BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu masalah kesehatan yang kita hadapi sekarang ini adalah penyakit
gastritis dengan sebutan penyakit maag yaitu penyakit yang menurut mereka
bukan suatu masalah besar, padahal gastritis dapat terjadi pada semua usia mulai
Remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.
Masa ini biasanya diawali pada usia 14 tahun pada laki-laki dan 10 tahun pada
Penyakit Gastritis atau maag adalah suatu penyakit peradangan pada mukosa
lambung yang bersifat akut, kronik difus, atau lokal. Karakteristik dari
peradangan ini antara lain anoreksi, rasa penuh atau tidak nyaman pada
epigastrium, mual dan muntah. Peradangan lokal pada mukosa lambung ini akan
bahan iritan lainnya. (ida, 2017). Penyakit gastritis merupakan penyakit yang
mempunyai pola makan yang tidak teratur dan memakan makanan yang
3
Makanan merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia, pola makan yang kurang baik dapat memicu terjadinya gastritis. Pola
makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan
mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Pola makan yang sehat selalu
mengacu kepada gizi yang seimbang yaitu terpenuhinya semua zat gizi sesuai
karena penderita akan merasa nyeri dan rasa tidak enak pada perut.
asam, minuman yang mengandung soda, kopi, makan teratur atau makan dalam
WHO (2017), insiden gastritis di dunia sekitar 1.8-2.1 juta dari jumlah
Kanada (35%), dan Prancis (29.5%). Di Asia Tenggara sekitar 586.635 dari
4
Syamsu 2017).
yang disebabkan oleh pola makan didapatkan hasil bahwa responden yang
mempunyai pola makan tidak baik sebagian besar mengalami gastritis yaitu 37
responden (90.2%). Hal ini dikarenakan sebagian responden sering makan kurang
dari 3 kali dalam sehari dan menunda-nunda waktu makan. Dengan demikian
dijelaskan bahwa gastritis banyak disebabkan karena pola makan yang tidak
teratur seperti kebanyakan remaja hanya makan 1-2 kali sehari bahkan ada juga
remaja yang makan hanyak 1 kali sehari dengan porsi makan yang banyak.
dijelaskan siswa seringkali mengabaikan kebiasaan makan yang baik dan tidak
gastritis.
5
tentang Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Gastrtitis Pada Remaja Studi
Literatur Review.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Pada Remaja.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
6
a. Bagi Responden
menghindari pantangannya.
b. Bagi Perawat
c. Bagi Masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
kronik difus, atau lokal. Karakteristik dari peradangan ini antara lain
anoreksia, rasa penuh atau tidak nyaman pada epigastrium, mual dan muntah.
Peradangan lokal pada mukosa lambung ini akan berkembang bila mekanisme
protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lainnya. (Suratan
orang-orang yang mempunyai pola makan yang tidak teratur dan memakan
sakit gastritis selain nyeri ulu hati juga menimbulkan gejala seperti mual,
muntah, lemas, kembung, terasa sesak, nafsu makan menurun, wajah pucat,
suhu badan naik, keluar keringat dingin, pusing, selalu bersendawa dan pada
kondisi yang lebih parah, bisa muntah darah (Wijayanto dalam Syamsu,
2017).
