Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK RESIKO PERILAKU KEKERASAN


DIRUMAH SAKIT JIWA PROVINSI LAMPUNG

Disusun Oleh :
1. ARIF RAHMAN RAKA SIWI
2. AGUS HARIYADI
3. SELVIA MADERVA
4. INDI ARIYESTI
5. RIZAL SULIS A.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKes) MUHAMMADIYAH


PROGRAM PROFESI NERS
PRINGSEWU LAMPUNG
2019
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

A. LATAR BELAKANG

Manusia adalah makhluk social, yang terus menerus membutuhkan adanya orang lain
di sekitarnya. Salah satu kebutuhan manusia untuk melakukan interaksi dengan sesame
manusia. Interaksi ini dilakukan tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh individu. Sedingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap
kemampuan individu untuk interaksi dengan orang lain.

Salah satu contoh gangguan interaksi dengan orang lain (gangguan berhubungan
social) klien menarik diri, curiga. Alas an untuk memilih menarik diri, curiga dalam terapi
aktivitas kelompok, karena banyak klien menarik diri yang ditemui di ruangan dan sesuai
dengan kebutuhan ruangan sebagai transisi dimana klien perlu belajar untuk interaksi.

Kelompok adalah kumpulan individu yang memilih hubungan satu dengan yang lain
(struart & Laraia 2001). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang
yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif,
kesamaan ketidaksamaan, kesukaan dan menarik (Yalom, 1995 dalam Stuart & Laria 2001).

Terapi kelompok adalah suatu psikotherapi yang dilakukan oleh sekelompok


penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lain yang dipimpin, diarahkan oleh
terapis/ petugas kesehatan yang telah dilatih.

Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah psikoterapi dengan sejumlah


klien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas kelompok, agar klien dapat belajar
kembali bagaimana cara bersosialisasi dengan orang lain, sesuai dengan kebutuhannya
memperkenalkan dirinya. Menanyakan hal-hal yang sederhana dan memberikan respon
terhadap pertanyaan yang lain. Sehingga klien dapat berinteraksi dengan orang lain dan dapat
merasakan arti berhubungan dengan orang lain.

Pada klien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk melakukan kerusakan
atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan. Dan perilaku kekerasan tidak jauh dari
kemarahan. Kemarahan adaah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. (Keliat, 1996)
Ekspresi marah yang segera karena suatu sebab adalah wajar dan hal ini kadang
menyulitkan karena secara cultural ekspresi marah yang tidak diperbolehkan. Oleh karena itu,
marah sering diekspresikan secara tidak langsung.
Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan
penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, Hlm 52 tahun 1996 : “Marah adalah pengalaman emosi yang
kuat dari individu dimana hasil / tujuan yang harus dicapai terhambat”.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan
mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan tidak
konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu mengetahui tentang
respon kemarahan seseorang dan fungsi positif marah.
Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan terapi aktivitas kelompok (TAK)
klien dengan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan
sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti terapi ini adalah klien yang mampu mengontrol
dirinya dari perilaku kekerasan sehingga saat TAK klien dapat bekerjasama dan tidak
mengganggu anggota kelompok lain.

B. PENGERTIAN TAK

Terapi Aktivitas Kelompok adalah suatu psikoterapi yang dilakukan oleh sekelompok
penderita bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin, diarrahkan
oleh seorang terapis/petugas kesehatan yang telah terlatih.

TUJUAN
a. Tujuan Umum
Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok.
b. Tujuan Khusus
 Klien dapat memperkenalkan dirinya
 Klien bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan kepada orang lain
 Klien dapat menyalurkan emosi memberi kesempatan untuk menyalurkan emosinya
dan di dengar serta dimengerti oleh anggota kelompok lainnya.
 Meningkatkan ketrampilan hubungan social untuk diterapkan sehari-hari.
 Melatih kesabaran, konsentrasi dan kreatifitas.

