Anda di halaman 1dari 115

PENGARUH PIJAT (MASSAGE) PUNGGUNG DAN LEHER TERHADAP

TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI PRIMER DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS REJOSARI PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh :

DIKY DAFISTA
142012014005

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2018

STIKes Muhammadiya Pringsewu Lampung


2

PENGARUH PIJAT (MASSAGE) PUNGGUNG DAN LEHER TERHADAP


TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI PRIMER DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS REJOSARI PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2018

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Pada


Program Studi S1 Keperawatan Regular

Oleh :

DIKY DAFISTA
142012014005

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2018

ii

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


3

PENGARUH PIJAT (MASSAGE) PUNGGUNG DAN LEHER TERHADAP


TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI PRIMER DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS REJOSARI PRINGSEWU LAMPUNG TAHUN
2018

Nama : Diky Dafista

89 Halaman + 7 Tabel + 1 Bagan + 2 Gambar + 8 Lampiran

Abstrak

Terapi massage pada punggung dan leher merupakan salah satu terapi
komplementer yang dapat diberikan pada pasien hipertensi primer. Tujuan
penelitian untuk mengetahui pengaruh terapi massage punggung dan leher
terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi primer

Penelitian quasi eksperiment, menggunakan desain pre-test and post-test


nonequivalent control group. Tehnik pengambilan sampel menggunakan
consecutive sampling. Besarnya sampel sebanyak 20 respondent, yang terdiri dari
10 orang kelompok intervensi dan 10 orang kelompok kontrol, tehnik massage
dilakukan pada daerah punggung dan leher selama 30 menit 2 kali perminggu
selama 3 minggu. Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Rejosari
Kabupaten Pringsewu. Analisis data menggunakan uji t dependent dan uji t
independent.

Hasil penelitian didapatkan bahwa ada pengaruh massage punggung dan leher
terhadap tekanan darah pada pasien hiperensi primer sesi 1 sampai dengan sesi 6
dengan p-value 0.000 (p < 0.05), dan didapatkan bahwa ada perbedaan tekanan
darah sistole pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan p-value
0.000 (p < 0.05) dan tekanan darah diastole p-value 0.002 (p < 0.05).

Penelitian ini merekomendasikan bagi pelayanan kesehatan untuk menerapkan


terapi massage sebagai salah satu terapi komplementer untuk mengontrol dan
menurunkan tekanan darah sistole dan diastole pada pasien hipertensi primer
serta perlu dikembangkan penelitian lebih lanjut.

Kata kunci : Hipertensi primer, tekanan darah, terapi massage punggung dan
leher.
Referensi : 27 referensi

iii

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


4

THE EFFECT OF BACK AND NECK MASSAGE (MASSAGE) ON


BLOOD PRESSURE IN PATIENTS WITH PRIMARY HYPERTENSION IN
THE WORK AREA OF REJOSARI PRINGSEWU LAMPUNG 2018

Name: Diky Dafista


89 Pages + 7 Tables + 1 Chart + 2 Pictures + 8 Attachments

Abstract
Massage therapy on the back and neck it is complementary therapy that can be
administered to patients with primery hypertension. The purpose of study was to
determine the effect of therapeutic back and neck massage on blood pressure in
patients with primary hypertension.

Research quasi experimental. Using pre-test design and post-test non-equivalent


control group. The sampling technique that used consecutive sampling. The
sample size is 20 respondents. It consists of 10 respondents for the Intervention
group and 10 for the control group. Technique of massage is done at back and
neck area for 30 minutes 2 times every week for 3 weeks. The research was
conducted in the work area of Puskesmas Rejosari, Pringsewu District. Data
analysis uses t-test dependent and independent t test.

The results of this study showed that there was an effect of back and neck
massage towards blood pressure in primary hypertensive patients, 1st session
until 6th session with p-value 0.000 (p <0.05) and it was found that there was a
difference between sistole blood pressure in the intervention group and control
group with p-value 0.000 (p <0.05) and diastolic blood pressure p-value 0.002 (p
<0.05).

The research is recommended for health services to implement massage therapy


as one of the complementary therapies to control and reduce blood pressure
sistole and diastole in primary hypertensive patients and further this research
should be developed.

Keywords: Primary hypertension, blood pressure, back and neck massage


therapy
Reference :27 reference

iv

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


5

MOTTO

“Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah,

niscaya dia akan melihat balasanya, dan barangsiapa

mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia

akan melihat balasanya”(Qs. Az-Zalzalah 99:7&8).

v
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
6

PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan dihadapan TIM Penguji Skripsi

Judul Proposal : Pengaruh Pijat (Massage) Punggung dan Leher Terhadap


Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Primer di Puskesmas
Rejosari Pringsewu Lampung Tahun 2018.

Nama Mahasiswa : Diky Dafista


NIM : 142012014005

MENYETUJUI

Pembimbing I

Ns. Apri Budianto,M.kep


NBM : 1017460

Pembimbing II

Ns. Dian Novita, M.Kep,Sp.KMB


NBM : 1981 1129 2005 01 2007

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


7

PENGESAHAN PENELITIAN

PENGARUH PIJAT (MASSAGE) PUNGGUNG DAN LEHER TERHADAP


TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI PRIMER DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS REJOSARI PRINGSEWU LAMPUNG TAHUN
2018

Skripsi oleh Diky Dafista ini telah diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim
Penguji Skripsi dan dinyatakan Lulus pada tanggal 9 Juni 2018.

MENGESAHKAN
Tim Penguji :

Ketua moderator : Ns. Apri Budianto,M.kep


(………………..…)
NBM : 1017460
Penguji I : Ns. Dian Novita, M.Kep,Sp.KMB

(…………………..)
NBM : 1981 1129 2005 01 2007
Penguji II : Ns. Tri Wijayanto, M.Kep,Sp.KMB

(……………..……)
NBM : 965426
Ketua Program Studi

Ns. Rani Ardina, M.Kep


NBM.1156365

Mengetahui,
Ketua STIKes Muhammadiyah Pringsewu
Ns. Arena Lestari, M.Kep., Sp.Kep.J
NBM. 965246

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


8

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Diky Dafista
NIM : 142012014005
Program studi : S1 Keperawatan

Dengan ini menyatakan bahwa semua yang saya tulis dalam Skripsi ini sesuai
dengan sumber-sumber aslinya dan penulisanya sesuai dengan kaidah-kaidah
penulisan ilmiah. Skripsi ini merupakan hasil karya saya. Jika dikemudian hari
terbukti bahwa skripsi ini plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

Pringsewu, 9 Juni 2018


Penulis

Diky Dafista

viii

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


9

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK


KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai civitas akademik STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung,


saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Diky Dafista
NIM : 142012014005
Program Studi : S1 Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi

Guna pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan, saya menyetujui memberikan


kepada STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung tanpa menuntut ganti rugi
berupa materi atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Pengaruh Pijat (Massage) Punggung Dan Leher Terhadap Tekanan Darah


Pada Pasien Hipertensi Primer Di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari
Pringsewu Lampung Tahun 2018

Dengan pernyatan ini, STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung berhak


menyimpan, mengalih-mediakan dalam bentuk format lain, mengelola dalam
betuk pangkalan data (data base), merawat dan mempublikasikan tugas akhir
saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilih
hak atas karya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya :


Pringsewu, 9 Juni 2018
Yang menyatakan,

Diky dafista
NIM 142012014005

ix

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


10

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Diky Dafista lahir pada tanggal 9 januari 1997 di Desa Talang Way Sulan

Kecamatan Way Sulan, Kabupaten Lampung Selatan. Anak keempat dari tujuh

bersaudara dari pasangan Bapak Hendri Susanto dan Ibu Lamirah Verdiana.

Riwayat pendidikan yang pernah penulis jalani yaitu :

1. TK ABA (Aisyiyah Bustanul Athfal), lulus pada tahun 2002

2. SD Muhammadiyah Talang Way Sulan, lulus pada tahun 2008

3. SMP Muhammadiyah Talang Way Sulan, lulus pada tahun 2011

4. SMK Muhammadiyah Talang Way Sulan, lulus pada tahun 2014

5. STIKes Muahammadiyah Pringsewu, sampai dengan sekarang tahun 2018

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pijat
(Massage) Punggung dan Leher Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi
Primer di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Pringsewu Lampung Tahun 2018”.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Ns. Arena Lestari, M.Kep., Sp.Kep.J, selaku Ketua STIKes Muhammadiyah


Pringsewu.
2. Ns. Rani Ardina, M.Kep, selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan STIKes
Muhammadiyah Pringsewu.
3. Ns. Apri Budianto, M.Kep selaku pembimbing I dalam pembuatan skripsi.
4. Ns. Dian Novita, M.Kep., Sp.KMB selaku pembimbing II dalam pembuatan
skripsi.
5. Kedua Orangtua yang telah memberikan dukungan dan yang selalu
senantiasa mendoakan.
6. Teman-teman seperjuangan STIKes Muhammadiyah Prodi S1 Keperawatan
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung yang senantiasa memberikan
semangat dan masukan dalam menyelesaikan skripsi.

Pringsewu, 9 Juni 2018

Penulis

xi
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
12

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN.......................................................................................i
HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI.......................................................ii
HALAMAN ABSTRAK.....................................................................................................iii
HALAMAN MOTTO..........................................................................................................v
PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI...............................................................................vi
PENGESAHAN PENELITIAN......................................................................................vii
SURAT PERNYATAAN ORISINLITAS ......................................................
viii
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI..........................................................................ix
RIWAYAT HIDUP PENULIS..........................................................................................x
KATA PENGANTAR...........................................................................................................xi
DAFTAR ISI...........................................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL..................................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xvi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..............................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................7
C. Tujuan Penelitian...........................................................................................7
D. Ruang Lingkup...............................................................................................8
E. Manfaat Penelitian.........................................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Hipertensi
1. Pengertian hipertensi..........................................................................10
2. Etiologi hipertensi................................................................................10
3. Klasifikasi hipertensi..........................................................................13
4. Patofisiologi...........................................................................................14
5. Manifestasi klinis.................................................................................18
6. Pemeriksaan penunjang.....................................................................19
7. Komplikasi.............................................................................................19
8. Penatalaksnaan......................................................................................19

xii

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


13
B. Tekanan Darah

1. Pengertian tekanan darah ...................................................... 25


2. Variasi tekanan darah .......................................................... 26
3. Factor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah ................ 29
C. Konsep Massage
1. Pengertian massage .............................................................. 32
2. Tehnik remedial massage ..................................................... 32
3. Tehnik remedial masage untuk hipertensi ............................ 33
4. Daerah remedial masage untuk hipertensi ........................... 35
5. Massage punggung dan leher terhadap tekanan darah ......... 39
D. Kerangka Teori ........................................................................... 41
E. Kerangka Kondep ....................................................................... 42
F. Hipotesis ..................................................................................... 43
BAB III METODE PEBELITIAN

A. Desain Penelitian ........................................................................ 44


B. Variabel Penelitian ...................................................................... 45
C. Definisi Operasional ................................................................... 46
D. Populasi dan Sampel ................................................................... 47
E. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 51
F. Etika Penelitian ........................................................................... 51
G. Instrumen Penelitian ................................................................... 55
H. Pengumpulan Data ...................................................................... 56
I. Pengolahan Data ......................................................................... 58
J. Analisa Data ................................................................................ 59
K. Jalannya Penelitian ..................................................................... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN SARAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 62


1. Gambaran Umum Wilayah ................................................... 62
2. Tenaga Kerja ........................................................................ 62
3. Visi dan Misi ........................................................................ 63
B. Hasil Penelitian ........................................................................... 63
1. Analsis Univariate ................................................................ 63
2. Analisis Bivariate ................................................................. 71
C. Pembahasan ................................................................................ 78
1. Analisis Univariate ............................................................... 78
2. Analisis Bivariate ................................................................. 81

xiii

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


14

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan.....................................................................................................86
B. Saran..................................................................................................................87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiv

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


15

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Patofisisologi...................................................................................................17


Gambar 2.2 Tehnik Massage Stroking............................................................................32
Gambar 2.3 Tehnik Massage Petrisage..........................................................................33
Gambar 2.4 Tehnik Massage Friction.............................................................................33
Gambar 2.5 Kerangka Teori...............................................................................................40
Gambar 2.6 Kerangka Konsep...........................................................................................41
Gambar 3.1 Desain Penelitian...........................................................................................43
Gambar 4.1 Grafik TD Kelompok Intervensi...............................................................69
Gambar 4.2 Grafik TD Kelompok Kontrol...................................................................70

xv

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


16

DAFAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Hiertensi............................................................................................14


Tabel 2.2 Modifikasi Gaya Hidup......................................................................................20
Tabel 2.3 Penatalaksanaan Farmakologi..........................................................................21
Tabel 3.1 Definisi Operasional............................................................................................45
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden............................................64
Tabel 4.2 DF TD Sistole Sebelum Pada Kelompok Intervensi.................................65
Tabel 4.3 DF TD Diastole Sesudah Pada Kelompok Intervensi...............................66
Tabel 4.4 DF TD Sistole Sebelum Pada Kelompok Kontrol......................................67
Tabel 4.5 DF TD Diastole Sesudah Pada Kelompok Kontrol....................................68
Tabel 4.6 Uji Normalitas Tekanan Darah Sistole...........................................................72
Tabel 4.7 Uji Normalitas Tekanan Darah Diatole..........................................................72
Tabel 4.8 Perubahan TD Sistole dan Distole Pada Kelompok Intervensi..............73
Tabel 4.9 Perubahan TD Sistoledan Distole Pada Kelompok Kontrol....................75
Tabel 4.10 Perbedaan Tekanan Darah Sistole.................................................................77
Tabel 4.11 Perbedaan Tekanan Darah Distole................................................................77

xvi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


17

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Planning Of Action


Lampiran 2 Lembar Penjelasan Respomden
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 4 Lembar Obserfasi
Lampiran 5 SOP Tekanan Darah
Lampiran 6 SOP Massage
Lampiran 7 Lembar Konsul
Lampiran 8 Data SPSS

xvii

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi atau yang dikenal sebagai penyakit darah tinggi merupakan salah

satu masalah yang cukup dominan di dunia baik di negara maju maupun

negara berkembang. Seseorang dikatakan hipertensi jika peningkatan tekanan

darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥90 mmHg pada dua

kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat atau tenang (Kemenkes RI, 2014). Penyakit hipertensi sering disebut

sebagai “The Silent Killer” atau “pembunuh tanpa gejala”, karena sering

penyakit ini tidak memperlihatkan gejala nyata yang menyebabkan kematian.