7
2. Etiologi
kerusakan gaster. Terapi radiasi, refluk empedu, zat-zat korosif (cuka, lada)
perdarahan. Kondisi yang stressful seperti trauma, luka bakar, kemoterapi dan
3. Klasifikasi Gastritis
sel radang didaerah tersebut. Secara umum, gastritis yang merupakan salah
a. Gastritis Akut
terjadi sepintas pada mukosa lambung. keadaan ini paling sering berkaitan
aspirin) dosis tinggi dan dalam jangka waktu, konsumsi alcohol yang
iskemia dan syok juga dapat menyebabkan gastritis akut. Demikian pula
halnya dengan kemoterapi, uremia, infeksi sistemik, tertelan zat asam atau
b. Gastritis Kronis
dan dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung, atau
Gejala yang sering muncul (Diyono & Sri, 2016) nyeri lambung atau
epigastrik pain merupakan gejala yang paling umum ditemukan pada pastritis
akut. Gejala lain seperti bersendawa atau cegukan, tenggorokan panas, mual,
perut terasa diremas-remas, muntah, tidak nafsu makan, sering keluar keringat
dingin, penurunan berat badan, perut bagian atas terasa tidak nyaman,
lambung terasa penuh, kembung, cepat kenyang dan perut sering bunyi, dan
nyeri ulu hati. Gejala lainnya yang jarang terjadi, tetapi terasa berat adalah
gejala anemia yaitu pusing dan lemas, keseimbangan tubuh berkurang, seolah-
olah mau pingsan, muntah darah atau cairan berwarna kuning kecoklatan dan
buang air besar berdarah. Gejala tersebut bisa akut, berulang dan bisa menjadi
kronis, disebut kronis jika gejala tersebut berlangsung lebih dari satu bulan
Keluhan yang dihubungkan dengan gastritis adalah nyeri panas dan perih
pada ulu hati disertai mual, bahkan terkadang sampai muntah. Keluhan-
keluhan dan juga pemeriksaan fisik tidak dapat menegakkan diagnose secara
kuman H. Pylori. Kebanyakan orang tidak nampak gejala dan apabila tidak
a. Pola makan
Orang yang memiliki pola makan yang tidak teratur mudah terserang
penyakit ini. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong atau
b. Helicobacter Pylori
terjadinya gastritis.
c. Terlambat Makan
waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya
kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga
tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung
terstimulasi. Bilas seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam
epigastrium.
d. Makan Pedas
system pencernaan, terutama lambung dan usus kontraksi. Hal ini akan
mengakibatkan rasa panas dan nyeri ulu hati yang disertai dengan mual
6. Komplikasi
atas yang berupa hematemesis dan melena. Perdarahan yang banyak dapat
terjadi ulkus. Komplikasi yang timbul pada gastritis kronis yaitu atrofi
7. Penatalaksanaan
teratur atau tidak terlalu cepat, mengurangi makan makanan yang pedas,
berminyak, hindari merokok, minum kopi atau alcohol dan kurangi stress.
kurang enak terhadap perut juga dihindari. Setiap orang harus mengetahui
makanan apa yang dapat menimbulkan rasa tidak enak di perut. Hal tersebut
(Masjoer, 2011)
lain juga diperlukan bila timbul komplikasi atau akibat lain dari gastritis, obat
yang dapat meningkatkan produksi asam lambung seperti aspririn dan obat
antasida
1. Definisi
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan
gambaran macam dan model bahan makanan yang dikonsumsi setiap hari,
yang meliputi frekuensi makan, jenis makanan dan porsi makan. Pola makan
atau food pattern adalah cara seseorang atau sekelompok orang memanfaatkan
pangan yang tersedia sebagai reaksi terhadap tekanan ekonomi dan social
budaya yang dialaminya berkaitan dengan pola makan (Margaret Mead dalam
Almatsier, 2010).
Pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau
konsumsi pangan setiap hari yang meliputi frekuensi makan, porsi makan, dan
a. Faktor genetic
genetic. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga
faktor genetic.
14
b. Faktor lingkungan
termasuk lingkungan dalam hal ini adalah perilaku atau gaya hidup
misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan, serta
c. Faktor psikososial
Apabila penderita memiliki harga diri yang rendah dan sulit mengontrol
perilaku yang bersifat impulsif, maka hal ini yang dapat dilakukan adalah
d. Faktor kesehatan
e. Faktor perkembangan
orang yang mempunyai berat badan normal. Jumlah sel-sel lemat tidak
15
dapat dikurangi, oleh karena itu penurunan berat badan hanya dapat
f. Faktor sosiokultural
g. Faktor psikis
faktor kognitif juga ikut terlibat yaitu karena sering kali kecewa pada
dirinya sendiri ketika gagal mencapai standar tinggi yang tak mungkin
h. Faktor keluarga
ada di keluarga.
