RESEARCH VOLUME 6, ISSUE 02, FEBRUARY
2017 ISSN 2277-8616
[30] Sukmadinata&Syaodih,(2012). Tentang Pendidikan
[31] Tim redaksi, (2009). Dalam jurnal penelitian Herdiansyah Heru 2013. Mengatasi Gangguan Penyakit Maag.
Yogyakarta: Banyu Media www.angkakejadiangastritis.com senin 10/02/2016.
13 IJSTR©2017 www.ijstr.org