Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saluran pencernaan merupakan gerbang utama masuknya zat gizi sebagai

sumber pemenuhan kebutuhan tubuh baik untuk melakukan metabolisme

hingga aktivitas sehari-hari. Sistem pencernaan merupakan salah satu organ

penting yang rentang mengalami gangguan, gastritis menjadi salah satu

penyakit yang paling banyak dijumpai di klinik penyakit dalam dan kehidupan

sehari-hari. Gastritis merupakan peradangan local atau menyebar pada mukosa

lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan

bakteri atau bahan iritan lain (Wijaya & Putri, 2013).

Gastritis atau secara umum dikenal dengan istilah sakit maag atau ulu

hati yang disebut peradangan pada dinding lambung terutama pada selaput

lendir lambung, penyakit ini sering dijumpai timbul secara mendadak biasanya

ditandai dengan rasa mual dan muntah, nyeri, perdarahan, rasa lemah,nafsu

makan menurun atau sakit kepala. Pembagian klinis gastritis secara garis besar

dibagi menjadi dua jenis yaitu gastritis akut dan gastritis kronis (Nosi &

Megawati, 2014)

Faktor-faktor yang menyebabkan gastritis, pola makan, stres, alkohol,

rokok. Terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak baik

dan tidak teratur sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung

meningkat. Beberapa jenis makanan yang dapat menyebabkan gastritis yaitu

1
STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
2

makanan yang bergas, makanan yang bersantan, makanan yang pedas, asam,

dan lain-lain (Sunarmi, 2018).

Pola makan atau frekuensi makan yang baik dimana makan mulai dari jam

7 hingga jam 10 pagi. Diikuti makan yang kedua dengan jarak enam jam

setelahnya mulai jam 1 siang hingga jam 3 sore. Ketika makanan dikonsumsi

oleh tubuh maka didalam tubuh mengalami proses penyaringan dan

penyerapan makanan, khusus makanan kaya protein, dimana akan

mempengaruhi proses intesif yang mengaktifkan sel dalam memproduksi zat

asam lambung, getah dan enzim lambung. Yang mengakibatkan pencernaan

bekerja terus menerus dinding perut (Oktaviani dalam Kurniawan, 2018).

Selain pola makan, Stress juga memliki efek negatif memulai mekanisme

neuroendokrin terhadap saluran pencernaan sehingga berisiko untuk

mengalami gastritis. Efek pada saluran pencernaan menyebabkan penurunan

aliran darah pada sel epitel lambung dalam melindungi mukosa lambung.saat

menghadpi stress,otak akan merangsang sekresi adrenalin. Bahan kimia ini

akan menuju ginjal dan memicu proses perubahan glikogen menjadi glukosa

sehingga mempercepat peredaran darah. Tekanan darah akan meningkat,

pernafasan semakin cepat (untuk meningkatkan asupan oksigen) dan

pencernaan pun terkena dampaknya. Stress bukanlah suatu

penyakit,melainkan mekanisme pertahanan tubuh. Namun jika mekanisme

pertahanan ini menjadi kronis maka kita akan menjadi lebih rentan terhadap

penyakit(Nasir & Muhith, 2011).

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
3

Konsumsi alkohol dalam jumlah sedikit akan merangsang produksi

asam lambung berlebihan, nafsu makan berkurang dan mual. Konsumsi

alkohol dapat merusak mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali

asam pepsin ke dalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan.

Akibat iritasi pada respons mukosa lambung yang terus menerus, jaringa

menjadi meradang dan dapat terjadi perdarahan, masuknya zat-zat seperti

asam dan basa kuat yang bersifat korosif mengakibatkan peradangan dan

nekrosis pada dinding lambung. Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi

didinding lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis

(Bayer dalam Angkow Julia, 2014).

Merokok juga menyebabkan gangguan pada perut yang mulai dengan rasa

perih pada perut yang diakibatkan terlalu banyak menghisap rokok dan dapat

mengakibatkan gangguan pada lambung. Pada keadaan normal, lambung

dapat bertahan terhadap keasam cairan lambung, karena beberapa zat tertentu

terutama bikarbonat yang membantu menurunkan derajat keasaman. Nikotin

dari rokok ternyata menyebabkan perubahan pada sistem hormonal

diantaranya meningkatkan dopaim. Dopaim dapat menyebabkan berkurangnya

aliran darah kesaluran pencernaan, aliran darah yang kurang mempengaruhi

kinerja gastrin (Lewis dalam Srianti Munawir, 2014).

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
4

Kejadian gastritis di dunia sekitar 37,8% dari jumlah penduduk setiap

tahun dan umumnya terjadi pada penduduk yang berusia 20-30 tahun adalah

usia yang paling sering mengalami gastritis dan menyerang lebih banyak pada

perempuan dibandingkan pada laki-laki. Sedangkan Asia Tenggara, insiden

terjadinya gastritis sekitar 593.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya.

Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi

shanghai sekitar 17,2% yang secara subtansial lebih tinggi dari populasi barat

berkisar 4,1% dan bersifat asimtomatik (Buletin, 2015)

Badan penelitian kesehatan Word Health Organisasion (WHO)

mengadakan tinjauan terhadap delapan negara di dunia dan medapatkan

beberapa hasil presentasi dari angka kejadian gastritis di dunia, dimulai dari

negara angka kejadian gastritis paling tinggi yaitu, Amerika dengan presentasi

mencapai 47% kemudian diikuti oleh India dengan presentasi 43% lalu

beberapa negara lainnya seperti Indonesia 40,8%, Kanada 35%, China 31%,

Francis 29,5%, Inggris 22% dan jepang 14,5%. Angka kejadian gastritis pada

beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 74.396 kasus

dari 238.452.952 jiwa penduduk. Berdasarkan profil kesehatan di Indonesia

tahun 2012, gastritis merupakan salah satu penyakit dalam 10 penyakit

terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah

30.154 kasus (4,9%) (Kemenkes, 2016).

Pada angka kejadian di provinsi Lampung Gastritis pada tahun 2014

gastritis masuk kedalam 10 besar penyakit yaitu pada urutan kesembilan

dengan jumlah 51.962 atau 3,00%. (Dinkes Provinsi Lampung, 2014). Data

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
5

yang didapat dari Dinas Kesehatan kabupaten Pringsewu pada 2013 Gastritis

merupakan urutan ke 3 dari 10 penyakit dengan kejadian mencapai 3677

kasus, hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya

kesehatan, yang menyebabkan pola hidup masyarakat tidak sehat, seperti

makan tidak tepat waktu, makan-makanan yang dapat menyebabkan gastritis

dan penurunan stress.