Adapun komplikasi yang sering terjadi pada penderita hipertensi seperti gagal

ginjal, miokard infark dan stroke (Triyanto, 2014).

Menurut badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO)

menunjukan penderita hipertensi pada usia >18 tahun sekitar 24,1% pada pria

dan 20.1% pada wanita, jumlah orang dewasa dengan hipertensi meningkat

dari 594 juta pada tahun 1975 menjadi 1,13 miliar pada tahun 2015 dengan

peningkatan terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah (WHO,

2015).

Di Negara berkembang seperti Indonesia, prevalensi penderita hipertensi

berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) terjadi penurunan dari

31,7% tahun 2007 menjadi 25,8% tahun 2013. Prevalensi hipertensi di

STIKes Muhammadiya Pringsewu Lampung


2

Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8%,

jadi cakupan nakes hanya 36,8%, sebagian besar (63,2%) kasus hipertensi di

masyarakat tidak terdiagnosis, responden yang mempunyai tekanan darah

normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0,7%, jadi prevalensi

hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 % (Riskesdas, 2013).

Hipertensi primer menduduki peringkat pertama dari sepuluh besar penyakit

di Provinsi Lampung yaitu sebanyak 30%. Hipertensi lainnya sebanyak 17%.

Sedangkan prevalensi hipertensi di Kabupaten Pringsewu, berdasarkan umur

≥18 tahun sebanyak 2167 orang atau 21,80% mengalami hipertensi,

berdasarkan jumlah jenis kelamin laki-laki dan perempuan (Dinkes, 2015).

Hasil survey pendahuluan penelitian di Puskesmas Rejosari Pringsewu pada

bulan januari- juni 2017 diperoleh data, bahwa jumlah penderita hipertensi

yang berkunjung di Puskesmas Pringsewu sebanyak 84 Orang. Melalui

wawancara terhadap 10 orang penderita hipertensi. Hasil wawancara

menunjukan bahwa 8 dari 10 orang penderita hipertensi belum mengetahui

bahwa terapi massage punggung dan leher dapat mempengaruhi tekanan

darah (Puskesmas Rejosari, 2017).

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi dua yaitu hipertensi

primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer merupakan hipertensi yang

belum diketahui penyebabnya (idiopatik), terjadi pada 90% dari seluruh kasus

hipertensi. Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang diketahui

penyebabnya, sekitar 5-10% penderita disebabkan oleh penyait ginjal dan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


3

sekitar 1-2 % penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakain obat

tertentu seperrti pil KB. Faktor-faktor resiko terjadinya hipertensi biasanya

disebabkan oleh umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik, kebiasaan

merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, kebiasaan mengkonsumsi

minuman-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stress, dan

penggunaan estrogen (Kemenkes RI, 2014).

Hipertensi terjadi biasanya tanpa gejala dan tanda-tanda peringatan. Pada

kasus hipertensi berat, gejala yang dialami klien antara lain : sakit kepala

(rasa berat ditengkuk), palpitasi, kelelahan, mual, muntah, cemas, keringat

berlebihan, tremor otot, nyeri dada, pendarahan dalam hidung (epistaksis),

pandangan kabur atau ganda, telinga berdenging (tinnitus), serta kesulitan

tidur (Udjianti, 2011).

Penatalaksanaan hipertensi bisa dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya

dengan menggunakan terapi farmakologi dan terapi nonfarmakologi. Terapi

farmakologi yaitu terapi yang menggunakn obat-obatan seperti obat diuretik,

antihipertensi, sedangkan terapi nonfarmakologi yaitu terapi dengan cara

memodifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah diantaranya

dengan mempertahankan berat badan ideal, kurangi asupan natrium (sodium),

pertahankan asupan diet dengan cara mengkonsumsi buah dan sayur dan diet

rendah lemak, hindari merokok dan minuman alkohol, stress, dan

menggunakan terapi massage (Wijaya & Putri, 2013).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


4

Disamping itu terapi komplementer sebagai terapi nonfarmakologi juga

berperan dalam penatalaksanaan hipertensi dengan menggunakan beberapa

prinsip terapi komplementer, seperti pijat (massage), kompres panas dan

dingin, dan gizi (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).

Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk penatalaksanaan hipertensi adalah

tehnik pijat (massage). Massage merupakan proses menekan dan mengosok

atau memanipulasi otot-otot dan jaringan lunak lain dari tubuh, massage

dapat meningkatkan sirkulasi permukaan yang mengurangi beban kerja

jantung, menurunkan tekanan darah, dan mempercepat sisa metabolisme dan

gizi, meningkatkan sirkulasi darah di jaringan dan merangsang aliran darah ke

seluruh pembuluh darah (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).

Berdasarkan teori, efek terapi massage menimbulkan percepatan mekanisme

aliran darah vena dan drainase limfatik, merusak mekanisme akumulasi

patologis dan melatih jaringan lunak secara pasif. Gerakan pijatan pada kulit,

jaringan ikat, jaringan otot dan periosteum akan menimbulkan rangsangan

reseptor yang terletak di daerah tersebut. Implus tersebut dihantarkan oleh

saraf aferen menuju susunan saraf pusat, dan selanjutnya sususnan saraf pusat

memberikan umpan balik dengan melepaskan asetikolin dan histamin melalui

implus saraf eferen untuk merangsang tubuh beraksi melalui mekanisme

refleksi vasodilatasi pembulu darah yaitu mengurangi aktifitas saraf simpatis

dan meningkatkan aktifitas saraf parasimpatis.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


5

Peningkatan aktifitas saraf parasimpatis menimbulkan penurunan denyut

jantung (heart rate) dan denyut nadi (pulse rate) dan mengakibatkan aktivasi

respon relaksasi. Sedangkan penurunan aktivitas saraf simpatis meningkatkan

vasodilatasi arteriol dan vena, yang menyebabkan resistensi vaskular perifer

menurun sehingga menurunkan tekanan darah (Joachim Peter, 2010; Marley,

2010; Prilutsky, B. 2003; Sherwood, 2012, dalam Wijayanto, & Sari, 2015).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mohebbi (2013) di

University of Medical Science Iran, tentang pengaruh massage punggung

terhadap penurunan tekanan darah pasien hipertensi primer, membuktikan

bahwa terjadi penurunan sistolik dan diastolik sebanyak 6.44 dan 4.77

mmHg. Penelitan selanjutnya yang dilakukan oleh Pinar (2012) di Oncology

clinics at a state hospital, juga membuktikan bahwa seteah dilakukan terapi

massage dapat menurunkan tekanan sistole dan diastole sebesar 3.36 /1.27

mmHg.

Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Wijayanto & Sari (2015)

menyimpulkan bahwa terapi massage dengan minyak aromaterapi mengalami

perbedaan rata-rata tekanan darah sistole dan diastole sebelum dan sesudah

terapi massage yang dilakukan dua kali seminggu. Penelitian yang dilakukan

Saputro (2013) membuktikan bahwa terjadi penurunan rata– rata sebesar

17,34/10,31 mmHg. Hasil penelitian lain diperkuat oleh Haryono (2017),

menunjukan bahwa terapi massage punggung mampu menurunkan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


6

tekanan darah sistole pada penderita hipertensi di Puskesmas Pengasih II,

Kulon Progo.

Terapi massage memiliki efek pada tekanan darah, terutama pada penderita

hipertensi yang mengalami ketegangan pada otot-otot disekitar leher atau

tengkuk, dan punggung, oleh karena itu massage pada punggung dan leher

pada penderita hipertensi dapat meningkatakan relaksasi otot dan

meningkatkan sirkulais permukaan dan mengurangi beban kerja jantung,

sehingga berpengaruh terhadap tekanan darah. Berdasarkan fenomena diatas,

peneliti ingin mengetahuai apakah massage punggung dan leher berpengaruh

terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi primer di wilayah

Puskesmas Rejosari Pringsewu pada tahun 2018.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan dan latar belakang di atas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Adakah pengaruh terapi massage punggung dan

leher terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi primer di wilayah kerja

Puskesmas Rejosari Pringsewu Lampung tahun 2018?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh terapi massage punggung dan leher terhadap

tekanan darah pada penderita hipertensi primer di wilayah kerja

Puskesmas Rejosari Pringsewu Lampung pada tahun 2018.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


7

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden penderita

hipertensi primer berdasarkan umur, jenis kelamin, dan pekerjaan di

wilayah kerja Puskesmas Rejosari Pringsewu tahun 2018.

b. Mengetahui distribusi frekuensi tekanan darah sistole dan diastole

sebelum dan sesudah dilakukan terapi massage punggung dan leher

pada kelompok intervensi penderita hipertensi primer di wilayah kerja

Puskesmas Rejosari Kabupaten Pringsewu tahun 2018.

c. Mengetahui distribusi frekuensi tekanan darah sistole dan diastole

sebelum dan sesudah, tanpa dilakukan terapi massage punggung dan

leher pada kelompok kontrol penderita hipertensi primer di wilayah

kerja Puskesmas Rejosari Kabupaten Pringsewu tahun 2018.

d. Mengetahui pengaruh terapi massage punggung dan leher terhadap

tekanan darah pada kelompok intervensi dan mengetahui pengaruh

pemberian obat antihipertensi tanpa dilakukan terapi massage

punggung dan leher pada penderita hipertensi primer di wilayah kerja

Puskesmas Rejosari Kabupaten Pringsewu tahun 2018.

e. Mengetahui perbedaan tekanan darah sistole dan diastole kelompok

intervensi dan kelompok kontrol pada penderita hipertensi primer di

wilayah kerja Puskesmas Rejosari Kabupaten Pringsewu tahun 2018.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


8

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah :

1. Lingkup Masalah

Masalah dibatasi pada pengaruh massage punggung dan leher terhadap

penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi primer.

2. Lingkup Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2018 s/d Mei 2018

3. Lingkup tempat

Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Rejosari Kabupaten

Pringsewu.

4. Lingkup Metode

Metode yang digunakan adalah quasi eksperimen semu.

5. Lingkup Sasaran

Sasaran Penelitian adalah penderita hipertensi di Wilayah Puskesmas

Rejosari Kabupaten Pringsewu tahun 2018.

E. Manfaat Penelitian

1. Aplikatif

Diharapkan penelitian ini mampu menambah informasi bagi petugas

kesehatan untuk lebih meningkatakan upaya penurunan tekanan darah

pada penderita hipertensi dengan metode massage punggung dan leher.

2. Institusi

Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan kepustakaan atau referensi

khusus bagi Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung,

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


9

tentang pengaruh terapi massage punggung dan leher terhadap penurunan

tekanan darah pada penderita hipertensi primer.

3. Peneliti

Sebagai bahan atau bahan dasar untuk peneitian lebih lanjut mengenai

pengaruh terapi massage punggung dan leher terhadap penurunan tekanan

darah pada penderita hipertensi maupun pada penyakit lainya.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Menurut the seventh Report of the Joint National Committe on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure

(JNC 7), Hipertensi didefinisikan sebagai hasil pengukuran tekanan darah

sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥90 mmHg pada usia

≥18 tahun yang dilakukan dua atau lebih pengukuran tekanan darah di

petugas layanan kesehatan (Lewis et al., 2011; Smeltzer et al., 2010).

2. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan etiologi hipertensi diklasifikasikan menjadi dua yaitu :

a. Hipertensi Primer (esensial)

Etiologi dari hipertensi primer (esensial atau idiopatik) meningkat

tanpa penyebab yang diketahui, dan menyumbang 90% sampai 95%

dari semua kasus hipertensi. Meskipun penyebab pasti hipertensi

primer tidak diketahui, beberapa faktor penyebab, termasuk

meningkatnya aktivitas SNS (Sympathetic Nervous system),

kelebihan produksi hormon penimbunan sodium dan zat

vasokonstriksi, peningkatan asupan sodium, lebih besar dari berat

badan ideal, diabetes melitus, dan konsumsi alkohol yang berlebihan

telah diidentifikasi. Hipertensi primer adalah menjadi fokus bab ini

10

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


11

karena prevalensinya dalam praktik klinis dan berdampak pada

kesehatan (Lewis, Dirksen, Heitkemper, Bucher, & Camera, 2011).

b. Hipertensi sekunder

Merupakan 10% dari kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder,

yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu

kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau

gangguan tiroid Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder

antara lain:

1) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen).

Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebakan hipertensi

melalui mekanisme rennin-aldosteron-mediated volume

expansion. Dengan memperhatikan oral kontrasepsi, tekanan darah

normal kembali setelah beberapa bulan.

2) Penyakit Perenkim dan Vaskular Ginjal.

Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi

renovakular berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih

arteri besar yang secara langsung membawa darah ke ginjal.

Sekitar 90% lesi arteri renal pada klien dengan hipertensi

disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dysplasia

(pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim

ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, dan perubahan struktur,

serta fungsi ginjal.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


12

3) Gangguan Endokrin

Disfungsi medulla adrenal atau korteksadrenal dapat menyebabkan

hipertensi sekunder. Adrenal-mediated hypertension disebabkan

kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan katekolamin. Pada

aldosteronisme primer, kelebihan aldosteron menyebabkan

hipertensi dan hipokalemia.

4) Coarctation aorta

Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi

beberapa tingkat pada aorta torasik atau aorta abdominal.

Penyempitan menghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan

mengakibatkan peningkatan tekanan darah di atas area kontriksi.

5) Peningkatan volume intracranial

6) Kehamilan

7) Merokok

Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin.

Peningkatan katekolamin menyebabkan iritabilitas miokardial,

peningkatan denyut jantung, dan menyebabkan vasokontriksi,

yang mana pada akhirnya meningkatakan tekanan darah (Udjianti,

2011).

Udjianti, (2011) faktor-faktor yang diduga berkaitan dengan

terjadinya hipertensi primer (esensial) diantaranya :

1) Faktor yang tidak dapat diubah

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


13

a) Genetik : individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan

hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.

b) Jenis kelamin atau usia : laki-laki berusia 35-50 tahun dan

wanita pasca monopouse beresiko tinggi untuk mengalami

hipertensi.

