Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG GASTRITIS DENGAN

KEJADIAN GASTRITIS DI SMP NEGERI 45 BANDUNG


Ns.Annisa Nur Erawan, S.Kep., MSN1 Ns. Hery Prayitno., S.Kep., M.Kep2
Indra Setiawan, S.Kep3 123Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes
Dharma Husada Bandung Jl. Terusan Jakarta No 75 Bandung
ABSTRAK
Menurut data di Jawa Barat angka kejadian penderita penyakit gastritis mencapai 31,2%,
dan Kota Bandung sebesar 15,73%. Gastritis merupakan peradangan pada lambung yang
ditandai dengan tidak nyaman pada perut bagian atas dan rasa. Beberapa remaja di SMP
Negeri 45 Bandung didapatkan 100 orang yang mengalami gastritis. Hal tersebut
dipengaruhi oleh perilaku, sikap dan pengetahuan remaja yang tidak tahu dari penyebab
terjadinya gastritis. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan pengetahuan
remaja tentang gastritis dengan kejadian gastritis di SMP Negeri 45 Bandung. Jenis
penelitian berupa deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi
sebanyak 352, dengan teknik accidental sampling sehingga diperoleh jumlah sampel
sebanyak 187 orang. Pengumpulan data dengan cara menggunakan kuesioner. Analisis
yang digunakan yaitu univariat dan bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian
menunjukan bahwa sebagian besar remaja yang memiliki pengetahuan yang kurang
sebanyak 110 orang (58,5%), sedangkan untuk kejadian gastritis didapatkan 137 orang
(72,9%). Berdasarkan uji chi square didapatkan adanya hubungan yang signifikan anatara
pengetahuan dengan kejadian gastritis p-value sebesar 0,000 dan OR=0,076. Kesimpulan
terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kejadian gastritis oleh karena itu
diharapkan bagi remaja dapat memperhatikan kebiasaan pola makan yang teratur, agar
tidak terjadi gastritis.
Kata Kunci

: Kejadian Gastritis, Remaja, Pengetahuan

STIKes Dharma Husada Bandung

PENDAHULUAN
Saat ini dengan semakin modernnya
zaman, semakin banyak juga penyakit
yang timbul akibat gaya hidup manusia
dan penularan bakteri. Salah satunya
adalah penyakit gastritis yang terjadi
karena inflamasi yang terjadi pada
lapisan lambung yang menjadikan sering
merasa nyeri pada bagian perut. Pada
umumnya penyakit yang disebabkan
oleh bakteri helicobacter pylori ini dapat
masuk kedalam tubuh manusia melalui
makanan. (Shulfany, 2011)
Gastritis
merupakan
peradangan
(pembengkakan) pada mukosa lambung
ditandai dengan tidak nyaman pada
perut bagian atas, rasa mual, muntah,
nafsu makan menurun atau sakit kepala.
Penyakit gastritis atau sering juga
disebut penyakit tukak lambung
merupakan tukak (borok, pekung) di
dalam lambung, termasuk penyakit
pencernaan. Penyakit ini lebih populer
disebut sebagai penyakit maag. Penyakit
ini memang sudah mulai dialami oleh
orang Indonesia sejak dari remaja
sampai lanjut usia (Saydam, 2011).
Menurut data dari World Health
Organization (WHO), persentase dari
angka kejadian gastritis di dunia,
diantaranya Inggris 22%, China 31%,
Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan
Perancis 29,5%. Di dunia, insiden
gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah
penduduk
setiap
tahun.
Insiden
terjadinya gastritis di Asia Tenggara
sekitar 583.635 dari jumlah penduduk
setiap tahunnya. Prevalensi gastritis
yang dikonfirmasi melalui endoskopi
pada populasi di Shanghai sekitar 17,2%
yang secara substantial lebih tinggi
daripada populasi di barat yang berkisar
4,1% dan bersifat asimptomatik
(Kemenkes, 2015).
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia
tahun 2014, gastritis termasuk ke dalam
sepuluh penyakit terbanyak pada pasien
rawat inap di rumah sakit di Indonesia
dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%)
(Kemenkes, 2015). Kasus kematian