Sejalan hasil penelitian saat ini oleh Megawati & Nosi (2014) penelitian

dilakukan dengan 19 responden (50,0%), tidak ada kejadian gastritis

berjumlah 5 responden (13,2%). Dan pola makan yang kurang terhadap

pengaruh gastritis berjumlah 6 responden (15,8%) sedangkan tidak ada

kejadian dan pola makan terhadap kejadian gastritis berjumlah 8 responden

(21,1%).dan di dapatkan hasil uji statistik chi-square yaitu fishter antara

variabel pola makan terhadap kejadian gastritis diperoleh ρ= 0,024 (ρ< 0,05)

yang artinya ada pengaruh antara pola makan terhadap kejadian gastritis.

Sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Indra dewi (2014) dari

hasil penelitian yang dilakukan 40 responden, diantaranya untuk responden

mempunyai stres dan berisiko terjadinya gastritis sebanyak 28 orang (70%)

dan kurang berisiko terjadinya gastritis sebanyak 12 orang (30%), hasil

perhitungan statistik chi-square diperoleh nilai ρ = 0,004 lebih kecil dari α

diterima sehingganya membuktikan adanya hubungan antara stres dengan

kejadian gastritis.

Sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Srianti & Munawir (2014)

Pada penelitian dilakukan dengan 80 responden yang alkoholisme dan

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
6

menderita gastritis (kasus) yaitu sebanyak 29 (36,3%) sedangkan responden

yang alkoholisme dan tidak menderita gastritis (kontrol) sebanyak 37 (46,3%).

Responden yang bukan alkoholisme dan menderita (kasus) sebanyak 11

(13,8%) sedangkan responden yang bukan alkoholisme dan tidak menderita

gastritis sebanyak 3 (3,8%).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bupu Nay dkk (2013)

penelitian dilakukan dengan 50 responden yang diteliti 33 responden (66%)

yang merokok terdapat 30 responden (60%) yang menderita gastritis 3

responden (6%) yang tidak menderita gastritis, dan 17 responden (34%) yang

tidak menderita gastritis, kesemuanya tidak ada yang menderita gastritis.

Setelah dilakukan uji statistik dengan chi-square diperoleh nilai ρ = 0,000 < α

(0,05) yang artinya terdapat hubungan merokok dengankejadian gastritis.

Berdasarkan studi pendahuluan hasil wawancara dari salah satu

petugas Puskesmas Pringsewu data diperoleh yang menderita Gastritis dari

bulan September sampai desember 2018 berjumlah 162 orang yang menderita

Gastritis yang ada dirawat jalan, pada laki-laki berjumlah 27 orang dan pada

perempuan 135.Fenomena tersebut sehingga menyebabkan peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor Yang berhubungan

dengan Kejadian Penyakit Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu.

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari kejadian gastritis terdapat beberapa faktor mengenai

terjadinya gastritis timbul secara mendadak biasanya ditandai dengan rasa

mual dan muntah, nyeri, perdarahan, rasa lemah, nafsu makan menurun atau

sakit kepala dan bisa juga karena inflamasi yang terjadi pada lapisan lambung,

yang sering merasa nyeri pada bagian perut melalui bakteri helicobacter

pylory masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan. Faktor yang

mengenai terjadinya gastritis bisa karena frekuensi atau pola makan, stres,

konsumsi alkohol dan merokok. Berdasarkan latar belakang maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “ApakahFaktor-fakor yang berhubungan

dengan kejadian penyakit Gastritis di wilayah kerja Puskesmas Pringsewu.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian penyakit gastritis di wilayah kerja

Puskesmas Pringsewu Tahun 2019.

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
8

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik penderita gastritis

berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, di Wilayah

kerja Puskesmas Pringsewu.

b. Mengetahui distribusi pola makan dengan penyakit kejadian gastritis.

c. Mengetahu distribusi stres dengan kejadian penyakit gastritis.

d. Mengetahui distribusi alkohol dengan kejadian penyakit gastritis.

e. Mengetahui dsitribusi merokok dengan kejadian penyakit gastritis.

D. Ruang Lingkup

Dalam ruang lingkup penelitian ini, tempat penelitian atau lokasi

penelitian yaitu di Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu Tahun 2019, dan

waktu penelitian pada bulan Mei-Juni 2019.

E. Manfaat Penelitian

1. Aplikatif

a. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

perawat, khususnya tentang kualitas hidup penderita gastritis di

Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu.

b. Bagi responden dan keluarga

Hasi penelitian ini diharapakan untuk menambahkan wawasan dan

pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi gastritis serta

pencegahan dan pengobatan bagi yang mengalami gastritis.

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
9

c. Bagi perawat

Hasil penelitian ini diharapkan untuk tindakan pelayanan dan

penyuluhan faktor-faktor yang mempengaruhi gastritis serta

penanganan gastritis.

2. Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan

sehingga dapat menambah wawasan dan informasi serta referensi untuk

bahan pembelajaran bagi mahasiswa-mahasiswi STIkes Muhammadiyah

Pringsewu Lampung.

3. Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai studi awal untuk dijadikan

sumber acuan dan untuk meningkatkan tentang masalah faktor-faktor yang

menyebabkan gastritis.

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gastritis

1. Pengertian Gastritis

Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa

lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difusi atau local (Nurarif &

Kusuma, 2015).

Gastritis yaitu peradangan local atau menyebar pada mukosa

lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi

dengan bakteri atau bahan iritan lain (Wijaya & Putri, 2013).

Gastritis adalah suatu inflamasi dinding lambung yang disebabkan

oleh iritasi pada mukosa lambung, gastritis biasa terjadi dapat

disebabkan oleh bermacam-macam faktor, tipe paling umum dari

gastritis yaitu gastritis akut dan tipe tidak umum gastritis kronik

(LeMone, M.Burke & Bauldoff 2016).

2. Etiologi Gastritis

Lapisan lambung menahan iritasi dan biasanya tahan terhadap asam

yang kuat. Tetapi lapisan lambung dapat mengalami iritasi dan

peradangan karena beberapa penyebab:

a. Gasrtitis bakterialis merupakan akibat dari infeksi oleh

Helicorbacteri pylori (bakteri yang tumbuh didalam sel penghasil

lender dilapisan lambung).

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
11

b. Gastritis karena stress akut, merupakan jenis yang paling berat, yang

disebabkan oleh penyakit berat atau trauma (cidera) yang terajdi

secara tiba-tiba.

c. Gastritis erosif kronis merupakan akibat dari bahan-bahan seperti

obat-obatan, terutama aspirin dan obat anti peradangan non-steroid

lainnya dan infeksi virus dan bakteri.

d. Gastritis karena virus dan jamur bisa terjadi pada penderita penyakit

menahun (Wijaya dan Putri, 2013).

3. Patofisiologi

Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang

masuk ke dalam lambung menyebabkan iritasi atau erosipada

mukosanya sehingga lambung kehilangan barrier (pelindung).