2) Faktor yang dapat dikontrol

a) Diet : konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung

berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.

b) Berat badan : obesitas (> 25% di atas BB ideal) dikaitkan

dengan berkembangnya hipertensi.

c) Gaya hidup : merokok dan konsumsi alkohol dapat

meningkatkan tekanan darah bila gaya hidup menetap.\

3. Klasifikasi Berdasarkan Derajat Hipertensi

Berdasarkan Joint National Commite (JNC) VII : (2003), hipertensi

diklasifikasikan sebagai barikut :

Derajat Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik (mmHg)


(mmHg)
dan <80
Normal <120
Pre Hipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥160 atau ≥100

Tabel 2.1 : (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2010)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


14

4. Patofisiologi

Tekanan darah adalah produk curah jantung yang dikalikan dengan

resistensi perifer. Curah jantung adalah produk detak jantung dikalikan

dengan volume stroke. Dalam sirkulasi normal, tekanan dipindahkan dari

otot jantung ke darah setiap kali jantung berkontraksi, dan kemudian

tekanan diberikan oleh darah saat mengalir melalui pembuluh darah.

Hipertensi dapat terjadi akibat peningkatan curah jantung, peningkatan

resistensi perifer (penyempitan pembuluh darah), atau keduanya.

Meskipun tidak ada penyebab pasti yang dapat diidentifikasi untuk

sebagian besar kasus hipertensi, dapat dipahami bahwa hipertensi adalah

kondisi multifaktorial. Karena hipertensi adalah pertanda, kemungkinan

besar banyak penyebabnya, sama seperti demam memiliki banyak

penyebab.

hipertensi terjadi akibat adanya perubahan pada satu atau lebih faktor

yang mempengaruhi resistensi perifer atau curah jantung. Selain itu, juga

harus ada masalah dengan sistem kontrol tubuh yang memantau atau

mengatur tekanan. Mutasi gen tunggal yang terkait dengan mekanisme

yang digunakan oleh ginjal untuk menyerap kembali ion natrium telah

diidentifikasi untuk beberapa jenis hipertensi langka, namun sebagian

besar jenis hipertensi dianggap poligenik (yaitu mutasi pada lebih dari

satu gen).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


15

Banyak faktor telah terlibat sebagai penyebab hipertensi seperti

Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik yang terkait dengan disfungsi

sistem saraf otonom, peningkatan reabsorpsi natrium, klorida, dan air

ginjal yang terkait dengan variasi genetik pada jalur dimana ginjal

menangani sodium, Peningkatan aktivitas sistem renin-angiotensin-

aldosteron, yang berakibat pada perluasan volume cairan ekstraselular dan

peningkatan ketahanan vaskular sistemik, Penurunan vasodilatasi arteriol

terkait disfungsi endotelium vascular, Resistensi terhadap aksi insulin,

yang mungkin merupakan faktor umum yang menghubungkan hipertensi,

diabetes mellitus tipe 2, hipertrigliseridemia, obesitas, dan intoleransi

glukosa (Williams, 2007 dalam Smelzer et al., 2010).

Perubahan struktural dan fungsional pada jantung dan pembuluh darah

berkontribusi pada peningkatan tekanan darah yang terjadi pada penuaan.

Perubahan ini meliputi akumulasi plak aterosklerotik, fragmentasi elastin

arteri,Peningkatan deposit kolagen, dan gangguan vasodilatasi. Hasil dari

perubahan ini adalah penurunan elastisitas pembuluh darah utama. Secara

berurutan, aorta dan arteri besar kurang mampu menampung volume

darah yang dipompa keluar oleh jantung (volume stroke), dan energi yang

akan meregangkan pembuluh darah justru meningkatkan tekanan darah

sistolik, sehingga menghasilkan tekanan sistolik yang tinggi tanpa

perubahan. dalam tekanan diastolik Kondisi ini, yang dikenal sebagai

hipertensi sistolik terisolasi, lebih sering terjadi pada orang dewasa yang

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


16

lebih tua dan dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular

dan serebrovaskular yang signifikan (Smeltzer et al., 2010).

Gambar 2.1. Patofisiologi

Kelebihan Kerusakan Stress Perubahan


obesitas Faktor
Asupan Nefron Genetik Endothel
Sodiun ial

Retensi Berkurangnya Sistem saraf Kelebihan Perubahan Kelebihan


Natrium lapisan simpatik Renin membran insulin
Ginjal Filtrasi terlalu aktif Angiotensin sel

↑Volume kontriksi
Cairan Vena

Penyempitan Hipertrofi
Fungsional Struktural

↑Prelod ↑Kontraktilitas

Tekanan darah = Cardiac Output (CO) Peripheral Resisten (PR)


Hipertensi = Peningkatan (CO) Peningkatan (PR)

Autoregulasi

Patofisiologi (Smeltzer et al., 2010).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


17

5. Manifestasi Klinis

Pada pemeriksaan fisik tidak menunjukkan kelainan selain tekanan darah

tinggi. Tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina seperti

perdarahan, eksudat (akumulasi cairan), penyempitan arteriolar, dan

papilledema (pembengkakan pada diskus optik). Individu yang menderita

hipertensi, tidak menampakan gejala (asimtomatik) selama bertahun-

tahun. Ketika tanda dan gejala spesifik muncul menunjukkan adanya

kerusakan vaskular, dengan manifestasi spesifik yang terkait dengan

organ yang vaskularisasi oleh pembuluh darah (Smeltzer et al., 2010).

Gejala klinis yang sering muncul pada penderita hipertensi berupa nyeri

kepala, pusing, keluaran darah dari hidung, tengkuk terasa pegal

terkadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan darah

intracranial, penglihatan kabur akibat kerusakan retina seperti

penyempitan pembuluh darah dan pada kasus berat dapat terjadi edema

pupil (edema pada diskus optikus), ayunan langkah yang tidak mantap

karena kerusakan sususnan saraf pusat, dan nokturia karena peningkatan

aliran darah ginjal dan filtrasi glomeroluso (Crowin, 2000, dalam (Wijaya

& Putri, 2013).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


18

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan diantaranya :

a. Pastikan adanya hipertensi

Pemeriksaan tekanan darah berulang di tempat pratek, atau pencatatan

selama 24 jam.

b. Cari penyebab sekunder

Penyakit ginjal (pemeriksaan urine dipstik, pemeriksaan kadar

kreatinin, ukuran ginjal, pencitraan arteri renalis noninvasif dengan

MRI).

c. Lakukan pemeriksaan organ target

EKG, USG jantung (untuk mencari masa ventrikel kiri), dan fungsi

ginjal (Davey, 2005).

7. Komplikasi

Komplikasi komplikasi hipertensi yang paling umum adalah penyakit

organ target yang terjadi di jantung (penyakit jantung hipertensi), otak

(penyakit serebrovaskular), pembuluh darah perifer (penyakit pembuluh

darah perifer ginjal (nefrosklerosis), dan mata (kerusakan retina) (Lewis et

al., 2011).

8. Penatalaksanaan Hipertensi

a. Penatalaksanaan Nonfarmakologi

Penatalaksanaan hipertensi nonfarmakologi dapat dilakukan dengan

terapi komplementer dan modifikasi gaya hidup, terapi komplementer

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


19

merupakan terapi yang berperan dalam penatalaksanaan hipertensi

dengan menggunakan beberapa prinsip terapi komplementer, seperti

pijat (massage), kompres panas dan dingin, dan gizi (Setyoadi &

Kushariyadi, 2011).

Menurut JNC7 (2003) penatalaksanaan hipertensi dengan modifikasi

gaya hidup terdiri dari beberapa macam diantaranya :

Perkiraan penurunan
Modifikasi Rekomendasi tekanan darah
sistolik

Menurunkan berat badan Memelihara berat badan 5-20mmH setiap pe


normal (Indeks Massa Tubuh nurunan berat badan
18.5-24.9 kg/m2). 10 kg

Melakukan pola diet Mengkonsumsi makanan 8-14 mmHg


berdasarkan DASH yang kaya dengan buah-
(Dietary Approaches to buahan, sayuran, produk
Stop Hypertension) makanan yang rendah lemak
dengan kadar lemak total dan
saturasi yang rendah

Diet Rendah Natrium Menurunkan intake garam 2-8 mmHg


(natrium) dengan diet sehari-
hari tidak ≥ 2.4 gr atau 1-1

1
sendok teh
4

Olahraga Melakukan kegiatan Aerobik 4-9 mmHg


fisik secara teratur seperti
jalan cepat (paling tidak 30
menit per-hari, setiap hari
dalam seminggu).

Stop merokok dan Hindari merokok dan minum- 2-4 mmHg


mengkonsumsi alkohol minuman berakohol karena
dapat meningkatkan tekanan
darah dan meningkatkan
resiko penyakit jantung dan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


20

stroke.
Tabel 2.2. (JNC 7)

b. Penatalaksanaan Farmakologi

Dosis Frekuensi
Kelas Obat (Nama Dagang) Penggunaan penggunaan
(Mg/hari) /hari

Diuretik Tiazine Klorotaiazide 125-500 1-2


Klortalidone 12,5-25 1
Hidroklorotaizide 12,5-50 1
Polythiazide 2-4 1
Indapamide 1,25-2,5 1
Metalazone 0,5-10 1
Metalazone Zaroxolyn 2,5-5 1

Loop Diuretik Bumetanide 0.5-2 2


Furosemide 20-80 2
Torsemid 2,5-10 1

Diuretik Hemat Amiloride 5-10 1-2


Kalium Triamterene 50-100 1-2

Aldosteron Aplerenone 50-100 1


Reseptor Bloker Spironolakton 25-50 1

Beta bloker Atenolol 25-100 1


Betaxolol 5-20 1
Bisoprolol 2,5-10 1
Metoprolol 50-100 1-2
Nadolod 50-100 1
Propanolod 40-120 1
Propanolod Long acting 40-160 2
Timolol 60-180 1

Bata bloker Acebutolol 200-800 2


aktifitas Pembutolol 10-80 1
simpatomimetik Pindolol 10-80 2
intrinsic

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


21

Kombinasi Alpa Carvedilol 12,5-50 2


dan Beta Bloker Labetolol 200-800 2

ACEI Benazepril 10-40 1


Captopril 25-100 2
Enalapril 5-40 1-2
Fosinopril 10-40 1
Lisinopril 10-40 1
Moexipril 7,5-30 1
Perindopril 4-8 1
Quinapril 10-80 1
Ramipril 2,5-20 1
Trandolapril 1-4 1

Angiotensin II Candesartan 8-32 1


Antagonis Eprosartan 400-800 1-2
Irbesartan 150-300 1
Losartan 25-100 1-2
Olmesartan 20-40 1
Telmisartan 20-80 1
Valsartan 80-320 1-2

CCB- Non Diltiazem extended release 180-420 1


Dihidropiridin Verapamil immediate 80-540 2
Verapamil long acting 120-480 1-2
Verapamil-coer 120-360 1

CCB- Amlodipine 2,5-10 1


Dihidropiridin Felodipine 2,5-20 1
Isradipine 2,5-10 2
Nicardipine sustained 60-120 2
release 30-60 1
Nifedipine long-acting 10-40 1

Alpa 1 Bloker Doxazosi 1-16 1


Prazosin 2-20 2-3
Terazosim 1-20 1-2

Alpha 2 agonis Clonidine 0,1-0,8 2

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


22

sentral dan obat Clonidine patch 0,1-0,3 1 minggu


lainnya yang Methyldopa 250-1000 2
bekerja sentral Reserpine 0,1-0,25 1
Guanfacine 0,5-2 1

Vasodilator Hydralazine 25-100 2


langsung Minoxidil 2,5-80 1-2

Table 2.3. (JNC 7)

Angiotensin converting enzim (ACE) inhibitor merupakan salah satu

obat yang paling sering digunakan oleh pasien hipertensi, ACE

inhibitor memiliki efek dalam penurunan tekanan darah melalui

penurunan resistensi perifer tanpa disertai dengan perubahan curah

jantung, denyut jantung, maupun laju filtrasi glomerolus.

Captopril merupakan salah satu golongan obat ACE inhibitor yang

diindikasikan untuk hipertensi ringan sampai dengan sedang pada

pasien dewasa dan anak-anak. Kontra indikasi pada pasien yang

mengalami hipersensitif, ibu hamil atau akan hamil. Captopril

memiliki durasi 2-6 jam, eliminasi 50% dimetabolisme di hati dan

diekresikan di ginjal dosis awal: sehari 2x12.5 mg, pemeliharaan:

sehari 2x25 mg, dapat ditingkatkan setelah 2-4 minggu, dosis

maksimal: sehari 3x 50 mg (IAI, 2016; Syamsudin, 2011).

Ketidakpatuhan penderita hipertensi dalam pengobatan karena

kebosanan minum obat karena tekanan darah masih naik turun.

Penyakit hipertensi merupakan penyakit kronis dengan karakteristik

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


23

tekanan darah cenderung naik turun dalam waktu yang lama, sehingga

diperlukan pengobatan yang lama bahkan mungkin seumur hidup.

Ketidakpatuhan yang berkepanjangan dapat menambah parah

hipertensi. Tidak dapat dipungkiri obat-obatan merupakan jenis racun

yang dalam batas-batas tertentu bisa merugikan dan berdampak

negatif terhadap tubuh manusia bila digunakan dalam waktu yang

lama. Oleh karena itu terapi farmokologi lebih diutamakan

berdasarkan banyak penelitian diyakini lebih aman dan memberikan

efek positif (Triyanto, 2014).

B. Tekanan Darah

1. Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan perkalian curah jantung dan resistensi

pembuluh (darah perifer). Tekanan darah merupakan tenaga yang

diupayakan oleh darah untuk melalui setiap unit dinding vaskular.

Tekanan ini terjadi ketika darah mengalir melalui arteri. Umumnya istilah

tekanan darah mengacu pada tekanan darah arterial (Sembuligam &

Sembuligam, 2013; Udjianti, 2011).

a. Tekanan Darah Sistolik

Merupakan tekanan tertinggi atau maksimal dalam arteri akibat

dorogan darah yang masuk ke dalamnya berkaitan dengan kekuatan

kontraksi otot jantung. Tekanan sistolik merefleksikan elastisitas

dinding arteri dan tahanan perifer yang sering digunakan untuk

memantau beban akhir ventrikel kiri. Tekanan sistolik yang normal

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


24

adalah 120 mmHg, tekanan ini berkisar antara 110 sampai 140

mmHg (Sembuligam & Sembuligam, 2013; Udjianti, 2011).

b. Tekanan Diastolik

Merupakan tekanan terendah atau minimal selama periode relaksasi

jantung. Pasca fase ejeksi cepat, terjadi aliran balik darah ke arah

ketup aorta menutup. Hal ini mengakibatkan berhentinya aliran darah

dari ventrikel dan terjadi penurunan tekanan di vaskular sampai pada

tingkat minimal yang disebut tekanan diastolik. Tekanan diastole

normal adalah 80 mmHg, tekanan ini berkisar antara 60 sampai 80

mmHg (Sembuligam & Sembuligam, 2013; Udjianti, 2011).

