Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PROSES PENUAAN

A. Pengertian lanjut Usia

Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh
setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun
1998 adalah 60 tahun. Proses menua (aging process) merupakan suatu proses
biologis yang tidak dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang.
Menurut Paris Constantinides, 1994 Menua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan (graduil) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/
mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan
terhadap injury (termasuk infeksi) tidak seperti pada saat kelahirannya,
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai
dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan
syaraf dan jaraingan lain sehingga tubuh ‘mati’ sedikit demi sedikit.
Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan
seseotang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya
sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak maupun saat menurunnya.
Namun umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada umur 20–
30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam
kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai
bertambahnya umur.
B. Batasaan umur lanjut usia

Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:

1. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

2. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun


3. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun


Depkes, membagi lansia sebagai berikut
:
1. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas

2. Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium

3. Kelompok usia lanjut (65 th>) sebagai senium

C. Teori tentang Proses menua

1. Teori Biologik

a. Teori Genetik dan Mutasi

Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram


oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi
b. Pemakaian dan Rusak

Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah

c. Autoimun
Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Saat jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
d. Teori stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan.


Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
dipakai.
e. Teori radikal bebas

Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan


bahan organik seperti karbohidrat dan protein . radikal ini
menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

2. Teori Sosial

a. Teori aktifitas

Lanjut usuia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial
b. Teori Pembebasan

Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai


melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara
kwalitas maupun kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni :
1) Kehilangan peran

2) Hambatan kontrol sosial

3) Berkurangnya komitmen

c. Teori Kesinambungan

Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan


lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.
Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :

1) Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam
proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa
lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan
2) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti

3) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi

3. Teori Psikologi

a. Teori Kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow

Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,
kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow
11111954). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda.
Ketika kebutuhan dasar manusia sidah terpenuhi, mereka berusaha
menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling
tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai.
b. Teori individual jung

Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian


dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa
muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia.
Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan
ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan
terhadap dunia luar atau ke arah subyektif. Pengalaman-pengalaman
dari dalam diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat
dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting
bagi kesehatan mental
D. Perubahan Perubahan yang Terjadi Pada Lansia

1. Perubahan fisik

a. Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar,


berkurangnya cairan intra dan extra seluler
b. Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam
respon waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra sistem
pendengaran, presbiakusis, atrofi membran timpani, terjadinya
pengumpulan serum karena meningkatnya keratin
c. Sistem penglihatan : spnkter pupil timbul sklerosis dan hlangnya
respon terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh,
meningkatny ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi,
menurunnya lapang pandang.

d. Sistem Kardivaskuler. : katup jantung menebal dan menjadi kaku ,


kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun
setelah berumur 20 tahun sehingga menyebabkanmenurunnya
kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan
darah meningg.
e. Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga
menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan
elastisitasnya sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat.
Kedalaman pernafasan menurun.
f. Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi
buruk, indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir
dan atropi indera pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya
sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin
g. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi
sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun
sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi
meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit
diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine.
Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada
vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering,
elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali.
h. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi
hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak
berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal
metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti :
progesteron, estrogen dan testosteron.
i. Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan
jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu,
sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi
keras dan rapuh.
j. Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin
rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut
discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut
erabit otot , sehingga lansia menjadi lamban bergerak. otot kam dan
tremor.
2. Perubahan Mental

Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif


dan psikomotor. Perubahan-perubahan mental ini erat sekali kaitannya
dengan perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau
pengetahuan serta situasi lingkungan. Intelegensi diduga secara umum
makin mundur terutama faktor penolakan abstrak mulai lupa terhadap
kejadian baru, masih terekam baik kejadian masa lalu.
Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis,
timbulnya perasaan tidak aman dan cemas, merasa terancam akan
timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna
lagi. Munculnya perasaan kurang mampu untuk mandiri serta cenderung
bersifat entrovert.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :

a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa

b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan

d. Keturunan

e. Lingkungan

Kenangan (memori) ada 2 :

a. kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu

b. kenangan jang pendek : 0-10 menit, kenangan buruk


Intelegentia Question :
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal

b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor


terjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan
dari faktor waktu.
3. Perubahan Perubahan Psikososial