akibat penyakit gastritis di Indonesia


hasil Survey Kesehatan Nasional
(SURKESNAS) tahun 2013 gastritis
menjadi urutan ke 4 penyebab kematian
umum di Indonesia setelah kanker. Dari
survei yang dilakukan pada masyarakat
Jakarta pada tahun 2014 yang
melibatkan
1.645
responden
mendapatkan bahwa klien dengan
masalah gastritis ini mencapai 60%
artinya masalah gastritis ini memang ada
di masyarakat dan tentunya harus
menjadi perhatian kita semua (Wijoyo,
2014). Di provinsi Jawa Barat angka
kejadian penderita penyakit gastritis
mencapai 31,2 %, dan di daerah Kota
Bandung sendiri penderita penyakit
gastritis terdapat 15,73 % (Kemenkes,
2015).
Banyak faktor yang dapat memengaruhi
terjadinya gastritis diantaranya yaitu
pola makan, jenis makanan, stres,
makanan pedas, panas asam terutama
alkohol, jika dari faktor tersebut dapat
dikonsumsi terus menerus maka akan
nyebabkan gastritis. Ketidaktahuan
remaja yang mengalami gastritis
disebabkan oleh pengetahuan dalam
mencegah
terjadinya
gastritis.
Pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk
tindakan
seseorang.
Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu dan terjadi
setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Perilaku
merupakan totalitas penghayatan dan
aktivitas seseorang, yang merupakan
hasil bersama berbagai faktor, baik
faktor internal maupun eksternal.
Perilaku kesehatan merupakan respon
seseorang terhadap objek yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan dan
minuman,
serta
lingkungan
(Notoatmodjo, 2012).
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan oleh Maya, (2014) dengan
judul pengaruh penyuluhan kesehatan
tentang gastritis terhadap pengetahuan
dan perilaku pencegahan gastritis pada

STIKes Dharma Husada Bandung

remaja di SMP Negeri 7 Manado. Hasil


penelitianya menunjukan kurangnya
pengetahuan sebanyak 67 orang
(90,5%).
Faktor
yang
dapat
mempengaruhi pengetahuan tersebut
dipengaruhi oleh minimnya penyuluhan
kesehatan yang rendah.
Gastritis adalah suatu peradangan
mukosa
lambung
paling
sering
diakibatkan oleh ketidakteraturan diet,
misalnya makan terlalu banyak dan
cepat atau makan makanan yang terlalu
berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab
lain seperti alkohol, aspirin, refluks
empedu atau terapi radiasi (Smaltzer dan
Bare, 2012). Gejala yang umum terjadi
pada penderita gastritis adalah rasa tidak
nyaman di epigastrium terasa terbakar,
pada perut atas kembung, sakit kepala,
mual, dan dapat menggangu aktivitas
sehari-hari, muntah, perih atau sakit
seperti terbakar pada perut bagian atas
yang dapat menjadi lebih baik atau lebih
buruk ketika makan, hilang selera
makan, bersendawa. Dapat pula disertai
demam,
menggigil
(kedinginan),
cegukan (hiccups) (Raifudin, 2010).
Gastritis biasanya diawali oleh pola
makan yang tidak teratur sehingga
lambung menjadi sensitif bila asam
lambung meningkat. Pola makan adalah
berbagai informasi yang memberikan
hubungan macam dan model bahan
makanan yang dikonsumsi setiap hari,
pola makan terdiri dari frekuensi makan
dan jenis makanan. Pada menu
seimbang perlu dimulai dan dikenal
dengan baik sehingga akan terbentuk
kebiasaan makan makanan seimbang
dikemudian hari. Pola makan yang baik
dan teratur merupakan salah satu dari
penatalaksanaan gastritis dan juga
merupakan tindakan preventif dalam
mencegah
kekambuhan
gastritis.
Penyembuhan gastritis membutuhkan
pengaturan makanan sebagai upaya
untuk memperbaiki kondisi pencernaan.
Pola makan atau pola konsumsi pangan
adalah susunan jenis dan jumlah
makanan yang dikonsumsi seseorang

