Anda di halaman 1dari 63

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Kehamilan

1. Pengertian kehamilan

a. Menurut Federasi Obstetri dan Ginekologi Internasional,

kehamilan didefenisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau

implantasi. (Sarwono Prawiharjo, 2014)

b. Kehamilan adalah masa yang dimulai dari konsepsi sampai

lahirnya janin dengan lamanya 280 hari (40 minggu atau 9

bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. (Ai Yeyeh

Rukiyah, 2009:02)

c. Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau

implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan janin intrauteri

mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan

persalinan (Hanafiah, 2008, p. 213)

d. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9

bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.

Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan pertama

dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari


10

bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke-7

sampai 9 bulan (Ratna Dwi Pudi Astuti, 2012).

2. Tanda dan gejala kehamilan

Tanda dan gejala kehamilan menurut dibagi menjadi 3 bagian,

yaitu:

a. Tanda tidak pasti kehamilan

1) Amenorea (tidak dapat haid)

Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil

tidak dapat haid lagi. Dengan diketahuinya tanggal hari

pertama haid terakhir supaya dapat ditaksir umur kehamilan

dan taksiran tanggal persalinan akan terjadi, dengan memakai

rumus Neagie: HT – 3 (bulan + 7). (A. Maryam,dkk, 2012)

2) Mual dan muntah

Biasa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga

akhir triwulan pertama. Sering terjadi pada pagi hari disebut

“morning sickness”. (A. Maryam,dkk, 2012)

3) Mengidam (ingin makanan khusus)

Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, akan

tetapi menghilang dengan makin tuanya kehamilan. (A.

Maryam,dkk, 2012)

4) Pingsan

Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan

padat. Biasanya hilang sesudah kehamilan 16 minggu.


11

5) Anoreksia (tidak ada selera makan) (A. Maryam,dkk, 2012)

Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan

tetapi setelah itu nafsu makan timbul lagi. (A. Maryam,dkk,

2012)

6) Mamae menjadi tegang dan membesar.

Keadaan ini disebabkan pengaruh hormon estrogen dan

progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara.

(A. Maryam,dkk, 2012)

7) Miksi sering

Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih

tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan

hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan,

gejala ini kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala

janin. (A. Maryam,dkk, 2012)

8) Konstipasi atau obstipasi

Ini terjadi karena tonus otot usus menurun yang

disebabkan oleh pengaruh hormon steroid yang dapat

menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.

9) Pigmentasi (perubahan warna kulit). (Prawiroharjo, 2014).

Pada areola mamae, genital, cloasma, linea alba yang

berwarna lebih tegas, melebar dan bertambah gelap terdapat

pada perut bagian bawah. (A. Maryam,dkk, 2012).


12

10)Epulis

Suatu hipertrofi papilla ginggivae (gusi berdarah). Sering

terjadi pada triwulan pertama. (A. Maryam,dkk, 2012)

11)Varises (pemekaran vena-vena)

Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron

terjadi penampakan pembuluh darah vena. Penampakan

pembuluh darah itu terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki

dan betis, dan payudara. (Ida Bagus, 2012)

b. Tanda kemungkinan kehamilan

1) Uterus membesar

Uterus mengalami perubahan dalam bentuk ukuran dan

konsistensinya. Uterus berubah menjadi lunak dan globular.

Teraba balotement, tanda ini muncul pada minggu ke 16-20,

setelah rongga rahim mengalami obliterasi dan cairan amnion

cukup banyak. (A. Maryam,dkk, 2012)

2) Tanda Hegar

Tanda ini berupa perlunakan pada daerah isthimus uteri,

sehingga daerah tersebut pada penekanan mempunyai kesan

yang lebih tipis dan uterus mudah di defleksikan. Dapat

diketahi melalui pemeriksaan bimanual. Tanda ini mulai

terlihat pada minggu ke-6 dan menjadi nyata pada minggu ke

7-8. (A. Maryam,dkk, 2012).


13

3) Tanda Chadwick

Perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada

vulva, vagina, dan serviks. Perubahan warna ini disebabkan

oleh pengaruh hormon estrogen. (Prawiroharjo, 2014).

4) Tanda Piscaseck

Pembesaran uterus pada awal kehamilan biasanya tidak

terjadi secara simetris. Pembesaran asimetris dan penonjolan

salah satu kornu tersebut dapat dikenali melalui pemeriksaan

bimanual pelvic pada usia kehamilan delapan hingga 10

minggu. (Prawiroharjo, 2014).

5) Tanda Braxton-Hicks

Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda khas

untuk uterus dalam masa hamil. Pada keadaan uterus yang

membesar tetapi tidak ada kehamilan misalnya pada mioma

uteri, tanda Braxton-Hicks tidak ditemukan. (Prawiroharjo,

2014).

6) Teraba ballotemen

Merupakan fenomena bandul atau pantulan balik. Ini

adalah tanda adanya janin di dalam uterus. (Prawiroharjo,

2014).