2. Variasi Tekanan Darah

Tekanan darah akan berubah pada kondisi fisiologis dan patologis.

Tekanan sistolik mudah serta cepat mengalami variasi dan variasinya

terjadi dalam kisaran yang luas. Tekanan diastolik tidak cepat dan mudah

mengalami variasi dan variasinya terjadi dalam kisaran yang sempit

(Sembuligam & Sembuligam, 2013).

a. Variasi Fisiologis

1) Usia

Tekanan darah arterial meningkat bersamaan dengan pertambahan

usia. Tekanan sistolik pada bayi baru lahir sampai dengan usia

pubertas memiliki tekanan ≤ 120 mmHg dan tekanan darah pada

orang dewasa normal <140 mmHg. Tekanan darah diastolik pada

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


25

usia pubertas sampai usia 50 tahun ≤ 85 mmHg dan tekanan darah

diastole normal < 90 mmHg.

2) Jenis Kelamin

Pada wanita hingga periode menopause terdapat tekanan arterial

yang rendah (hingga 5 mmHg) jika dibandingkan dengan pria

dengan usia yang sama. Sesudah menopause, tekanan darah pada

wanita akan sama dengan tekanan darah pada pria dengan usia

yang sama.

3) Bangun Tubuh

Tekanan darah lebih tinggi pada orang yang gemuk dari pada

orang yang kurus.

4) Variasi Diurnal

Pada dini hari terdapat tekanan darah lebih rendah.tekanan darah

kemudian meningkat secara gradual dan mencapai tingkat

maksimal pada siang harinya. Pada sore harinya terdapat tekanan

darah yang rendah.

5) Sesudah Makan

Tekanan darah arterial akan meningkat beberapa jam sesudah

makan akibat bertambahnya curah jantung.

6) Selama Tidur

Biasanya tekanan darah mengalami penurunan hingga 15-20

mmHg pada saat tidur yang dalam. Namun demikian, tekanan ini

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


26

akan sedikit meningkat selama tidur yang berkaitan dengan

mimpi.

7) Kondisi Emosional

Pada kondisi emosional atau cemas akan terjadi peningkatan

tekanan darah akibat pelepasan adrenalin.

8) Sesudah Berolahraga

Sesudah melakukan olahraga yang sedang, akan terjadi

peningkatan tekanan sistolik sebesar 20-30 mmHg di atas nilai

basal akibat peningkatan kekuatan kontraksi dan isi sekuncup.

Normalnuya tekanan diastolik tidak dipengaruhi oleh olahraga

sedang. Keadaan ini terjadi karena tekanan diatolik bergantung

pada tahanan tepi yang tidak berubah oleh olahraga yang sedang.

Sesudah melakukan olah raga otot ynag berat akan terjadi

kenaikan tekanan sistolik sebesar 40-50 mmHg di atas nilai basal.

Akan tetapi, tekanan diastolik akan berkurang karena penurunan

tahanan tepi pada olahraga otot yang berat.

b. Variasi Patologis

Variasi patologis tekanan darah arterial berupa hipertensi dan

hipotensi.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


27

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah Arterial

Sembuligam & Sembuligam (2013) beberapa faktor yang diperlukan

untuk mempertahankan tekanan darah yang normal dan faktor ini disebut

faktor lokal, faktor mekanis atau penentuan tekanan darah. Factor-faktor

ini dibagi menjadi dua tipe :

a. Faktor sentral yang berkenaan dengan jantung

1) Curah jantung

Tekanan diastolik berbanding langsung dengan curah jantung.

Kapan saja curah jantung bertambah tekanan sistolik akan

meningkat dan ketika curah jantung berkurang, tekanan sistolik

akan menurun.

2) Frekuensi jantung

Perubahan frekuensi jantung yang sedang tidak akan banyak

mempengaruhi tekanan darah arterial. Akan tetaapi, perubahan

frekuensi jantung yang nyata akan mempengaruhi tekanan darah

dengan mengubah curah jantung.

b. Faktor perifer yang berkenaan dengan pembuluh darah

1) Tahanan tepi

Tahanan tepi (resistensi perifer) merupakan faktor penting yang

mempertahankan tekanan diastolik. Karena tekanan diastolik

berbanding langsung dengan tahanan tepi. Tahanan tepi

merupakan resistensi terhadap tekanan darah pada jaringan perifer.

Resistensi ini ditimbulkan oleh arteriola sehingga arteriola disebut

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


28

pembuluh darah resistensi. Ketika terjadi peningkatan tahanan

tepi, maka tekanan diastolik juga meningkat dan ketika tahanan

tepi menurun, tekanan diatolik juga menurun.

2) Volume darah

Tekanan darah berbanding langsung dengan tekanan darah,

volume darah mempertahankan tekanan darah lewat venous return

dan curah jantung. Jika volume darah bertambah, maka terjadi

peningkatan venous return dan curah jantung yang menyebabkan

kenaikan tekanan darah.

3) Venous return

Tekanan darah berbanding langsung dengan venous return. Ketika

venous return bertambah, maka akan terjadi peningatan pengisian

ventrikel dan curah jantung yang menyebabkan kenaikan tekanan

darah arterial.

4) Elastisitas pembuluh darah

Tekanan darah berbanding terbalik dengan elastisitas pembuluh

darah. Ketika sifat elastis tersebut hilang, pembuluh darah akan

menjadi kaku dan tekanan darah akan meningkat seperti terlihat

pada usia lanjut.

5) Kecepatan aliran darah

Tekanan di dalam pembuluh darah berbanding langsung dengan

kecepatan aliran darah. Jika kecepatan aliran darah meningkat,

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


29

maka tahanannya juga meningkat. Jadi tekanan darah akan

meningkat.

6) Diameter pembuluh darah

Tekanan darah berbanding terbalik dengan diameter pembuluh

darah. Jika diameternya menurun, tahanan tepi akan meningkat

sehingga terjadi peningkatan tekanan.

7) Viskositas darah

Tekanan darah arterial berbanding langsung dengan viskositas

(kekentalan) darah. ketika viskositas darah meningkat, resistensi

gesekan juga akan meningkat dan peningkatan ini juga akan

meningkatkan tekanan darah.

C. Konsep Massage

1. Pengertian Massage

Massage merupakan proses menekan dan mengosok atau memanipulasi

otot-otot dan jaringan lunak lain dari tubuh, massage dapat meningkatkan

sirkulasi permukaan yang mengurangi beban kerja jantung, menurunkan

tekanan darah, dan mempercepat sisa metabolisme dan gizi,

meningkatkan sirkulasi darah di jaringan dan merangsang aliran darah

keseluruh pembuluh darah (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).

2. Tehnik Remedial Massage

Remedial massage merupakan tehnik manipulasi jaringan lunak dengan

tujuan untuk relaksasi otot, perbaikan sirkulasi darah, perbaikan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


30

fleksibilitas dan pengurangan nyeri. Tujuan dilakukan tehnik remedial

massage pada permasalahan fungsi otot yang tidak optimal.

3. Tehnik Remedial Massage untuk Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi akan menimbulkan ketegangan pada

otot-otot di sekitar leher atau tengkuk, bahu dan punggung, sehingga

pasien dalam kondisi ini akan merasa tidak nyaman ketika menggerakan

leher, remedial massage akan sangat membantu untuk mengurangi

keluhan yang diakibatkan oleh adanya gejala hipertensi, tehnik remedial

massage untuk gejala hipertensi diantaranya : Stroking (gosokan),

Petrisage (memijat), Friction (gerusan).

a. Mengurut (Stroking)

Merupakan suatu gerakan mengurut dengan menggunakan ujung-

ujung tiga jari yang merapat (jari telunjuk, jari tengah, jari manis).

Untuk menguatkan tekanan, tangan lain dapat membantu.

Gambar 2.2. Stroking

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


31

b. Pijatan (Petrisage)

Merupakan gerakan pijatan yang mengguanakan empat jari merapat

berhadapan dengan ibu jari yang selalu lurus dan supel. gerakan

memijat dengan meremas otot yang sedikit ditarik keatas seolah-olah

memisahkan otot dari tulang selaputnya atau dari otot, yang lain dan

dilakuakan beberapa kali dengan supel dan rileks. Efek trapeutik dari

petrisage antara lain : untuk menguragi penimbunan asam laktat di

dalam sel-sel otot, mendorng sisa-sisa sintesis metabolisme di dalam

jaringan ke pembulu darah vena, melenturkan jaringan lunak kulit

dan otot.

Gambar 2.3. Petrisage

c. Gerusan (friction)

Merupakan suatu gerakan gerukan kecil-kecil yang dilakukan

dengan ujung tiga jari (jari telunjuk, jari tengah, jari manis) yang

merapat, ibu jari, ujung siku, pangkal telapak tangan dan bergerak

berputar-putar searah atau berlawanan arah dengan jarum jam.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


32

Gambar 2.4. friction

4. Daerah Remedial Massage untuk Hipertesi

a. Remedial Massage pada Punggung

Pada posisi telungkup :

Pada posisi pasien tidur telungkup di bawah pergelangan kaki

pasien diberi ganjal berupa bental guling kecil, sedangkan

masseur berada disebelah kiri pasien, kemudian remedial massage

yang diberikan antara lain :

1) Stroking dibagian columna vertebralis

Stroking dengan menggunakan tiga jari (jari telunjuk, tengah, dan

manis) dengan posisi merapat, diperkuat dengan tangan kiri pada

samping kiri, columna vertebralis dimulai dari sacrum ruas ke 2

sampai dengan cervikalis ruas ke 7, dikerjakan sebanyak 5x

ulangan masing-masing 10 detik.

2) Petrisage dibagian columna vertebralis

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


33

Petrisage (pijatan) dengan menggunakan ibu jari berhadap-

hadapan secara bersamaan pada columna vertebralis dimulai dari

C7 sampai S2, dikerjakan sebanyak 5x ulangan masing-masing 10

detik.

3) Friction dibagian columna vertebralis

Friction (gerusan) dengan menggunakan ujung tiga jari merapat

(jari telunjuk, tengah, dan manis), dibantu dengan tangan kiri

untuk memperkuat tekanan dengan gerakan menekan dan memutar

kearah ibu jari, pada kanan, kiri columna vertebralis dimulai dari

C7 sampai S2 dikerjakan sebanyak 3x ulangan masing-masing10

detik.

b. Remedial Massage pada Leher Bagian Tengkuk

Pada posisi pasien duduk di ujung bad massage, kedua tungkai lurus

menghadap kedepan, posisi masseur berdiri di belakang pasien,

massage yang diberikan :

1) Stroking pada leher bagian tengkuk

Stroking dengan menggunakan ibu jari tangan kanan, sedangkan

tangan kiri masseur memegang (menahan) dahi pasien. Stroking

dilakukan secara serong/miring dimulai dari tengah-tengah leher

belakang menyusur menuju kesamping kiri. Gerakan urutan mulai

dari leher belakang bagian bawah, dilakukan sebanyak 5x ulangan,

kemudian bergeser dibaris diatasnya sehingga seluruh permukaan

leher samping kiri terurut.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


34

Kemudian melakukan stroking yang sama pada belahan samping

kanan dengan posisi tangan masseur sebaliknya. Stroking dengan

menggunakan tehnik yang sama pada otot-otot belakang samping

kiri dan kanan ruas-ruas tulang leher.

Gerakan urutan dimulai dari bawah dekat prominent (C7)

menyusur menuju kranial sampai batas rambut dilakukan 5x

ulangan untuk masing-masing urutan, meliputi seluruh bagian

leher belakang kiri dan kanan.

2) Petrisage pada leher bagian tengkuk

Petrisage dengan menggunakan ibu jari tangan kanan sedangkan

tangan kiri masseur memegang (menahan) dahi pasien. Petrisage

dengan gerakan menekan dan melepas pada sisi/samping leher

bagian kiri, dimulai dari dekat protobrancia occipitalis externa

menyusur sampai dekat prominent. Pijatan ini dilakukan sebanyak

3x ulangan, kemudian bergeser dibaris sebelahnya sehingga

seluruh permukaan samping leher kiri terpijat. Kemudian

melakukan pijatan yang sama pada belahan samping leher kanan

dengan cara posisi tangan masseur kebalikannya.

3) Friction pada leher bagian tengkuk

Friction atau gerusan dengan ibu jari tangan kanan (posisi sama

pada waktu melakukan petrisage) dengan gerakan menekan dan

memutar kearah medial pada sisi samping leher bagian kiri,

dimulai dari dekat protobrancial occipitalitas externa menyusul

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


35

sampai dekat prominent, gerusan dilakukan senbanyak 3x ulangan,

kemudian bergeser dibaris sebelahnya sehingga seluruh

permukaan samping leher kiri mendapatkan gerusan. Kemudian

melakukan gerusan yang sama pada belahan samping leher kanan

dengan cara posisi tangan masseur kebalikanya (Wiyoto, 2011).

c. Remedial Massage pada Bahu

Pada posisi pasien duduk di ujung bad massage, kedua tungkai lurus

menghadap kedepan, posisi masseur berdiri di belakang pasien,

massage yang diberikan :

1) Stroking bagian bahu

Stroking dengan menggunakan ibu jari kanan dan kiri ganti

berganti pada otot bahu di atas spina scapula mulai dari acromion

kanan kemudian berganti dengan ibu jari tangan kiri mulai dari

acromion kiri menuju prominent, masing-masing dilakukan 5x

ulangan secara ganti berganti. Kemudian melakukan stroking

dengan ibu jari kanan dan kiri secara ganti berganti pada

supraspinatus kearah vertikal, dimulai dari lateral makin bergeser

ke medial dari masing-masing samping, dilakukan sebanyak 5x

ulangan.

2) Petrisage bagian bahu

Petrisage dengan menggunakan ibu jari kanan dan kiri secara

ganti berganti dengan cara menekan dan melepas pada m.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


36

supraspinatus. Pijatan dimulai dari kanan kiri prominent, tengah

bahu, akhirnya menuju dekat acromion dilakukan 3x ulangan.

3) Friction bagian bahu

Friction dengan menggunakan ibu jari kanan dan kiri ganti

berganti dengan cara menekan dan memutar pada m.

supraspinatus mulai dari kanan kiri prominent menuju dekat

acromion, delakuakan 3x ulangan (Wiyoto, 2011).