atau kelompok orang pada waktu


tertentu (Baliwati, 2012).
Dari hasil penelitian Rianto (2008),
didapatkan jumlah penderita gastritis
antara laki-laki dan perempuan, ternyata
gastritis lebih banyak pada laki-laki dan
dapat menyerang sejak usia dini sampai
usia dewasa muda hingga lanjut usia.
Tingkat kelompok usia sekolah paling
banyak didapatkan pada usia SMP dan
di Inggris 6-20% menderita gastritis
pada usia usia SMP yaitu 14-15 tahun
dengan prevelensi 22% insiden total
untuk segala umur pada tahun 2013
adalah 16 kasus/1000 pada kelompok
umur 12-15 tahun. insiden sepanjang
usia anak sekolah untuk gastritis adalah
10% (Riyanto, 2008)
Pada hasil penelitian diatas alasan
penelitian yang dilakukan kepada anak
SMP dapat dilihat pada remaja terutama
pola makan. Sekarang banyak orangorang terutama remaja melupakan atau
acuh-tak acuh terhadap pola makan. Hal
tersebut terjadi karena anak SMP
banyaknya remaja yang sibuk dengan
belajar, bermain, malas, rasa tidak ingin
makan, dan sifat pemilih makanan.
Seperti yang diungkapkan dalam
penelitian
Desak
(2014)
yang
menyatakan dalam penelitiannya bahwa
menunjukan sebagian besar usia remaja
yang paling rentan terhadap kejadian
gastritis yaitu pada usia 12-15 tahun.
Hal demikian dapat dikategorikan
bahwa usia tersebut berada pada
tingkatan SMP.
Peran perawat sangat penting yaitu
dengan
memberikan
pendidikan
kesehatan kepada semua remaja sekolah
tentang gastritis terutama SMP, baik
cara mencegahnya maupun cara
menanganinya dengan pencegahan
secara dini, agar dapat menurunkan
angka kejadian gastritis tersebut dan
peran keluarga dan lingkungan juga
mendorong
penurunan
terjadinya
gastritis, yaitu dengan cara hidup sehat
(Williams & Wikins, 2012)

STIKes Dharma Husada Bandung

Studi pendahuluan telah peneliti lakukan


kepada dua sekolah yang berbeda
dengan jarak sekolah tidak berjauhan,
peneliti hanya ingin membandingkan
antara SMP Negeri 49 dan di SMP
Negeri 45 Bandung tentang gastritis.
Menurut keterangan SMP Negeri 49
Bandung hanya 54 orang yang sakit
karena gastritis, sedangkan di SMP
Negeri 45 Bandung terdapat 187 orang
yang mengalami kejadian grastitis
diantaranya 32 perempuan dan 60 orang
laki-laki. Wawancara juga dilakukan
pada siswa SMP Negeri 45 Bandung
pada 10 penderita gastritis bahwa 8 dari
10 mereka mengatakan belum paham
tentang gastritis, mereka hanya sekedar
mengetahui bahwa penyebab gastritis itu
hanya sekedar telat makan, serta
makanan yang dikonsumsi seperti mie
instan, gorengan karena murah dan cepat
saji. Penderita siswa mengeluh: sakit ulu
hati, merasa mual dan muntah. Mereka
tidak tahu bagaimana cara menyikapi
atau mencegah timbulnya penyakit
gastritis dan mereka mengatakan bahwa
di diagnosa menderita gastritis.
Dampak dari gastritis yang dialami oleh
Siswa dapat mengganggu konsentrasi
belajar siswa nyeri ulu hati kambuh,
maka konsentrasi siswa terbagi karena
siswa tersebut sudah tidak fokus pada
mata pelajaran yang sedang berlangsung
melainkan sudah fokus pada rasa nyeri
yang
dirasakan.
Penderita
juga
mengatakan bahwa gastritis kambuh
akan masuk ke UKS dan diizinkan oleh
pihak sekolah, untuk tidak melanjutkan
pelajaran pada hari itu. Jika gastritis
berlangsung beberapa hari siswa tidak
masuk sekolah, sehingga gastritis
berdampak pada absen anak di sekolah.
Selain itu 10 dari 2 orang lainya
mengetahui penyebab gastritis seperti
dari bahan makanan dan minuman yang
dikonsumsi, dari fenomena tersebut
ternyata pengetahuan remaja terhadap
kesehatan masih kurang,
minimnya
pengetahuan dengan kejadian gastritis
memiliki
risiko
lebih
besar

dibandingkan dengan remaja yang


memiliki pengetahuan baik, dari paparan
diatas peneliti ingin mengetahui
hubungan pengetahuan remaja tentang
gastritis dengan kejadian gastritis di
SMP Negeri 45 Bandung.
Berdasarkan paparan dan fenomena
diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang judul hubungan
antara pengetahuan remaja tentang
gastritis dengan kejadian gastritis di
SMP Negeri 45 Bandung.
METODOLOGI PENELITIAN

Bagan
3.1
Kerangka
Konsep
hubungan
pengetahuan
remaja
tentang gastritis dengan kejadian
gastritis
Variabel Penelitian
Ada dua macam variabel, yaitu variabel
independen dan variabel dependen
(Arikunto, 2014) yaitu sebagai berikut:
Variabel Independen penelitian ini yaitu
pengetahuan remaja tentang gastritis.
Variabel dependen kejadian gastritis
pada remaja
Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah
deskriptif korelatif, Pendekatan Waktu
Pengumpulan
Data
menggunakan
pendekatan cross sectional, yaitu suatu
penelitian untuk digunakan dalam
penelitian ini yaitu Hubungan Antara
Pengetahuan remaja dengan Kejadian
gastritis SMP Negeri 45 Bandung.
Populasi dan sampel
Populasi yang menjadi sasaran dalam
penelitian ini adalah jumlah keseluruhan
siswa kelas viii dan ix SMP Negeri 45