7) Reaksi kehamilan positif

Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya

human chorionic gonadotropin pada kehamilan muda adalah


14

air kencing pertama pada pagi hari. Dengan tes ini dapat

membantu menentukan diagnosa kehamilan sedini mungkin.

(Prawiroharjo, 2014).

c. Tanda pasti kehamilan

1) Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau diraba, juga

bagian-bagian janin.

2) Denyut jantung janin.

3) Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec.

4) Dicatat dan didengar dengan alat Doppler.

5) Dicatat dengan feto-elektro kardiogram

6) Dilihat pada ultrasonograf.

7) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto-ront. (Ida Bagus, 2012)

3. Diagnosa kehamilan

Diagnosa banding kehamilan meliputi:

a. Hamil palsu

Dijumpai tanda dugaan hamil, tetapi dengan pemeriksaan alat

canggih dan tes biologis tidak menunjukkan kehamilan. (dr. Ida

Bagus, 2012).

b. Tumor kandungan atau mioma uteri

Terdapat pembesaran rahim tetapi tidak disertai tanda hamil,

bentuk pembesaran tidak merata dan perdarahan banyak saat

menstruasi. (dr. Ida Bagus, 2012).


15

c. Kista ovarium

Terjadi pembesaran perut tetapi tidak disertai tanda hamil,

datang bulan terus berlangsung, lamanya perbesaran perut dapat

melampaui umur kehamilan, dan pemeriksaan tes biologis

kehamilan dengan tes negatif.

d. Hematometra

Terlambat datang bulan dapat melampaui umur kehamilan,

perut terasa sakit setiap bulan, terjadi tumpukan darah dalam

rahim, tanda dan pemeriksaan hamil tidak menunjukkan hasil yang

positif. (dr. Ida Bagus, 2012).

e. Kandung kemih yang penuh

Dengan melakukan kateterisasi, maka pembesaran perut

akan menghilang. (dr. Ida Bagus, 2012).

4. Perawatan ibu hamil

Perawatan adalah proses menjaga kehamilan mulai dari

diketahui adanya tanda-tanda kehamilan, masa kehamilan sampai

dengan menjelang persalinan, agar ibu dan janin terjaga

keselamatannya dan sehat (Rika Dewi, 2012).

Perawatan ibu hamil berdasarkan, meliputi:

a. Merawat diri selama hamil

b. Cukup istirahat, tidur siang selama 1 jam dan 8 jam pada malam

hari. Posisi tidur yang baik bagi ibu hamil yaitu tidur dengan posisi

miring ke kanan atau ke kiri secara bergantian.


16

c. Makan makanan yang mengandung gizi seimbang

d. Senam hamil yang bermanfaat untuk kelancaran proses

persalinan.

e. Ibu hamil tetap dapat melakukan hubungan seksual seperti biasa

namun perlu berhati-hati pada kehamilan 1-3 bulan dan pada

bulan- bulan terakhir kehamilan.

f. Ibu hamil hendaknya menggunakan pakaian yang longgar dan

memakai kutang/ BH yang sesuai dengan ukuran payudara. (Rika

Dewi, 2012).

5. Kehamilan risiko

Kehamilan risiko adalah keadaan buruk pada kehamilan yang

dapat mempengaruhi keadaan ibu maupun janin apabila dilakukan

tata laksana secara umum seperti yang dilakukan pada kasus normal

(Manuaba, 2010).

Ibu hamil yang berisiko adalah ibu hamil yang mempunyai faktor

risiko dan risiko tinggi (Depkes RI, 2010). Ibu hamil digolongkan

dalam tiga golongan risiko berdasarkan karakteristik ibu. Risiko

golongan ibu hamil meliputi:

a. Ibu hamil risiko rendah

1) Primipara tanpa komplikasi

Primipara adalah wanita yang pernah 1 kali melahirkan

bayi yang telah mencapai tahap mampu hidup (viable).

Kehamilan dengan presentase kepala, umur kehamilan 36


17

minggu dan kepala sudah masuk PAP. (Rika Dewi, 2012).

2) Multipara tanpa komplikasi

Multipara tanpa komplikasi adalah wanita yang telah

melahirkan 2 janin viabel atau lebih. (Rika Dewi, 2012).

3) Persalinan spontan dengan kehamilan prematur dan bayi hidup

Persalinan spontan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37

minggu, tetapi berat badan lahir melebihi 2500 gram. (Rika

Dewi, 2012).

b. Ibu hamil risiko sedang

Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor risiko

tingkat sedang, misalnya ibu yang usia kurang dari 20 tahun atau

lebih dari 35 tahun, tinggi badan kurang dari 145 cm dan lain-lain.