Selanjutnya terjadi peningkatan difusi balik ion hydrogen. Gangguan

difusi pada mukosa dan peningkatan sekresi asam lambung yang

meningkat/banyak. Asam lambung dan enzim-enzim

pencernaan.Kemudian menginvasi mukosa lambung dan terjadilah

reaksi peradangan.Inilah yang disebut gastritis.Respon mukosa lambung

terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi

mukosa, karena itu gangguan-gangguan tersebut seringkali menghilang

dengan sendirinya.Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi

meradang dan terjadi perdarahan.Masuknya zat-zat seperti asam dan

basa kuat yang bersifat korosif yangmengakibatkan peradangan dan

nekrosis pada dinding lambung (gastritis korosif).Nekrosis dapat

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
12

mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya

perdarahan dan peritonitis.Gastritis kronis dapat menimbulkan keadaan

atropi kelenjar-kelenjar lambung dan keadaan mukosa terdapat bercak-

bercak penebalan berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan (gastritis

atropik). Hilangnya mukosa lambung akhirnya akan mengakibatkan

berkurangnya sekresi lambung dan timbulnya anemia persiniosa.

Gastritis atropik boleh jadi merupakan pendahuluan untuk karsinoma

lambung.Gastritis kronis dapat pula terjadi bersamaan dengan ulkus

peptikum atau mungkin terjadi setelah tindakan

gastroyeyunostomi(Nurarif&Kusuma, 2015)

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
13

Pathway
Bagan 2. 1 Patofisiologi
Obat-
obatan(NISAD,aspirin, H. phylori kafein
sulfanomida
steroid,digitalis)

Melekat pada epitel lambung


Menurun produksi
bikarbonat (HCO3-)

Mengangu Menghancurkan lapisan

pembentukan sawat mukosa lambung Menurun kemampuan


mukosa lambung protektif terhadap asam

Menurun barier lambung terhadap Menyebabkan difusi


kembali asam lambung &
asam dan pepsin pepsin
Kekurangan Volume
Cairan

Inflamasi
Erosi mukosa lambung Perdarahan

Nyeri Epigastrium
Menurun tonus dan MukosaLambungkehilan
peristaltic lambung ganintegritasjaringan
Me ↓ Sensoriuntukmakan

Refluk isi duodenum


kelambung
Anoreksia

Mual Doronganekspulsiisilamb
ungkemulut

NyeriAkut Ketidakseimbangannutris Muntah


ikurangdarikebutuhantu
buh

Kekurangan Volume
Cairan

Nurarif & kusuma, 2105

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
14

4. Manfestasi Klinis

Manifestasi kinis dari gastritis ini adalah

a. Gastritis akut: nyeri epigastrium, mual, muntah, dan perdarahan

terselubung maupun nyata. Dengan endoskopi terlihat mukosa

lambung hyperemia dan udem, mungkin juga ditemukan erosi dan

perdarahan aktif.

b. Gastritis kronis: kebanyakan gastritis asimptomatik, keluhan lebih

berkaitan dengan komplikasi gastritis atrofik, seperti tukak lambung,

defisiensi zat besi, anemia pernisiosa, dan karsinoma lambung

(Nurarif & Kusuma, 2015).

5. Komplikasi

Komplikasi dalam terjadinya gastritis yaitu :

a. Perdarahan saluran cerna atas berupa hematomesis dan melena

b. Anemia (gangguan absorbsibvitamin B12)

c. Perforasi (Wijaya & Putri, 2013).

6. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang dari gastritis ini adalah

a. Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adany

antibody H.pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukan

bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam

hidupnya, tapi itu tidak menunjukan bahwa pasien tersebut terkena

infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia,

yang terjadi akibat perdarahan lambung akibat gastritis.

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
15

b. Pemeriksaan pernapasan. Tes ini dapat menentukan apakah pasien

terinfeksi oleh bakteri H.pylori atau tidak.

c. Pemeriksaan feses. Tes ini memeriksa apakah terdapat H.pylori

dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindentifikasi

terjadinya infeksi.

d. Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes

inidapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian

atas yang mungkin tidak terlihatdari sinar-X.

e. Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan terlihat adanya tanda-

tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan

diminta menelan cairan barium terlihat dahulu sebelum dilakukan

ronsen. Cairan ini melapisi saluran cerna dan akan akan terlihat lebih

jelas ketika di ronsen (Wijaya & Putri, 2013).

7. Penatalaksanaan Gastritis

Penatalaksanaan dari gastritis ini adalah

a. Gastritis Akut

Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet

lambung dengan porsi yang kecil dan sering. Obat-obatan ditunjukan

untuk mengatur sekresi asam lambung berupa antagonis reseptor H2,

Inhibitor pompa proton, antikolinergik dan antacid juga ditunjukan

sebagai sifoprotektor berupa sukralpat dan prostaglandin.

Penatalaksanaan sebaiknya meliputi pencegahan terhadap setiap

pasien dengan resiko tinggi, pengobatan terhadap penyakit yang

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
16

mendasari dan menghentikan obat yang dapat monjadi penyebab,

serta dengan pengobatan suportif.

Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian antasida dan

antagonis H2 sehingga mencapai PH lambung 4. Meskipun hasilnya

masi jadi perdebatan, tetapi pada umumnya tetap dianjurkan.

Pencegahan ini terutama bagi pasien yang menderita penyakit

dengan keadaan klinis yang berat.Untuk penggunaan aspirin atau

anti inflamasi nonsteroid pencegahan yang terbaik adalah dengan

misaprostol, atau derivate prostaglandin.

Penatalaksaan medical untuk gastritis akut dilakukan untuk

menhindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila

gejala menetap, diperlukan cairan intravena. Bila terdapat

perdarahan, penatalaksanaan serupa dengan pada hemoragi saluran

gastrointestinal atas. Bila gastritis terjadi karena alakali kuat,

gunakan jus karna adanya bahaya perforasi.

b. Gastritis kronis

Faktor utama ditandai oleh kondisi progesif epitel kelenjar

disertai sel pariental dan chief sell. Dinding lambung menjadi tipis

dan mukosa mempunyai permukaan yang rata, gastritis kronis tipe A

merupakan suatu penyakit autoinum yang disebabkan oleh adanya

autoantibody terhadap sel parietal kelenjar lambung dan factor

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
17

intrinsic. Tidak adanya sel parietal danchief cell dapat menurunkan

sekresi asam dan menyebabakan tingginya kadar gastrin.

Gastritis kronis Tipe 2 disebut juga sebagai gastritis antral

karena umumnya mengenai daerah atrium lambung dan lebih sering

terjadi dibandingkan dengan gastritis tipe A. penyebab utama

gastritis tipe B adalah infeksi kronis oleh Helicobacter pylori. Faktor

etiologi gastritis kronis lainnya adalah asupan alcohol yang

berlebihan, merokok, dan refluks yang dapat mencetuskan terjadinya

ulkus peptikum dan karsinoma.