STIKes Dharma Husada Bandung

Bandung yang mengalami kejadian


Gastritis sebanyak 352 orang.
Sampel
yang
akan
diambil
menggunakan rumus menurut slovin
yaitu sebagai berikut : N=352

=
+ .
352
=
1 + 3520,01
352
=
4,52
= 77,87
Keterangan
n = Number of sampel (jumlah sampel)
N = Total population (jumlah seluruh
anggota populasi)
e2 = Error tolerance (toleransi
terjadinya galat; taraf signifikasi untuk
sosial dan pendidikan lazimnya 0,1),
dari rumus diatas dapat diambil sampel
sebesar 187
Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat
yang digunakan oleh peneliti untuk
mengobservasi, mengukur atau menilai
suatu fenomena (Hidayat, 2007). Data
yang diperoleh dari suatu pengukuran
kemudian dianalisis dan dijadikan
sebagai bukti (evidence) dari suatu
penelitian. Kuisioner adalah suatu
bentuk atau dokumen yang berisi
beberapa
item
pertanyaan
atau
pernyataan yang dibuat berdasarkan
indikator-indikator. Pada penelitian ini
instrumen yang akan digunakan yaitu
berupa bentuk kuesioner yang beriisikan
item pertanyaan. Pada penelitian ini
kategori yang dijadikan instrument
penelitian yaitu sebagai berikut :
Kategori pengetahuan
Pada kategori pengetahuan ini disusun
oleh peneliti berdasarkan konsep yang
terdiri dari, pengertian, penyebab dan
tanda gejala gastritis. Menurut kuesioner
ini terdiri dari 25 item pernyataan
dengan diberi skor A sampai C (ABC)
yang bertujuan agar siswa tinggal
memilih jawaban yang dianggap benar
dan mempermudah siswa dalam

menjawab item pernyataan tersebut.


Kemudian ditentukan berdasarkan hasil
kategori yang didapatkan dari jumlah 25
pertanyaan dikalikan nilai skor jawaban
tertinggi kemudian ditambahkan dengan
jumlah pernyataan dengan skor terendah
dibagi dua, karena yang ditentukan
berdasarkan hasil nilai mean/medan.
Maka yang didapatkan pengetahuan
baik50 dan pengetahuan kurang<50
Kategori kejadian gastritis
Pada kategori ini peneliti menanyakan
item pernyataan ada 7 pertanyaan yang
dilihat dari tanda dan gejala yang
dirasakan siswa pada saat sakit gastritis
dengan diberi 3 skor jawaban yaitu
3=selalu, 2=kadang-kadang dan 3=tidak
pernah. Kemudian dari jumlah skor
ditentukan
berdasarkan
nilai
mean/median, jika gastritis diberi
kategori 1, dan jika tidak gastritis diberi
kategori 2. Kemudian dari kategori
tersebut ditentukan berdasarkan nilai
skor jumlah item pernyataan dikalikan
nilai skor tertinggi ditambah jumlah
item pernyataan kalikan skor terendah
dibagi dua, lalu ditentukan berdasarkan
mean/median yaitu untuk kejadian
gastritis jika skor14 dan tidak
gastritis<14.
Analisis Data
Analisa data yang merupakan proses
penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan di
interpretasikan dengan menggunakan
statistik, kemudian diberikan interpretasi
dan membandingkan hasil penelitian
dengan teori yang ada. Analisa data
yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah :
Analisis Univariat
Analisa data dilakukan dengan cara
univariat yaitu untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap
variabel penelitian.
Pada penelitian ini analisis yang
menghasilkan distribusi frekuensi dan
persentase
dari
tiap
variabel,

STIKes Dharma Husada Bandung

(Notoatmodjo, 2012). Adapun analisis


dalam penelitian ini yaitu data yang
meliputi pengetahuan remaja tentang
gastritis dan kejadian gastritis dengan
dilakukan
menggunakan
rumus
persentase frekuensi sebagai berikut:
Rumus :

= 100%

Keterangan :
P : presentase untuk setiap kategori
f : jumlah setiap kategori
N : jumlah total responden
Analisa Bivariat
Analisa bivariat bertujuan untuk melihat
atau mengetahui hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat.
Pada penelitian ini analisa bivariat yaitu
hubungan pengetahuan remaja tentang
gastritis dengan kejadian gastritis. Pada
penelitian ini analisa bivariat dilakukan
dengan memakai uji Chi Square karena
syarat uji chi square yaitu jika diketahui
tabel 2x2 dan tidak boleh ada sel yang
mempunyai nilai harapan atau nilai
ekspektasi kurang dari 5 lebih dari 80%
dari keseluruhan sel dan ditentukan
dengan nilai estimasi OR (Sopyudin,
2013).
Rumus Uji Chi-Square sebagai berikut
(Arikunto, 2014) :
( )
=