Faktor ini dianggap nantinya akan mempengaruhi kondisi ibu dan

janin, serta memungkinkan terjadinya penyulit pada waktu

persalinan. (Rika Dewi, 2012).

c. Ibu hamil risiko tinggi

Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor-faktor

risiko tinggi, antara lain adanya anemia pada ibu hamil. Faktor

risiko ini dianggap akan menimbulkan komplikasi dan

mengancam keselamatan ibu dan janin baik pada saat hamil

maupun persalinan nanti. (Rika Dewi, 2012).

d. Bahaya yang dapat ditimbulkan akibat ibu hamil dengan risiko

1) Bayi lahir belum cukup bulan


18

2) Bayi lahir dengan BBLR

3) Keguguran (abortus)

4) Partus macet

5) Perdarahan ante partum dan post partum

6) IUFD

7) Keracunan dalam kehamilan

8) Kejang (Prawirohardjo,2014)

e. Pencegahan

Sebagian besar kematian ibu hamil dapat dicegah apabila

mendapat penanganan yang adekuat difasilitas kesehatan.

Kehamilan dengan risiko tinggi dapat dicegah bila gejalanya

ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan

pencegahan antara lain (Rika Dewi, 2012).:

1. Sering memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur,

minimal 4x kunjungan selama masa kehamilan yaitu:

2. Satu kali kunjungan pada triwulan pertama (tiga bulan

pertama)

3. Satu kali kunjungan pada triwulan kedua (antara bulan

keempat sampai bulan keenam)

4. Dua kali kunjungan pada triwulan ketiga (bulan ketujuh sampai

bulan kesembilan). (Rika Dewi, 2012)..

5. Imunisasi TT yaitu imunisasi anti tetanus 2 (dua) kali selama

kehamilan dengan jarak satu bulan, untuk mencegah penyakit


19

tetanus pada bayi baru lahir. (Rika Dewi, 2012)..

6. Bila ditemukan risiko tinggi, pemeriksaan kehamilan harus

lebih sering dan intensif. (Rika Dewi, 2012).).

7. Makan makanan yang bergizi, asupan gizi seimbang pada ibu

hamil dapat meningkatkan kesehatan ibu dan menghindarinya

dari penyakit- penyakit yang berhubungan dengan kekurangan

zat gizi. (Rika Dewi, 2012)..

8. Menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan komplikasi pada

ibu hamil:

a. Berdekatan dengan penderita penyakit menular

b. Asap rokok dan jangan merokok

c. Makanan dan minuman beralkohol

d. Pekerjaan berat

e. Penggunaan obat-obatan tanpa petunjuk dokter/bidan

f. Pemijatan/urut perut selama hamil

g. Berpantang makanan yang dibutuhkan pada ibu hamil. (Rika

Dewi, 2012)..

9. Mengenal tanda-tanda kehamilan dengan risiko tinggi dan

mewaspadai penyakit apa saja pada ibu hamil. (Rika Dewi,

2012).

10. Segera periksa bila ditemukan tanda-tanda kehamilan dengan

risiko tinggi. Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan di

Polindes/bidan. (Rika Dewi, 2012).


20

6. Program antenatal care

Antenatal care adalah cara penting untuk memonitor dan

mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan

kehamilan normal. Pelayanan antenatal atau yang sering disebut

pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan yang di berikan oleh

tenaga profesional yaitu dokter spesialisasi bidan, dokter umum,

bidan, pembantu bidan dan perawat bidan, untuk itu selama masa

kehamilannya ibu hamil dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter

sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan

pelayanan asuhan antenatal.

a. Tujuan antenatal dilakukan antenatal bagi ibu hamil adalah:

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan

ibu dan tumbuh kembang janin

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan

sosial ibu dan janin.

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi

yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit

secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal

mungkin.

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian ASI eksklusif. (Anita, dkk, 2014)


21

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

b. Cara pelayanan antenatal care

Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar

pelayanan antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari :

1) Kunjungan Pertama

a) Catat identitas ibu hamil

b) Catat kehamilan riwayat sekarang

c) Catat riwayat kehamilan dan persalinan lain

d) Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan

e) Pemeriksaan fisik diagnostik dan laboratorium

f) Pemeriksaan obstetrik

g) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)

h) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, kalsium,

multivitamin, dan mineral lainnya serta obat-obatan

khususnya atas indikasi

i) Penyuluhan/konseling.

2) Jadwal kunjungan ibu hamil

Kunjungan antenatal sebaiknya di lakukan paling sedikit 4

kali selama kehamilan

a) Satu kali pada trimester pertama (sebelum 14 minggu).

b) Satu kali pada trimester ke dua (antara minggu 14-28).

c) Dua kali pada trimester ke tiga (antara minggu 28-36


22

minggu dan sesudah minggu ke 36). (Saifuddin, 2014)

3) Jadwal imunisasi TT

Jenis Waktu Lama %

imunisa
TT1 kunjungan
Kunjungan perlind
TT2 4 minggu setelah 3 tahun 80
TT3 6 bulan setelah 5 tahun
TT4 TT1 %
TT5 TT2
1 tahun setelah 25tahun 99
Tabel 2.1: jadwal
TT4imunisasi TT tahun/se %
j) Jadwal kunjungan ulang

1) Kunjungan I (16 minggu) di lakukan untuk:

a) Penapisan dan pengobatan anemia.

b) Perencanaan persalinan.

c) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan

dan

pengobatannya.