Masalah-masalah ini serta reaksi individu terhadapnya akan sangat


beragam, tergantung pada kepribadian individu yang bersangkutan. Pada
saat ini orang yang telah menjalani kehidupan nya dengan bekerja
mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun.
Bila ia cukup beruntung dan bijaksana, mempersiapkan diri untuk masa
pensiun dengan menciptakan bagi dirinya sendiri berbagai bidang minat
untuk memanfaatkan waktunya, masa pensiunnya akan memberikan
kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya. Tetapi bagi banyak pekerja
pensiun berarti terputus dari lingkungan dan teman-teman yang akrab dan
disingkirkan untuk duduk-duduk dirumah atau bermain domino di klub
pria lanjut usia.
Perubahan mendadak dalam kehidupan rutin barang tentu membuat
mereka merasa kurang melakukan kegiatan yang berguna.
a. Minat

Pada umumnya diakui bahwa minat seseorang berubah dalam


kuantitas maupun kualitas pada masa lanjut usia. Lazimnya minat
dalam aktifitas fisik cendrung menurun dengan bertambahnya usia.
Kendati perubahan minat pada usia lanjut jelas berhubungan dengan
menurunnya kemampuan fisik, tidak dapat diragukan bahwa hal hal
tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial.
b. Isolasi dan Kesepian

Banyak faktor bergabung sehingga membuat orang lanjut usia


terisolasi dari yang lain. Secara fisik, mereka kurang mampu
mengikuti aktivitas yang melibatkan usaha. Makin menurunnya
kualitas organ indera yang mengakibatkan ketulian, penglihatan yang
makin kabur, dan sebagainya. Selanjutnya membuat orang lanjut usia
merasa terputus dari hubungan dengan orang-orang lain.
Faktor lain yang membuat isolasi makin menjadi lebih parah
lagi adalah perubahan sosial, terutama mengendornya ikatan
kekeluargaan. Bila orang usia lanjut tinggal bersama sanak
saudaranya, mereka mungkin bersikap toleran terhadapnya, tetapi
jarang menghormatinya. Lebih sering terjadi orang lanjut usia menjadi
terisolasi dalam arti kata yang sebenarnya, karena ia hidup sendiri.
Dengan makin lanjutnya usia, kemampuan mengendalikan
perasaan dengan akal melemah dan orang cendrung kurang dapat
mengekang dari dalam prilakunya. Frustasi kecil yang pada tahap
usia yang lebih muda tidak menimbulkan masalah, pada tahap ini
membangkitkan luapan emosi dan mereka mungkin bereaksi dengan
ledakan amarah atau sangat tersinggung terhadap peristiwa-peristiwa
yang menurut kita tampaknya sepele.

c. Peranan Iman

Menurut proses fisik dan mental pada usia lanjut memungkinkan


orang yang sudah tua tidak begitu membenci dan merasa kuatir dalam
memandang akhir kehidupan dibanding orang yang lebih muda.
Namun demikian, hampir tidak dapat disangkal lagi bahwa iman yang
teguh adalah senjata yang paling ampuh untuk melawan rasa takut
terhadap kematian. Usia lanjut memang merupakan masa dimana
kesadaran religius dibangkitkan dan diperkuat. Keyakinan iman
bahwa kematian bukanlah akhir tetapi merupakan permulaan yang
baru memungkinkan individu menyongsong akhir kehidupan dengan
tenang dan tentram.
4. Perubahan Spritual.

a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan


(Maslow,1970)
b. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat
dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan
Zentner,1970).
c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978),
Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah
berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai
keadilan.