16
i. Faktor individu
penyakit ini.
j. Faktor biologis
aktivitas tinggi. Maka jika seseorang tidak melakukan aktivitas fisik yang
mengalami obesitas.
l. Faktor pertumbuhan
agar terbentuk tulang, otot yang kuat, cadangan lemak yang cukup
makanan.
m. Faktor umur
mulai dibedakan.
n. Faktor aktivitas
o. Faktor keadaan
sumber pembentukan sel darah merah antara lain protein, fe, vitamin
sarapan pagi maka seseorang akan mempunyai energy yang cukup untuk
berkativitas pada siang harinya dan dapat memelihara ketahanan fisik dan
dikelompokkan atas setiap hari, sering (2-5 kali seminggu), jarang (1-4
diperoleh seluruh anggota keluarga (ayah, ibu jika bekerja) dibagi dengan
akan dapat menunjang status gizi remaja, karena orang tua dapat
Pola makan yang perlu dicermati adalah tentang frekuensi makan, jenis
makan dan porsi makan (Hudha dalam Bagas, 2016). Pola makan terdiri dari:
19
a. Frekuensi makan
dikatakan baik bila frekuensi makan setiap harinya 3 kali makan utama
atau 2 kali makan utama dan 1 kali makan selingan. Pada umumnya setiap
orang melakukan 3 kali makan utama yaitu makan pagi, siang dan makan
malam. Pola makan yang tidak normal dibagi menjadi 2 yaitu makan
dalam jumlah banyak, dimana orang makan dalam jumlah banyak dan
b. Jenis makanan
makan pagi, makan siang dan makan malam yang terdiri dari makanan
c. Porsi makan
yang dikonsumsi pada tiap kali makan. Jumlah (porsi) makan sesuai
2016). Jumlah (porsi) standar bagi seseorang antara lain: makan pokok
berupa nasi, roti tawar, dan mie instant. Jumlah atau porsi makanan pokok
antara lain: nasi 100gr dan ukuran kecil 60gr. Lauk pauk mempunyai dua
golongan lauk nabati dan lauk hewani, jumlah atau porsi makan antara
20
lain: daging 50gr, telur 50gr, tempe 50gr (dua potong) tahu 100gr (dua
tumbuhan, jumlah atau porsi sayuran dari berbagai jenis masakan sayuran
antara lain: sayur 100gr. Buah merupakan suatu hidangan yang disajikan
1. Definisi
Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24
21 tahun dan terbagi menjadi tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja
menengah ( 15-17 tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini
Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
a. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun
b. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik
Soetjiningsih dalam Bagas (2010), Usia adalah salah satu faktor terjadinya
gastritis, terutama pada masa remaja adalah masa peralihan dari yang sangat
tergantung dengan orang tua ke masa yang penuh tanggung jawab serta
pada masa remaja memiliki kebiasaan tidak sarapan dan biasannya pada gadis
remaja sering terjebak dengan pola makan tidak sehat, menginginkan berat
badan secara cepat bahkan sampai menggangu pola makan. Menurut Baliwati
dalam Bagas (2016), masa remaja adalah masa mencari identitas diri, adanya
keinginan untuk dapat diterima oleh teman sebaya dan mulai tertarik oleh
sarapan dan makan siang atau hanya makan satu hari satu kali.
perkembangan adalah hal-hal yang harus dipenuhi atau dilakukan oleh remaja
secara efektif.
perempuan.
c. Mencapai relasi yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya, baik
dewasa lainnya.
kehidupan keluarga.
pekerjaan).
a. Perkembangan Pribadi
pekerjaan tertentu.
secara efektif.
b. Perkembangan Sosial
Pada usia remaja, terdapat masa transisi yang akan dialami. Masa
transisi tersebut menurut (Gunarsa dalam Eny, 2011) adalah sebagai berikut:
melamun, dan sedih, tetapi dilain sisi akan gembira, tertawa, ataupun
marah-marah.
ikatan pada teman sebaya merupakan teman upaya remaja untuk mandiri
nilai yang dianut orang dewasa. Saat ini remaja mulai meragukan nilai-
nilai yang diterima pada waktu anak-anak dan mulai mencari nilai sendiri.
d. Kerangka Teori
Skema: 2.1
Kerangka Teori
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain
artikel ilmiah, buku dan sumber-sumber lain yang relevan dengan bidang
2020).
Penelitian ini akan melakukan penelitian dengan judul hubungan pola makan
data yang dilakukan di Google dan Google Scholar. Penelitian ini juga
Penelitian ini berjudul hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada
1. Pola Makan
2. Remaja
27
3. Kejadian Gastritis
Selain metode penelusuran, metode ini juga menggunakan kriteria inklusi dan
ditetapkan yaitu:
C. Waktu Penelitian
D. Analisa Data
jurnal original untuk dilakukan analisa secara mendalam. Analisa data yang
P : Patient/Populasi/Sampel
I : Implementasi/Intervensi/Exposure
C : Control/Intervensi Pembanding
O : Outcomes/Hasil
BAB IV
28
data yang dilakukan di google dan google scholar. Penelitian ini juga
Heading).