2) Kunjungan II (24–28 minggu) dan kunjungan III (32

minggu) dilakukan:

a) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan

pengobatannya.

b) Penapisan pre eklamsia, gemeli, infeksi alat

reproduksi dan saluran perkemihan.

c) Mengulang perencanaan persalinan. (Rika Dewi,

2012).

3) Kunjungan IV (36 minggu sampai lahir):


23

a) Sama seperti kunjungan II dan III.

b) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi.

c) Mengenali tanda-tanda persalinan (Rika Dewi,

2012).

B. Tinjauan tentang Persalinan

1. Defenisi

a. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar

kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan

bantuan atau tanpa bantuan. (Ari dkk, 2013)

b. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi

pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18

jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin. (WHO, 2014)

c. Persalinan nomal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi, yang

mampu hidup, dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Ika

Putri, 2014)

d. Persalian adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)

yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui

jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa

bantuan (kekuatan sendiri). (Ida Bagus, 2012)

2. Etiologi

Sebab-sebab mulainya persalinan adalah sebagai berikut:


24

a. Teori kerenggangan

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalm batas

tertentu setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi

sehingga persalinan di mulai. (Ani, 2013)

b. Teori penurunan progesteron

Progesteron menurun menjadikan otot rahim sensitif

sehingga menimbulkan his dan kontrraksi. (Ani, 2013)

c. Teori oksitosin internal

Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah sehingga

dapat mengakibatkan his. (Ani, 2013)

d. Teori pengaruh prostaglandin

Konsentrasi prostaglndin meningkat pada usia kehamilan 15

minggu yang di keluarkan oleh desidua. Pemberian

prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim

sehingga hasil konsepsi di kelurkan. (Ani, 2013)

e. Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis:

Pemberian kortikotseroid yang dapat menyebabkan

maturitas janin, induksi persalinan.(Ida Bagus, 2012)

f. Plasenta menjadi tua

Dengan tuanya kehamilan, sehingga nutrisi ke janin

berkurang. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi

akan segera dikeluarkan. (Ai Nuraisa, 2012).


25

3. Klasifikasi

Ada 2 klasifikasi persalinan, yaitu berdasarkan cara dan usia

kehamilan.

a. Jenis persalinan berdasarkan cara persalinan

1) Persalinan Normal (spontan)

Persalinan normal dalah proses lahirnya bayi pada letak

belakang kepala (PBK) dengan tenaga ibu sendiri, tanpa

buatan alat-alat serta tidak melalui ibu dan bayi yang umumnya

berlangsung kurang dari 24jam. (Djuhadia, 2010)

2) Persalinan buatan

Adalah proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.

(Djuhadia, 2010)

3) Persalinan anjuran

Adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan

ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan. (Djuhadia,

2010)

b. Menurut usia kehamilan dan berat janin yang dilahirkan

1) Abortus (keguguran)

Adalah berakhirnya suatu kehamilan pada atau sebelum

kehamilan tersbut berusia 22 minggu atau  buah kehamilan

belum mampu untuk hidup di luar kandungan. (Djuhadia, 2010)


26

2) Persalinan prematur

Adalah persalinan degan usia kehamilan 28-36 minggu

degan berat janin kurang dari 2499 gram. (Djuhadia, 2010)

3) Persalinan mature (aterm)

Adalah persalinan dengan usia kehamilan 37-42 minggu

dan berat janin di atas 2500   gram. (Djuhadia, 2010)

4) Persalinan serotinus

Adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih dari

waktu yang diperkirakan. (Djuhadia, 2010).

4. Tanda-tanda adanya persalinan

a. Tanda-tanda persalinan sudah dekat    

1) Lightening

Pada minggu ke-36 pada primigravida terjadi penurunan

fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk PAP yang

disebabkan oleh kontraksi braxton hicks, ketegangan otot

perut, ketegangan ligamentum rotundum, gaya berat janin

kepala ke arah bawah. (Ida bagus, 2012)

2) Terjadinya His Permulaan

Dengan makin tua pada usia kehamilan, pengeluaran

estrogen dan progesteron semakin berkurang sehingga

oksitosin dapat menimbulkan kontraksi, yang lebih sering

sebagai his palsu. Sifat his palsu yaitu rasa nyeri ringan di
27

bagian bawah, datangnya tidak teratur, tidak ada perubahan

pada serviks atau pembawa tanda, durasinya pendek, tidak

bertambah jika beraktifitas. (Ida bagus, 2012)

b. Tanda-tanda masuk dalam persalinan

1) Terjadinya his persalinan

His persalinan mempunyai sifat yaitu pinggang terasa

(sakit yang menjalar ke depan), sifatnya teratur (intervalnya

makin pendek dan kekuatannya semakin besar), kontraksi

uterus menyebabkan perubahan serviks, makin

beraktifitas/jalan (kekuatan makin bertambah). (Ida bagus,

2012)

2) Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui

vagina)

Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks

yang menimbulkan pendataran dan pembukaan. Lendir yang

terdapat pada kanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh

darah pecah yang menyebabkan sedikit perdarahan. (Ida

bagus, 2012)

3) Pengeluaran cairan

Keluar banyak cairan dari jalan lahir. Ini terjadi akibat

pecahnya ketuban atau selaput ketuban robek. Sebagian

besar ketuban pecah menjelang pembukaan lengkap tetapi

kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil. Dengan


28

pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam

waktu 24 jam. (Ida bagus, 2012)

5. Tahapan perlangsungan persalinan

a. Kala I (Pembukaan)

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap). Pasien dikatakan

dalam tahap persalinan kala I, proses ini dibagi menjadi dua fase,

yaitu fase laten (8 jam) dimana serviks membuka sampai 3 cm

dan fase aktif (7 jam) dimana serviks membuka dari 3-10 cm.