E. Masalah Nutrisi

1. Pengertian

Gizi kurang adalah kekurangan zat gizi baik mikro maupun makro
2. Penyebab

a. Penurunan ataau kehilangan sensitifitas indra pengecap &penciuman

b. Penyakit periodental ( terjadi pada 80% lansia) atau kehilangan gigi

c. Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencernaan

d. Penurunan mobilitas saluran pencernaan makanan

e. Penggunaan obat-obatan jangka panjang

f. Gangguan kemampuan motorik

g. Kurang bersosialisasi, kesepian

h. Pendapatan yang menurun (pensiun)


i. Penyakit infeksi kronis

j. Penyakit keganasan
3. Patofisiologi

Proses menua : Akibat :


a. Penurunan/kehilangan indra Anorexia
pengecap dan penciuman Kesulitan makan
Penyakitperiodentaldan kehilangan gigi Mengganggu
Penurunan sekresi asam lambung dan penyerapanCa, Fe,
enzim pencernaan Protein, lemak, dan
Gangguan kemampuan motorik Vitamin
Susah BAB, wasir
Tulang kehilangan densitasnyadan
Nafsu kaman menurun
rapuh
Tendonmengkerutdanatropi serabut Kerusakan kartilago dan
otot tulang
Penurunanmobilitassaluran Inflamasi sendi sinovial
pencernaanl/peristaltik melemah
Penyakit infeksi Keganasan
Mekanisme Inflamasi

Asupan makan kurang


Osteoporosis
Subluksasi/dislokasi

Diagnosa Keperawatan :
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
b. Resiko tinggi infeksi
c. Kerusakan mobilitas fisik
d. Nyeri
e. Resiko cedera
BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK

A. Pengertian

Gerotologi adalah cabang ilmu yang membahas/menangani tentang


proses penuaan dan masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut.
Geriatrik adalah berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada
orang yang berusia lanjut. Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk
pelayanan profesional yang berdasarkan ilmu dan kiat/teknik keperawatan
yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan
kepadd klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu,
keluaraga, kelompok, dan masyarakat.
B. Lingkup Peran dan Tanggung Jawab

Fenomena yang menjadi bidang garap Keperawatan Gerontik adalah


tidak terpenuhinya KDM lanjut usia sebagai akibat proses penuaan.
Lingkup Asuhan Keperawatan Gerontik:

1. Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan.

2. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses


penuaan.
3. Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi keterbatasan akibat proses
penuaaan
Peran & Fungsi Perawat Gerontik:

1. Care Giver/Pemberi Asuhan Kep. Langsung

2. Pendidik Klien Lansia

3. Motivator

4. Advokasi Klien
5. Konselor

Tanggung Jawab Perawat Gerontik:

1. Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal.

2. Membantu klien lansia memelihara kesehatannya.

3. Membantu klien lansia menerima kondisinya.

4. Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara


manusia sampai meninggal .
Sifat Pelayanan Gerontik:

1. Independen, yaitu perawat gerontik dalam melakukan asuhan keperawatan


pada klien lanjut usia dilakukan secara mandiri
2. Interindependen, yaitu perawat gerontik dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien lanjut usia dilakukan dengan kerja sama dengan
tim kesehatan lainnya
3. Humanistik, yaitu dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien lanjut
usia memandang sebagai makhluk yang perlu untuk diberi perawatan yang
layak dan manusiawi
4. Holistik, klien lanjut usia memiliki kebutuhan yang utuh baik bio-psiko-
sosial dan spiritual yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda
antara lansia satu dengan yang lainnya
Model Pemberian Keperawatan Profesional:
1. Model Asuhan

Model Asuhan yang sesuai masih dalam penelitian tetapi yang lebih dpt
diterima sementara ini adalah An Adaptation Model of Nursing by Sister
Callista Roy.
2. Model Manajerial

