Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saluran pencernaan merupakan gerbang utama masuknya zat gizi

sebagai sumber pemenuhan kebutuhan tubuh baik untuk melakukan

metabolisme hingga aktivitas sehari-hari. Sistem pencernaan merupakan salah

satu organ penting yang rentang mengalami gangguan, gastritis menjadi salah

satu penyakit yang paling banyak dijumpai di klinik penyakit dalam dan

kehidupan sehari-hari. Gastritis merupakan peradangan local atau menyebar

pada mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa

dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain (Wijaya & Putri, 2013).

Gastritis secara umum dikenal dengan istilah sakit maag atau ulu hati

yang disebut peradangan pada dinding lambung terutama pada selaput lendir

lambung, penyakit ini sering dijumpai timbul secara mendadak biasanya

ditandai dengan rasa mual dan muntah, nyeri, perdarahan, rasa lemah,nafsu

makan menurun atau sakit kepala. Pembagian klinis gastritis secara garis besar

dibagi menjadi dua jenis yaitu gastritis akut dan gastritis kronis (Nosi &

Megawati, 2014)

Faktor-faktor yang menyebabkan gastritis, pola makan, stres, alkohol,

rokok. Terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak baik

dan tidak teratur sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung

meningkat. Beberapa jenis makanan yang dapat menyebabkan gastritis yaitu

1 STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


2

makanan yang bergas, makanan yang bersantan, makanan yang pedas, asam,

dan lain-lain (Sunarmi, 2018).

Faktor pola makan atau frekuensi makan yang baik dimana makan mulai

dari jam 7 hingga jam 10 pagi. Diikuti makan yang kedua dengan jarak enam

jam setelahnya mulai jam 1 siang hingga jam 3 sore. Ketika makanan

dikonsumsi oleh tubuh maka didalam tubuh mengalami proses penyaringan

dan penyerapan makanan, khusus makanan kaya protein, dimana akan

mempengaruhi proses intesif yang mengaktifkan sel dalam memproduksi zat

asam lambung, getah dan enzim lambung. Yang mengakibatkan pencernaan

bekerja terus menerus dinding perut (Oktaviani dalam Kurniawan, 2018).

Stress memiliki efek negatif memulai mekanisme neuroendokrin

terhadap saluran pencernaan sehingga berisiko untuk mengalami gastritis.

Efek pada saluran pencernaan menyebabkan penurunan aliran darah pada sel

epitel lambung dalam melindungi mukosa lambung.saat menghadpi stress,otak

akan merangsang sekresi adrenalin. Bahan kimia ini akan menuju ginjal dan

memicu proses perubahan glikogen menjadi glukosa sehingga mempercepat

peredaran darah. Tekanan darah akan meningkat, pernafasan semakin cepat

(untuk meningkatkan asupan oksigen) dan pencernaan pun terkena

dampaknya. Stress bukanlah suatu penyakit, melainkan mekanisme

pertahanan tubuh. Namun jika mekanisme pertahanan ini menjadi kronis maka

kita akan menjadi lebih rentan terhadap penyakit (Nasir & Muhith, 2011).

Konsumsi alkohol dalam jumlah sedikit akan merangsang produksi asam

lambung berlebihan, nafsu makan berkurang dan mual. Konsumsi alkohol

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


3

dapat merusak mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam

pepsin ke dalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Akibat

iritasi pada respons mukosa lambung yang terus menerus, jaringa menjadi

meradang dan dapat terjadi perdarahan, masuknya zat-zat seperti asam dan

basa kuat yang bersifat korosif mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada

dinding lambung. Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi didinding lambung

dengan akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis (Bayer dalam Angkow

Julia, 2014).

Merokok juga menyebabkan gangguan pada perut yang mulai dengan

rasa perih pada perut yang diakibatkan terlalu banyak menghisap rokok dan

dapat mengakibatkan gangguan pada lambung. Pada keadaan normal,

lambung dapat bertahan terhadap keasam cairan lambung, karena beberapa zat

tertentu terutama bikarbonat yang membantu menurunkan derajat keasaman.

Nikotin dari rokok ternyata menyebabkan perubahan pada sistem hormonal

diantaranya meningkatkan dopaim. Dopaim dapat menyebabkan berkurangnya

aliran darah kesaluran pencernaan, aliran darah yang kurang mempengaruhi

kinerja gastrin (Lewis dalam Srianti Munawir, 2014).

Berdasarkan kejadian gastritis di dunia sekitar 37,8% dari jumlah

penduduk setiap tahun dan umumnya terjadi pada penduduk yang berusia 20-

30 tahun adalah usia yang paling sering mengalami gastritis dan menyerang

lebih banyak pada perempuan dibandingkan pada laki-laki. Sedangkan Asia

Tenggara, insiden terjadinya gastritis sekitar 593.635 dari jumlah penduduk

setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


4

pada populasi Shanghai sekitar 17,2% yang secara subtansial lebih tinggi dari

populasi barat berkisar 4,1% dan bersifat asimtomatik (Buletin, 2015).

Badan penelitian kesehatan Word Health Organisasion (WHO)

mengadakan tinjauan terhadap delapan negara di dunia dan medapatkan

beberapa hasil presentasi dari angka kejadian gastritis di dunia, dimulai dari

negara angka kejadian gastritis paling tinggi yaitu, Amerika dengan presentasi

mencapai 47% kemudian diikuti oleh India dengan presentasi 43% lalu

beberapa negara lainnya seperti Indonesia 40,8%, Kanada 35%, China 31%,

Francis 29,5%, Inggris 22% dan jepang 14,5%.Angka kejadian gastritis pada

beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 74.396 kasus

dari 238.452.952 jiwa penduduk. Berdasarkan profil kesehatan di Indonesia

tahun 2012, gastritis merupakan salah satu penyakit dalam 10 penyakit

terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah

30.154 kasus (4,9%) (Kemenkes, 2016).

Angka kejadian di provinsi Lampung Gastritis pada tahun 2014 gastritis

masuk ke dalam 10 besar penyakit yaitu pada urutan kesembilan dengan

jumlah 51.962 atau 3,00%. (Dinkes Provinsi Lampung, 2014). Data yang

didapat dari Dinas Kesehatan kabupaten Pringsewu pada 2013 Gastritis

merupakan urutan ke 3 dari 10 penyakit dengan kejadian mencapai 3677

kasus, hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya

kesehatan, yang menyebabkan pola hidup masyarakat tidak sehat,

sepertimakan tidak tepat waktu, makan-makanan yang dapat menyebabkan

gastritis dan penurunan stress.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


5

Sejalan hasil penelitian yang dilakukan oleh Megawati & Nosi (2014)

yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pola makan terhadap kejadian

gastritis diperoleh ρ= 0,024 (ρ< 0,05) yang artinya ada pengaruh antara pola

makan terhadap kejadian gastritis.Penelitian lain yang dilakukan oleh Indra

dewi (2014) dari hasil penelitian yang dilakukan 40 responden, diantaranya

untuk responden mempunyai stres dan berisiko terjadinya gastritis sebanyak

28 orang (70%) dan kurang berisiko terjadinya gastritis sebanyak 12 orang

(30%), hasil perhitungan statistik chi-square diperoleh nilai ρ = 0,004 lebih

kecil dari α diterima sehingganya membuktikan adanya hubungan antara stres

dengan kejadian gastritis.

Sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Srianti & Munawir

(2014) Pada penelitian dilakukan dengan 80 responden yang alkoholisme dan

menderita gastritis (kasus) yaitu sebanyak 29 (36,3%) sedangkan responden

yang alkoholisme dan tidak menderita gastritis (kontrol) sebanyak 37 (46,3%).

Responden yang bukan alkoholisme dan menderita (kasus) sebanyak 11

(13,8%) sedangkan responden yang bukan alkoholisme dan tidak menderita

gastritis sebanyak 3 (3,8%).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bupu Nay dkk (2013)

penelitian dilakukan dengan 50 responden yang diteliti 33 responden (66%)

yang merokok terdapat 30 responden (60%) yang menderita gastritis 3

responden (6%) yang tidak menderita gastritis, dan 17 responden (34%) yang

tidak menderita gastritis, kesemuanya tidak ada yang menderita gastritis.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


6

Setelah dilakukan uji statistik dengan chi-square diperoleh nilai ρ = 0,000 < α

(0,05) yang artinya terdapat hubungan merokok dengankejadian gastritis.

Berdasarkan studi pendahuluan hasil wawancara dari salah satu petugas

Puskesmas Pringsewu data diperoleh yang menderita Gastritis dari bulan

September sampai desember 2018 berjumlah 162 orang yang menderita

Gastritis yang ada dirawat jalan, pada laki-laki berjumlah 27 orang dan pada

perempuan 135. Fenomena tersebut sehingga menyebabkan peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor Yang berhubungan

dengan Kejadian Penyakit Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari kejadian gastritis terdapat beberapa faktor mengenai

terjadinya gastritis timbul secara mendadak biasanya ditandai dengan rasa

mual dan muntah, nyeri, perdarahan, rasa lemah, nafsu makan menurun atau

sakit kepala dan bisa juga karena inflamasi yang terjadi pada lapisan lambung,

yang sering merasa nyeri pada bagian perut melalui bakteri helicobacter

pylory masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan. Faktor yang

mengenai terjadinya gastritis bisa karena frekuensi atau pola makan, stres,

konsumsi alkohol dan merokok.Berdasarkan latar belakang maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah faktor-fakor yang berhubungan

dengan kejadian penyakit Gastritis di wilayah kerja Puskesmas Pringsewu.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


7

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit

gastritis di wilayah kerja Puskesmas Pringsewu Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan

usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan di Wilayah kerja

Puskesmas Pringsewu Tahun 2019.

b. Diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan pola makan di

Wilayah kerja Puskesmas Pringsewu Tahun 2019.

c. Diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan stress di Wilayah

kerja Puskesmas Pringsewu Tahun 2019.

d. Diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan konsumsi

alkohol di Wilayah kerja Puskesmas Pringsewu Tahun 2019.

e. Diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku

merokok di Wilayah kerja Puskesmas Pringsewu Tahun 2019.

f. Diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian gastritis

di Wilayah kerja Puskesmas Pringsewu Tahun 2019.

g. Diketahui hubungan pola makan dengan kejadian penyakit gastritis di

wilayah kerja Puskesmas Pringsewu Tahun 2019.

h. Diketahui hubungan stress dengan kejadian penyakit gastritis di

wilayah kerja Puskesmas Pringsewu Tahun 2019.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


8

i. Diketahui hubungan konsumsi alkohol dengan kejadian penyakit

gastritis di wilayah kerja Puskesmas Pringsewu Tahun 2019.

j. Diketahui hubungan perilaku merokok dengan kejadian penyakit

gastritis di wilayah kerja Puskesmas Pringsewu Tahun 2019.

D. Ruang Lingkup

Peneliti dalam penelitian ini membatasi ruang lingkup penelitian dengan

menggunakan desain cross sectional. Subjek dalam penelitian ini adalah

pasien yang menjalani rawat jalan di wilayah kerja Puskesmas Pringsewu.

Objek dalam penelitian ini adalah stress, pola makan, alkohol, merokok dan

kejadian gastritis. Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Pringsewu

pada bulan Juli 2019.

E. Manfaat Penelitian

1. Aplikatif

a. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

perawat, khususnya tentang kualitas hidup penderita gastritis di

Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu.

b. Bagi responden dan keluarga

Hasi penelitian ini diharapakan untuk menambahkan wawasan dan

pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi gastritis serta

pencegahan dan pengobatan bagi yang mengalami gastritis.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


9

c. Bagi perawat

Hasil penelitian ini diharapkan untuk tindakan pelayanan dan

penyuluhan faktor-faktor yang mempengaruhi gastritis serta

penanganan gastritis.

2. Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan

sehingga dapat menambah wawasan dan informasi serta referensi untuk

bahan pembelajaran bagi mahasiswa-mahasiswi STIkes Muhammadiyah

Pringsewu Lampung.

3. Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai studi awal untuk dijadikan

sumber acuan dan untuk meningkatkan tentang masalah faktor-faktor yang

menyebabkan gastritis.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gastritis

1. Pengertian Gastritis

Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa

lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difusi atau local (Nurarif &

Kusuma, 2015).

Gastritis yaitu peradangan local atau menyebar pada mukosa

lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi

dengan bakteri atau bahan iritan lain (Wijaya & Putri, 2013).

Gastritis adalah suatu inflamasi dinding lambung yang disebabkan

oleh iritasi pada mukosa lambung, gastritis biasa terjadi dapat disebabkan

oleh bermacam-macam faktor, tipe paling umum dari gastritis yaitu

gastritis akut dan tipe tidak umum gastritis kronik (LeMone, M.Burke &

Bauldoff 2016).

2. Etiologi Gastritis

Lapisan lambung menahan iritasi dan biasanya tahan terhadap asam

yang kuat. Tetapi lapisan lambung dapat mengalami iritasi dan peradangan

karena beberapa penyebab:

a. Gasrtitis bakterialis merupakan akibat dari infeksi oleh Helicorbacteri

pylori (bakteri yang tumbuh didalam sel penghasil lender dilapisan

lambung).