Lama kala I untuk primigarvida berlangsung 12 jam

sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve

friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm per jam

dan pembukaan multigravida 2 cm per jam. (Ani, 2013)

b. Kala II (Pengeluaran Bayi)

Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari

pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Proses ini biasanya

berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada

multigravida. Diagnosa persalinan kala II ditegakkan dengan

melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan

sudah lengkap dan kepala janin sudah tampak di vulva dengan

diameter 5-6 cm. (Ani, 2013).


29

c. Kala III (Pelepasan Plasenta)

Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran

plasenta. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan

memperhatikan tanda-tanda sebagai berikut:

1) Uterus menjadi berbentuk bundar

2) Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen

bawah rahim

3) Tali pusat bertambah panjang

4) Terjadi perdarahan. (Ani, 2013)

d. Kala IV (Observasi)

Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran

plasenta selama 1-2 jam. Pada Kala IV dilakukan observasi

terhadap perdarahan pascapersalinan, paling sering terjadi pada

2 jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Tingkat kesadaran pasien.

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, dan

pernafasan.

3) Kontraksi uterus.

4) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal

bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc. (Ani, 2013).

6. Faktor-faktor yang memperngaruhi persalinan


30

a. Faktor power

Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar.

Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan

ialah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan

aksi dari ligament, dengan kerjasama yang baik dan

sempurna.

1) His (kontraksi uterus)

His adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos

rahim bekerja baik dan sempurna dengan sifat-sifat yaitu

kontraksi simetris, fundus dominan, kemudian diikuti

relaksasi. Pada saat kontraksi otot-otot rahim

menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek.

Kavum uteri menjadi lebih kecil  mendorong janin dan

kantong amnion kearah bawah rahim dan servik.

Sifat-sifat lainnya dari his adalah involuntir,

intermiten, terasa sakit, terkoordinasi dan simetris yang

kadang-kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisis,

chemis dan psikis. Dalam melakukan observasi pada ibu

bersalin.

2) Tenaga mengejan

Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban

pecah tenaga yang mendorong anak keluar selain his,

terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding


31

perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intra

abdominal. Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan

waktu kita buang air besar tapi jauh lebih kuat lagi.

(Sinclair, 2009).

7. Asuhan persalinan normal

Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih

dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya

pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan,

hipotermia, dan asfiksia bayi baru lahir. Sementara itu, fokus

utamanya adalah mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini

merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan

menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin

terjadi. (Sarwono, 2014)

Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi

lahir akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru

lahir. Penyesuaian ini sangat penting dalam upaya menurunkan

angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Hal ini dikarenakan

sebagian besar persalina di Indonesia masih terjadi di tingkat

pelayanan kesehatan primer dengan penguasaan keterampilan dan

pengetahuan petugas kesehatan di fasilitas pelayanan tersebut

masih belum memadai. (Sarwono, 2014)

Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan

kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi


32

bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan

lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan

kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.

(Sarwono, 2014)

Kegiatan yang mencakup dalam asuhan persalinan normal,

adalah sebagai berikut:

a. Secara konsisten dan sistematik menggunakan praktik

pencegahan infeksi, misalnya mencuci tangan secara rutin,

menggunakan sarung tangan sesuai dengan yang diharapkan,

menjaga lingkungan yang bersih bagi proses persalinan dan

kelahiran bayi, serta menerapkan standar proses peralatan.

b. Memberikan asuhan rutin dan pemantauan selama persalinan

dan setelah bayi lahir, termasuk penggunaan partograf.

c. Memberikan asuhan sayang ibu secara rutin selama persalinan,

pascapersalinan, dan nifas termasuk menjelaskan kepada ibu

dan keluarganya mengenai proses kelahiran bayi dan meminta

para suami dan kerabat untuk turut berpartisipasi dalam proses

persalinan dan kelahiran bayi.

d. Menyiapkan rujukan bagi setiap ibu bersalin atau melahirkan

bayi.

e. Menghindari tindakan-tindakan berlebihan atau berbahaya,

seperti episiotomi rutin, amniotomi, kateterisasi, dan


33

penghisapan lendir secara rutin sebagai upaya untuk mencegah

perdarahan pascasalin.

f. Memberikan asuhan bayi baru lahir, termasuk mengeringkan dan

menghangatkan tubuh bayi, memberi ASI secara dini, mengenal

sejak dini komplikasi dan melakukan tindakan yang bermanfaat

secara rutin.

g. Memberikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayi baru lahir,

termasuk dalam masa nifas dini secara rutin.

h. Mengajarkan kepada ibu dan keluarganya untuk mengenali

secara dini bahaya yang mungkin terjadi selama masa nifas dan

pada bayi baru lahir.

i. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.