Model Manajerial yang sesuai juga masih dalam penelitian tetepi yang
lebih mengarah pada tindakan profesianal perlu dipertimbangkan dari segi
ketenagaan, visi, misi dan tujuan organisasi pelayannan keperawatan.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


A. Pengkajian

1. Fisiologis/fisik

a. Stratus gizi

IMT = Kg BB normal laki laki = 18 -25


(TB)2 wanita = 17 – 23
b. Intake cairan dalam 24 jam

c. Kondisi kulit

d. Kondisi bibir , mukosamulut, gigi

e. Riwayat pengobatan, alkhohol, zat adiktif lainnya

f. Evaluasi kemampuan penglihatan , pendengaran dan mobilitas

g. Keluhan yang berhubungan dengan nutrisi : gangguan sistem


digestif, nafsu makan, makanan yang disukai dan tidak disukai, rasa
dan aroma
h. Kebiasaan waktu makan ( 2 –3 X sehari, snak dlll)

2. Psikososial/afektif

a. Kebiasaan saat makan ( makan sendiri, sambil nonton TV,dll)

b. situasi lingkungan(kapasitas penyediaan makanan, pengolahan dan


penyimpanan makanan)
c. sosiokultural yang berlaku yang mempengaruhi pola nutrisi dan
eleminasi
d. Kondisi depresi yang dapat mengganggu pemenuhan nutrisi

3. Pemeriksaan
tambahan/laboratorium Analisa
darah :
Kreatinin : indekz massa otot
Serum protein khususnya untuk sintesa antibodi dan limfosit, dalam
kekebalan seluler, enzym, hormon, struktur sel yang luas, struktur jaringan
B. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan nutrisi yang tidak
adekuat akibat anoreksia
2. Resiko tinggi infeksi b/d penurunan asupan kalori dan protein

3. Kerusakan mobilitas fisik b/d deformitas skleletal,, nyeri, intoleransi


aktifitas
4 Nyeri b/d proses inflamasi, destruksi sendi

5 Resiko cedera (dislokasi sendi) b/d otot hilang kekuatannya, rasa nyeri
sendi
C. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d asupan nutris kurang adekuat akibat
anoreksia

TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


Kebutuhan - a. Buat tujuan BB a. Nutrisi yang
nutrisi Meningkatkan ideal dan adekuat
terpenuhi masukan oral kebutuhan nutrisi menghindari
secara - harian yang adanya
adekuat Menunjukkan adekuat malnutrisi

peningkatan b. Timbang setiap b. Deteksi dini

BB hari, pantau hasil perubahan BB


pemeriksaan dan masukan
laborat nutrisi
c. Jelaskan c. Dengan

pentingnya nutrisi pemahaman


yang adekuat yang benar

d. Ajarkan individu akan

menggunakan memotivasi

penyedap rasa klien untuk

(seperti bumbu) masukan

e. Beri dorongan nutrinya

individu untuk d. Aroma yang

makan bersama enak akan

orang lain membangkitkan

f. Pertahankan selera makan

kebersihan mulut e. Dengan makan

yang baik (sikat bersama sama

gigi) sebelum dan secara

sesudah psikologis

mengunyah meningkatakan

makanan selera makan


g. Anjurkan makan f. Dengan situasi

dengan porsi mulut yang

yang kecil tapi bersih

sering meningkatkan

h. Instruksikan kenyamanan

individu yang g. Mengurangi

mengalami perasaan tegang

penurunan nafsu pada lambung

makan untuk : h. Meningkatkan


-Makan-makan asupan
kering saat makanan
bangun tidur
-Hindari makanan
yang terlalu
manis, berminyak
-Minum sedikit-
sdikit melalui
sedotan
-Makan kapan
saja bila dapat
toleransi
-Makan dalam
porsi kecil rendah
lemak dan makan
sering