5. Massage Punggung dan Leher Terhadap Tekanan Darah

Berdasarkan teori efek terapi massage memiliki pengaruh terhadap

sistem kardiovaskular yaitu dapat meningkatkan dilatasi pembuluh

darah. Dinding pembuluh darah supervisial menjadi melebar akibat

respon reflek penurunan saraf simpatik sehingga meningkatkan aliran

darah vena kejantung dan menurunkan tekanan darah. Disamping itu

massage juga merangsang pelepasan asetikolin dan histamin.

Pelepasan kedua zat ini menimbulkan aktivitas vasomotor, sehingga

membantu memperpanjang vasomotor (Marley, 2010:dalam

Wijayanto & Sari, 2015).

Efek terapi massage menimbulkan percepatan mekanisme aliran darah

vena dan drainase limfatik, merusak mekanisme akumulasi patologis

dan melatih jaringan lunak secara pasif. Gerakan pijatan pada kulit,

jaringan ikat, jaringan otot dan periosteum akan menimbulkan

rangsangan reseptor yang terletak di daerah tersebut.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


37

Implus tersebut dihantarkan oleh saraf aferen menuju susunan saraf

pusat, dan selanjutnya sususnan saraf pusat memberikan umpan balik

dengan melepaskan asetikolin dan histamine melalui implus saraf

eferen untuk merangsang tubuh beraksi melalui mekanisme refleksi

vasodilatasi pembulu darah yaitu mengurangi aktivitas saraf simpatis

dan meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis.

Peningkatan aktifitas saraf parasimpatis menimbulkan penurunan

denyut jantung (heart rate) dan denyut nadi (pulse rate) dan

mengakibatkan aktivasi respon relaksasi. Sedangkan penurunan

aktivitas saraf simpatis meningkatkan vasodilatasi arteriol dan vena,

yang menyebabkan resistensi vaskular perifer menurun sehingga

menurunkan tekanan darah (Joachim Peter, 2010; Marley, 2010;

Prilutsky, B. 2003; Sherwood, 2012, dalam Wijayanto, & Sari, 2015).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


38

D. Kerangka Teori

Gambar 2.5 Kerangka Teori

Faktor yang tidak


dapat diubah Mempengaruhi tekanan darah
1. Genetik (keturunan) pada penderita hipertensi
2. Jenis Kelamin
3. Umur

Kejadian Hipertensi
Faktor yang dapat di
kontrol
1. Konsumsi garam Farmakolgis
2. Konsumsi lemak
Penatalaksanaan
3. Merokok
4. Obesitas
Nonfarmakologis
5. Aktivitas fisik

Modifikasi gaya hidup Terapi komplementer

1. Menurunkan BB
2. Melakukan pola diet
Kompres
3. Diet rendah natrium Gizi
4. Olahraga
5. Stop merokok dan Bekerja Melalui Sistem Massage
mengkonsumsi alkohol
Peredaran Darah (punggung dan
leher)

1. Meningkatkan sirkulasi permukaan.


2. Mengurangi beban kerja jantung.
3. Menurunkan tekanan darah.
4. Mempercepat sisa metabolisme dan gizi.
5. Meningkatkan sirkulasi darah di jarinagan dan merangsang aliran darah

Sumber :(Setyoadi & Kushariyadi, 2011; Udjianti, 2011; Wijaya & Putri, 2013;
Wiyoto, 2011)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


39

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan uraian variasi atau visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap yang lainya, atau antara

variabel yang satu dengan yang lain dari masalah yang ingin diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan kerangka konsep, variabel independent

yang diteliti yaitu terapi massage punggung dan leher, sedangkan variabel

dependent yaitu pengaruh tekanan darah.

Gambar 2.6 Kerangka Konsep

Pr Intervens Pos
e i t
Tekanan darah sebelum Terapi obat (captopril) Tekanan darah setelah

pada kelompok kontrol tanpa dilakukan terapi pada kelompok kontrol


massage punggung dan
leher

Pr Intervens Pos
e i t
Tekanan darah sebelum Terapi obat (captopril) Tekanan darah setelah terapi

terapi massage punggung dan terapi massage massage punggung dan leher
dan leher pada kelompok punggung dan leher
intervensi

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu kesimpulan sementara atau jawaban sementara

dari suatu penelitian (Notoatmodjo, 2012). Hipotesis dalam penelitian ini

adalah :

Ha : Ada pengaruh terapi massage punggung dan leher terhadap tekanan

darah pada penderita hipertensi primer di wilayah kerja Puskesmas Rejosari

Pringsewu Lampung pada tahun 2018.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis peneltian analitik komperatif dengan menggunakan metode

eksperiment atau percobaan (experimental researarch) yaitu suatu penelitian

dengan melakukan kegiatan percobaan (experiment) yang bertujuan untuk

mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul sebagai akibat dari adanya

perlakuan tertentu atau eksperimen tersebut (Notoatmodjo, 2012).

Rencana penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi

eksperiment) dengan menggunakan desain pre-test and post-test

nonequivalent control group yaitu desain penelitian yang dilakukan dengan

cara membagi dua kelompok menjadi kelompok intervensi dan kelompok

kontrol tanpa melakukan randominasi, kemudian kedua kelompok diberikan

pre-test untuk mengetahui keadaan awal, lalu diberikan perlakuan yang

selanjutnya peneliti melakukan post-test untuk melihat efek dari perlakuan

yang diberikan (Dharma, 2011).

Gambar 3.1
Desain Penelitian Quasi Exsperiment
(pre test and post test nonequivalent control group)

Kel Intervensi R1:01 > X1 > O2


Kel Kontrol R2 : 03 ------------- > X0 ----------> O4

Keterangan :

40

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


41

O1 : Pengukuran tekanan darah sistole dan diastole

sebelum perlakuan (pre test) pada kelompok

intervensi.

O2 : Pengukuran tekanan darah sistole dan diastole

setelah perlakuan (post test) pada kelompok

intervensi.

O3 : Pengukuran tekanan darah sistole dan diastole

sebelum perlakuan (pre test) pada kelompok kontrol.

O4 : Pengukuran tekanan darah sistole dan diastole

setelah perlakuan (post test) pada kelompok kontrol.

X1 : Perlakuan yang diberikan (intervensi) berupa

massage punggung dan leher.

X0 : Tidak diberi perlakuan

B. Variabel Penelitian

Variabel merupakan karakteristik yang melekat pada populasi, bervariasi

antara satu orang dengan yang lainya, dan diteliti dalam suatu penelitian,

yang dikembangkan dari konsep atau teori dan hasil penelitian terdahulu

sesuai dengan fenomena atau masalah penelitian. Penelitian ini menggunakan

2 (dua) variabel yaitu tekanan darah sebagai variabel dependent dan terapi

massage punggung dan leher sebagai variabel independent (Dharma, 2011).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


42

C. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan tentang hal-hal apa saja yang

dijadikan indikator untuk mengukur variabel, bagaimana mengukurnya, alat

ukur yang digunakan, skala pengukuran dan data hasil pengukuran (Dharma,

2011).

Hasil Skala
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Ukur
Ukur

1 Tekanan Tekanan darah Tensimeter air Pengukuran mmHg Rasio


Darah merupkan tenaga yang raksa & tekanan darah
diupayakan oleh darah stetoskop, dilakukan 10
untuk melalui setiap unit lembar menit sebelum
dinding vaskular. observasi, SOP dilakukan terapi
tekanan darah. Massage
punggung dan
leher, kemudian
setelah pemberian
terapi selama ±30
menit,
pengukuran
dilakukan
kembali 10 menit
setelah terapi.
Kemudian tulis
dilembar
observasi, jadi
jumlah waktu
yang digunakan
untuk sekali
intervensi ±50
menit.
2 Terapi Massage merupakan SOPmassage Melakukan terapi 0= Nomina
Massage proses menekan dan punggung dan massage tidak l
punggun mengosok atau leher. punggung dan dilaku
g dan memanipulasi otot-otot leher sesuai kan
leher dan jaringan lunak lain dengan pedoman massa
dari tubuh, massage terapi pada ge
dapat meningkatkan penderita 1=
sirkulasi permukaan hipertensi, dilaku
yang mengurangi beban pemberian terapi kan
kerja jantung, dilakukan massa
menurunkan tekanan seminggu 2 kali ge

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


43

darah, dan mempercepat dalam 3 minggu


sisa metabolisme dan selama ±30
gizi, meningkatkan menit.
sirkulasi darah di
jarinagan dan
merangsang aliran darah
ke seluruh pembuluh
darah.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono,

2013). Populasi dalam penelitiam ini penderita hipertensi primer di

wilayah kerja Puskesmas Rejosari Pringsewu sebanyak 84 orang

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi. Bila poulasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi, misalnya keterbatasan dana, tenaga,

waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari

populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus

betul-betul representative (mewakili) (Sugiyono, 2013).

Berdasarkan keterangan di atas untuk menentukan sampel terdapat dua

kriteria yaitu :

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


44

a. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi merupakan kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2012).

Kriteria dalam penelitian ini :

1) Bersedia menjadi responden.

2) Berusia 30-60 tahun

3) Riwayat hipertensi ≤ 3 tahun

4) Tidak memiliki masalah kesehatan seperti penyakit jantung,

ginjal, DM dan lainya

5) Penderita hipertensi primer.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria Eksklusi merupakan kriteria atau ciri-ciri anggota populasi

yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012).

Kriteria eksklusi pada penelitian ini :

1) Penderita Hipertensi sekunder dan yang memiliki komplikasi.

2) Memiliki luka pada punggung dan leher misalnya luka bakar,

memar pada otot, keseleo, dan LBP.

Perhitungan besar sampel minimal untuk penelitian komparatif numerik

berpasangan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

2 1
( 1− 2+ 1− )2
= 2 2
= ( 1− 2)
2

( 1− 2)2

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


45

Keterangan :

n = Besar perkiraan sempel.


2
= Standar deviasi.
1− 2 = Standar normal deviasi untuk =1,96.
1− = Standar normal deviasi untuk = 0.84.
1 = Nilai mean kelompok sebelum intervensi yang didapat

dari peneliti sebelumnya.


2 = Nilai mean kelompok sesudah intervensi yang didapat

dari peneliti sebelumnya.

Berdasarkan penelitian sebelunya yang dilakukan oleh Mohebbi (2013) di

University of Medical Science Iran, tentang the effect of back massage on

blood pressure in the patient with primery. Membuktikan bahwa terjadi

penurunan rata-rata diastolik dan sistolik sebanyak 6,44/4,77 mmHg pada

keompok intervensi dan 2,1/1,51 pada kelompok kontrol.

Dalam penentuan sampel peneliti menggunakan nilai rata-rata sistole


yaitu (µ1) sebesar 4,77 dan (µ2) sebesar 1,51. Uji hipotesis menggunakan
derajat kemaknaan 5% ( 1 − 2) sebesar 1,96 dengan kekuatan uji

( 1 − ) sebesar 0,84 serta setandar deviasi ( 2) sebesar 12,5165. Maka besar sempel
minimal yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

2 2
( 1− 2+ 1− )
n=

( 1− 2)2

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


46
2
= 12,5165 (1,96+0,84)
n 2
(4,77−1,51)

n
= 12,5165(2,8) 2
(3.26)2
n= 12,5165 (7,84)

n= 98,12936
10,6276

10,6276

n = 9.233

n = 9 responden

Berdasarkan perhitungan diatas, maka besar sampel minimal yang diteliti

sebanyak 9 responden, untuk mencegah terjadinya dropout ditampah 10%

dari jumlah responden menjadi 10 responden. Karena peneliti

menggunakan dua kelompok sebagai pembanding maka dikali dua yaitu

10 kelompok kontrol dan 10 kelompok intervensi sehingga jumlah sampel

yang digunakan adalah 20 responden.

Tehnik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling

merupakan cara pemilihan sempel yang tidak dilakukan secara acak yang

digunakan peneliti dalam menentukan jumlah sampel yang akan diambil

dalam suatu penelitian, tehnik dalam pengambilan sempel yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah consecutive sampling yang

merupakan metode pemilihan sampel yang dilakukan dengan memilih

semua individu yang ditemui dan memenuhi kriteria pemilihan, sampai

jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi (Dharma, 2011).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


47

E. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Rejosari

Pringsewu Lampung.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei 2018

F. Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap

kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti

(subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil

penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012).

Nursalam (2011), beberapa prinsip dasar dalam etika keperawatan dapat

dibedakan menjadi tiga bagian yaitu :

1. Prinsip Manfaat

a) Bebas dari penderitaan

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan pada

responden, khususnya jika menggunakan tindakan khusus. Dalam

penelitian ini responden akan diberika massage oleh masseur atau

seseorang yang bersertifikasi dan sudah berpengalaman dalam

melakukan tindakan massage, dengan tetap meminum obat

antihipertensi yang diberikan pihak puskesmas.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


48

b) Bebas dari eksploitasi

Partisipasi responden dalam penelitian, harus dihindarkan dari

keadaan yang tidak menguntungkan. responden harus diyakinkan

bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah

diberikan, tidak akan digunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan

responden dalam bentuk apaun. Dalam penelitia ini informasi yang

didapat hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan dijaga

kerahasiannya.

c) Risiko (benefits ratio)

Penelitian harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan

yang akan berakibat kepada responden pada setiap tindakan. Dalam

penelitian ini hanya menggunakan responden yang memiliki kriteria

yang sudah ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi untuk

mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (Respect Human Digity)

a) Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination)

Responden harus diperlukan secara manusiawi, responden mempunyai

hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi respnden ataupun

tidak, tanpa adanya sangsi apapun atau akan berakibat terhadap

kesembuhanya. Dalam penelitian ini calon responden berhak untuk

menolak atau bersedia ikut serta dalam penelitian, tanpa adanya

paksaan dari pihak manapun.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


49

b) Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right

to ull disclosure)

Seorang peneliti harus memberika penjelasan secara rinci serta

bertanggungjawab jika ada sesuatu yang terjadi pada responden.

Dalam penelitian ini responden akan dijelaskan secara rinci bagaimana

alur pelaksanaan penelitian, sesuai dengan lembar penjelasan yang

sudah dibuat.

c) Informed consent

Responden harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang

tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk

bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed

consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya

akan dipergunakan untuk mengembangkan ilmu. Setelah responden

mendapatkan penjelasan mengenai proses penelitian maka responden

berhak menentukan ikut berpastisipasi atau menolak berpartisipasi

dalam penelitian melalui lembar persetujuan yang telah dibuat.