(Sarwono, 2014)

Terdapat lima aspek dasar yang penting dan saling terkait

dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Aspek-aspek

tersebut melekat pada setiap persalinan, baik normal dan patologis.

Aspek tersebut adalah sebagai berikut:

a. Membuat keputusan klinik

b. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi

c. Pencegahan infeksi

d. Pencatatan (Dokumentasi) Rujukan (Sarwono, 2014)

C. Tinjauan Umum tentang Post Partum

1. Pengertian
34

Masa nifas adalah masa dimana pulihnya kembalih alat-alat organ

reproduksi pasca melahirkan.

a. Pengertian menurut ahli

1) Masa nifas adalah masa setelah melahirkan selama 6

minggu atau 40 hari menurut hitungan awam merupakan

masa nifas. Masa ini penting sekali untuk terus dipantau.

Nifas merupakan masa pembersihan rami, sama seperti

masa haid (Sitti, S, : 2009).

2) Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah

kelahiranya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan

(Pusdiknakes, 2003 : 03)

3) Masa Nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Abdul 200 : 122)

4) Masa nifas dinyatakan sebagai masa 6 minggu setelah

melahirkan, merupakan periode penyesuaian setelah

kehamilan yang memungkinkan ibu menyesuaikan setelah

kehamilan dan memungkinkan ibu untuk menyusui dan

tubuh ibu dapat kembali seperti keadaan sebelum hamil

(Raplh 2014 : 273).

2. Tujuan asuhan masa nifas

Adapun tujuan pelaksanaan asuhan masa nifas adalah :


35

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik mau pun

psikologik.

b. Melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi dini,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu yang berkaitan

dengan gizi, menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya.

d. Memberi pelayanan KB (Hesti, 2013 : 2)

3. Tahapan masa nifas

Masa yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :

a. Periode immediate post partum

Masa segera setelah placenta lahir sampai dengan 24 jam.

Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya

pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan

teratu harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,

pengeluaran lochia, tekanan darah, dan suhu.

b. Periode early postpartum (24 jam-1minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusio uteri dalam

keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau

busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan

cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.

c. Periode late postpartum (1 minggu – 5 minggu )


36

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan

pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB (Saleha Sitti, 2009 :

61).

4. Perubahan fisiologi masa nifas

Alat-alat genetelia akan berangsur pulih kembali seperti keadaan

sebelum hamil yang disebut dengan involusio.

a. Uterus

Involusio uterus adalah kembalinya uterus kepada keadaan

sebelum hamil baik dalam bentuk maupun pada posisi. Selain

uterus vagina, ligament uterus dan otot dasar panggul juga

kembali ke adaan sebelum hamil. Setelah kelahiran bayi dan

plasenta terlepas, otot uterus berkontraksi sehingga sirkulasi

darah yang menuju berhenti dan ini disebut dengan iskemia.

Lapisan desidua yang dilepaskan dari dinding uterus disebut

lokia. Endometrium baru tumbuh dan terbentuk selama 10 hari

postpartum dan menjadi sempurna sekitar 6 minggu. Proses

involusio berlangsung sekitar 6 minggu. Selama proses involusio

berlangsung, berat uterus mengalami penurunan dari 1000 gram

menjadi 60 gram, dan ukuran uterus berubah dari 15 x 11 x 7,5

cm menjadi 7,5 x 5 x 2,5 cm. Setiap minggu, berat uterus turun

sekitar 500 gram dan serviks menutup hingga selebar 1 jari.

Proses involusio uterus disertai dengan penurunan tinggi

fundus uteri (TFU). Pada hari pertama TFU diatas simpisis pubis
37

atau sekitar 12 cm. Proses ini terus berlangsung dengan

penurunan TFU 1cm setiap harinya, sehingga pada hari ke-7

TFU berkisar 5cm dan pada hari ke- 10 TFU tidak teraba

disimpisis pubis.

b. Lokia

Lokia keluar dari uterus setelah bayi lahir sampai dengan 3

atau 4 postpartum. Perubahan lokia terjadi dalam 3 tahap, yaitu :

1) Lochea rubra (cruenta)

Lochiostatis cairan sekret yang keluar setelah 2 hari

post partum, berwarna merah, berisi darah segar, sisa –

sisa perobekan dan luka pada plasenta.

2) Lochea sanguinolenta

Cairan secret yang keluar setelah 3-7 hari post partum

berwarna merah kekuningan yang berisi darah dan lendir.

3) Lochea serosa

Cairan sekret yang keluar setelah 7-14 hari post

partum, berwarna kecoklatan yang mengandung darah dan

banyak serum, terdiri dari luekosit dan robekan atau laserasi

plasenta.