9 STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


11

b. Gastritis karena stress akut, merupakan jenis yang paling berat, yang

disebabkan oleh penyakit berat atau trauma (cidera) yang terajdi secara

tiba-tiba.

c. Gastritis erosif kronis merupakan akibat dari bahan-bahan seperti obat-

obatan, terutama aspirin dan obat anti peradangan non-steroid lainnya

dan infeksi virus dan bakteri.

d. Gastritis karena virus dan jamur bisa terjadi pada penderita penyakit

menahun (Wijaya & Putri, 2013).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Gastritis

Gastritis terjadi karena berbagai sebab paling umum akibat

peningkatan produksi asam lambung atau menurunnya daya tahan dinding

lambung terhadap pengaruh luar. Secara umum gastritis dapat disebabkan

karena Infeksi bakteri/ virus terutama Helicobacter pylori, anemia,

penyakit ginjal, diabetes, serta kandungan yang mengiritasi, seperti obat-

obatan, alkohol, rokok dan sebagainya (Aminudin, 2013). Faktor-faktor

lain yang dapat memicu timbulnya penyakit gastritis antara lain :

a. Pola Makan

Pola makan atau frekuensi makan yang baik dimana makan mulai

dari jam 7 hingga jam 10 pagi. Diikuti makan yang kedua dengan jarak

enam jam setelahnya mulai jam 1 siang hingga jam 3 sore. Ketika

makanan dikonsumsi oleh tubuh maka didalam tubuh mengalami

proses penyaringan dan penyerapan makanan, khusus makanan kaya

protein, dimana akan mempengaruhi proses intesif yang mengaktifkan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


12

sel dalam memproduksi zat asam lambung, getah dan enzim lambung.

Yang mengakibatkan pencernaan bekerja terus menerus dinding perut

(Oktaviani dalam Kurniawan, 2018).

b. Stres

Stress juga memliki efek negatif memulai mekanisme

neuroendokrin terhadap saluran pencernaan sehingga berisiko untuk

mengalami gastritis. Efek pada saluran pencernaan menyebabkan

penurunan aliran darah pada sel epitel lambung dalam melindungi

mukosa lambung.saat menghadpi stress,otak akan merangsang sekresi

adrenalin. Bahan kimia ini akan menuju ginjal dan memicu proses

perubahan glikogen menjadi glukosa sehingga mempercepat peredaran

darah. Tekanan darah akan meningkat, pernafasan semakin cepat

(untuk meningkatkan asupan oksigen) dan pencernaan pun terkena

dampaknya. Stress bukanlah suatu penyakit,melainkan mekanisme

pertahanan tubuh. Namun jika mekanisme pertahanan ini menjadi

kronis maka kita akan menjadi lebih rentan terhadap penyakit(Nasir &

Muhith, 2011).

c. Pekerjaan

Melakukan pekerjaan melebihi kemampuan fisik maupun psikis

Melakukan pekerjaan yang melebihi kemampuan dapat menimbulkan

stres. Saat mengalami stres maka akan terjadi perubahan hormonal

dalam tubuh. Perubahan itu merangsang sel-sel didalam lambung

memproduksi asam secara berlebihan. Asam yang berlebihan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


13

menimbulkan perih, nyeri, dan kembung. Pada jangka waktu yang

lama, dapat menyebabkan luka pada dinding lambung (Chasanah,

2010).

d. Alkohol

Konsumsi alkohol dalam jumlah sedikit akan merangsang

produksi asam lambung berlebihan, nafsu makan berkurang dan mual.

Konsumsi alkohol dapat merusak mukosa lambung dan

memungkinkan difusi kembali asam pepsin ke dalam jaringan

lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Akibat iritasi pada respons

mukosa lambung yang terus menerus, jaringa menjadi meradang dan

dapat terjadi perdarahan, masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat

yang bersifat korosif mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada

dinding lambung. (Bayer dalam Angkow Julia, 2014).

e. Merokok

Merokok memiliki kandungan berbahaya seperti fenol, metanol,

kadmium, aseton, dan lain-lain yang dapat berdampak terhadap erosi

dan mukosa lambung (Nurhayati, 2010).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


14

4. Pathway
Gambar 2. 1
Patofisiologi
Obat-
obatan(NISAD,aspirin, H. phylori kafein
sulfanomida
steroid,digitalis)

Melekat pada epitel lambung


Menurun produksi
bikarbonat (HCO3-)

Mengangu Menghancurkan lapisan

pembentukan sawat mukosa lambung Menurun kemampuan


mukosa lambung protektif terhadap asam

Menurun barier lambung terhadap Menyebabkan difusi


kembali asam lambung &
asam dan pepsin pepsin
Kekurangan Volume
Cairan

Inflamasi
Erosi mukosa lambung Perdarahan

Nyeri Epigastrium
Menurun tonus dan MukosaLambungkehilan
peristaltic lambung ganintegritasjaringan
Me ↓ Sensoriuntukmakan

Refluk isi duodenum


kelambung
Anoreksia

Mual Doronganekspulsiisilamb
ungkemulut

NyeriAkut Ketidakseimbangannutris Muntah


ikurangdarikebutuhantu
buh

Kekurangan Volume
Cairan

Nurarif & Kusuma, 2105

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


15

5. Manfestasi Klinis

Manifestasi kinis dari gastritis ini adalah

a. Gastritis akut: nyeri epigastrium, mual, muntah, dan perdarahan

terselubung maupun nyata. Dengan endoskopi terlihat mukosa

lambung hyperemia dan udem, mungkin juga ditemukan erosi dan

perdarahan aktif.

b. Gastritis kronis: kebanyakan gastritis asimptomatik, keluhan lebih

berkaitan dengan komplikasi gastritis atrofik, seperti tukak lambung,

defisiensi zat besi, anemia pernisiosa, dan karsinoma lambung (Nurarif

& Kusuma, 2015).

6. Komplikasi

Komplikasi dalam terjadinya gastritis yaitu :

a. Perdarahan saluran cerna atas berupa hematomesis dan melena

b. Anemia (gangguan absorbsibvitamin B12)

c. Perforasi (Wijaya & Putri, 2013).\

7. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang dari gastritis ini adalah

a. Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adany

antibody H.pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukan

bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam

hidupnya, tapi itu tidak menunjukan bahwa pasien tersebut terkena

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


16

infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang

terjadi akibat perdarahan lambung akibat gastritis.

b. Pemeriksaan pernapasan. Tes ini dapat menentukan apakah pasien

terinfeksi oleh bakteri H.pylori atau tidak.

c. Pemeriksaan feses. Tes ini memeriksa apakah terdapat H.pylori dalam

feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindentifikasi terjadinya

infeksi.

d. Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes inidapat

terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang

mungkin tidak terlihatdari sinar-X.

e. Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan terlihat adanya tanda-

tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan

diminta menelan cairan barium terlihat dahulu sebelum dilakukan

ronsen. Cairan ini melapisi saluran cerna dan akan akan terlihat lebih

jelas ketika di ronsen (Wijaya & Putri, 2013).

8. Penatalaksanaan Gastritis

Penatalaksanaan dari gastritis ini adalah

a. Gastritis Akut

Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet

lambung dengan porsi yang kecil dan sering. Obat-obatan ditunjukan

untuk mengatur sekresi asam lambung berupa antagonis reseptor H2,

Inhibitor pompa proton, antikolinergik dan antacid juga ditunjukan

sebagai sifoprotektor berupa sukralpat dan prostaglandin.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


17

b. Gastritis kronis

Faktor utama ditandai oleh kondisi progesif epitel kelenjar

disertai sel pariental dan chief sell. Dinding lambung menjadi tipis dan

mukosa mempunyai permukaan yang rata, gastritis kronis tipe A

merupakan suatu penyakit autoinum yang disebabkan oleh adanya

autoantibody terhadap sel parietal kelenjar lambung dan factor

intrinsic. Tidak adanya sel parietal danchief cell dapat menurunkan

sekresi asam dan menyebabakan tingginya kadar gastrin.

