ABSTRAK
PENDAHULUAN
Stres merupakan fakta dan kenyataan di dalam kehidupan mulai dari faktor
pekerjaan, pendidikan, konflik, dan ekonomi. Semuanya adalah stres dengan
sistuasi yang berbeda-beda. Istilah Stres ini berasal dari istilah latin yaitu berasal
dari kata “stringere” yang berarti ketegangan dan tekanan (Yosep, 2011). Bukan
hanya orang dewasa, tapi remaja juga dapat mengalami stres.
Semakin banyak orang stres, maka semakin banyak juga resiko seseorang
mengalami gastritis. Stres memiliki efek negatif untuk mekanisme neuroendokrin
terhadap saluran pencernaan, sehingga seseorang yang sedang stres dapat
mengalami gastritris (Prio, 2009).
Stres merupakan gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh
terjadinya perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi oleh lingkungan
maupun individu tersebut. Sehingga bisa disimpulkan bahwa stress merupakan
salah satu faktor yang berpengaruh dalam kekambuhan gastritis (Goldberg, dkk,
1976).
Berdasarkan latar belakang yang yang telah diuraikan, solusi yang bisa
dilakukan untuk mengatasi hubungan pola makan dan tingkat stress terhadap
kekambuhan gastritis di RS Anutapura palu adalah perawat harus mampu
menghindari faktor penyebab kambuhnya gastritis pada pasien. Misalnya, Stres
dan pola makan yang tidak teratur. Oleh karena itu, perawat harus mampu
memberikan asuhan keperawatan yang tepat untuk mengurangi intensitas nyeri
yang dirasakan pasien akibat gastritis.
Rumusan Masalah
Tujuan
1. Definisi Gastritis
Penyakit gastritis sebagai salah satu masalah pada saluran pencernaan
yang paling sering terjadi pada seluruh kalangan usia. Kejadian penyakit
gastritis terjadi karena pola hidup yang tidak sehat seperti pola makan yang
tidak teratur, konsumsi obat penghilang nyeri jangka panjang, konsumsi kopi,
alkohol, merokok, stres fisik, stres psikologis, kelainan autoimun, chrone
disease, penyakit bile reflux, infeksi bakteri dan penyakit lain seperti
HIV/AIDS, infeksi parasit dan gagal hati atau ginjal. Gejala yang timbul pada
penyakit gastritis berupa rasa tidak enak pada perut, perut kembung, sakit
kepala, mual dan lidah berlapis (Okviani, 2011).
Salah satu penyebab dari gastritis adalah infeksi dari bakteri
Helicobacter Pylori (H. pylori) dan merupakan satu-satunya bakteri yang
hidup di lambung. Bakteri ini dapat menginfeksi lambung sejak anak-anak dan
menyebabkan penyakit lambung kronis. Bahkan diperkirakan lebih dari 50%
penduduk dunia terinfeksi bakteri ini sejak kecil. Jika dibiarkan, akan
menimbulkan masalah sepanjang hidup (Soemoharjo, 2007)
Data Depkes RI (2014), menyatakan angka kejadian gastritis di
Indonesia sebesar 40,8%, sedangkan di Jawa Timur angka kejadian gastritis
sebesar 31,2% dari seluruh kalangan usia. Gastritis merupakan salah satu
penyakit di dalam sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah
sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%).Kejadian gastritis yang
dibiarkan atau tidak diberi pengobatan bisa mengakibatkan kekambuhan secara
terus menerus pada penderita dan memberikan efek negatif pada kondisi
kesehatan seperti merusak fungsi lambung dan dapat meningkatkan resiko
untuk terkena kanker lambung hingga menyebabkan kematian.
2. Definisi Pola Makan
Pola makan merupakan perilaku yang ditempuh seseorang dalam
memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap hari
yang meliputi frekuensi makan dalam sehari, jenis makanan yang dikonsumsi
dan porsi makan.Kebiasaan makan tidak teratur akan membuat lambung sulit
untuk beradaptasi, jika hal itu berlangsung lama, produksi asam lambung akan
berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung dan dapat
berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa perih dan
mual. Gejala tersebut bisa naik ke kerongkongan yang menimbulkan rasa panas
terbakar (Notoatmodjo, 2011).
Pada penderita gastritis, makanan yang disajikan perlu di atur terutama
mengingat bahwa penyakit ini berhubungan dengan alat pencernaan. Gastritis
dapat diatasi dengan cara mengurangi konsumsi makanan yang dapat
mengganggu lambung (makanan yang terlalu asam danpedas) serta
menghindari makanan yang bisa membentuk gas sehingga mengakibatkan
perut kembung (misalnya ubi dan nangka).
Pola makan yang baik mengandung makanan sumber energi, sumber
zat pembangun dan sumber zat pengatur, karena semua zat gizi diperlukan
untuk pertumbuhan dan pemiliharaan tubuh serta perkembangan otak dan
produktifitas kerja, serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan
kebutuhan.
Menurut fitri (2013) gastritis terjadi akibat makan tidak teratur atau tidak
makan apapun dalam waktu relative lama, akibatnya kadar asam lambung
meningkat sehingga permukaan lambung terkikis hingga menimbulkan
semacam tukak. Jika pengikisan sudah terjadi, gastritis pun akan semakin
beresiko. Gejala penyakit yang tidak muncul tidak lagi sekedar mual, muntah
atau sakit perut, tetapi juga meningkat hingga feses yang berdarah (Sopyan,
2015).
Hal ini sejalan dengan teori Megawati, Nosi (2014) dalam jurnal berjudul
beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian gastritis pada pasien yang
di rawat di Rumah Sakit Labuang baji Makassar. Dengan hasil uji statistik
yaitu diperoleh data p = 0,024 < α 005 yang artinya ada pengaruh antara pola
makan dengan kejadian gastritis. Salah satu penyebab utama meningkatnya
asam lambung adalah pola makan yang tidak teratur. Makanan atau minuman
yang dikonsumsi dan masuk kedalam lambung berfungsi mengurangi
kepekatan asam lambung sehingga tidak sampai menggerogoti lambung.
Perubahan pola makan meliputi tidak teraturnya waktu makan, frekuensi
makan, jenis makanan dan porsi makanan yang dikonsumsi dapat
mempengaruhi kekambuhan gastritis.
4. Definisi Stres
Stres merupakan suatu respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari
manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan
internal dan eksternal (stressor). Stres dapat mempengaruhi semua bagian dari
kehidupan seseorang, menyebabkan stres mental, perubahan perilaku,
masalahmasalah dalam interaksi dengan orang lain dan keluhan-keluhan fisik
salah satunya mengakibatkan nafsu makan berkurang sehingga menimbulkan
gastritis. Stres menyebabkan penurunan semua kinerja organ tubuh yang di
pengaruhi dan dikontrol oleh otak, ketika reseptor otak mengalami kondisi
stres akan menyebabkan perubahan keseimbangan kondisi dalam tubuh
sehingga berdampak terhadap perubahan pola makan yang menyebabkan
gastritis (Sunaryo dalam Prasetyo, 2015).
Data WHO tahun 2013 prevalensi masyarakat dunia yang mengalami
stress ringan sebesar 38% dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 42%.
Berdasarkan data Depkes RI tahun 2015 didapatkan prevalensi masyarakat
Indonesia yang mengalami stres ringan sebesar 36,7% dan pada tahun 2015
meningkat 41,8%, sedangkan prevalensi masyarakat di Jawa Timur yang
mengalami stres ringan pada tahun 2015 sebanyak sebesar 18,5% atau
sebanyak 1,5 juta orang.