1. Pola Makan
2. Remaja
3. Kejadian Gastritis
artikel dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi sehingga jumlah artikel
yang dianalisa tersisa 9 artikel, namun ada 32 artikel yang tidak dapat diakses dan
1 artikel ditolak karena tidak sesuai dengan tema penelitian, sehingga tersisa 6
berikut:
mengakibatkan kejadian
gastritisnya tinggi.
2 Hubungan pola makan Penelitian ini Jumlah Kuesioner - Hasil penelitian dari uji
gastritis pada remaja deskriptif analitik penelitian ini hasil p value 0,000
Kabupaten Madiun
3 Hubungan pola makan Metode dalam Populasi dalam Kuesioner - Hasil penelitian
dengan kejadian penelitian ini adalah penelitian ini menunjukan bahwa pola
32
gastritis pada remaja analitik kuantitatif adalah seluruh makan pada remaja
di wilayah kerja dengan menggunakan remaja usia 15- sebagian besar responden
random 2020.
sampling
sehingga
diperoleh
sampel
sebanyak 98
orang.
4 Hubungan Pola Desain penelitian yang Populasi Kuesioner - Hasil penelitian
menunjukan bahwa
Makan Dengan digunakan adalah penelitian
sebagian besar responden
Kejadian Gastritis penelitian studi seluruh santri di
memiliki pola makan
Pada Remaja Korelasional dengan Pondok kurang baik yaitu
sebanyak 52 responden
Syamsu Dwi Wahyuni pendekatan Cross Pesantren Al-
(54,7%) dan sebagian
Pondok Pesantren Al- Sectional Munjiyah.
besar responden terjadi
Munjiyah Durisawo Tehnik gastritis yaitu sebanyak
62 responden (65,3%).
Kelurahan Nologaten pengambilan
Berdasarkan hasil uji
34
dengan kejadian digunakan deskriptif penelitian ini didapatkan hasil uji chi-
Negeri 1 Melonguane
berjumlah 21 responden
baik berjumlah 25
berjumlah 24 responden
berjumlah 22 responden.
kejadian gastritis da
SMA Negeri 1
Melonguane Kabupaten
Kepulauan Talaud .
berdasarkan hasil
penelitian ini
hubungan yang
Negeri 1 Melonguane
Kabupaten Kepulauan
Talaud
6 Hubungan Pola Desain penelitian ini Teknik non - Hasil analisis
37
kelompok serendah-rendahnya
makan sehat
38
6
C. Pembahasan
memiliki pola makan yang tidak teratur dan memakan makanan yang
memiliki pola makan tidak baik dan hampir sebagian responden yaitu 38
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bagas Diatsa
(2016), diketahui bahwa responden dengan pola makan yang buruk sebanyak
20 responden (66,7%), dan responden dengan pola makan yang baik sebanyak
yang buruk 2 kali lipat dengan responden dengan pola makan yang baik, hal
ini dikarenakan responden sering tidak makan satu hari 3 kali, porsi makan
yang terkadang sedikit dan terkadang banyak dan jenis makanan yang
Menurut Hudha dalam Bagas 2016, Pola makan adalah cara atau perilaku
meliputi frekuensi makan, porsi makan, dan jenis makan yang berdasarkan
pola makan yang kurang baik yaitu sebanyak 25 responden dengan presentase
(64,7%), mengalami pola makan yang tidak sehat dan 12 orang (35,2%)
mengalami pola makan yang sehat. Sedangkan dari kelompok control (non
gastritis) sejumlah 22 orang (44,0%) mengalami pola makan yang tidak sehat
(40,3%).
yang memiliki pola makan baik sebanyak 43 santri (45,3%), dan responden
pola makan sangat erat kaitannya dengan kejadian gastritis, gastritis adalah
organ lambung melainkan lebih dipicu oleh pola makan yang buruk sehingga
pola makan yang baik merupakan salah satu cara untuk terhindar dari penyakit
gastritis.
orang (57.1%) terjadi gastritis dan hampir sebagian responden yaitu 48 orang
(36,7%).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yudha Fika
responden (64,7%) dengan memiliki pola makan tidak sehat dan 12 responden
47,8%.