9. Patofisiologi

Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang

masuk ke dalam lambung menyebabkan iritasi atau erosipada mukosanya

sehingga lambung kehilangan barrier (pelindung). Selanjutnya terjadi

peningkatan difusi balik ion hydrogen. Gangguan difusi pada mukosa dan

peningkatan sekresi asam lambung yang meningkat/banyak. Asam

lambung dan enzim-enzim pencernaan. Kemudian menginvasi mukosa

lambung dan terjadilah reaksi peradangan. Inilah yang disebut

gastritis.Respon mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab iritasi

tersebut adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan-gangguan

tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya. Dengan iritasi yang

terus menerus, jaringan menjadi meradang dan terjadi perdarahan.

Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat korosif yang

mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung (gastritis

korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


18

akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis.Gastritis kronis dapat

menimbulkan keadaan atropi kelenjar-kelenjar lambung dan keadaan

mukosa terdapat bercak-bercak penebalan berwarna abu-abu atau abu-abu

kehijauan (gastritis atropik). Hilangnya mukosa lambung akhirnya akan

mengakibatkan berkurangnya sekresi lambung dan timbulnya anemia

persiniosa. Gastritis atropik boleh jadi merupakan pendahuluan untuk

karsinoma lambung.Gastritis kronis dapat pula terjadi bersamaan dengan

ulkus peptikum atau mungkin terjadi setelah tindakan

gastroyeyunostomi(Nurarif & Kusuma, 2015).

B. Pola Makan

1. Pengertian

Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah

dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan

kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit.

Pola makan yang keliru dapat menyebabkan terjadinya banyak gangguan

pada kesehatan tubuh, terutama menurunnya sistem imun. Hal ini bisa

terjadi karena pola makan yang tidak benar dapat menyebabkan asupan

yang dibutuhkan oleh tubuh tidak terpenuhi. Sepintas, kebiasaan ini

mungkin tidak mempunyai pengaruh apa pun sebab banyak diantara kita

yang mempunyai pola makan yang buruk namun masih sehat-sehat saja.

Padahal, pengaruhnya akan dirasakan di hari kemudian.Tidak banyak

orang yang mau memperhatikan pola makannya sehingga, tanpa disadari

banyak penyakit mulai dari yang paling ringan seperti gastritis hingga

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


19

paling berbahaya seperti kanker dan penyakit jantung, kerap datang

mengintai. Kebanyakkan orang makan sesuka hatinya. Porsinya pun sudah

tidak diperhatikan lagi.Padahal, porsi makan yang terlalu banyak itu tidak

baik, begitu jugasebaliknya. Pola makan yang buruk ini juga dapat

menyebabkan tidak teraturnya jam makan, diantara jam makan yang

paling sering diabaikan adalah sarapan. Melewatkan sarapan tidak hanya

akan merusak berat badan kita namun juga kesehatan kita(Hidayah dalam

Anggih Angraini, 2015).

2. Komponen Pola Makan

Pola makan terdiri dari frekuensi makan, jenis makan,dan jumlah

maakan atau porsi makan. Sebagai berikut:

a. Frekuensi makan

Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-haribaik

kualitatif dan kuantitatif.Frekuensi makan adalah jumlahwaktu makan

dalam sehari, meliputi makanan lengkap(fullmeat)dan makanan

selingan(snack).Frekuensi makan disuatu institusi berkisar antar tiga

hingga enam kali seharitergantung daribiayatenaga kerja yang tersedia.

Waktu makanterdiri dari makanpagi, selingan pagi, makan siang,

selingan,makan malam serta selingan malam.Secara alamiah

makanandiolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari

mulutsampai usus halus. Lama makanan dalam lambung

tergantungsifat dan jenis makanan. Jika rata-rata, umumnya lambung

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


20

kosongantara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun menyesuaikan

dengankosongnya lambung.

Frekuensi makan yang baik dimana makan mulai dari jam 7

hingga jam 10 pagi. Diikuti makan yang kedua dengan jarak enam jam

setelahnya mulai jam 1 siang hingga jam 3 sore. Ketika makanan

dikonsumsi oleh tubuh maka didalam tubuh mengalami proses

penyaringan dan penyerapan makanan, khusus makanan kaya protein,

dimana akan mempengaruhi proses intesif yang mengaktifkan sel

dalam memproduksi zat asam lambung, getah dan enzim lambung.

Yang mengakibatkan pencernaan bekerja terus menerus dinding perut

(Sulistyoningsih, 2011).

b. Jenis makanan

Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau

dimakan, dicerna, dan diserapakan menghasilkan paling sedikit

susunan menu sehat dan seimbang, makanan tertentu dapat

menyebabkan gangguan pencernaan, seperti makanan pedas.

Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang

sistem pencernaan, terutama lambung dan usus untuk berkontraksi, hal

ini akan mengakibatkan panas dan nyeri dihulu hati yang disertai

dengan mual dan muntah (Oktaviani, 2011).

c. Kebiasaan makan dan porsi makan

Kebiasaan makan adalah suatu cara seseorang yang mempunyai

keterbatasan makan dengan jumlah tiga kali makan dengan frekuensi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


21

dan jenis makan yang dimakan. Serta porsi makan dimana jumlah

suatu ukuran maupun takaran makanan ayng dikonsumsi pada tiap kali

makan. Orang-orang yang mengalami psikologis stres lebih cenderung

untuk meningkatkan jumlah yang mengakibatkan melemahnya katub

lambung dan mengakibatkan refluk lambung. Setiap individu harus

makan makanan dengan jumlah benar sebagai kebutuhan tubuh. Selain

itu, makanan dengan kebiasaan dan porsi makan yang tidak baik akan

menyebabkan obesitas, serta dapat juga menyebabkan refluk isi

lambung yang akhirnya membuat dinding lambung menurun. Kondisi

seperti ini dapat menimbulkan peradangan atau luka pada lambung

(Harahap, 2012).

C. Stress

1. Pengertian

Stres adalah kondisi kejiwaan yang tidak nyaman.Stress merupakan

reaksi yang tidak diharapkan yang muncul disebabkan oleh tingginya

tuntutan lingkungan kepada seseorang. Di mana harmoni atau

keseimbangan antara kekuatan dan kemampuannya terganggu. Jika stress

telah mengganggu fungsi dan keberadaan diri seseorang, maka dinamakan

distress. Distress kebanyakan dirasakan orang jika situasi yang menekan

berlangsung terus menerus (tugas yang terlalu berat, atau tugas yang tidak

mampu dilakukan karena situasi yang tidak kondusif atau stress yang

disebabkan oleh taruma). Stres juga sebagai reaksi aktif respon tubuh

terhadap lingkungan yang memproteksi diri dan juga sebagai bagian dari

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


22

sistem pertahan yang membuat kita tetep hidup dan dimana kondisi yang

tidak menyenangkan melihat adanya tutuntan suatu situasi sebagai beban

atau diluar batas kemampun manusia. Stres juga dapat meningkatkan

priduksi asam lambung dan gerakannparistaltik lambung menjadi

bertambah kuat yang bisa menyebabkan terjadinya peradangan di lambung

(Nasir & Muhith, 2011).