Keterangan:
x2
: Nilai Chi kuadrat
fo
: Frekuensi yang diobservasi
fh
: frekuensi yang diharapkan
dimana :
( )( )
=

fe
= frekuensi yang diharapkan
f k = jumlah frekuensi pada kolom
fb
= jumlah frekuensi pada baris
T
= jumlah keseluruhan baris atau
kolom
Hasil akhir uji statistik adalah untuk
mengetahui apakah keputusan uji Ho
ditolak atau Ho diterima. Digunakan

tingkat kepercayaan 95%. Ketentuan


pengujian dengan Chi Square adalah
jika p value alpha (0,05) maka ada
hubungan yang signifikan antara kedua
variabel, tetapi jika p value > alpha
(0,05) maka tidak ada hubungan yang
signifikan
antara
keduanya
(Notoatmodjo, 2014).
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Tabel 4.1 Gambaran pengetahuan
remaja tentang kejadian gastritis di
SMP Negeri 45 Bandung
Pengetahuan Frekuensi
Baik
78
Kurang
109
Total
n=187

Persentase
41,7
58,3
100

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan dari


jumlah total 187 orang remaja sebagian
besar
memiliki pengetahuan baik
sebanyak 109 orang (58,3%).

Tabel 4.2 Gambaran kejadian


gastritis pada remaja di SMP Negeri
45 Bandung
Kejadian
gastritis
Gastritis
Tidak
gastritis
Total

Frekuensi

Persentase

136
51

72,7
27,3

n=100

100

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan dari


jumlah total 187 orang remaja sebagian
besar memiliki gastritis terbanyak yaitu
136 orang (72,7%) .
Tabel 4.3 Hubungan Pengetahuan
Dengan Kejadian Gastritis Di SMP
Negeri 45 Bandung

STIKes Dharma Husada Bandung

Kejadian gastritis
Total
Pengetahuan

Gastritis

Tidak gastritis

Baik

36

26,3

42

82,4

78

41,7

Kurang

100

73,5

17,6

109

58,3

0,077

OR
(CI
95%)

P
value

0,000

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan bahwa


pengetahuan remaja yaitu kurang
dengan kejadian gastritis sebanyak 100
(73,5%) . Hasil uji chi
square
didapatkan bahwa p-value=0,000 yang
berarti
terdapat
hubungan
yang
signifikan antara pengetahuan remaja
dengan kejadian gastritis dan nilai
OR=0,077 artinya pada remaja yang
memiliki pengetahuan kurang akan
berisiko lebih besar 0,077 terhadap
kejadian gastritis dibandingkan pada
remaja yang memiliki pengetahuan baik
dan tidak gastritis.
Pembahasan
Berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukan dari jumlah total 187 orang
remaja sebagian orang memiliki
pengetahuan kurang yaitu sebanyak 109
orang (58,3%). Hal tersebut dengan
remaja yang memiliki pengetahuan
kurang dipengaruhi oleh usia yang
dilihat dalam tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir, dari segi kepercayaan
remaja untuk seseorang yang lebih
dewasa dipercaya dari orang yang belum
tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai
dari pengalaman dan kematangan jiwa
yang
sesuai
berdasarkan
teori
Notoatmodjo (2012).
Senada dengan hasil yang telah
dilakukan oleh Luluk, (2016) yang
menunjukan bahwa hampir 84,0%
remaja memiliki tingkat pengetahuan
yang kurang. Kurangnya pengetahuan
dipengaruhi oleh perilaku remaja dengan
kebiasaan pola makan yang tidak teratur.
Menurut
Notoatmodjo,
(2012)
pengetahuan adalah hasil tahu seseorang
dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap satu obyek