(41,8%).
yang terjadi gastritis sebanyak 62 santri (65,3%), dan responden yang tidak
penyakit gastritis dibandingkan dengan yang tidak mengalami gastritis. Hal ini
analisa data diperoleh nilai chi square (x2) sebesar 43,341 dan nilai p value
antara pola makan dengan kejadian gastritis pada remaja di Wilayah Kerja
uji Spearman pola makan dan kejadian gastritis diperoleh nilai signifikansi
sebesar 0,000 < α (0,050) maka hipotesis kerja h 1 diterima, artinya terdapat
(2019), dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antra pola makan dengan kejadian gastritis pada remaja putri kelas
(2020), pada penelitian ini hasil uji menunjukkan bahwa ada hubungan yang
dari hasil uji statistic spearman rank yang menggunakan SPSS 16.0 dengan
yang artinya ada hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada
Kabupaten Ponorogo.
waktu dalam jumlah yang kecil setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya
glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan
merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi. Bila
seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi
11
jenis makan dan porsi makan) atau berbagai informasi yang memberikan
setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok.
dan preventif dari pihak puskesmas tentang penyakit gastritis, pengobatan dan
digunakan sehingga data informasi yang dibutuhkan penulis terbatas dan dapat
BAB V
A. Kesimpulan
sangat erat kaitannya dengan kejadian gastritis, gastritis adalah penyakit yang
bukan disebabkan oleh gangguan pada organ lambung melainkan lebih dipicu
oleh pola makan yang buruk sehingga pola makan yang baik merupakan salah
makanan yang tidak baik dan tidak melakukan pencegahan gastritis sebagai
Makan dengan Skala Nyeri Pasien Gastritis, perlu adanya peningkatan upaya
B. Saran
1. Bagi Masyarakat
Kepada masyarakat baik itu yang menderita gastritis atau tidak agar
ini
3. Bagi Masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Awan, Dt. (2017). Bagaimana Menyembuhkan Maag Secara Total. Jawa Timur:
HealindonesiaPress.
Bagas. 2016. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Remaja Di
Pondok AL-Hikmah Trayon Karanggede Boyolali. (Online)
http://eprints.ums.ac.id/47262/
Bella, Nurmaidini. 2019. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Gastritis pada
Remaja Di Wilayah Kerja Puskesmas Cipaku Kabupaten Ciamis .
Desty, Eka, Restiana. (2019). Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Gastritis
Pada Remaja Kelas X di Ma Walisongo Kecamatan Kebonsari Kabupaten
Madiun.
Diyono & Mulyani, Sri. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Irianto. Djoko. 2011. Panduan Gizi Lengkap Keluarga Dan Olah Ragawan.
Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Mardalena. Ida. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
pencernaan. Yogyakarta: PT Pustaka Baru.
Margarita, N. dkk, (2019). Anestesiologi dan Terapi Intensif. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
15
Rista, Rumpiati, Syamsu. 2017. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis
Pada Remaja (online)
http://jurnal.csdforum.com/index.php/GHS/article/view/100.
Sarbini Dwi, dkk. (2020). Gizi Geriatri. Surakarta: Muhammadiyah University Press
Syamsu, Dwi, Wahyuni. 2017. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Gastritis
Pada Remaja.
Yudha, Fika, Diliyana. 2020. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Gastritis
Pada Remaja. Journal of Nursing Care and Biomoleculer.
Waspadji, Suyono, Sukardji. 2010. Pengkajian Status Gizi Studi Epidemiologi Dan
Penelitian Di Rumah Sakit. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
16
A. BIODATA
1. Nama : YURLI PABORI
2. Nama Panggilan : Yurli
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Tempat/tanggal lahir : Wailempa 11 Desember 1994
5. Agama : Kristen pantaikosta
6. Alamat : Dusun waelempa kel/ desa: seba-seba kec
waltim
kab luwu
C. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tamat SD Neg 347 Lamasi pantai tahun 2001-2007
2. Tamat SMP Neg 1 Walenrang 2007-2010
3. Tamat SMK Teratai palopo 2010-2013
4. Tamat Akper mappa oudang Makassar 2013-2016
5. Menyelesaikan pendidikan di Stikes kurnia jaya palopo tahun 2020