2. Penyebab stres

Menurut Nasir & Muhith (2011). Secara garis besar stres dibagi

menjadi dua kelompok yaitu:

a. Stresor mayor yang merupakan major live events yang meliputi

peristiwa kematian orang yang di sayangi, masuk sekolah pertama kali,

dan perpisahan, perkawinan, pekekrjaan, keuangan, dan hukum.

b. Stresor minor, berawal dari stimulus tentang masalah kehidupan

sehari-sehari, contohnya, ketidak senangan emosianal terhadap hal-hal

tertentu sehingga menyebabkan munculnya stres, seperti penyakit fisik

dan cedera, faktor keluarga, perkembangan atau mental .

3. Tingkat respon terhadap stres

Secara garis besar tingkat respon stres dibagi menjadi beberapa yaitu

stres baik danstres yang buruk.

a. Stres yang baik (Uestres)

Reaksi individu terhadap situasi tertentu yang berdampak baik

kepada orang lain maupun diri sendiri yang menimbulkan rasa senang,

bahagia, menatang dan menggairahkan (Donsu, 2017).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


23

b. Stres buruk (Distres)

Stres yang berisfat negatif dihasilkan dari sebuah proses yang

memaknai sesuatu yang buruk,dimana respo yang digunakan selalu

negatif dan ada indikasi mengganggu intergritas diri yang bisa berupa

ancaman (Nasir & Muhith, 2011).

4. Dampak stres

Stres yang dialami oleh individu akan menimbulkan dampak positif

atau negatif, stres dapat meningkatkan kemampuan individu dalam proses

belajar dan berfikir. Dampak negatif stres dapat berupa gejala fisik

maupun psikis dan akan menimbukan gejala-gejala tertentu, seperti gejala

fisiologis, kognitif, interpersonal dan organisasional. Gejala fisiologis

yang dirasakan berupa keluhan sakit kepala, sembelit, diare, sakit

pinggang, urat tegang pada tengkuk,tekanan darah tinggi, kelelahan, sakit

perut, magg, berubahhan selera makan, susah tidur, dan dan kehngan

semangat (Donsu, 2017).

5. Pengukuran Stress

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah DASS (

Depression anxiety and stress scale yang berisi 33 pertanyaan dengan

skoring sebagai berikut :

a. Normal 0-14

b. Stress ringan 15-18

c. Stress sedang 19-25

d. Stress berat 26-33

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


24

e. Stress sangat berat ≥34

D. Alkohol

1. Pengertian

Minuman beralkohol merupakan minuman yang mengandung

etanolyang merupakan bahan psikoatif yang biasa menyebabkan

penurunan kesadaran apabila dikonsumsi.

2. Dampak

Alkohol dapat merusak mukosa lambung dan memungkinkan difusi

kembali asam pepsin ke dalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan

peradangan. Akibat iritasi pada respons mukosa lambung yang terus

menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi perdarahan,

masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat korosif

mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung. Nekrosis

dapat mengakibatkan perforasi didinding lambung dengan akibat

berikutnya perdarahan dan peritonitis (Bayer dalam Angko Julia, 2014).

E. Konsep Dasar Merokok

1. Pengertian Rokok

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70

hingga 120 mm (bervariasi tergantung Negara) dengan diameter sekitar 10

mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar

pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat

dihirup lewat mulut pada ujung lain (Jaya, 2009)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


25

Merokok merupakan kebiasaan yang memiliki daya rusak cukup

besar terhadap kesehatan. Hubungan antara merokok dengan berbagai

macam penyakit seperti kanker paru, penyakit kardiovaskuler, risiko

terjadinya neoplasma laring, esophagus dan sebagainya, telah banyak

diteliti. Banyak pengethuan tentang bahaya merokok dan kerugian yang

ditimbulkan oleh tingkah laku merokok, meskipun semua tahu akan

bahaya merokok, perilaku merokok tampaknya merupakan perilaku yang

masih ditoleransi oleh masyarakat (Depkes, 2008 dalam Sahroni, 2012).

2. Kandungan Rokok

a. Nikotin

Nikotin mengganggu system saraf simpatis dengan akibat

meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan

ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin,

meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan

oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung.

(Rahmawati, 2012)

b. Timah Hitam (Pb)

Timah hitam yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5

ug. Sebungkus rokok yang habis dihisap dalam satu hari akan

menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah hitam

yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari. Bisa dibayangkan,

bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus per hari

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


26

maka akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan perokok berst

tersebut (Rahmawati, 2012:108).

c. Karbonmonoksida (CO)

Karbonmonoksida merupakan sejenis gas yag tidak mempunyai bau.

Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsure

zat arang atau karbon yang sangat beracun (Rahmawati, 2012).

d. Tar

Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam

komponen padat asap rokok, dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok

dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai rongga padat.

Setelah dingin, akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna

coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan, dan paru-paru.

Endapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara

kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg (Rahmawati, 2012:109).

3. Kategori Perokok

Kategori perokok adalah orang yang menyatakan dirinya mempunyai

kebiasaan merokok secara teratur. Perokok secara garis besar berdasarkan

tingkatnya dibagi sebagai berikut :

a. Perokok ringan, menghabiskan rokok sekitar 1-10 batang dengan

selang waktu 60 menit dari bangun pagi

b. Perokok sedang, mengabiskan rokok sebanyak 11-21 batang dengan

selang waktu 30-60 menit setelah bangun pagi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


27

c. Perokok berat, merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang

waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit

d. Perokok sangat berat, mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang

perhari dan selang merokoknya 5 menit setelah bangun pagi (Sahroni,

2012).

F. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan ringkasan dari tinjuan pustaka yang

digunakan untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti (amati)

yang berkaitan dengan konteks ilmu pengetahuan yang digunakan untuk

mengembangkankerangka konsep penelitian (Notoatmodjo, 2010)

Gambar 2.2
Kerangka Teori

Faktor Resiko Gastritis

1. Infeksi bakteri/ virus


(Helicobacter pylori)
2. Aanemia
Gastritis
3. Penyakit ginjal
4. Diabetes,
5. Obat-obatan
6. Pola Makan
7. Stres
8. Pekerjaan
9. Merokok
10. Alkohol

Sumber: Aminudin, 2013; Oktaviani dalam Kurniawan, 2018; Nasir & Muhith,
2011; Chasanah, 2010; Bayer dalam Angkow, Julia, 2014; Nurhayati, 2010.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


28

G. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian antara variabel yang

satu dengan variabel yang lainya yang ingin di teliti (Notoatmojo,

2010).Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.3
Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen

1. Stres
2. Pola Makan Gastritis
3. Alkohol
4. Merokok

H. Hipotesis

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara penelitian, patokan,

dugaan atau dalil sementara yang akan dibuktikan dalam penelitian

(Notoatmojo, 2010)

Ha :

- Ada hubungan pola makan dengan kejadian Gastritis di Wilayah Kerja

Puskesmas Pringsewu Tahun 2019

- Ada hubungan stress dengan kejadian Gastritis di Wilayah Kerja

Puskesmas Pringsewu Tahun 2019

Ho :

- Tidak ada hubungan alkohol dengan kejadian Gastritis di Wilayah Kerja

Puskesmas Pringsewu Tahun 2019

- Tidak ada hubungan merokok dengan kejadian Gastritis di Wilayah Kerja

Puskesmas Pringsewu Tahun 2019

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


29

BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan cara agar penelitian dapat dilakukan

secara efektif dan efisien penelitian ini menggunakan desain penelitian

analitik, yaitu penelitian yang menyangkut pengujian hipotesis, yang

mengandung uraian-uraian tetapi fokusnya terletak pada pada analisis

hbungan antara variabel. (Notoatmodjo, 2010).

Pendekatan yang digunakan dalam peneltian ini adalah Cross Sectional

yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-

faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi, atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) artinya tiap

objek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan

terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan

(Notoatmodjo, 2010).

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep

pengertian tertentu. Variabel juga dapat diartikan sebagai konsep yang

mempunyai bermacam-macam nilai. Melalui variabel-variabel tersebut suatu

konsep dapat diukur, diamati, atau diteliti (Notoatmodjo, 2010)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung

29
30

Dalam penelitian ini memiliki 2 variabel yaitu variabel Independen dan

variabel Dependen. Di bawah ini uraian tentang variabel-variabel dalam

penelitian :

1. Variabel Independen

Variabel Independen merupakan variabel bebas, resiko, sebab atau

mempengaruhi dengan kata lain variabel yang mempengaruhi variabel

dependen (Notoatmodjo, 2010). Variabel Independendalam penelitian ini

adalah Stres, Pola makan, Alkohol, Merokok.

2. Variabel Dependen

Menurut Notoatmodjo (2010) variabel Dependen merupakan

variabel tergantung, terikat, akibat, terpengaruh atau variabel yang

dipengaruhi. Disebut variabel dependen karena dipengaruhi variabel

independen. Dalam penelitian ini variabel dependen adalah Gastritis.

C. Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan pada variabel yang

dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan.

Definisi oprasional penting dan diperlukan agar pengukuran variabel atau

pengumpulan data (variabel) konsisten antara sumber data (responden) yang

satu dengan responden yang lain (Notoatmodjo, 2010).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


31

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Definisi Skala
No Variabel Alat ukur Cara ukur Hasil ukur
operasional ukur
Variabel independen
1 Pola Kebiasaan Kuesioner Mengisi 1:Baik bila Ordinal
makan seseorang dalam Penelitan kuesioner skor ≥8,30
makan setiap hari. dengan pola makan 0: Tidak Baik
Dalam hal ini pola menggunakan dengan bila skor <8,30
makan diukur kriteria : ceklis
berdasarkan ceklis atau jawaban Ya,
keteraturan makan. Ya, Tidak Tidak
2 Stres Stress merupakan Kuesioner Mengisi 4 : Normal 0-14 Ordinal
reaksi yang tidak DASS kuisioner 3 :Stress ringan
diharapkan yang (Depression 15-18
muncul disebabkan anxiety and 2: Stress sedang
oleh tingginya stress scale 19-25
tuntutan 1: Stress berat
lingkungan kepada 26-33
seseorang. Di mana 0: Stress sangat
harmoni atau berat ≥34
keseimbangan
antara kekuatan
dan
kemampuannya
terganggu.
3 Alkohol Kebiasaan Kuesioner Mengisi 1 : Tidak Ordinal
seseorang dalam Penelitan kuesioner Mengkonsumsi.
meminum suatu dengan alkohol Bila
minuman yang menggunakan dengan 0 : Konsumsi
mengandung kriteria : ceklis bila skor
alkohol. Dalam hal ceklis atau jawaban Ya,
ini kebiasaan Ya, Tidak Tidak
konsumsi alkohol
diukur jika
dilakukan secara
berulang.
4 Merokok Perilaku seseorang Kuisioner Mengisi 3 : Berat Ordinal
dalam menghisap Penelitan kuisionermer 2: Sedang
asap tembakau dengan okok dengan 1: Ringan
yang dibakar dalam menggunakan ceklis 0: Tidak
tubuh dan kriteria : jawaban Ya, Merokok.
menghembusnya ceklis atau Tidak
kembali. Ya, Tidak
Variabel dependen
5 Gastritis Gastritis adalah Rekam Medis Ceklis 1 : Gastritis Ordinal
suatu keadaan 0 : Tidak
peradangan atau Gastritis
perdarahan mukosa
lambung yang
dapat bersifat akut,
kronis.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


32

D. Populasi Dan Penetapan Sampel

1. Populasi

Adalah keseluruhan obyek penelitian. Apabila seseorang ingin

meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka

penelitianya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitianya juga

disebut studi populasi atau studi sensus. Populasi dalam penelitian ini

adalah pasien yang menjalani pengobatan rawat jalan di Wilayah Kerja

Puskesmas Pringsewu pada bulan Juni 2019 yaitu 76 responden.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian objek yang diambil dari

keseluruhan objek yang akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2010).

a. Besar Sampel

Pada penelitian ini jumlah sample ditetapkan dengan menggunakan

rumus Lameshow berdasarkan Jurnal penelitian Megawati & Nosi

(2014):

𝑍1−𝛼 . √2𝑃(1 − 𝑃) + 𝑍1 + 𝑍1−𝛽 √P1(1 − P1) + P2(1 − P2))2


n= …
(𝑃1 − 𝑃2)2

Keterangan:
N : Jumlah sampel
𝑍1−𝛼 : Angka galad baku normal α, α 5% dua arah besarnya adalah 1,96
𝑍1−𝛽 : Angka galad baku normal untuk 1 − 𝛽 besarny adalah 0,84
P1 : Proporsi pajanan pada kelompok kasus
P2 : Proporsi pajanan pada kelompok kontrol

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


33

Maka besar sampel minimal yang diperoleh dalam penelitian ini

adalah:

(1,96√2(0,34)(1 − 034) + 0,84√(0,2)(0,8) + (0,48)(0,52))2


n=
(𝑃1 − 𝑃2)2

(1,96√0,448) + 0,84√0,16 + 0,24))2


n=
(0,2 − 0,48)2

(1,31 + 0,53)2
n=
(0,28)2

(1,31 + 0,53)2
n=
(0,28)2

3,38
n=
0,078

43,3 = 43 Sampe

b. Kriteria Sampel

1) Kriteria inklusi

Kriteria Inklusi adalah kriteria atau ciri- ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2010). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Pasien dengan gastiris akut dan kronis

2) Pasien yang berobat rawat jalan dan rawat inap

3) Berjenis kelamin laki- laki atau perempuan

4) Umur 15-60 tahun

5) Bersedia menjadi responden

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


34

2) Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah karakteristik atau ciri- ciri anggota

populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo,

2010). Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

a) Responden <15 tahun

b) Pasien yang tidak bersedia menjadi responden

c) Pasien yang mempunyai penyakit komplikasi penyakit lain.

c. Tehnik Sampling

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

Accidental Sampling pengambilan sampel secara aksidental

(accidental) dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan

ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian

Notoatmodjo (2012) (Notoatmodjo, 2010)..