3. Prinsip Keadilan (right to justice)

a) Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)

Responden harus diperlakuakan secara adil baik sebelum, selama dan

sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi

apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari

penelitian. Dalam penelitian ini masing-masing kelompok

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


50

mendapatkan perlakuan yang sama, yaitu kelompok intervensi dan

kontrol diberikan massage punggung dan leher yang dilakukan 2 kali

seminggu, namun kelompok kontrol mendapatkan massage diluar

waktu penelitian.

b) Hak dijaga kerahasiaanya (right to privacy)

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan

harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity)

dan rahasia (confidentiality). Pada penelitian ini, peneliti tidak

mencantumkan nama responden, tetapi peneliti mengguakan inisial

dalam penulisan identitas pada lembar kuesioner penelitian.

G. Instrumen Penelitian

1. Lembar Observasi

Merupakan metode pengumpulan data melaui pengamatan langsung

dengan menggunakan pancaindra (melihat, mendengar, mencium,

mengecap, dan meraba) (Dharma, 2011). Pada penelitian ini lembar

observasi mencakup informasi tentang responden dan hasil pengukuran

tekanan darah sistolik dan diastolik responden pre-test dan post-test.

2. Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan adalah tensimeter air raksa dan stetoskop

3. Bahan dan Alat Massage

a. Pelumas (minyak/lotion)

b. Handuk

c. Bed

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


51

d. Bantal

4. Validitas

Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini

menggunakan beberapa alat yang digunakan yaitu tensimeter air raksa dan

stetoskop yang sudah terkalibrasi. Penelitian juga mengguanakan lembar

observasi dan SOP pengukuran tekanan darah dan SOP massage

punggung dan leher didapatkan dari Wiyoto (2011) penelitian

menggunakan data primer atau data yang diambil dari sumber langsung

yaitu dengan metode pengambilan data dengan cara observasi.

5. Reliabilitas

Merupakan suatu indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti menunjukan

sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila

dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama

dengan mengguanakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012).

Pengukuran tekanan darah dilakukan dua kali untuk meyakinkan

mendapatkan hasil yang konsisten, akurasi pengukuran tekanan darah

dapat dipengaruhi oleh alat ukur manset, kemahiran pemeriksa, dan

kondisi pasien yang diperiksa.

H. Pengumpulan Data

1. Mengajukan surat permohonan izin pengambilan data dan dilanjutkan

dengan penelitian yang akan dilakuakan di Wilayah Puskesmas Rejosari

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


52

Pringsewu Lampung yang telah dibuat oleh institusi STIKes

Muhammadiyah Pringsewu Lampung.

2. Pihak Wilayah Puskesmas Rejosari Pringsewu memberikan surat

persetujuan penelitian, kemudian pengambilan data dilakukan oleh

peneliti dan didampingi petugas puskesmas dimana peneliti melakukan

pendekatan dan memberikan penjelasan kepada calon responden agar

bersedia menjadi responden.

3. Setelah responden bersedia, peneliti kemudian membangi responden

menjadi dua kelompok yaitu kelompok intevensi dan kelompok kontrol.

4. Pada saat pelaksanaan penelitian pasien tetap mengkonsumsi obat

hipertensi dengan jenis dan dosis yang sama yaitu captopril 1×25 mg yang

diminum 2 jam sebelum dilakukan penelitian.

5. Pada kelompok intervensi pegukuran darah dilakukan ±10 menit sebelum

dan ±10 menit sesudah dilakukan terapi massage punggung dan leher

yang dilakukan oleh peneliti dibawah pengawasan petugas puskesmas

dengan menggunakan tensimeter air raksa dan stetoskop.

6. Setelah pengukuran tekanan darah dilakuakan, kemudian dilanjutkan

dengan melakukan tindakan terapi massage punggung dan leher yang

dilakukan oleh messeur atau orang yang bersertifikasi dan sudah

berpengalaman dalam memeberikan tindakan massage selama ±30 menit,

kemudian tekanan darah diukur kembali ±10 menit sesaat setelah

dilakukan massage. Terapi massage dilakukan selama dua kali dalam

seminggu selama 3 minggu.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


53

7. Sama halnya dengan kelompok intervensi kelompok kontrol juga

diberikan intervensi massage namun intervensi diberikan diluar waktu

penelitian, saat penelitian kelompok kontrol hanya melakukan aktifitas

seperti duduk dan membaca, dan kemudian dilakukan prosedur

pengukuran tekanan darah yang sama.

I. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah. Proses pengolahan data

dilakukan melalui empat tahapan yaitu dengan editing, coding, data entry,

cleaning.

1. Editing

Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian lembar

observasi atau kuesioner apakah jawaban yang ada dilembar tersebut

sudah lengkap, jelas, relevan, dan konsisten. Editing dilakuakan pada

penelitian ini untuk memeriksa ulang kelengkapan pengisian identitas

padalembar observasi.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka atau bilangan. Coding dilakuakan pada penelitian ini

untuk mempermudah peneliti dalam melakukan pengolahan data dan

analisa data pada tekanan darah. Angka 0 untuk kelompok kontrol yang

tidak diberi terapi Massage dan 1 untuk kelompok intervensi yang diberi

terapi Massage.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


54

3. Data entry atau processing

Merupakan tahap setelah semua kuesioner atau lembar observasi terisi

penuh dan benar, serta sudah melalui peng-codingan, maka langkah

selanjutnya memproses data yang dilakuakan dengan cara meng-entry

data keprogram komputer. Dalam penelitian ini data yang di-enty yaitu

karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, umur, pekerjaan serta

tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan terapi massage punggung

dan leher.

4. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-

enty apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut mungki terjadi

pada saat meng-entry data ke komputer. Pada penelitian ini, peneliti

melakukan pengecekan kembali pada data yang sudah di input ke

komputer untuk mencegah kesalahan dalam memasukan data (Hastono,

2016).

J. Analisa Data

Dalam penelitian ini mengguanakn analisa Univariate dan Bivariate.

1. Analisis Univariate

Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Analisis

univariate dalam penelitian ini adalah karakteristik responden meliputi

usia, jenis kelamin, dan pekerjaan, tekanan darah sebelum dan sesudah

massage punggung dan leher.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


55

2. Analisis Bivariate

Analisis bivariate digunakan untuk menganalisis dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Analisis yang

digunakan untuk mengetahui pengaruh terapi massage punggung dan

leher terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi primer dengan

menggunakan uji T yaitu uji T–dependent (uji beda dua mean

berpasangan) dan uji T-independent (uji beda dua mean tidak

berpasangan), dengan tingkat kemaknaan 95% atau dapat pula dengan

perbandingan nilai P-value dengan nilai α = 0,05.

Uji T–dependent (uji beda dua mean berpasangan) untuk melihat tekanan

darah sistolik dan diastolik sebelum (pre-test) dan setelah (post-test) pada

kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Sedangakan uji T-

independent (uji beda dua mean tidak berpasangan) untuk melihat selisih

tekanaan darah sebelum dan setelah pada kedua kelompok. Hasil analisis

pengaruh terapi massage punggung dan leher terhadap tekanan darah

dikatakan bermakna bila nilai P- value ≤ 0,05 atau nilai P-value yang

didapat 0,000.

K. Jalannya Penelitian

1. Tanggal 18 Oktoberr 2017 mengajukan judul kepada pembimbing.

Peneliti mengajukan beberapa judul kepada pembimbing, kemudian judul

yang disetujui pembimbing adalah pengaruh massage punggung dan leher

terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi primer.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


56

2. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung.

3. Menyerahkan permohonan izin yang diperoleh dari institusi pendidikan

ketempat penelitian di Wilayah Puskesmas Rejosari Pringsewu.

4. Peneliti melakukan survey pendahuluan dan melanjutkan ke penyusunan

proposal penelitian.

5. Mengumpulkan data banyaknya pasien hipertensi, memilih responden

berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi, memberikan lembar informed

consent menjadi responden dan menanyakan kesediaan calon responden

untuk ikut serta dalam penelitian.

6. Pada saat pelaksanaan penelitian pasien tetap mengkonsumsi obat

hipertensi dengan jenis dan dosis yang sama yaitu captopril 1×25 mg yang

diminum 2 jam sebelum dilakukan penelitian.

7. Setelah responden setuju dan menandatangani surat persetujuan tersebut,

peneliti menjelaskan jalannya penelitian kepada responden bahwa akan

melakukan terapi massage punggung dan leher dua kali dalam seminggu

dalam waktu ±30 menit selama 3 minggu, dengan pengukuran tekanan

darah sebelum dan sesudah terapi massage. Peneliti juga menjelaskan

bahwa terapi ini tidak dipungut biaya, kemudian peneliti menjelaskan

prosedur pemijatan berdasarkan standar operasional prosedur, begitu pula

halnya dengan kelompok kontrol.

8. Mengumpulkan, memproses, dan menganalisis data. Setelah data

terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


57

menggunakan komputer, hasil pengolahan dan analisis dirumuskan dan

disimpulkan.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


58

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian dan pembahasan tentang

pengaruh pijat (massage) punggung dan leher terhadap tekanan darah pada

penderita hipertensi primer. Hasil penelitian menjabarkan gambaran umum lokasi

penelitian, hasil analisis univariat serta bivariat. Pada pembahasan ini hasil

penelitian akan dibandingkan dengan teori dan hasil penelitian sebelumnya serta

memaparkan kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian.

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Wilayah

Puskesmas Rejosari merupakan salah satu puskesmas yang terletak di

desa Rejosari Kabupaten Pringsewu yang didirikan pada tanggal 6 januari

2016, merupakan pemekaran dari puskesmas pringsewu yang mempunyi

wilayah kerja 2 kelurahan dan 5 desa/pekon.

2. Tenaga Kerja

Puskesmas Rejosari pada tahun 2018 memiliki jumlah tenaga kerja

berjumlah 44 pegawai, yang terdiri dari 2 dokter umum, 2 S1 kesehatan

masyarakat, 2 perawat dan 24 bidan, 1 perawat gigi, 2 sanitarian, 1

farmasi, 5 tenaga administrasi, 4 lain-lain.

58

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


59

3. Visi dan Misi

a. Visi

Puskesmas Rejosari menjadi Puskesmas yang mampu memberikan

pelayanan kesehatan dasar bermutu, berkualitas, merata dan

berkeadilan.

b. Misi

Memberi pelayanan kesehatan dasar yang prima dan berkualitas

1) Pemerataan upaya pelayanan kesehatan

2) Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dan

berakhlak mulia.

3) Mengembangkan sistem keuangan, informasi dan pemasaran UPT

Puskesmas.

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Analisis

univariat dalam penelitian ini adalah karakteristik respondent meliputi

usia, jenis kelamin, dan pekerjaan, tekanan darah sebelum dan sesudah

massage punggung dan leher.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


60

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pada
Kelompok Intervensi dan Kontrol Berdasarkan Umur,
Jenis kelamin, dan Pekerjaan di Wilayah Kerja
Puskesmas Rejosari Pringsewu tahun 2018

Karakteristik Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol


Frekuensi % Frekuensi %
Umur
30-45 tahun 5 50.0 1 10.0
46-60 tahun 5 50.0 9 90.0

Jenis kelamin
Laki-laki 2 20.0 1 10.0
Perempuan 8 80.0 9 90.0

Pekerjaan
IRT 3 30.0 9 90.0
Wiraswasta 4 40.0 1 10.0
Petani 2 20.0 - -
PNS 1 10.0 - -

Jumlah 10 100 10 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

berada pada usia 46-60 tahun sebanyak 5 orang (50.0%) pada kelompok

intervensi dan 9 orang (90.0%) pada kelompok kontrol. Berdasarkan

karakteristik, sebagian besar didapat bahwa responden terbanyak pada

jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 8 orang (80.0%) pada

kelompok intervensi dan 9 orang (90.0%) pada kelompok kontrol.

Berdasarkan karakteristik pekerjaan responden yang terbanyak adalah

wiraswasta yaitu 4 orang (40.0%) pada kelompok intervensi dan sebagai

ibu rumah tangga yaitu 9 orang (90.0%) pada kelompok kontrol.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


61

a. Tekanan Darah Sistole dan Diastole Sebelum Dilakukan Terapi

Massage Punggung Dan Leher Pada Kelompok Intervensi dan

Kontrol

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sistole Sebelum
Dilakukan Terapi Massage Punggung Dan Leher Pada
Kelompok Intervensi dan Kontrol di Wilayah Kerja
Puskesmas Rejosari Pringsewu tahun 2018

Tekanan Darah Sistole Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol


Sebelum Dilakukan
Terapi Massage Frekuensi % Frekuensi %
Punggung Dan Leher
140 - - 2 20.0
150 2 20.0 4 40.0
160 2 20.0 1 10.0
170 4 40.0 2 20.0
180 1 10.0 1 10.0
190 1 10.0 - -

Jumlah 10 100 10 100

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui hasil pengukuran tekanan darah

sistole sebelum dilakukan terapi massage punggung dan leher dari 10

responden kelompok intervensi sebagian besar memiliki tekanan

darah sistole 170 mmHg sebanyak 4 orang (40.0%). sedangkan 10

responden dari kelompok kontrol sebagian besar memiliki tekanan

darah 150 mmHg sebanyak 4 orang (40.0%).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


62

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Diastole Sebelum Dilakukan
Terapi Massage Punggung Dan Leher Pada Kelompok Intervensi dan
Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Pringsewu tahun 2018

Tekanan Darah Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol


Diastole Sebelum
Dilakukan Terapi %
Massage Punggung Frekuensi % Frekuensi
Dan Leher
90 - - 2 20.0
100 4 40.0 5 50.0
110 6 60.0 3 30.0

Jumlah 10 100 10 100

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui hasil pengukuran tekanan darah

diastole sebelum dilakukan terapi massage punggung dan leher dari

10 responden kelompok intervensi sebagian besar memiliki tekanan

darah diastole 110 mmHg sebanyak 6 orang (60.0%). sedangkan 10

responden dari kelompok kontrol sebagian besar memiliki tekanan

darah 100 mmHg sebanyak 5 orang (50.0%).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


63

b. Tekanan Darah Sistole dan Diastole Sesudah Dilakukan Terapi

Massage Punggung Dan Leher Pada Kelompok Intervensi dan

Kelompok Kontrol Yang Tidak dilakukan Terapi Massage

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sistole Sesudah
Dilakukan Terapi Massage Punggung Dan Leher Pada
Kelompok Intervensi dan Kontrol di Wilayah Kerja
Puskesmas Rejosari Pringsewu tahun 2018