Pengobatan gastritis kronis bervariasi, tergantung pada penyakit

yang dicurigai. Bila terjadi ulkus duodenum, dapat diberikan

antibiotic untuk membatasi Helicobacter pylori.Namun demikian lesi

tidak selalu muncul dengan gastritis kronis. Alkoholdan obat yang

diketahui mengiritasi lambung harus dihindari. Bila terjadi anemia

defisiensi besi (yang disebabkan oleh perdarahan kronis), maka

penyakit ini harus diobati. Pada anemia persiosa harus diberi

pengobatan vitamin B12 dan terapi yang sesuai.Gastritis kronis

diatasi dengan memodifikasi diet dan meningkatkan istirahat serta

memulai farmakoterapi. Helicobacter pylori dapat diatasi dengan

antibiotik (seperti tetrasiklin atau amoxilin) dan garam bismunt

(peptobismol). Pasien dengan gastritis tipe A biasanya mengalami

malabsorsi vitamin B12 (Wijaya & Putri, 2013).

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
18

B. Faktor Predesposisi

Menurut Notoatmodjo (2010) faktor predeposisi adalah suatu keadaan yang

dapat mempengaruhi kesehatan yaitu :

1. Umur

Penyakit gastritis dapat timbul atau menyerang segala usia, tetapi

walaupun gastritis menyerang segala usia tetapi mencapai puncaknya pada

usia lebih dari 40 tahun. Dan jenis kelamin wanita lebih sering terkena

karena disebabkan sering diit terlalu dekat, disamping itu wanita lebih

emosional dibandingkan laki-laki (Notoatmodjo, 2010).

2. Jenis kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, wanita lebih sering terkena penyakit

gastritis. Hal ini disebabkan karena wanita sering diet terlalu ketat, karena

takut gemuk, makan tidak beraturan, disamping itu wanita lebih emosional

dibandingkan pria (Riyanto dalam Sunarmi, 2018).

3. Pekerjaan

Tuntutan dunia kerja yang keras, dengan deadaline target yang

menyita waktu menyebabkan para pekerja mengabaikan pemenuhan

kebutuhan dirinya, terutama dalam menjaga pola makan tepat waktu dan

istirahat yang cukup. Sudah jamak di kota-kota besar, pekerja kantoran

sering dikejar-kejar waktu sehingga nyaris tidak memiliki jam

istirahatyang cukup, walau untuk makansiang tepat waktu. Pola kerja

super sibuk seperti ini juga menyebabkan stres karena tekanan kerja yang

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
19

tinggi. Sehingga pekerja kantoran sangat rentan mengalami penyakit

maag.

4. Pendidikan

Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan, dan

berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan

kebutuhan gizi, salah satu contoh prinsip yang dimiliki seseorang dengan

pendidikan rendah biasanya adalah yang penting mengenyangkan

sehingga porsi bahan makanan sumber karbohidrat lebih banyak

dibandingkan dengan kelompok bahan makan lain. Sebaliknya,

sekelompok orang yang berpendidikan tinggi cenderung memilih bahan

makanan sumber protein dan akan berusaha menyeimbangkan dengan

kebutuhan gizi lain. Sehingga pendidikan sangat berpengaruh terhadap

terjadinya penyakit gastritis (Pratiwi dalam Sunarmi 2018).

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Gastritis

Gastritis terjadi karena berbagai sebab paling umum akibat peningkatan

produksi asam lambung atau menurunnya daya tahan dinding lambung

terhadap pengaruh luar. Gastritis akut yang tidak diobati akan berkembang

menjadi kronis. Gastritis yang disertai borok atau luka pada dinding lambung

disebut tukak lambung. Faktor-faktor yang dapat memicu timbulnya penyakit

gastritis antara lain :

1. Stres

Stres adalah kondisi kejiwaan yang tidak nyaman.Stress merupakan

reaksi yang tidak diharapkan yang muncul disebabkan oleh tingginya

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
20

tuntutan lingkungan kepada seseorang. Di mana harmoni atau

keseimbangan antara kekuatan dan kemampuannya terganggu. Jika stress

telah mengganggu fungsi dan keberadaan diri seseorang, maka dinamakan

distress. Distress kebanyakan dirasakan orang jika situasi yang menekan

berlangsung terus menerus (tugas yang terlalu berat, atau tugas yang tidak

mampu dilakukan karena situasi yang tidak kondusif atau stress yang

disebabkan oleh taruma). Stres juga sebagai reaksi aktif respon tubuh

terhadap lingkungan yang memproteksi diri dan juga sebagai bagian dari

sistem pertahan yang membuat kita tetep hidup dan dimana kondisi yang

tidak menyenangkan melihat adanya tutuntan suatu situasi sebagai beban

atau diluar batas kemampun manusia. Stres juga dapat meningkatkan

priduksi asam lambung dan gerakannparistaltik lambung menjadi

bertambah kuat yang bisa menyebabkan terjadinya peradangan di

lambung (Nasir & Muhith, 2011).

1) Penyebab stres

Menurut Nasir & Muhith (2011). Secara garis besar stres dibagi

menjadi dua kelompok yaitu:

a. Stresor mayor yang merupakan major live events yang meliputi

peristiwa kematian orang yang di sayangi, masuk sekolah pertama

kali, dan perpisahan, perkawinan, pekekrjaan, keuangan, dan

hukum.

b. Stresor minor, berawal dari stimulus tentang masalah kehidupan

sehari-sehari, contohnya, ketidak senangan emosianal terhadap hal-

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
21

hal tertentu sehingga menyebabkan munculnya stres, seperti

penyakit fisik dan cedera, faktor keluarga, perkembangan atau

mental.

2) Tingkat respon terhadap stres

Secara garis besar tingkat respon stres dibagi menjadi beberapa yaitu

stres baik danstres yang buruk.

a. Stres yang baik (Uestres)

Reaksi individu terhadap situasi tertentu yang berdampak baik

kepada orang lain maupun diri sendiri yang menimbulkan rasa

senang, bahagia, menatang dan menggairahkan (Donsu dalam

Wirawan, 2018).

b. Stresyang buruk(Distres)

Stres yang berisfat negatif dihasilkan dari sebuah proses yang

memaknai sesuatu yang buruk,dimana respo yang digunakan selalu

negatif dan ada indikasi mengganggu intergritas diri yang bisa

berupa ancaman (Nasir & Muhith, 2011).

3) Tahapan stres

Setiap tahapan memperlihatkan sejumlah gejala-gejala yang dirasakan

oleh yang bersangkutan (Saam & Wahyuni, 2013).

a. Stres terhadap pertama (paling ringan)

Tahapan ini merupakan tingkat stres yang ringan dan biasanya disertai

dengan perasaan.