4) Lochea alba
38

Cairan sekret yang keluar setelah 2 minggu, warna

lebih pucat, putih kekunigan dan mengandung luekosit,

selaput lender serviks dan selaput jaringan yang mati.

5) Lochea purulenta

Lochea yang keluar apabila terjadi infeksi, dimana

cairan yang keluar berupa nanah berbau busuk. (Riska

Pitriani, 2013)

c. Ovarium dan tuba falopi

Setelah kelahiran plasenta, produksi estrogen dan

progesteron menurun, sehingga menimbulkan mekanisme

timbal-balik dari sirkulasi menstruasi. Pada saat inilah dimulai

kembali proses ovulasi, sehingga wanita dapat hamil kembali.

d. Perubahan sistem pencernaan

Setelah kelahiran plasenta, terjadi pula penurunan produksi

progesteron, sehingga yang menyebabkan nyeri ulu hati

(hearbrun) dan konstipasi, terutama dalam beberapa hari

pertama. : ini terjadi karena inaktivitas motofitas usus akibat

kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan adanya

refleks hambatan defekasi karena adanya rasa nyeri pada

perineum akibat luka episiotomi.

e. Perubahan sistem perkemihan


39

Deurisis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Deurisis

terjadi karena saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini

akan kembali normal setelah 4 minggu postpartum. Pada awal

postpartum, kandung kemih mengalami edema, kongesti, dan

hipotonik. : ini disebabkan oleh adanya overdistensi pada saat

kala dua persalinan dan pengeluaran urine yang tertahan

selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan

oleh adanya trauma saat persalinan berlangsung dan trauma ini

dapat berkurang setelah 24 jam postpartum.

f. Perubahan sistem endokrin

Saat plasenta terlepas dari dinding uterus kadar HCG dan

HPL secara berangsur turun dan normal kembali setelah 7 hari

postpartum HCG tidak terdapat dalam urine ibu setelah 2 hari

postpartum. HPL, adanya bagi terdapat dalam plasma.

g. Perubahan sistem kardiovaskular

Curah jantung meningkat selama persalinan dan

berlangsung sampai kala 3 volume darah uterus dikeluarkan.

Penurunan terjadi pada beberapa hari pertama postpartum dan

akan kembali normal pada akhir minggu ke-3 postpartum.

h. Perubahan sistem hematologi

Leukosit mungkin terjadi selama persalinan, sel darah merah

berkisar 15.000 selama persalinan. Peningkatan sel darah putih

berkisar antara 25.000-30.000 yang merupakan manifestasi


40

adanya infeksi pada persalinan lama. ini dapat meningkat pada

awal nifas yang terjadi bersamaan dengan peningkatan tekanan

darah serta volume plasma dan volume sel darah merah. Pada

2-3 hari postpartum, konstrasi hematokrit menurun sekitar 2%

atau lebih. Total kehilangan darah pada saat persalinan dan nifas

kira-kira 700-1500ml (200-200 ml hilang pada saat persalinan,

500-saat masa nifas)

i. Perubahan tanda vital

Tekanan darah harus dalam keadaan stabil. Suhu turun

secara perlahan, dan stabil pada 24 jam post partum. Nadi

menjadi normal setelah persalinan (Bahiyatun 2012:60-62)

j. Perubahan psikologis masa nifas

Menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu mengalami fase-

fase sebagai berikut :

1. Fase taking in

Fase ini merupakan fase ketergantungan yang

berlangsung dari hari 1-2 setelah melahirkan.

2. Fase taking hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah

melahirkan. Pada fase taking hold, ibu merasa khwatir akan

ketidak mampuan dan rasa tanggung jawab dalam merawat

bayi.

3. Fase letting go
41

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab

barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu

mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.

k. Penanganan masa nifas

1. Anjurkan ibu untuk istrahat

Anjurkan ibu untuk beristirahat setelah persalinan untuk

mencegah kelelahan yang berlebihan dan untuk memulihkan

tenaga yang telah digunakan selama persalinan berlangsung.

2. Personal hygiene

Menganjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama daerah

genetalia dalam upaya pencegahan infeksi.

3. Mobilisasi

Pada proses persalinan banyaknya tenaga yang sudah di

terpakai sehingga lebih mengutamakan istrahat, tidur

telentang pasca persalinan. Kemudian boleh miring kiri dan

kanan, dan pada hari ke 2-3 diperbolehkan duduk dan jalan-

jalan, hari 4-5 diperbolehkan pulang jika keadaan pasien baik

dan normal. Mobilisasi mempunyai variasi, tergantung pada

komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.

4. Gizi

Ibu menyusui harus:

a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori perhari.


42

b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan

protein, mineral, dan vitamin yang cukup.

c) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi

setidaknya setelah 40 hari pasca persalinan.

d) Minum kapsul vitamin A agar memberikan vitamin A

kepada bayinya melalui ASI.