tertentu
dan
orang
melakukan
penginderaan terhadap suatu objek
tertentu terjadi melalui panca indera
remaja yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan remaja
diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk
terbentuk tindakan seseorang terhadap
pengetahuan kejadian gastritis.
Hasil kuesioner menunjukan bahwa
sebagian responden selain memiliki
pengetahuan
kurang
ada
juga
pengetahuan baik yang menjawab dari
item pertanyaan hampir dijawab dengan
benar yaitu tentang pengertian gastritis
yang berarti penyakit maag. Sedangkan
pada remaja yang memiliki pengetahuan
kurang mereka tidak tahu dari tanda
gejala dan faktor risiko yang dapat
menyebabkan kejadian gastritis.
Asumsi peneliti dengan responden yang
memiliki pengetahuan kurang. Hal
tersebut karena dipengaruhi oleh tingkat
usia yang berarti usia seseorang dalam
menentukan
pengetahuan
masih
responden masih minim dan belum
secara luas menemukan pengetahuan
tentang gastritis. Informasi yang ia
dapatkan
juga
masih
terbatas.
Diharapkan
dengan
memiliki
pengetahuan yang kurang para remaja
hendaknya banyak membaca buku untuk
menambah wawasan dan informasi
tentang pengetahuan gastritis.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
dari total responden sebanyak 187 orang
paling banyak didapatkan dengan
kejadian gastritis yaitu 136 orang
(72,7%) . Hal tersebut remaja yang
mengalami gastritis dipengaruhi oleh
perilaku dan kebiasaan dalam sarapan
pagi. Remaja yang tidak memiliki
kebiasaan sarapan pagi akan mudah
sakit gastritis, selain itu remaja juga

STIKes Dharma Husada Bandung

sering memakan makanan pedas pada


saat sebelum sarapan pagi di rumah
(Baliwati, 2010).
Menurut Smaltzer dan Bare, (2012)
Gastritis adalah suatu peradangan
mukosa
lambung
paling
sering
diakibatkan oleh ketidakteraturan diet,
misalnya makan terlalu banyak dan
cepat atau makan makanan yang terlalu
berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab
lain seperti alkohol, aspirin, refluks
empedu atau terapi radiasi. Sedangkan
menurut Hirlan tahun 2013, gastritis
adalah proses inflamasi pada mukosa
dan submukosa lambung atau gangguan
kesehatan yang disebabkan oleh faktor
iritasi dan infeksi.
Senada dengan hasil penelitian Rahmi
(2011) menyatakan gastritis tergolong
tidak baik dan faktor yang menyebabkan
responden dalam upaya pencegahan
kekambuhan gastritis tidak baik itu
seperti pola hidup yang tidak sehat yang
meliputi kebiasaan makan (tidak
sarapan, kebiasaan makan pedas, terlalu
manis) juga merokok, dan stres .
Hasil kuesioner didapatkan dari jawaban
responden diketahui bahwa perasaan
sering mual atau sakit perut bagian atas
yang berulang. Hal tersebut terjadi
ketika remaja telat makan dan makan
tidak teratur sehingga ia merasakan sakit
perut bagian atas. Remaja yang
kebiasaan makannya kurang (pola
makan), diharapkan para remaja dapat
memperhatikan pola makanya secara
dini agar tidak terjadi gastritis
berkelanjutan.
Berdasarkan
hasil
analisis
yang
diketahui hasil statistik menunjukan
pada pengetahuan remaja yang kurang
perlu dilakukan penyuluhan tentang
informasi gastritis, baik dari segi tanda
gejala, maupun dari penyebab dari tanda
gejala tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan


bahwa p-value sebesar 0,000 yang
berarti ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan remaja dengan
kejadian gastritis dan nilai OR=0,077
artinya pada remaja yang memiliki
pengetahuan kurang akan berpeluang
lebih besar 0,077 lebih besar terhadap
kejadian gastritis, dibandingkan pada
remaja yang memiliki pengetahuan baik
tidak akan terkena penyakit gastritis.
Senada dengan hasil penelitian Mareyke
(2014) yang menunjukan sama bahwa
ada hubungan stres dan pengetahuan
dengan kejadian gastritis pada remaja,
dengan
hasil
0,001,
rata-rata
pengetahuan yang dimiliki oleh remaja
adalah kurang, kurang pengetahuan
tersebut dipengaruhi oleh informasi
yang ia terima masih minim.
Gastritis berarti peradangan mukosa
lambung yang dapat terjadi dalam
jangka waktu 6 bulan atau <1 tahun,
sedangkan gastritis berat terjadi >4
tahun bahkan kematian. Peradangan dari
gastritis dapat hanya superficial atau
dapat menembus secara dalam ke dalam
mukosa lambung, dan pada kasus-kasus
yang berlangsung lama menyebabkan
atropi mukosa lambung yang hampir
lengkap. Pada beberapa kasus, gastritis
dapat menjadi sangat akut dan berat,
dengan ekskoriasi ulserativa mukosa
lambung oleh sekresi peptik lambung
sendiri (Guyton, 2001)
Menurut tingkatan etiologi bahwa
gastritis dibedakan menjadi dua yaitu
gastritis akut dan gastritis kronik.
Gastritis akut yaitu dapat disebabkan
oleh karena stres, zat kimia misalnya
obat-obatan dan alkohol, makanan yang
pedas, panas maupun asam. Sedangkan
kronik disebabkan oleh gastritis akut
yang berulang sehingga terjadi iritasi
mukosa lambung yang berulang - ulang
dan terjadi penyembuhan yang tidak
sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi

STIKes Dharma Husada Bandung

kelenjar epitel dan hilangnya sel


pariental dan sel chi f. Karena sel
pariental dan sel chi f hilang maka
produksi HCL (Muttaqin, 2011).
Hasil kuesioner yang dihubungkan
dengan jawaban responden bahwa
pengetahuan yang didapatkan responden
adalah kurang, hal tersebut dipengaruhi
oleh tingkatan usia, hal tersebut sesuai
dengan teori Notoatmodjo (2012) yang
menyatakan
bahwa
tingkat
usia
seseorang didapatkan bahwa semakin
bertambanya usia maka semakin mudah
menerima informasi, begitu juga dengan
tingkat SMP dengan usia sekolah
mereka belum memiliki pengalaman
luas terhadap kejadian gastritis yang
pada dasarnya kebiasaan makan sarapan
pagi, sering makan pedas adalah
penyebab kejadian gastritis.
Pada dasarnya remaja yang memiliki
pengetahuan kurang tentang kejadian
gastritis dapat mengakibatkan penyakit
gastritis pada remaja dengan pola makan
yang kurang teratur, dan informasi yang
didapatkan oleh remaja masih minim.
Sebaliknya pada remaja yang memiliki
pengetahuan baik tidak akan terkena
penyakit gastritis.
Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu
peneliti mengalami kesulitan dalam
mencari jurnal atau teori, karena untuk
sumber dan literatur yang peneliti cari
masih kurang. Salah satu penyebab
keterbatasan jurnal atau teori yang
diperoleh terutama studi pengetahuan
yang berkaitan dengan gastritis pada
remaja, selain jumlah jurnal yang
diperoleh sulit diakses, tinjauan
mengenai teori dan bahan yang
digunakan masih jarang ditemui dan
kuesioner yang digunakan hanya
berkaitan dengan tanda gejala dan
kurang menggali penyebab dan faktor
risiko dari kejadian gastriris tersebut.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
1. Pengetahuan remaja di SMP Negeri
45 Bandung didapatkan sebagian
besar yaitu kurang sebanyak 109
orang (58,3%).
2. Kejadian gastritis yang dialami oleh
remaja di SMP Negeri 45 Bandung
yaitu paling banyak dengan kejadian
gastritis sebanyak 136 orang
(72,7%)
3. Terdapat hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dengan kejadian
gastrits di SMP Negeri 45 Bandung
Saran
1. Bagi SMP Negeri 45 Bandung
Diharapkan dapat memberikan
informasi kepada remaja yang
memiliki pengetahuan kurang, agar
diberikan pendidikan kesehatan
tentang kebiasaan sarapan pagi,
sehingga tidak jadi gastritis.
2. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan perawat dapat ikut
berperan serta dalam memberikan
penyuluhan rutin tentang perilaku
remaja terhadap kesehatan dan pola
makan yang baik, sehingga kejadian
gastritis dapat diturunkan.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan agar meneliti lebih
lanjut terkait kejadian gastritis pada
remaja, seperti faktor yang lain yaitu
sikap,
perilaku
yang
dapat
menyebabkan kejadian gastritis.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 2006. Prosedur penelitian
suatu pendekatan praktik.
Jakarta : PT Rineka Cipta
_______ 2014. Prosedur penelitian
suatu pendekatan praktik.
Edisi Revisi. Jakarta : PT
Rineka Cipta
Almatsier, 2002. Prinsip Dasar Ilmu
Gizi. Jakarta : Penerbit Gramedia.
Beyer, 2010.
Critical Thinking.
Bloomington IN: Phi Delta