Tekanan Darah Sistole Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol


Sesudah Dilakukan
Terapi Massage Frekuensi % Frekuensi %
Punggung Dan Leher
100 2 20.0 - -
110 1 10.0 - -
120 3 30.0 - -
125 - - 3 30.0
130 3 30.0 - -
135 1 10.0 2 20.0
140 - - 2 20.0
145 - - 1 10.0
150 - - 2 20.0

Jumlah 10 100 10 100

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui hasil pengukuran tekanan darah

sistole sesudah dilakukan terapi massage punggung dan leher dari 10

responden kelompok intervensi sebagian besar memiliki tekanan

darah sistole 120-130 mmHg sebanyak 6 orang (60.0%). sedangkan

10 responden dari kelompok kontrol sebagian besar memiliki tekanan

darah 125 mmHg sebanyak 3 orang (30.0%).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


64

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Diastole Sesudah Dilakukan
Terapi Massage Punggung Dan Leher Pada Kelompok Intervensi dan
Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Pringsewu tahun 2018

Tekanan Darah Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol


Diastole Sesudah
Dilakukan Terapi %
Massage Punggung Frekuensi % Frekuensi
Dan Leher
80 2 20.0 - -
85 6 60.0 3 30.0
90 2 20.0 5 50.0
95 - - 2 20.0

Jumlah 10 100 10 100

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui hasil pengukuran tekanan darah

diastole sesudah dilakukan terapi massage punggung dan leher dari

10 responden kelompok intervensi sebagian besar memiliki tekanan

darah diastole 85 mmHg sebanyak 6 orang (60.0%). sedangkan 10

responden dari kelompok kontrol sebagian besar memiliki tekanan

darah 90 mmHg sebanyak 5 orang (50.0%).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


65

c. Rata-rata Tekanan Darah Sistole dan Diastole Sebelum dan


Sesudah Massage Punggung dan Leher Pada Kelompok
Intervensi Daan Kelompok Kontrol

Grafik 1
Tekanan Darah Sistole dan Diastole (Pre-Post) Kelompok
Intervensi
180
160
Tekanan Darah

140 Tekanan Darah


120
Sistole, 119.5
100
Tekanan Darah
80 Diastole, 85
60
40
20
0
Sesi 1 Sesi 1 Sesi 2 Sesi 2 Sesi 3 Sesi 3 Sesi 4 Sesi 4 Sesi 5 Sesi 5 Sesi 6
Sesi 6 Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post

Hasil analisis tekanan darah sistole dan diastole sebelum dan sesudah

pada kelompok intervensi dapat dilihat pada grafik 1. Grafik 1

menunjukan bahwa ada penurunan rerata tekanan darah sistole pre

sesi 1 (TDS 167 mmHg) sampai dengan post sesi 6 (119.5 mmHg)

sebelum dan sesudah intervensi terapi massage punggung dan leher.

Hasil analisis grafik 1 juga menunjukan bahwa ada penurunan rerata

tekanan darah diastole pre sesi 1 (TDD 106 mmHg) sampai dengan

post sesi 6 (85 mmHg) sebelum dan sesudah terapi massage

punggung dan leher.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


66

Grafik 2
Tekanan Darah Sistole dan Diastole (Pre-post)
Kelompok Kontrol
180
160 Tekanan Darah
140
Tekanan Darah

120 Sistole, 137


100 Tekanan Darah
80 Diastole, 89.5
60
40
20
0
Sesi 1 Sesi 1 Sesi 2 Sesi 2 Sesi 3 Sesi 3 Sesi 4 Sesi 4 Sesi 5 Sesi 5 Sesi 6
Sesi 6 Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post

Hasil analisis tekanan darah sistole dan diastole sebelum dan sesudah

pada kelompok kontrol dapat dilihat pada grafik 2. Grafik 2

menunjukan bahwa ada penurunan yang bermakna terhadap rerata

tekanan darah sistole pre sesi 1 (TDS 156 mmHg) sampai dengan post

sesi 6 (137 mmHg) sebelum dan sesudah tanpa dilakukan intervensi

terapi massage punggung dan leher. Hasil analisis grafik 2 juga

menunjukan bahwa ada penurunan rerata tekanan darah diastole pre

sesi 1 (TDD 101 mmHg) sampai dengan post sesi 6 (89.5 mmHg)

sebelum dan sesudah tanpa dilakukan terapi massage punggung dan

leher.

2. Analsisi Bivariat

Analisis Bivariat digunakan untuk menganalisis pengaruh terapi

massage punggung dan leher terhadap tekanan darah pada kelompok

intervensi dan kelompok kontrol dengan membandingkan tekanan darah

sebelum
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
67

dan sesudah serta mengetahui perbedaan selisih antara kedua kelompok

tersebut

Sebelum dilakukan analisis bivariat, uji normalitas yang merupakan

syarat mutlak dari uji t . jika didapat distribusi data normal maka syarat

untuk melakukan uji t terpenuhi, dengan cara skewness dibagi dengan

standar eror yang menghasilkan nilai ≤ 2, berarti data distribusi normal.

Untuk distribusi data tidak normal maka di gunakan Uji Nonparametrik

yaitu Mann Whitney Test apabila distribusi data Independent tidak

normal dan Wilcoxon Sign Test apabila distribusi data Dependent tidak

normal (Hastono, 2016).

Dibawah ini merupakan hasil uji normalitas data tekanan darah pada

kelompok intervensi yang diberi massage dan tekanan darah kelompok

kontrol yang tidak diberikan massage pada penderita hipertensi primer.

Tabel 4.6
Uji Normalitas Tekanan Darah Sistole Pada Kelompok
Intervensi yang Diberi Massage dan Kontrol yang
Tidak Diberi Massage di Wilayah Kerja Puskesmas
Rejosari Pringsewu tahun 2018

Tekanan Darah Skewness/SE

Sebelum 0.40
Intervensi
Sesudah 0.43

Sebelum 0.84
Kontrol
Sesudah 1.01

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


68

Tabel 4.7
Uji Normalitas Tekanan Darah Diastole Pada Kelompok
Intervensi yang Diberi Massage dan Kontrol yang Tidak
Diberi Massage di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari
Pringsewu tahun 2018

Tekanan Darah Skewness/SE

Sebelum 0.70
Intervensi
Sesudah 1.08

Sebelum 0.24
Kontrol
Sesudah 0.59

Berdasarkan tabel 4.6 dan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa uji normalitas

dari hasil uji skwiness dibagi stadar eror pada tekanan darah dapat

didapatkan hasil data distribusi data normal (≤ 2), maka uji bivariat dapat

dilakukan menggunakan uji dependent dan uji independent dengan

tingkat kemaknaan 95% (α ≤ 0,05) dengan hasil sebagai berikut :

a. Uji T-Dependent (uji beda dua mean berpasangan)

Tabel 4.8
Perubahan Tekanan Darah Sistole dan Diastole Sebelum
dan Sesudah Dilakukan Terapi Massage Punggung Dan
Leher Pada Kelompok Intervensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Rejosari Pringsewu tahun 2018

Tahap N Mean Std. Delta P-Value


Deviasi

TD Sistole

Sebelum 10 167.00 12.527 18.700 0.000


Sesi 1 Sesudah 148.30 11.833

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


69

Sesi 2 Sebelum 10 159.50 13.427 13.000 0.002


Sesudah 146.50 8.182

Sesi 3 Sebelum 10 156.00 8.756 13.000 0.000


Sesudah 143.00 7.149

Sesi 4 Sebelum 10 148.50 5.798 10.500 0.000


Sesudah 138.00 6.325

Sesi 5 Sebelum 10 147.50 6.346 12.500 0.000


Sesudah 135.00 8.498

Sesi 6 Sebelum 10 136.50 8.835 17.000 0.000


Sesudah 119.50 12.572

Jumlah rerata 14.11

TD Diastole

Sebelum 10 106.00 5.164 9.500 0.000


Sesi 1 Sesudah 96.50 4.743

Sesi 2 Sebelum 10 103.00 6.749 9.500 0.000


Sesudah 93.50 5.798

Sesi 3 Sebelum 10 100.00 6.667 7.500 0.000


Sesudah 92.50 4.859

Sesi 4 Sebelum 10 100.50 3.689 10.500 0.000


Sesudah 90.00 2.357

Sesi 5 Sebelum 10 100.50 3.689 11.000 0.000


Sesudah 89.50 1.581

Sesi 6 Sebelum 10 92.00 4.216 7.000 0.000


Sesudah 85.00 3.333

Jumlah rerata 9.16

Hasil analisis pada tabel 4.8 didapatkan bahwa ada penurunan yang

signifikan rerata tekanan darah sistole dan diastole sebelum dan

setelah intervensi massage punggung dan leher sesi 1 samapi dengan

sesi 6 (P-value 0.000 menunjukan P < 0.05), maka hipotesis

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


70

alternative (Ha) diterima atau adanya pengaruh terhadap penurunan

tekanan darah pada penderita hipertensi primer setelah dilakukan

terapi massage punggung dan leher.

Tabel 4.9
Perubahan Tekanan Darah Sistole dan Diastole Sebelum dan Sesudah
Tanpa Dilakukan Terapi Massage Punggung Dan Leher Pada
Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Pringsewu
tahun 2018

Tahap N Mean Std. Delta P-Value


Deviasi

TD Sistole

Sesi 1 Sebelum 10 156.00 13.499 7.500 0.000


Sesudah 148.50 12.483

Sesi 2 Sebelum 10 154.00 8.756 7.000 0.000


Sesudah 147.00 6.756

Sesi 3 Sebelum 10 149.00 9.944 6.500 0.000


Sesudah 142.50 9.501

Sesi 4 Sebelum 10 148.50 14.347 6.000 0.000


Sesudah 142.50 14.191

Sesi 5 Sebelum 10 149.00 11.255 7.000 0.000


Sesudah 142.00 10.593

Sesi 6 Sebelum 10 144.50 11.414 7.500 0.000


Sesudah 137.00 9.775

Jumlah rerata 6.91

TD Diastole

Sebelum 10 101.00 7.379 7.000 0.001


Sesi 1 Sesudah 94.00 3.944

Sesi 2 Sebelum 10 99.00 5.676 6.500 0.001


Sesudah 92.50 3.536

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


71

Sebelum 99.00 5.676 0.008


Sesi 3 10 5.000
Sesudah 94.00 4.595
Sebelum 96.00 5.164 0.024
Sesi 4 10 3.000
Sesudah 93.00 3.496
Sebelum 96.00 5.164 0.010
Sesi 5 10 4.500
Sesudah 91.50 2.415
Sebelum 96.00 5.164 0.000
Sesi 6 10 6.500
Sesudah 89.50 3.689
Jumlah rerata 5.41

Hasil analisis pada tabel 4.9 didapatkan bahwa ada penurunan yang

rerata tekanan darah sistole dan diastole sebelum dan setelah

meminum obat captropril tanpa diberikan intervensi massage

punggung dan leher sesi 1 samapi dengan sesi 6 (P-value rerata

0.000 menunjukan P <0.05) untuk tekanan darah sistole dan (P-value

rerata 0.007 menunjukan P < 0.05) untuk tekanan darah diastole.

menunjukan ada perbedaan sebelum dan sesudah meminum obat

captropril tanpa diberi massage punggung dan leher.

b. Uji T-Independent (uji beda dua mean tidak berpasangan)

Tabel 4.10
Perbedaan Tekanan Darah Sistole Sebelum dan Sesudah Dilakukan
Terapi Massage Punggung Dan Leher Pada Kelompok Intervensi dan
Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Pringsewu tahun 2018

Kelompok N Mean Std. P-Value


Responden Deviasi

Intervensi 10 14.11 3.08 0.000

Kontrol 10 6.91 0.58

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


72

Tabel 4.11
Perbedaan Tekanan Darah Distole Sebelum dan Sesudah Dilakukan
Terapi Massage Punggung Dan Leher Pada Kelompok Intervensi dan
Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Pringsewu tahun 2018

Kelompok N Mean Std. P-Value


Responden Deviasi

Intervensi 10 9.16 1.60 0.002

Kontrol 10 5.41 1.53

Hasil analisis pada tabel 4.12 dan tabel 4.13 didapatkan bahwa ada

perbedaan rerata tekanan darah sistole dan diastole sebelum dan

setelah intvensi massage punggung dan leher sesi 1 samapi dengan

sesi 6 pada kelompok intervensi dan kontrol yang tidak dilakukan

massage (P-value 0.000 menunjukan P < 0.05) pada tekanan darah

sistole dan (P-value 0.002 menunjukan P < 0.05) pada tekanan darah

diastole.

C. Pembahasan

Pada tahap ini penulis membahas mengenai hasil penelitian yang telah

dilaksanakan dengan membandingkan teori atau pendapat dan penelitian

sebelumnya. Hasil penelitian Pengaruh Massage Punggung dan Leher Tehap

Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Primer di Wilayah Kerja Puskesmas

Rejosari Pringsewu Tahun 2018. Pada pembahasan ini penulis akan

membandingkan hasil tekanan darah sebelum dan sesudah dilakuan terapi

massage pada kelompok intervensi dan pada kelompok kontrol yang tidak

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


73

dilakukan massage, serta mengetahui perbedaan rata-rata tekanan darah

antara kedua kelompok tersebut.

1. Analisis Univariat

a. Umur

Hasil penelitian yang dilakukan diperoleh penderita hipertensi

mayoritasnya berumur 45-60 tahun pada kelompok intervensi dan

kelompok kontrol. Hal ini sejalan dengan penelitian Haryono,

Permana & Chayati (2017) tentang pengaruh kombinasi pijat

punggung dan dzikir terhadap tekanan darah, didapat hasil bahwa

tekanan darah lebih banyak mengalami peningkatan pada umur 45-60

tahun.

Hipertensi merupahan penyakit degenerative, pada umumnya tekanan

darah akan bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur.