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Pringsewu, adapun waktu

pelaksanaanya pada bulan Juni tahun 2019.

F. Etika Penelitian

Etika penelitain yaitu hak objek penelitian dan yang lainya harus di

lindungi (Nursalam, 2013). Beberapa prinsip dalam pertimbangan etika

meliputi : bebas eksplorasi, kerahasiaan, bebas dari penderita, bebas menolak

menjadi responden, dan perlu surat persetujuan (informed consent).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


35

1. Lembar persetujuan (Informed Consent)

Tujuan untuk responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian

serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data yang diberikan

kepada responden yang memenuhi syarat inklusi dan disertai judul

penelitian ,apabila responden menolak maka peneliti tidak memaksa dan

tetap menghormati hak-hak responden. (Nursalam, 2013).

2. Right to privacy (Hak menjaga Kerahasiaan)

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan

harus dirahasiakan, untuk itu perlu tanpa nama (anonymity) dan rahasia

(confidentiality) (Nursalam, 2013). Peneliti melindungi privasi dan

kerahasian identitas atau jawaban yang diberikan. Subjek berhak untuk

mencantumkan identitasnya dan berhak mengetahui kepada siapa saja data

tersebut disebar luaskan. Peneliti akan melindungi kerahasaian subjek

dengan cara memberikan kode dalam lembar kuesioner.

3. Respect for Justice an Inclusiveness (Keadilan dan Keterbukaan)

Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subyek penelitiaan

memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan

gender, agama, etnis dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Di dalam

penelitian ini prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti

dengan kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan

penelitian ini dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni

dengan menjelaskan prosedur penelitian.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


36

4. Balancing Harm and Benefits (Memperhitungkan Manfaat dan Kerugian

yang ditimbulkan)

Menurut Notoatmodjo, 2010 bahwa pelaksanaan penelitian dapat

mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stres maupun

kematian subyek. Sehingga dalam penelitian ini peneliti berusaha

meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek.

5. Respect for human dignity (menghormati harkat dan martabat manusia)

Peneliti mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian

tersebut. Peneliti juga memberikan kebenaran kepada subjek untuk

memberikan informasi atau tidak memberikan informasi (berpartisipasi)

(Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini peneliti mempertimbangkan

hak-hak subjek dan memberikan informasi atau tidak memberikan

informasi.

G. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data

1. Instrumen

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner.

Lembar kuisoner merupakan daftar pertanyaan yang disusun secara tertulis

dengan tujuan untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Adapaun

susunan instrumen penelitian adalah sebagai berikut :

a. Lembar persetujuan menjadi responden, untuk mendapatkan

persetujuan responden.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


37

b. Lembar kuesioner berisi daftar pertanyaan tentang stres, pola makan,

alkohol, merokok, dengan metode pengisian ceklis dan jawaban ya,

tidak.

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan pada subjek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2013). Adapun proses dalam pengumpulan data dengan cara di

bawah ini, yaitu :

a. Peneliti melakukan pemilihan responden sesuai inklusi, peneliti

mengidentifikasi responden di wilayah kerja Puskesmas Pringsewu.

b. Sebelum pengambilan data, peneliti memperkenalkan diri dan

menjelaskan maksud tujuan dilakukanya penelitian ini, selanjutnya

mengklarifikasi terlebih dahulu pada calon responden apakah sudah

pernah menjadi responden dalam penelitian ini sebelumnya dan

menyesuaikan keterangan dengan daftar responden. Jika belum

pernah menjadi responden maka data responden dicatat dalam daftar

responden.

c. Peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden mengenai

tujuan dan manfaat dari penelitian.

d. Selanjutnya peneliti meminta kesediaan dan persetujuan responden

untuk mengikuti penelitian dengan menandatangani informed

consent.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


38

e. Pada tahap penelitian, setelah calon responden menyetujui mengikuti

penelitian, Responden mengisi biodata dan menjawab pertanyaaan

peneliti yang ditulis diselembar kertas.

H. Uji validitas dan Reabilitas

1. Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Untuk mengetahui

tingkat validan instrumen ini, peneliti menggunakan tehnik kolerasi “

Prodact Moment”dengan kriteria dikatakan valid jika r hitung>r tabel.

Validitas ini menggunakan kuesioner dan belum valid maka kuesioner

penelitian ini perlu uji validitas. Uji validitas kuisioner konsumsi alkohol

dan perilaku merokok dalam penelitian ini telah dilaksanakan di

Puskesmas Gading Rejo menggunakan 15 responden dengan hasil 6 butir

pertenyaan kuisioner konsumsi alkohol dinyatakan valid dengan rentang

nilai 0,708-0,892, semantara kuisioner perilaku merokok dinyatakan valid

dengan rentang nilai 0,585-0,706. Sementara kuisioner pola makan dalam

penelitian ini menggunakan kuisioner Sugiarti (2017) yang telah dilakukan

uji validitas dan kuisioner tingkat stres menggunakan Kuesioner DASS (

Depression anxiety and stress scale.

2. Reabilitas

Uji reabilitas yaitu membandingkan nilai r hasil (nilai alpha

crombath) dengan kriteria hasil yaitu dikatakan reliabel jika nilai r hitung

> nilai r tabel. Kuisioner konsumsi alkohol dinyatakan reliabel dengan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


39

nilai cronbach alpha sebesar 0,920 dan kuisioner merokok dengan nilai

cronbach alpha sebesar 0,785.