2. Risiko tinggi infeksi b/d penurunan asupan kalori dan protein

TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL

Klien akan Tanda-tanda a. Kaji tanda- a. Mendeteksi dini


memperlihatk peradangan tanda radang untuk mencegah
an tidak umum secara terjadinya radang
kemampuan ditemukan : teratur b.Mencegah
terhindar dari panas, b. Ajarkan terjadinya infeksi
tanda-tanda bengkak, tentang akibat
infeksi nyeri, perlunya lingkungan dan
merah,gangg menjaga kebersihan diri
uan fungsi kebersihan yang kurang
diri dan sehat

lingkungan c. meningkatkan

c. Tingkatkan kadar protein

kemampuan dalam dalam

asupan nutris tubuh sehingga

TKTP meningkatkan

d. Perhatikan kemampuan

penggunaan kekebalan dalam


obat-obat tubuh

jangka d.Menurunkan

panjang yang resiko terjadinya

dapat infeksi

menyebabkan
imunosupresi

3. Kerusakan mobilitas fisik b/d deformitas skeletal, nyeri

INTERVENS
TUJUAN KRITERIA RASIONAL
I

klien dapat Mendemontrasi a. Evaluasi a. Tingkat aktifitas


mobilisasi kan pemantauan tergantung dari
dengan tehnik/perilaku tingkat perkembangan
adekuat yang inflamasi/ra /resolusi dari
memungkinkan sa sakit proses inflamasi
melakukan b. bantu b. Mempertahanka
aktifitas dengan n fungsi sendi,

rentang kekuatan otot

gerak c. Menghilangkan
aktif/pasif tekanan pada

c. ubah posisi jaringan dan


dengan meningkatkan
sering sirkulasi
dengan d. Menghindari
personal cedera
cukup
d. Berikan
lingkungan
yang
nyaman
misaal alat
bantu

3. Nyeri ( akut/kronis) b/d proses inflamasi, destruksi sendi

TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL

Menunjukkan Terlihat a. Kaji keluhan a. Membantu


nyeri rileks, dapat nyeri, catat lokasi dalam
berkurang/ tidur dan nyeri dan menentukan
hilang berpartisipasi intensitas. Catat managemen
dalam faktor yang nyeri
aktifitas mempercepat b. Pada penyakit
tanda tanda neri berat tirah
b. Biarkan klien baring sangat
mengambil posisi diperlukan

yang nyaman untuk


pada waktu membatasi
istirahat ataupun nyeri
tidur c. Panas

c. Anjurkan klien meningkatkan

mandi air hangat, relaksasi otot

sediakan waslap dan mobilitas,

untuk kompres menurunkan

sendi rasa sakit dan

d. Berikan masase kekakuan

lembut sendi.

e. Kolaborasi d. Meningkatkan

pemberian obat- relaksasi/meng

obatan seperti : urangi

aspirin, ketegangan

ibuprofen, otot

naproksin, e. Sebagai anti


piroksikam, inflamasi dan

fenoprofen efek analgesik


ringan dalam
mengurangi
kekakuan.
4. Resiko cedera b/d hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri

TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL

Klien Klien berada a. Kaji tingkat Mengatur

terhindar dari pada perilaku kekuatan otot tindakan

cedera yang aman selanjutnya

dan b. Kaji tingkat

lingkungan pergerakan pasif

yang nyaman c. Beri alat bantu


sesui kebutuhan
d. Ciptakan
lingkungan
yang aman
(lantai tidak
licin)
e. Bantu klien
untuk
memenuhi
kebutuhan yang
tidak bisa
dilakukan
secara mandiri
DAFTAR PUSTAKA

Capernito Lynda juall (2008), Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 , Alih
Bahasa Yasmin Asih EGC jakarta

C. Long barbara ( 2006) Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses)


Unit IV, V, VI Alih bahasa Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran Bandung, IAPK Bandung

Donges Marilyn E (2001), Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, Alih bahasa I


Made Kariasa, EGC Jakarta

Wahyudi Nugroho ( 2012), Keperawatan Gerontik Edisi 2 , EGC Jakarta

Anda mungkin juga menyukai