C. LANDASAN TEORI
1. Definisi Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. (Berkowitz, 1993)
Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua yaitu
perilaku kekerasan secara verbal dan fisik. (Keltner et al, 1995)
Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih menunjuak kepada
suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu dengan perasaan marah. (Berkowitz, 1993)

2. Penyebab Perilaku Kekerasan

Menurut Stearan , kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak, cemas,
tegang, demam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan akan status, dan prestise yang tidak
terpenuhi.
a. Frustasi : seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan / keinginan
yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas.
Jika tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan
orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
b. Hilangnya harga diri : pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama
untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut
mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, gampang tersinggung,
gampang marah, dan sebagainya.
c. Kebutuhan akan status dan pretise ; manusia pada umumnya mempunyai keinginan
untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.
3. Rentang Respon Marah

Respon kemarahan dapat di fluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif. Rentang
respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut ; (Keliat, 1997, hlm 6)

a. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang


lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
b. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan.
Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari
ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
c. Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan
yang dialami.
d. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol
oleh individu. Orang agresif bisaanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia
berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan
sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
e. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan
control diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun
terhadap orang lain.

4. Proses Marah
Strees, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh
setiap individu. Strees dapat menyebabkan

5. Gejala Marah

Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang menimbulkan pengrusakan,


tetapi ada juga yang hanya diam seribu bahasa.
Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan marah
diantaranya sebagai berikut :
a. Perubahan Fisioligik : tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan
meningkat, pupil dilatasi, tonus otot meningkat, mual, frekuensi buang air besar
meningkat, kadang-kadang konstipasi, refleks tendon tinggi.
b. Perubahan Emosional : mudah tersinggung, tidak sabar, frustasi, ekspresi wajah
tampak tegang, bila mengamuk kehilangan control diri.
c. Perubahan Perilaku : agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga,
mengamuk, nada suara keras dan kasar.

6. Perilaku Marah

Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :


a. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena system syaraf otonom bereaksi
terhadap sekresi
b. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya
yaitu dengan perilaku pasif, agresif, dan asesif. Perilaku asertif adalah cara yang
terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan
rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. Di
samping itu perilaku ini dapat juga untuk mengembangkan diri klien.
c. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul basanya disertai akibat konflik perilaku “acting out” untuk
menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan.

7. Mekanisme Koping

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan strees,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998, hlm 33)
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman.
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara
lain ( Maramis, 1998, hlm 83 ) :
a. Sublimasi : menerima suatu pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara normal.
Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek
lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok, dan sebagainya, tujuannya
adalah untuk mengurangi ketagangan akibat rasa marah.
b. Proyeksi : menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya
yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa
temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
c. Resepsi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kealam
sadar. Misalnya : seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil
bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh
Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat
melupakannya.
d. Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya
sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
e. Displacement : melepaskan perasaan yang tertekan bisaanya bermusuhan, pada
obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya membangkitkan
emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat
hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain
perang-perangan dengan temannya.

D. METODE AKTIVITAS KELOMPOK

Metode yang digunakan pada terapi aktivitas kelompok (TAK) ini adalah metode :
a. Diskusi dan Tanya Jawab
b. Melengkapi jadwal harian
c. Bermain peran / simulasi
d. Dinamika kelompok
Kegiatan TAK ini terdiri dari 3 sesi yaitu :
a. Sesi 1 : Mengenal perilaku kekerasan yang bisaa dilakukan
b. Sesi 2 : Mencegah perilaku kekerasan fisik
c. Sesi 3 : Permainan
E. TUJUAN

1. SESI 1
a. Tujuan Umum
 Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
 Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan
orang lain.
b. Tujuan Khusus
 Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya
 Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan sat marah (tanda dan gejala
marah ).
 Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku
kekerasan ).
 Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan

2. SESI 2
a. Tujuan Umum
 Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya
 Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan
orang lain
b. Tujuan Khusus
 Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang bisaa dilakukan klien
 Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan.
 Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah
perilaku kekerasan.
(Keliat, B. A. 2004)

3. SESI 3
a. Tujuan Umum
Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok.
b. Tujuan Khusus
 Klien dapat memperkenalkan dirinya.
 Klien bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan kepada orang lain
 Klien dapat menyalurkan emosi memberi kesempatan untuk menyalurkan
emosinya dan di mengerti oleh anggota kelompok lainnya.
 Klien dapat menyalurkan emosi memberi kesempatan untuk menyalurkan
emosinya dan di dengar serta di mengerti oleh anggota kelompok lainnya.
 Meningkatkan keterampilan hubungan social untuk diterapkan sehari-hari
 Melatih kesabaran, konsentrasi dan kreatifitas.