I. Metode Pengolahan dan Analisa Data

1. Metode Pengolahan Data

Menurut Notoatmojo, (2010) pengolahan data terbagi atas :

a. Editing

Hasil kuesioner dan lembar observasi dari lapangan dilakukan

penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing

merupakan kegiatan untuk pengcekan dan perbaikan isian formulir

atau kuisioner tersebut. Selanjutnya peneliti melakukan pengecekan

kembali pada lembar observasi.

b. Coding

Setelah kuesioner dan lembar observasi di edit atau disunting,

selanjutnya dilakukan pengkodean (Coding), yakni mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

Koding pada variebel pola makan kode 1 bila pola makan baik

sedangkan kode 0 bila pola makan tidak baik, variebel stress kode 3

bila stres sangat berat, kode 2 bila stres berat, kode 1 bila stres ringan

sedangkan kode 0 bila normal, variabel konsumsi alkohol kode 0 bila

tidak mengkonsumsi sedangkan kode 1 bila mengkosumsi dan pada

variebel merokok kode 3 bila tidak merokok, kode 2 bila perokok

ringan, kode 1 bila perokok sedang dan kode 0 bila perokok berar.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


40

c. Pemasukan Data (Entry Data)

Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden

yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukan kedalam

komputerisasi.

d. Pembersihan Data (Cleaning)

Semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukan, dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan

adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan sebagainya,

kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk

analisis univariat tergantung jenis datanya. Pada umumnya dalam

analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase

dari tiap variabel. Karakteristik responden meliputi usia, pendidikan,

jenis kelamin. Selain itu analisa univariat disajikan dengan table

frekwensi. Sebelum melakukan perhitungan dengan program SPSS,

batasan atau cut of point dibuat terlebih dahulu sebagai pengkatagorian

masing-masing variable. Untuk data numeric dianalisis dengan

menggunakan ukuran tengah (mean dan median) dan ukuran variasi

atau standar deviasi dan confident interval atau CI 95%. Sedangkan

data kategorik dengan distribusi frekwensi dengan ukuran presentasi.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


41

b. Analisis Bivariat

Penelitian ini menggunakan uji paired t test, karena melihat dari

hasil ukur definisi operasional variabel independen termasuk kategorik

dan variabel dependen data numerik. Untuk melihat hasil kemaknaan

perhitungan statistik di gunakan batas kemaknaan 95%. Nilai P (P

value) < 0,05 maka HO ditolak, yang berarti ada hubungan yang

bermakna antara variabel bebas dengan variabel terikat. Nilai P (P

value) > 0,05 maka Ho gagal ditolak, yang berarti tidak ada pengaruh

yang bermakna antar variabel bebas dengan variabel terikat.

J. Jalannya penelitian

1. Langkah Persiapan

Langkah ini merupakan tahap dalam penyusunan rencana penelitian

yang dituangkan dalam bentuk proposal penelitian. Sebelum melakukan

penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan tahap-tahap sebelum

penelitian ke lapangan atau ke responden yaitu:

a. Peneliti meminta surat izin dari pihak kampus untuk melakukan survei

dan pengumpulan data.

b. Peneliti menyiapkan dana sebelum melakukan survei untuk

mengantisipasi pembiayaan saat melakukan survei.

c. Peneliti menyiapkan panduan wawancara / kuisioner yang berisi

pertanyaan saat bertemu responden.

d. Peneliti meminta izin pada pihak Puskesmas Pringsewu untuk

melakukan survei.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


42

e. Peneliti menyiapkan surat permohonan menjadi responden.

f. Peneliti menyiapkan instrumen yang akan digunakan.

g. Peneliti melakukan proses bimbingan dan revisi dengan dosen

pembimbing.

h. Menyiapkan presentasi.

i. Melakukan uji etik

2. Langkah Pelaksanaan

a. Peneliti meminta izin dari pihak kampus maupun dari pihak tempat

survei dan peneliti mengenalkan diri, menjelaskan maksud serta

tujuan datang ke tempat yang akan di lakukan penelitian.

b. Peneliti setelah mendapatkan izin untuk melakukan penelitian di

Puskesmas Pringsewu, peneliti mencari responden sesuai dengan yang

dikehendaki peneliti berdasarkan kriteria inklusi yang ada dalam

penelitian.

c. Setelah mendapatkan responden yang sesuai, selanjutnya peneliti

memberikan penjelasan kepada calon responden terkait tujuan

dilakukannya penelitian.

d. Memberikan lembar persetujuan (informed consend) bahwa calon

reponden bersedia menjadi responden.

e. Peneliti mengambil data dengan menjelaskan tujuan penelitian

membagikan kuisioner ke responden dan wawancara dengan bersikap

ramah dan sopan santun

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


43

f. Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis

data, baik analisa data univariat maupun bivariat. Hasil pengolahan

dan analisis data kemudian dibuat kesimpulan setelah itu dilakukan

proses bimbingan lalu data disajikan dalam bentuk karya ilmiah dan

dipersentasikan.

g. Setelah dilakukan seminar sidang hasil lalu proses perbaikan, setelah

itu dilakukan uji validitas dan pembukuan atau jilid.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


44

DAFTAR PUSTAKA

Anggih Angraini. 2015. Faktor-faktor yang Berhubung dengan kejadian Gastritis


Di Puskesmas Sipayung. Skripsi

Angkow J, Robot F, Onibala F. Faktor-faktor yang berhubungan dengan


Kejadian Gastritis diwilayah kerja Puskesmas Bahu Kota Manado. 2014.
Universitas Sam Ratulangi.

Buletin, W. H. O. 2015. Gastritis. Retrieved from WWW.BULETINWHO.COM.

Diyono, Mulyanti. 2013. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem


Pencernaan. Jakarta: Kencana.

Donsu, D. J. T. 2017, Psikologi Keperawatan.Yogyakarta. Pustaka Baru Pres.

Harahap, W. 2012. Hubungan Pola Makan dengan status Gizi pada siswa SMA 2
Rintisan sekolah bertaraf Internasional (RSBI). Status Gizi Anak.

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta : Kemenkes RI;
2016.

LeMone P, Burke & Bauldoff. 2016, Buku ajar Keperawatan Medical Bedah:
Gangguan Gastrointestinal, Ed. 5. Jakarta: EGC.

Maria D. Bupu N. Erna K. S. 2013, Hubungan antara Riwayat Merokok dengan


Kejadian Gastritis di RSU Faisal Makassar, Vol. 3, No 3.

Nasir, Abdul dan, Abdul, Muhith, 2011. Dasar-dasar Keperawatan Jiwa,


Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika

Nosi, Megawati. 2014, Beberapa Faktor Yang behubungan dengan Kejadian


Gastritis pada Pasien Yang di Rawat di RSUD Labuang Baji Makassar.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Vol.4, No 6.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurarif, AH &Kusuna, Hardhi.2015 .Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan


Diagnosa Medisdan Nanda NIC-NOC.Jogjakarta: Mediaction

Nursalam, 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Kepoerawatan. Salemba Medika. Jakarta

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung


45

Oktaviani W. 2011. Hubungan Pola Makan dengan kejadian Gastritis pada


mahasiswa S1 Keperawatan Program A.fikses UPN Veteran Jakarta

Srianti D. Munawir. 2014, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Gastritis di RSUD Pala Gimata Kota Bau-Bau. Jurnal Ilmiah kesehatan
Diagnosis, Vol. 4, No 6.

Sulistyoningsih. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Sunarmi. 2018, Faktor-faktor yang Berisiko dengan Kejadian Penyakit Gastritis


di Poli Klinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
Babul Ilmi Jurnal Ilmiah, Vol 8, Juni 2018

Wijaya, A.S & Putri, Y.M, 2013, Keperawatan Medikal Bedah 1, Yogyakarta:
Nuha Medika.

Yosep, I. 2013. Keperawatan Jiwa (Edisi 5 ed). Bandung: PT. Refika Aditama.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu, Lampung

Anda mungkin juga menyukai