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
22

1) Semangat besar

2) Penglihatan tajam, tidak sebagaiman biasanya.

3) Energi dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan lebh dari

biasanya. Tahapan ini biasanya menyenangkan dan orang

bertambah semangat tanpa disadari bahwa cadangan energi sedang

menipis.

b. Stres tahap kedua

Dalam tahap ini dampak stres yang menyenangkan mulai menghilang

dan timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan tidak cukup

sepanjang hari. Keluhan yang sering terjadi antara lain:

1) Merasa letih sewaktu bangun pagi.

2) Merasa lelah setelah makan siang.

3) Terkadang mengalami gangguan pda saluran cerna (ganguan usu,

perut kembung), dan jantung berdebar.

4) Otot-otot terasa lebih tegang (terutama otot-otot punggung dan

tengkuk).

c. Stres tahap ketiga

Pada tahap ini keluhan-keluhan keletihan semakin terasaa disertai

dengan gejala (Yosep, 2013).

1) Gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mulas, sering ingin

kebelakang).

2) Otot-otot terasa lebih tegang.

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
23

3) Perasaan tegang yang semakin meningkat.

4) Gangguan tidur (susah tidur, sering terbangun dimalam hari dan

sukar tidur kembali).

5) Badan terasa loyo, rasa-ingin pingan.

d. Stres tahap keempat

Tahap ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk yang

ditandai dengan antara lain:

1) Untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sangat sulit.

2) Kehilangan kemampuan untutk menanggapi situasi.

3) Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan dan sering

terbangun.

4) Perasaan negativistik.

5) Kemampuan konstresis menurun tajam.

e. Stres tahap kelima

Tahap ini merupakan tahap yang lebih mendalam dari tahap-tahap

sebelumnya.

1) Keletihan yang mendalam (physical and psychologic exhaustion).

2) Untuk pekerjaan sederhana kurang terasa mampu.

3) Gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan usus) lebih sering,

sukar buang air besar atau sebaliknya.

4) Persaan takut dan semakin menjadi, mirip panik.

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
24

f. Stres tahap keenam (paling berat)

Tahap ini merupakan tahap puncak yang merupakan keadaan gawat

darurat (Yosep, 2013).

1. Debaran jantng amat keras, hal ini diebabkan zat adrenalin yang

dikeluarkan, karena stres cukup tinggi dalam peredaran darah.

2. Nafas sesak dan megap-megap.

3. Badan gemetaran,tubuh dingin, keringat bercucuran.

4. Tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun tidak kuasa lagi,

pingsan.

4) Dampak stres

Stres yang dialami oleh individu akan menimbulkan dampak positif

atau negatif, stres dapat meningkatkan kemampuan individu dalam proses

belajar dan berfikir. Dampak negatif stres dapat berupa gejala fisik

maupun psikis dan akan menimbukan gejala-gejala tertentu, seperti gejala

fisiologis, kognitif, interpersonal dan organisasional. Gejala fisiologis

yang dirasakan berupa keluhan sakit kepala, sembelit, diare, sakit

pinggang, urat tegang pada tengkuk,tekanan darah tinggi, kelelahan, sakit

perut, magg, berubahhan selera makan, susah tidur, dan dan kehngan

semangat. Adapun damapak stres yang berkepanjanganbakan

menimbulkan gangguan pada tubuh individu yang berupa gangguan

vaskuler, pernafasan, gastrointestinal, muskuloskeletal, sistem imun,

reproduksi, dan gangguan prilaku serta psikologis pada diri individu

(Donsu dalam Wirawan, 2018).

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
25

2. Pola makan

Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah

dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan

kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit.

Pola makan yang keliru dapat menyebabkan terjadinya banyak gangguan

pada kesehatan tubuh, terutama menurunnya sistem imun. Hal ini bisa

terjadi karena pola makan yang tidak benar dapat menyebabkan asupan

yang dibutuhkan oleh tubuh tidak terpenuhi. Sepintas, kebiasaan ini

mungkin tidak mempunyai pengaruh apa pun sebab banyak diantara kita

yang mempunyai pola makan yang buruk namun masih sehat-sehat saja.

Padahal, pengaruhnya akan dirasakan di hari kemudian.Tidak banyak

orang yang mau memperhatikan pola makannya sehingga, tanpa disadari

banyak penyakit mulai dari yang paling ringan seperti gastritis hingga

paling berbahaya seperti kanker dan penyakit jantung, kerap datang

mengintai. Kebanyakkan orang makan sesuka hatinya. Porsinya pun sudah

tidak diperhatikan lagi.Padahal, porsi makan yang terlalu banyak itu tidak

baik, begitu jugasebaliknya. Pola makan yang buruk ini juga dapat

menyebabkan tidak teraturnya jam maka, diantara jam makan yang paling

sering diabaikan adalah sarapan. Melewatkan sarapan tidak hanya akan

merusak berat badan kita namun juga kesehatan kita(Hidayah dalam

Anggih Angraini, 2015).

Pola makan terdiri dari frekuensi makan, jenis makan,dan jumlah maakan

atau porsi makan. Sebagai berikut:

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
26

a. Frekuensi makan

Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-haribaik

kualitatif dan kuantitatif.Frekuensi makan adalah jumlahwaktu makan

dalam sehari, meliputi makanan lengkap(fullmeat)dan makanan

selingan(snack).Frekuensi makan disuatu institusi berkisar antar tiga

hingga enam kali seharitergantung daribiayatenaga kerja yang tersedia.

Waktu makanterdiri dari makanpagi, selingan pagi, makan siang,

selingan,makan malam serta selingan malam.Secara alamiah

makanandiolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari

mulutsampai usus halus. Lama makanan dalam lambung

tergantungsifat dan jenis makanan. Jika rata-rata, umumnya lambung

kosongantara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun menyesuaikan

dengankosongnya lambung.

Frekuensi makan yang baik dimana makan mulai dari jam 7 hingga

jam 10 pagi. Diikuti makan yang kedua dengan jarak enam jam

setelahnya mulai jam 1 siang hingga jam 3 sore. Ketika makanan

dikonsumsi oleh tubuh maka didalam tubuh mengalami proses

penyaringan dan penyerapan makanan, khusus makanan kaya protein,

dimana akan mempengaruhi proses intesif yang mengaktifkan sel

dalam memproduksi zat asam lambung, getah dan enzim lambung.

Yang mengakibatkan pencernaan bekerja terus menerus dinding perut

(Sulistyoningsih, 2011).

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
27

1) Jenis makanan

Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan,

dicerna, dan diserapakan menghasilkan paling sedikit susunan menu

sehat dan seimbang, makanan tertentu dapat menyebabkan gangguan

pencernaan, seperti makanan pedas. Mengkonsumsi makanan pedas

secara berlebihan akan merangsang sistem pencernaan, terutama

lambung dan usus untuk berkontraksi, hal ini akan mengakibatkan

panas dan nyeri dihulu hati yang disertai dengan mual dan muntah

(Oktaviani, 2011).