STIKes Dharma Husada Bandung

Kappa
Educational
Foundation.
Baliwati, 2012. Pengantar Pangan dan
Gizi.
Jakarta:
Penebar
Swadaya
Bloom, 2011.
Taxonomy of
Educational Objectives : The
Classification of Educational
Goals, Handbook I Cognitive
Domain.
New
York
:
Longmans, Green and Co.
Dermawan dan Rahayuningsih, 2010.
Keperawatan Medikal Bedah
Sistem
Pencernaan.
Yogyakarta:
Gosyen
Publishing.
Dewi dan Wawan, 2010. Teori &
Pengukuran
Pengetahuan
Sikap Dan Prilaku Manusia,
Yogyakarta, Nuha medika.
Friscaan, 2010. Semua Tentang Maag.
Jakarta EGC
Hidayat, 2007. Pengantar Kebutuhan
Dasar
Manusia:
Aplikasi
Konsep
dan
Proses
Keperawatan Buku 1, Jakarta:
Salemba Medika
Hirlan, 2013. Ilmu Penyakit Dalam Jilid
1. Edisi IV. Jakarta: FKUI.
Kemenkes, 2015. Data Angka Kejadian
Gastritis.
Mansjoer,
2011.
Kapita
selekta
kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius.
Maulidiyah, 2006. Jurnal tentang
Hubungan antara stres dan
kebiasaan
makan
dengan
terjadinya
kekambuhan
penyakit gastritis. Diunduh
dari
https://ml.scribd.com/doc/2154
93757/Hubungan-AntaraStres-Dengan-TerjadinyaKekambuhan-PenyakitGastritis-Pada-PasienGastritis. Diakses pada tanggal
14 April 2016. (Jurnal tersedia
Online).
Mukherjee,
2012.
Principles
of
Management
and

Organizational Behaviour. 2nd


Edition. Tata McGraw-Hill
Education Private Limited
Muttaqin,
2011.
Gangguan
Gastrointestinal.
Jakarta:
Salemba Medika.
Notoatmodjo,
2010.
Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
_______ , 2012. Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
Nursalam 2014. Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Rineka
Cipta
Price & Wilson, 2013. Disfungsi
Mekanis Jantung dan Bantuan
Sirkulasi Penyakit Dalam.
Dalam : Hartanto H, Susi N,
Wulansari P, Maharani DA,
editor. Patofisiologi : Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6. Jakarta: EGC
Putri dkk, 2010. Jurnal Hubungan Pola
Makan
Pasien
Dengan
Kejadian Gastritis Di Wilayah
Kerja Puskesmas Wawonasa
diunduh
dari
http://fifilialombeng.blogspot.c
om/2013_07_01_archive.html.
Diakses pada tanggal 14 April
2016. (Jurnal tersedia Online).
Priyatno, 2008. Teknik Mudah dan
Cepat Melakukan Analisis
Data Penelitian dengan SPSS
dan Tanya Jawab Ujian
Pendadaran. Gaya Media,
Yogyakarta.
Potter, 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik. Edisi 4.Volume
2.Alih Bahasa : Renata
Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.
Raifudin, 2010. Gejala Umum Yang
Terjadi
Pada
Penderita
Gastritis. Jakarta. EGC
Rogers, 1983 dalam Notoatmodjo, 2012.
Pendidikan
dan
Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta

STIKes Dharma Husada Bandung

10

Saydam, 2011. Memahami Berbagai


Penyakit (Penyakit Pernapasan
dan Gangguan Pencernaan).
Bandung: Alfabeta
Sepulveda, 2012. Westernization : The
Role of Mass Media on Body
Image and Eating Disorders.
Shapiro, 2013. Hair Anatomy and
Histology.
Dalam
Hair
Transplantation.
Edisi
Keempat. Unger & Shapiro

STIKes Dharma Husada Bandung

11

Shulfany, 2011. Jurnal tentang Hubungan Pola makan Dengan Kejadian Gastritis
Pada Masyarakat Semester II Stikes Wira Husada Yogyakarta. Diunduh dari
https://www.scribd.com/doc/290042309/e-Library-Stikes-Nani-HasanuddinAndimegawa. Diakses pada tanggal 14 April 2016. (Jurnal tersedia Online).
Sjamsuhidajat, dan De Jong W. 2012. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Soekanto, 2012. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Rajawali Press
Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif & RND. Bandung: Alfabet
Suyono, 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
Suzzane & Bare, 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth
(Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh Agung Waluyo.dkk, EGC, Jakarta.
Tawi, 2013. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Statistik Untuk Penelitian. Bandung ;
Alfabeta.
Wehbi, 2013. Penurunan Darah Dalam Lambung. Jakarta. EGC
Williams and Wikins, 2012. Kapita Selekta Penyakit. Jakarta: EGC
Yayuk Farida Baliwati, 2010. Pengantar pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar Swadaya
Zilmawati, 2007. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Gejala Gastritis pada
Mahasiswa Tingkat IV Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Baiturrahmah Padang. Padang: FKM Universitas Baiturrahmah. Diunduh dari
https://id.scribd.com/doc/187241827/2-Jurnal-Emi. Diakses pada tanggal 10
April 2016. (Jurnal tersedia Online).

STIKes Dharma Husada Bandung

12

Anda mungkin juga menyukai