Tekanan darah berbanding terbalik dengan elastisitas pembuluh

darah. Ketika sifat elastis tersebut hilang, pembuluh darah akan

menjadi kaku dan tekanan darah akan meningkat seperti terlihat pada

usia lanjut (Sembuligam & Sembuligam, 2013).

b. Jenis Kelamin

Hasil penelitian didapat jenis kelamin laki-laki 20.0% dan perempuan

80.0% pada kelompok intervensi. Sedangkan pada kelompok kontrol

terdapat laki-laki 10.0% dan perempuan 90.0% pada kelompok

kontrol. Hal ini menunjukan bahwa jenis kelamin perempuan lebih

banyak dari pada jenis kelamin laki-laki. Hasil penelitian ini sejalan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


74

dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryono, Permana & Chayati

(2017) tentang pengaruh kombinasi pijat punggung dan dzikir

terhadap tekanan darah yaitu sebesar 76.7% pada kelompok

intervensi dan 86.7% pada kelompok kontrol. Hal tersebut sesuai

dengan teori dalam Triyanto (2014) bahwa perempuan diumur 55-74

tahun, lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan laki-

laki, dimana wanita saat itu mengalami masa monopouse. Perempuan

yang belum monopouse dilindungi oleh hormon ekstrogen yang

berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein

(HDL). Kadar kolesterol HDL rendah dan tingginya kolesterol Low

Density Lipoprotein (LDL) mempengaruhi terjadinya proses

aterosklerosis dan mengakibatkan tekanan darah tinggi (Anggraini et.

al, 2009: dalam Novitaningtyas, 2014)

c. Pekerjaan

Hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh penderita hipertensi

mayoritas bekerja sebagai wiraswasta dan sebagai ibu rumah tangga

yaitu pada kelompok intervensi terdapat (40.0%) bekerja wiraswasta

dan pada kelompok kontrol terdapat (90.0%) bekerja sebagai IRT.

Dalam bekerja atau beraktifitas tekanan darah dapat dipengaruhi pula

oleh keadaan sekitar bahwa pada dini hari terdapat tekanan darah

lebih rendah, tekanan darah kemudian meningkat secara gradual dan

mencapai tingkat maksimal pada siang harinya. Pada sore harinya

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


75

terdapat tekanan darah yang rendah (Sembuligam & Sembuligam,

2013).

Saat beraktifitas jantung memompa lebih kuat hal ini dapat pula

mempengaruhi tekanan darah hal ini sesuai dengan teori bahwa,

tekanan di dalam pembuluh darah berbanding langsung dengan

kecepatan aliran darah. Jika kecepatan aliran darah meningkat, maka

tahanannya juga meningkat. Jadi tekanan darah akan meningkat

(Sembuligam & Sembuligam, 2013).

Faktor lain yang menyebabkan hipertensi yang diakibatkan oleh

pekerjaan yaitu sebagian pasien hipertensi lebih mudah dipengaruhi

oleh keadaan stres, menurut WHO (2013) masalah pekerjaan diduga

berkaitan dengan masalah psikologis dilingkungan pekerjaan, kondisi

kehidupan, kondisi kerja. Kondisi stress dilingkungan kerja dapat

meningkatkan tekanan arteri sehingga berpengaruh terhadap

perubahan tekanan darah (Afrila, Dewi, & Erwin, 2015).

d. Analisis Bivariat

1) Pengaruh Massage Punggung Dan Leher Terhadap Tekanan Darah

Sistole dan Diastole Pasien Hipertensi Primer Pada Kelompok

Intervensi.

Hasil penelitian ini menunjukan adanya pengaruh pemberian terapi

massage punggung dan leher terhadap tekanan darah pada hipertensi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


76

primer pada kelompok intervensi dengan rerata sistole 14.11 mmHg

dan rerata diastole 9.16 mmHg. Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Mohebbi et.al (2014) bahwa ada pengaru yang

signifikan terhadap tekanan darah sistole dan diastole sebelum dan

sesudah dilakukan terapi massage dengan penurunan rata-rata sistole

dan diastole 6.44 dan 4.77 mmHg.

Berdasarkan teori, efek terapi massage menimbulkan percepatan

mekanisme aliran darah vena dan drainase limfatik, merusak

mekanisme akumulasi patologis dan melatih jaringan lunak secara

pasif. Gerakan pijatan pada kulit, jaringan ikat, jaringan otot dan

periosteum akan menimbulkan rangsangan reseptor yang terletak di

daerah tersebut. Implus tersebut dihantarkan oleh saraf aferen menuju

susunan saraf pusat, dan selanjutnya sususnan saraf pusat

memberikan umpan balik dengan melepaskan asetikolin dan histamin

melalui implus saraf eferen untuk merangsang tubuh beraksi melalui

mekanisme refleksi vasodilatasi pembulu darah yaitu mengurangi

aktifitas saraf simpatis dan meningkatkan aktifitas saraf parasimpatis.

Peningkatan aktifitas saraf parasimpatis menimbulkan penurunan

denyut jantung (heart rate) dan denyut nadi (pulse rate) dan

mengakibatkan aktivasi respon relaksasi. Sedangkan penurunan

aktivitas saraf simpatis meningkatkan vasodilatasi arteriol dan vena,

yang menyebabkan resistensi vaskular perifer menurun sehingga

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


77

menurunkan tekanan darah (Joachim Peter, 2010; Marley, 2010;

Prilutsky, B. 2003; Sherwood, 2012, dalam Wijayanto, & Sari, 2015).

2) Pengaruh Obat Tanpa Diberi Massage Punggung Dan Leher

Terhadap Tekanan Darah Sistole dan Diastole Pasien Hipertensi

Primer Pada Kelompok Kontrol

Hasil penelitian pada kelompok kontrol didapat bahwa tekanan darah

mengalami penurunan dengan rerata sistole 6.91 mmHg dan rerata

diastole 5.41 mmHg. Ini membuktikan bahwa penurunan pada

kelompok intervensi tetap lebih bnayak dibandingkan dengan

kelompok kontrol. Faktor lain yang menyebabkan tekanan darah

tidak mengalami penurunan dikarenakan ketidak patuhan dalam

meminum obat antihipertensi. Hal ini sesuai dengan teori dalam

Triyanto (2014) beberapa alasan ketidakpatuhan penderita hipertensi

dalam pengobatan karena kebosanan minum obat karena tekanan

darah masih naik turun. Penyakit hipertensi merupakan penyakit

kronis dengan karakteristik tekanan darah cenderung naik turun

dalam waktu yang lama, sehingga diperlukan pengobatan yang lama

bahkan mungkin seumur hidup.

Ketidak patuhan yang berkepanjangan dapat menambah parah

hipertensi. Tidak dapat dipungkiri obat-obatan merupakan jenis racun

yang dalam batas-batas tertentu bisa merugikan dan berdampak

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


78

negatif terhadap tubuh manusia bila digunakan dalam waktu yang

lama. Oleh kare itu terapi farmokologi lebih diutamakan berdasarkan

banyak penelitian diyakini lebih aman dan memberika efek positif.

Berdasarkan hasil penelitian dan teori, peneliti berpendapat bahwa

terapi massage punggung dan leher mempunyai pengaruh terhadap

penurunan tekanan darah sistole dan diastole pada pasien hipertensi

primer.

3) Perbedaan Tekanan Darah Sistole Dan Diastole Pada Kelompok

Intervensi Dan Kelompok Kontrol

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada perbedaan antara yang

diberi terapi massage dengan yang tidak diberi terapi massage yaitu

pada tekanan darah sistole (P-value 0.000 menunjukan P<0.05) dan

diastole (P-value 0.002 menunjukan P<0.05). Hal ini sejalan dengan

penelitian yg dilakukan oleh Haryono (2017), menunjukan bahwa

(P-value 0.004 menunjukan P<0.05) yang berarti ada perbedaan

antara kelompok intervensi yang di beri massage dengan kelompok

kontrol yang tidak diberi massage.

Berdasarkan teori efek terapi massage memiliki pengaruh terhadap

sistem kardiovaskular yaitu dapat meningkatkan dilatasi pembuluh

darah. Dinding pembuluh darah supervisial menjadi melebar akibat

respon reflek penurunan saraf simpatik sehingga meningkatkan aliran

darah vena kejantung dan menurunkan tekanan darah. Disamping itu

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


79

massage juga merangsang pelepasan asetikolin dan histamin.

Pelepasan kedua zat ini menimbulkan aktivitas vasomotor, sehingga

membantu memperpanjang vasomotor (Marley, 2010:dalam

Wijayanto & Sari, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian dan teori, peneliti berpendapat bahwa

terapi massage punggung dan leher mempunyai perbedaan terhadap

penurunan tekanan darah sistole dan diastole pada pasien hipertensi

primer yang diberi terapi massage dengan yang tidak diberi terapi

massage..

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


80

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian tentang pengaruh massage punggung dan leher terhadap

tekanan darah pada penderita hipertensi primer di Wilayah Kerja Puskesmas

Rejosari Pringsewu berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat

disimpulkan:

1. Pada kelompok intervensi rata-rata tekanan darah sistole dan diastole

sebelum terapi massage 167/106 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan

darah sistole dan diastole setelah dilakukan massage 119.5 /85 mmHg.

2. Pada kelompok kontrol rata-rata tekanan darah sistole dan diastole tanpa

dilakukan terapi massage 156/101 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan

darah sistole dan diastole setelah tanpa dilakukan massage 137/89.5

mmHg.

3. Ada pengaruh rata-rata tekanan darah sistole dan diastole pada pasien

hipertensi primer sebelum dan sesudah dilakukan terapi massage pada

kelompok intervensi dengan P-Value = 0,000 (p-value< 0,05).

4. Ada pengaruh rata-rata tekanan darah sistole dan diastole pada pasien

hipertensi primer sebelum dan sesudah meminum obat tanpa dilakukan

terapi massage pada kelompo kontrol dengan P-Value = 0,007(p-value

<0,05).

5. Ada perbedaan tekanan darah sistole dan diastole antara kelompok

intervensi yang diberikan terapi massage dengan kelompok kontrol yang

80

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


81

tidak diberi terapi massage dengan P-Value = 0,000 (p-value<0,05) pada

tekanan darah sistole dan P-Value = 0,002 (p-value<0,05) pada tekanan

darah diastole.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Bagi pendidikan keperawatan terapi massage dapat dijadikan bahan

kajian dalam pendidikan keperawatan, serta perlu mengembangkan

terapi massage dalam berbagai kegiatan seperti pelatihan, seminar ilmiah

dengan tujuan meningkatkan pemahaman pentingnya terapi massage

sebagai salah satu terapi komlementer pada pasien hipertensi primer.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini merekomendasikan bagi pelayanan kesehatan untuk

menerapkan terapi massage sebagai salah satu terapi komplementer

untuk mengontrol dan menurunkan tekanan darah sistole dan diastole

pada pasien hipertensi primer.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian tentang terapi massage perlu dikembangkan lebih lanjut

dengan mempertimbangkan area massage, waktu, dan tehnik massage

dengan variabel lain seperti kecemasan, hate rate, dan pengaruh lain

terhadap tingkat nyeri yang biasa dialami pasien hipertensi.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


82

4. Bagi Masyarakat

Menambah wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat mengenai

penatalaksanaan terapi nonfarmakologi yaitu dengan terapi

komplementer berupa massage pada hipertesi primer.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


83

DAFTAR PUSTAKA

Afrila, N., Dewi, A. P., & Erwin. (2015). Efetivitas Kombinasi Terapi Slow Stroke
Back Massage dan Akupresure Terhadap Tekanan Darah. Keperawatan,
2.

Ananto, Dwi Prasetyo. (2017). Pengaruh Massage Tehnik Efflurage Terhadap


Tekanan darah Penderita Hipertensi di Desa Kalirejo Kabupaten
Purwokerto.
Davey, P. (2005). At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.

Dharma, k. k. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta Timur : CV.


Trans Info Media.

Dinkes Pringsewu. (2015). Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten


Pringsewu.(www.dinkespringsewu.org.). Diakses pada bulan oktober
2017.

Haryono, Rudi, Iman Permana & Nur Chayati. (2017). Pengaruh Kombinasi
Pijat Punggung dan Dzikir Terhadap Tekanan Darah. Jurnal
Keperawatan Notokusumo volume V . Yogyakarta: Universitas
Muhammaiyah.

Hastono, S. P. (2016). Analisis Data pada Bidang Kesehatan. Jakarta: Rajawali


Pers.

IAI. (2016). ISO Informasi Spesialit Obat Indonesia (Vol. 50). Jakarta Barat: PT.
ISFI.

Kemenkes RI (2014). Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.


Jakarta Selatan.
Lewis, Dirksen, Heitkemper, Bucher, & Camera. (2011). Medical Surgical
Nursing Assessment and Management of Clinical Problems (Vol. 1).
America: Moosby, inc, affiliate of elsevie, Inc,.

Mohebbi, Z. Moghadasi, M. Homayoni, K. & Nikou, M. H.(2014) The Effect Of


Back Massage On Blood Pressure In The Patients With Primery
Hypertension. Iran. Jurnal IJCBNM ; vol 2, vol 3.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta.
Pinar, R & Afsar, F. (2015). Back Massage To Decrease State Anxiety, Cortisol
Level, Blood Pressure, Heart Rate And Increase Sleep Qualityin Family

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


84

Caregivers Of Patient With Cancer. Asian pac journal of cancer


prevention vol. 16.
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar). (2013). Prevalensi Kejadian Hipertensi.
Diakses pada tanggal 17 oktober 2017.
Sembuligam, K., & Sembuligam, P. (2013). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Tangerang Selatan: Binarupa Aksara.

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). Burnner &
Suddarth's Textbook of Medical Surgical Nursing (Vol. 2). Cina:
Aptara, Inc.

Setyoadi, & Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien


Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.

Sugiyono. (2013). Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.


Syamsudin. (2011). Buku Ajaran Farmakoterapi Kardiovaskular dan Renal.
Jakarta Selatan: Salemba Medika.

The seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,


Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7). (2003).
http://experianzadoctor.blogspot.co.id/2011/12/guideline-penanganan-
hipertensi.html?m=1. Diakses tanggal 15 Desember 2017.
Triyanto,E. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara
Terpadu (1 ed.). Yokyakarta: Graha Ilmu.
Udjianti, W. J. (2011). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedaah.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Wijayanto,T, & Sari,R. (2015). Perbedaan Pengaruh Therapi Massage Dengan


Minyak Aroma Therapi dan Minyak VCO Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pasien Hipertensi Primer. Jurnal kesehatan Metro Sai wawai
Volume VIII No2.

Wiyoto, B. (2011). Remedial Massage : Panduan Pijat Penyembuhan Bagi


Fisioterapi Praktis, dan Instruktur. Yogyakarta: Nuha Medika.
World Health Organization (WHO). (2015). Cardiovascular diseases (CVDs).
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs317/en/. Diakses tanggal 2
November 2017.
Yuldeni, Awaludin.(2016). Hubungan Pengetahuan dan Shalat Terhadap
Tekanan Darah PadaLansia. Jurnal Endurance 1.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


85

LAMPIRAN

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


86

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


87

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


88

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


89

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


90

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


91

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


92

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


93

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


94

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


95

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


96

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Anda mungkin juga menyukai