2) Kebiasaan makan dan porsi makan

Kebiasaan makan adalah suatu cara seseorang yang mempunyai

keterbatasan makan dengan jumlah tiga kali makan dengan frekuensi

dan jenis makan yang dimakan. Serta porsi makan dimana jumlah

suatu ukuran maupun takaran makanan ayng dikonsumsi pada tiap kali

makan. Orang-orang yang mengalami psikologis stres lebih cenderung

untuk meningkatkan jumlah yang mengakibatkan melemahnya katub

lambung dan mengakibatkan refluk lambung. Setiap individu harus

makan makanan dengan jumlah benar sebagai kebutuhan tubuh. Selain

itu, makanan dengan kebiasaan dan porsi makan yang tidak baik akan

menyebabkan obesitas, serta dapat juga menyebabkan refluk isi

lambung yang akhirnya membuat dinding lambung menurun. Kondisi

seperti ini dapat menimbulkan peradangan atau luka pada lambung

(Harahap, 2012).

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
28

3. Alkohol

Minuman beralkohol merupakan minuman yang mengandung

etanolyang merupakan bahan psikoatif yang biasa menyebabkan

penurunan kesadaran apabila dikonsumsi. Alkohol dapat merusak mukosa

lambung dan memungkinkan difusi kembali asam pepsin ke dalam

jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Akibat iritasi pada

respons mukosa lambung yang terus menerus, jaringa menjadi meradang

dan dapat terjadi perdarahan, masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat

yang bersifat korosif mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada

dinding lambung. Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi didinding

lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis (Bayer

dalam Angko Julia, 2014).

4. Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui dalam

kehidupan sehari-hari. Rokok merupakan salah satu produk industri dan

komoditi internasional yang mengandung sekitar 3000 bahan kimiawi.

Unsur-unsur yang penting antar lain : tar, nikotin, benzopyrin, metil-

kloride, aseton, amonia dan karbon monoksida, merokok juga

menyebabkan gangguan pada perut yang mulai dengan rasa perih pada

perut yang diakibatkan terlalu banyak menghisap rokok dan

dapatmengakibatkan gangguan pada lambung. Pada keadaan normal,

lambung dapat bertahan terhadap keasam cairan lambung, karena

beberapa zat tertentu terutama bikarbonat yang membantu menurunkan

derajat keasaman. Nikotin dari rokok ternyata menyebabkan perubahan

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
29

pada sistem hormonal diantaranya meningkatkan dopaim. Dopaim dapat

menyebabkan berkurangnya aliran darah kesaluran pencernaan, aliran

darah yang kurang mempengaruhi kinerja gastrin. Gastrin tersebut akan

dilepaskan kedalam darah dan dibawa ke sel parietal kelenjar oksintik,

pada kelenjar ini gastrin akan merangsang sel pariental dan sel peptic

untuk menghasilkan asam, peningkatan asam lambung inidapat merusak

barier mukosa lambung dengan pengikisan dinding lambung oleh asam

lambung, akibatnya reaksi ini akan merangsang reseptor nyetri pada

lambung, hal ini yang menyebabkan penderita merasanyeri terbakar

(Lewis dalam Srianti Munawir, 2014).

D. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan ringkasan dari tinjuan pustaka yang digunakan

untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti (amati) yang

berkaitan dengan konteks ilmu pengetahuan yang digunakan untuk

mengembangkanb kerangka konsep penelitian (Notoatmodjo, 2010)

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
30

Bagan 2.2
Kerangka Teori

Faktor Predeposisi

1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Pekerjaan
4. Pendidikan

Faktor yang Gastritis


mempengaruhi Gastritis

1. Stres
2. Pola Makan
3. Alkhol
4. Merokok

Sumber: (Notoatmodjo, 2010),(Nasir & Muhith, 2011),(Oktaviani, 2011),(Bayer


dalam Angko Julia, 2014)

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian antara variabel yang satu

dengan variabel yang lainya yang ingin di teliti (Notoatmojo, 2010).

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
31

Bagan 2.3
Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

1. Stres
2. Pola Makan Gastritis
3. Alkohol
4. Merokok

F. Hipotesis

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara penelitian, patokan,

dugaan atau dalil sementara yang akan dibuktikan dalam penelitian

(Notoatmojo, 2010)

Ha :

- Ada hubungan stress dengan kejadian Gastritis di Wilayah Kerja

Puskesmas Pringsewu Tahun 2019

- Ada hubungan pola makan dengan kejadian Gastritis di Wilayah Kerja

Puskesmas Pringsewu Tahun 2019

- Ada hubungan alkohol dengan kejadian Gastritis di Wilayah Kerja

Puskesmas Pringsewu Tahun 2019

Ho :

- Tidak ada hubungan stress dengan kejadian Gatritis di Wilayah

Kerja Puskesmas Pringsewu Tahun 2019

- Tidak ada hubungan pola makan dengan kejadian Gastritis di

Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu Tahun 2019

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
32

- Tidak ada hubungan alkohol dengan kejadian Gastritis di Wilayah

Kerja Puskesmas Pringsewu Tahun 2019

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
33

BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan cara agar penelitian dapat dilakukan secara

efektif dan efisien. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah

studi kolerasi (Correlation Study). Studi kolerasi ini pada hakikatnya

merupakan penelitian atau penelahan hubungan antara dua variabel pada

situasi atau sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan

antara gejala satu dengan lainnya atau variabel satu dengan lainnya

(Notoatmodjo, 2010).

Pendekatan yang digunakan dalam peneltian ini adalah Cross Sectional

yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-

faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi, atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) artinya

tiap objek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran

dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat

pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010).

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu

konsep pengertian tertentu. Variabel juga dapat diartikan sebagai konsep

yang mempunyai bermacam-macam nilai. Melalui variabel-variabel

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
34

tersebut suatu konsep dapat diukur, diamati, atau diteliti (Notoatmodjo,

2010)

Dalam penelitian ini memiliki 2 variabel yaitu variabel Independen dan

variabel Dependen. Di bawah ini uraian tentang variabel-variabel dalam

penelitian :

1. Variabel Independen

Variabel Independen merupakan variabel bebas, resiko, sebab atau

mempengaruhi dengan kata lain variabel yang mempengaruhi variabel

dependen (Notoatmodjo, 2010). Variabel Independen dalam penelitian

ini adalah Stres, Pola makan, Alkohol, Merokok.

2. Variabel Dependen

Menurut Notoatmodjo (2010) variabel Dependen meruapkan variabel

tergantung, terikat, akibat, terpengaruh atau variabel yang dipengaruhi.