F. PERSIAPAN

1. Kriteria Anggota
Klien sebagai anggota yang mengikuti therapy aktivitas kelompok ini adalah
a) Klien yang tidak terlalu gelisah
b) Klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi
Aktifitas Kelompok.
c) Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam
kelompok kecil
d) Klien tenang dan kooperatif
e) Kondisi fisik dalam keadaan baik
f) Mau mengikuti kegiatan terapi aktifitas
2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Terapi aktifitas kelompok ini dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal : sabtu, 23 Maret 2019
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Ruang Cendrawasi
3. Nama Klien
Klien yang mengikuti kegiatan TAK berjumlah 10 orang, adapun nama-nama kien
yang akan mengikuti TAK yaitu :
a. Sdr. Wijianto
b. Sdr. Sarjoko
c. Sdr. Heru Supriyanto
d. Sdr. Eko Paryanto
e. Sdr. Zaenal
f. Sdr. Agus
g. Sdr. Susanto
h. Sdr. Deny
i. Sdr. Dhika
j. Sdr. Prayitno
4. Media dan Alat
TAK ini tidak menggunakan alat atau media yang spesifik, penggunaan alatnya
hanya berdasar apa yang ada di ruangan saja seperti :
a. Papan tulis / flipchart / whiteboard.
b. Kapur / Spidol.
c. Buku catatan dan pulpen
d. Jadual kegiatan klien
e. Bantal.
f. Sedotan / pipet minuman.
5. Susunan Acara
a. Leader : Agus Hariyadi
b. Co Leader : Rizal Sulis A.
c. Fasilitor : Arif Rahman Raka siwi
d. Observer : Indi ariyesti
6. Uraian Tugas Pelaksanaan
a. Leader
Tugas :
1. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan
menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan klien termotifasi untuk
mengekspresikan perasaannya.
2. Auxilergy Ego, yaitu sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
3. Koordinasi, yaitu mengarahkan proses kegiatan pencapaian tujuan dengan cara
memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan.

b. Co Leader
Tugas :
1. Membuka acara
2. Mendampingi leader
3. Mengambil posisi leader jika leader blocking
4. Menyerahkan posisi kembali kepada leader
5. Menutup acara diskusi

c. Fasilitator
Tugas :
1. Mempertahankan kehadiran peserta
2. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
3. Mencegah gangguan dan hambatan terhadap kelompok baik luar maupun
dalam kelompok.

d. Observer
Tugas :
1. mengidentifikasi kedalam kegiatan
2. mengidentifikasi strategi yang digunakan leader
3. mengamati dan mencatat
 Jumlah anggota yang hadir
 Siapa yang terlambat
 Daftar hadir
 Siapa yang memberi pendapat atau ide
 Toik diskusi
4. Mencatat moddifikasi strategi untuk kelompok yang akan datang
5. memprediksi respon anggota kelompok pada sission berikutnya.

7. Setting Tempat
: Leader

: Co Leader

: Observer

: Fasilitator

: Anggota
8. Tata Tertib dan Program Antisipasi
a) Tata tertib :
1) peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK
2) Berpakaian rapid an bersih
3) Peserta tidak diperkenankan makan, minum dan merokok selama kegiatan
TAK
4) Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan sebelum tata tertib dibacakan
selama 5 menit, dan bila peserta tidak kembali ke ruangan maka peserta
tersebut diganti peserta cadangan.
5) Peserta tidak diperkenankan meninggalkan ruangan setelah tata tertib
dibacakan. Bila peserta meninggalkan ruangan dan tidak bisa mengikuti
kegiatan lain setelah dibujuk oleh fasilitator, maka peserta tersebut tidak
dapat diganti oleh peserta cadangan.
6) Paserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai
7) Peserta yang ingin mengajukan pernyataan, mengangkat tangan terlebih
dahulu dan berbicara setelah dipersilahkan.
b) Program Antisipasi
1) Usahakan dalam keadaan terapeutik
2) Anjurkan kepada terafis agar dapat menjaga perasaan anggota kelompok,
menahan diri untuk tertawa atau sikap yang menyinggung.
3) Bila ada peserta yang direncanakan tidak bisa hadir, maka diganti oleh
cadangan yang telah disiapkan dengan cara ditawarkan terlebih dahulu
kepada peserta.
4) Bila ada peserta yang tidak menaati tata tertib, diperingatkan dan jika
tidak bisa diperingatkan, dikeluarkan dari kegiatan setelah dilakukan
penawaran.
5) Bila ada anggota cadangan yang ingin keluar, bicarakan dan dimintai
persetujuan dari peserta TAK yang lain.
6) Bila ada peserta TAK yang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan
tujuan, leader memperingatkan dan mengarahkan kembali bila tidak bisa,
dikeluarkan dari kelompok.
7) Bila peserta pasif, leader memotivasi dibantu oleh fasilitator.
G. RENCANA PELAKSANAAN