Disebut variabel dependen karena dipengaruhi variabel independen.

Dalam penelitian ini variabel dependen adalah Gastritis.

C. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan pada variabel yang

dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan.

Definisi oprasional penting dan diperlukan agar pengukuran variabel atau

pengumpulan data (variabel) konsisten antara sumber data (responden)

yang satu dengan responden yang lain (Notoatmodjo, 2010).

33
STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
35

Definisi Cara Skala


No Variabel Alat ukur Hasil ukur
operasional ukur ukur
Variabel independen
Stres Stress merupakan Kuisioner Mengisi 0: Jawaban Nominal
reaksi yang tidak kuisioner Tidak ≤15 =
diharapkan yang bisa mengatasi
muncul stres
disebabkan oleh 1: Jawaban Iya
tingginya tuntutan ≥15=
lingkungan mengalami
kepada seseorang. stres
Di mana harmoni
atau
keseimbangan
antara kekuatan
dan
kemampuannya
terganggu.
Pola Kebiasaan Kuisioner Mengisi 0:Tidak Teratur Ordinal
makan seseorang dalam kuisioner Pola makan.
makan setiap hari. Skor 26-40
Dalam hal ini pola
makan diukur 1: Teratur Pola
berdasarkan Makan. Skor
keteraturan 10-25
makan.
Alkohol Kebiasaan Kuisioner Mengisi 0: Tidak Ordinal
seseorang dalam kuisioner Mengkonsumsi.
meminum suatu Skor 6-7
minuman yang 1: Konsumsi
mengandung ringan skor 8-9,
alkohol. Dalam konsumsi berat
hal ini kebiasaan skor 10-12
konsumsi alkohol
diukur jika
dilakukan secara
berulang.
Merokok Perilaku Kuisioner Mengisi 0: Merokok. Ordinal
seseorang dalam kuisioner Skor 4-6
menghisap asap 1: Tidak
tembakau yang Merokok. Skor
dibakar dalam 3
tubuh dan
menghembusnya
kembali.
Variabel dependen

Gastritis Gastritis adalah Kuisionaer Mengisi 0: Tidak Ordinal


suatu keadaan Kuisioner Gastritis
peradangan atau 1: Gastritis
perdarahan
mukosa lambung
yang dapat
bersifat akut,
kronis.

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
36

D. Populasi Dan Penetapan Sampel

1. Populasi

Adalah keseluruhan obyek penelitian. Apabila seseorang ingin

meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka

penelitianya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitianya

juga disebut studi populasi atau studi sensus. Populasi dalam penelitian

ini adalahpasien yang menjalani pengobatan rawat jalan dengan

masalah Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu dengan

sebanyak 75 januari sampai april 2019.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian objek yang diambil dari

keseluruhan objek yang akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2010).

Sampel dalam penelitian penelitian ini menggunakan teknik total

sampling dengan cara pengambilan sampel dari seluruh anggota

populasi yaitu sebanyak 75 responden.Berdasarkan keterangan di atas

untuk menentukan populasi dan sampel terdapat dua kriteria yaitu:

n= N
1+N (d)2

Keterangan :

n = besar sampel

N = besar populasi

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
37

D = tingkat penyimpanan yang diinginkan

Bedasarkan rumus diatas, dapat diaplikaskan dengan data populasi

yang telah ditentukan yaitu :

n= 75 = 162 = 63,55 dibulatkan menjadi 64


1 + 75 (0,05)2 1,18

Hasil perhitungan diatas, maka peneliti memutuskan untuk mengambil

sampel sebanyak 64

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri- ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2010).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Pasien dengan gastiris

2) Pasien yang berobat rawat jalan

3) Berjenis kelamin laki- laki atau perempuan

4) Umur 15-60 tahun

5) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah karakteristik atau ciri- ciri anggota

populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo,

2010). Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

1) Responden <15 tahun

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
38

2) Pasien yang tidak bersedia menjadi responden

3) Pasien yang mempunyai penyakit komplikasi penyakit lain

E. Tehnik Sampling

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

Accidental Samplingpengambilan sampel secara aksidental ini dilakukan

dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia

disuatu tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010).

F. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah kerja Puskesmas

Pringsewu, adapun waktu pelaksanaanya pada bulan Mei – Juni tahun

2019.

G. Etika Penelitian

Etika penelitain yaitu hak objek penelitian dan yang lainya harus di

lindungi (Nursalam, 2013). Beberapa prinsip dalam pertimbangan etika

meliputi : bebas eksplorasi, kerahasiaan, bebas dari penderita, bebas

menolak menjadi responden, dan perlu surat persetujuan (informed

consent).

1. Informed Consent

Subjek yang harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang

tujuan peneliti yang akan dilaksanakan, mempunyai hak bebas

berpartisipasi atau menolak jadi responden. Inform consent

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
39

dicantumkan bahwa data hanya untuk mengembangkan ilmu

(Nursalam, 2013).

Jika subyek bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar

persetujuan. Jika subyek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak

akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

2. Hak untuk ikut / tidak menjadi responden

Subjek harus diperlukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak

memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek atau tidak, tanpa

ada sansi apapun atau akan berakibat pada kesembuhannya, jika

mereka seorang klien (Nursalam, 2013).

Pada penelitian ini peneliti memberikan surat persetujuan untuk

menjadi responden.

3. Right to privacy (Hak menjaga Kerahasiaan)

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan

harus dirahasiakan, untuk itu perlu tanpa nama (anonymity) dan

rahasia (confidentiality) (Nursalam, 2013).

Peneliti melindungi privasi dan kerahasian identitas atau jawaban yang

diberikan. Subjek berhak untuk mencantumkan identitasnya dan

berhak mengetahui kepada siapa saja data tersebut disebar luaskan.

Peneliti akan melindungi kerahasaian subjek dengan cara memberikan

kode dalam lembar kuesioner.

4. Respect for Justice an Inclusiveness (Keadilan dan Keterbukaan)

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
40

Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subyek penelitiaan

memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan

gender, agama, etnis dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Di dalam

penelitian ini prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti

dengan kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian. Untuk itu,

lingkungan penelitian ini dikondisikan sehingga memenuhi prinsip

keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian.

5. Balancing Harm and Benefits (Memperhitungkan Manfaat dan

Kerugian yang ditimbulkan)

Menurut Notoatmodjo, 2010 bahwa pelaksanaan penelitian dapat

mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stres

maupun kematian subyek. Sehingga dalam penelitian ini peneliti

berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek.

6. Respect for human dignity (menghormati harkat dan martabat

manusia)

Peneliti mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian

tersebut. Peneliti juga memberikan kebenaran kepada subjek untuk

memberikan informasi atau tidak memberikan informasi

(berpartisipasi) (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini peneliti

mempertimbangkan hak-hak subjek dan memberikan informasi atau

tidak memberikan informasi.