1. Persiapan
a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam Terapiutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai) papan nama
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi / Validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan masalah yang dirasakan
c. Kontrak
1) menjelaskan tujuan kegiatan yaitu, mengenal perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
2) Menjelaskan aturan main sebagai berikut :
a) Jika ada yang ingin meninggalkan kelompok harus minta ijin kepada
terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
d. Kerja
f. Terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah melakukan TAK
b) Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang
positif
2) Tindak lanjut
3) Kontrak yang akan datang.
a) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
H. SESI-SESI

1. Sesi 1
a) tahap Kerja
1. Mendiskusikan penyebab marah.
a. Tanyakan pengalaman tiap klien
b. Tulis di papan tulis / flichart / whiteboard
2. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh
penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.
a) Tanyakan perasaan tiap saat terpapar oleh penyebab (tansa dan gejala)
b) Tulis di papan tulis / flichart / whiteboard
3. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal,
merusak lingkungan, mencederai / memukul orang lain, dan memukul diri
sendiri).
a) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah.
b) Tulis di papan tulis / flichart / whiteboard
4. membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering
untuk di peragakan
5. Melakukan bermain peran / stimulasi untuk perilaku kekerasan yang tidak
berbahaya (terapis sebagai sumber penyebab dasar klien yang melakukan
perilaku kekerasan
6. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran / stimulasi.
7. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan
a. Tanyakan akibat perilaku kekerasan
b. Tulis di papan tulis / flichart / whiteboard
8. Memberikan reinforcement pada peran serta klien
9. Dalam menjalankan fase ini di usahakan semua klien terlibat.
10. Beri kesimpulan penyebab, tanda gejala perilaku kekerasan, dan akibat
perilaku kekerasan.
11. menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat
menghadapi kemarahan.

2. Sesi 2
a. Tahap Kerja
1. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh klien
a. Tanyakan kegiatan : rumah tangga, harian, dan OR yang dilakukan klien
b. Tulis di papan tulis / flichart / whiteboard
2. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan
kemarahan secara sehat : tarik nafas dalam, menjemur / memukul
bantal/kasur, menyikat kamar mandi, main bola, senam, memukul bantal
pasir, tinju dan memukul gendang.
3. Membantu memilih dua kegiatan yang dapat di lakukan
4. Bersama klien mempraktikkan dua kegiatan yang di pilih
a. Terapis mempraktekkan
b. Klien melakukan rekomendasi
5. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktekkan cara penyaluran
kemarahan
6. Memberikan pujian pada peran serta klien
7. Upayakan semua klien berperan aktif

3. Sesi 3
a. Fase Kerja
1) Menyebutkan nama panggilan, hobi dan alamat
2) Pembagian kelompok menjadi 3-4 kelompok kecil
3) Setiap kelompok kecil membentuk lingkaran masing-masing
4) Setiap kelompok diberi sedotan/pipet lalu disambungkan membentuk
lingkaran, dimana seluruh anggota kelompok berada di dalam lingkaran
sedotan atau pipet tersebut dan sedotan/pipet tidak boleh lepas (waktu
8menit)
5) Setelah membuat lingkaran setiap kelompok menetapkan salah satu wakil
anggota untuk mengambil karet gelang yang disebarkan diluar lingkaran
6) Lalu karet gelang tersebut dibawa masuk kedalam lingkaran sedotan atau
pipet, dan disambung bersama-sama dengan anggota kelompok lainnya.
7) Bagi kelompok yang memiliki sambungan karet gelang terpanjang
dinyatakan sebagai pemenang dan mendapatkan reinforcement.
I. EVALUASI DAN DOKUMENTSI

Sesi TAK 1
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan psikologis.

Anda mungkin juga menyukai