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
41

H. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data

1. Instrumen

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner.

Lembar kuisoner merupakan daftar pertanyaan yang disusun secara

tertulis dengan tujuan untuk mengumpulkan data dalam penelitian.

Kuisioner dalam penelitian ini adalah Kuisioner faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian gastritis di wilayah kerja Puskesmas

Pringsewu.

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan pada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2013). Adapun proses dalam pengumpulan data

dengan cara di bawah ini, yaitu :

a. Peneliti melakukan pemilihan responden sesuai inklusi, peneliti

mengidentifikasi responden di wilayah kerja Puskesmas

Pringsewu.

b. Sebelum pengambilan data, peneliti memperkenalkan diri dan

menjelaskan maksud tujuan dilakukanya penelitian ini,

selanjutnya mengklarifikasi terlebih dahulu pada calon responden

apakah sudah pernah menjadi responden dalam penelitian ini

sebelumnya dan menyesuaikan keterangan dengan daftar

responden. Jika belum pernah menjadi responden maka data

responden dicatat dalam daftar responden.

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
42

c. Peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden

mengenai tujuan dan manfaat dari penelitian.

d. Selanjutnya peneliti meminta kesediaan dan persetujuan

responden untuk mengikuti penelitian dengan menandatangani

informed consent.

e. Pada tahap penelitian, setelah calon responden menyetujui

mengikuti penelitian, Responden mengisi biodata dan menjawab

pertanyaaan peneliti yang ditulis diselembar kertas.

I. Uji validitas dan Reabilitas

1. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Dalam

penelitian ini uji validitas sudah dilakukan pada dengan menggunakan

kuesioner yang terlebih dahulu dilakukan pada penelitian dari Dewi

Karwati pada kuesioner stres

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
43

J. Metode Pengolahan dan Analisa Data

1. Metode Pengolahan Data

Menurut Notoatmojo, (2010) pengolahan data terbagi atas :

a. Editing

Hasil kuesioner dan lembar observasi dari lapangan dilakukan

penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing

merupakan kegiatan untuk pengcekan dan perbaikan isian formulir

atau kuisioner tersebut. Selanjutnya peneliti melakukan

pengecekan kembali pada lembar observasi.

b. Coding

Setelah kuesioner dan lembar observasi di edit atau disunting,

selanjutnya dilakukan pengkodean (coding), yakni mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

c. Pemasukan Data (Entry Data)

Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukan kedalam

komputerisasi.

d. Pembersihan Data (Cleaning)

Semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukan, dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak

lengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau

koreksi.

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
44

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk

analisis univariat tergantung jenis datanya. Pada umumnya dalam

analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase

dari tiap variabel. Karakteristik responden meliputi usia,

pendidikan, jenis kelamin. Selain itu analisa univariat disajikan

dengan table frekwensi. Sebelum melakukan perhitungan dengan

program SPSS, batasan atau cut of point dibuat terlebih dahulu

sebagai pengkatagorian masing-masing variable. Untuk data

numeric dianalisis dengan menggunakan ukuran tengah (mean dan

median) dan ukuran variasi atau standar deviasi dan confident

interval atau CI 95%. Sedangkan data kategorik dengan distribusi

frekwensi dengan ukuran presentasi.

b. Analisis Bivariat

Penelitian ini menggunakan uji paired t test, karena melihat dari

hasil ukur definisi operasional variabel independen termasuk

kategorik dan variabel dependen data numerik. Untuk melihat hasil

kemaknaan perhitungan statistik di gunakan batas kemaknaan 95%.

Nilai P (P value) < 0,05 maka HO ditolak, yang berarti ada

hubungan yang bermakna antara variabel bebas dengan variabel

terikat. Nilai P (P value) > 0,05 maka Ho gagal ditolak, yang

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
45

berarti tidak ada pengaruh yang bermakna antar variabel bebas

dengan variabel terikat.

K. Jalannya penelitian

1. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi

program studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Pringsewu

Lampung.

2. Menyerahkan permohonan izin yang diperoleh dari institusi

pendidikan ke tempat penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas

Pringsewu

3. Mengumpulkan data Responden tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas .

4. Mengumpulkan, memproses dan menganalisis data. Setelah data

terkumpul selanjutnya diajukan pengolahan dan analisis data hasil

pengolahan dan analisis data dirumuskan kesimpulan peneliti

kemudian data disajikan dalam bentuk tabel.

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
46

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
47

DAFTAR PUSTAKA

Angkow Julia. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan kejadian Gastritis


di Wilayah kerja Puskesmas Bahu Kota Manado.Jurnal Ilmiah
Kesehatan, Vol. 3, No. 5

Anggih Angraini. 2015. Faktor-faktor yang Berhubung dengan kejadian Gastritis


Di Puskesmas Sipayung. Skripsi

Diyono, Mulyanti. 2013. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem


Pencernaan. Jakarta: Kencana

Donsu, D. J. T. 2017, Psikologi Keperawatan.Yogyakarta. Pustaka Baru Pres.

Harahap, W. 2012. Hubungan Pola Makan dengan status Gizi pada siswa SMA 2
Rintisan sekolah bertaraf Internasional (RSBI). Status Gizi Anak

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta : Kemenkes RI;
2016

Nurarif, AH &Kusuna, Hardhi.2015 .Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan


Diagnosa Medisdan Nanda NIC-NOC.Jogjakarta: Mediaction

Nasir, Abdul dan, Abdul, Muhith, 2011. Dasar-dasar Keperawatan Jiwa,


Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam, 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Kepoerawatan. Salemba Medika. Jakata.

Oktaviani W. 2011. Hubungan Pola Makan dengan kejadian Gastritis pada


mahasiswa S1 Keperawatan Program A.fikses UPN Veteran Jakarta

Srianti Dewi. 2014, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gastritis di


RSUD Pala Gimata Kota Bau-Bau. Jurnal Ilmiah kesehatan Diagnosis,
Vol. 4, No 6.

Sunarmi. 2018, Faktor-faktor yang Berisiko dengan Kejadian Penyakit Gastritis di


Poli Klinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang.Skripsi

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung
48

Sunarmi. 2018, Faktor-faktor yang Berisiko dengan Kejadian Penyakit Gastritis di


Poli Klinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
Babul Ilmiah, Vol 8, Juni 2018

Sulistyoningsih. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Wijaya, A.S & Putri, Y.M, 2013, Keperawatan Medikal Bedah 1, Yogyakarta:
Nuha Medika.

Yosep, H. I., dan Sutini, T. 2013. Buku ajar Keperawatan Jiwa dan Advance
Mental Health Nursing. Bandung: Refka Aditama.

STIKesMuhammadiyahPringsewu Lampung

Anda mungkin juga menyukai