5. Perawatan payudara

Bertujuan untuk melancarkan produksi ASI sehingga bayi

mendapatkan ASI yang sesuai kebutuhan serta meningkatkan

kontraksi uterus dan mencegah perdarahan post partum.

6. Senam nifas

Diskusikan tentang pentingnya mengembalikan otot-otot

perut dan panggul kembali normal dan ibu akan merasa lebih

kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.

7. Hubungan perkawinan / rumah tangga

Secara fisik aman untuk melakukan hubungan suami istri

begitu darah merah berhenti dan tidak merasa nyeri aman

untuk melakukan hubungan suami istri (Bahiyatun, 2009).

D. Tinjauan tentang Bayi Baru Lahir

1. Pengertian

        Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan

pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan

penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-


43

baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka

kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu

tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan

intrauterine ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia

dan faall. Dengan terpisahnya bayi dari Ibu, maka terjadilah awal

proses fisiologik sebagai berikut .

a. Peredaran darah melalui plasenta digantikan oleh aktifitasnya fungsi

paru untuk bernafas (pertukaran oksigen dengan karbondioksida)

b. Saluran cerna berfungsi untuk menyerap makanan.

c. Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan bahan yang tidak terpakai lagi

oleh tubuh untuk mempertahankan homeostasis kimia darah.

d. Hati berfungsi untuk menetralisasi dan mengekskresi bahan racun

yang tidak diperlukan badan.

e. Sistem imunologik berfungsi untuk mencegah infeksi.

f. Sistem kardiovaskular serta endokrin bayi menyesuaikan diri dengan

perubahan fungsi organ tersbut diatas.

2. Penyesuaian pokok yang dilakukan bayi neonatal yaitu

a. Perubahan suhu, dimana ketika di dalam rahim suhu berkisar 100 0F

namun suhu diluar berkisar 600-700F.

b. Bernafas, jika tali pusat diputus maka bayi mulai harus bernafas

sendiri.
44

c. Menghisap dan menelan, bayi sudah tidak dapat lagi mendapat

makanan melalui tali pusat tetapi memperoleh makanan dengan cara

menghisap dan menelan.

d. Pembuangan, ketika bayi dilahirkan barulah alat-alat pembuangan itu

berfungsi.

3. Ciri-ciri bayi neonatal yaitu :

a. Masa neonatal merupakan periode yang tersingkat dari semua

periode perkembangan. Masa ini hanya dimulai dari kelahiran

sampai tali pusat lepat dari pusatnya.

b. Masa neonatal merupakan masa terjadinya penyesuaian yang

radikal. Masa ini dimana suatu peralihan dari lingkungan dalam ke

lingkungan luar.

c. Masa neonatal merupakan masa terhentinya perkembangan. Ketika

periode perinatal sedang berkembang terhenti pada kelahiran.

d. Masa bayi neonatal merupakan pendahuluan dari perkembangan

selanjutnya. Perkembangan individu dimasa depan akan tampak

pada waktu dilahirkan.

e. Masa bayi neonatal merupakan periode yang berbahaya. Masa ini

berbahaya karena sulitnya menyesuaikan diri pada lingkungan yang

baru.

4. Tanda-tanda bayi baru lahir normal

a. Lahir aterm antara 37-42 minggu

b. Berat badan 2.500-4.000 gram


45

c. Panjang badan 48-52 cm

d. Lingkar dada 30-38 cm

e. Lingkar kepala 33-35 cm

f. Lingkar lengan 11-12 cm

g. Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit

h. Pernapasan ± 40-60 x/menit

i. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan yang

cukup

j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya sudah

sempurna

k. Kuku agak panjang dan lemas

l. Nilai APGAR > 7

m. Gerak aktif

n. Bayi lahir langsung menangis kuat. (Nanny Lia Dewi, 2010:1)

o. Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil

pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.

p. Refleks sucking (isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

q. Refleks moro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk

dengan baik

r. Refleks grasping (menggenggam) sudah baik

s. Genitalia

1) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada

pada skrotum dan penis yang berlubang


46

2) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan

uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora.

t. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam

24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan. (Rahayu, Dedeh

Sri, 2009:2-3)

5. Perawatan bayi baru lahir

a. Membersihkan jalan napas

b. Memotong tali pusat

c. Mempertahankan suhu tubuh bayi dan mencegah hipotermi

d. Mencegah terjadinya infeksi. (Rahayu, Dedeh Sri, 2009:3-4)

6. Periode bayi baru lahir

a) Periode I adalah periode reaktivitas pertama yang dimulai pada

saat bayi lahir, berlangsung selama 30 menit pertama setelah lahir.

Pada periode ini bayi terjaga dengan mata terbuka, memberikan

respon terhadap stimulus, menghisap dengan penuh semangat

dan menangis. Kecepatan pernapasan sampai 82 kali, denyut

jantung sampai 180 kali/menit dan bising usus aktif. Jaga bayi agar

tetap hangat dengan menggunakan selimut hangat atau lampu

penghangat diatas kepala.

b) Periode II adalah periode tidur yang tidak berespon yang

berlangsung 30 menit sampai 2 jam setelah lahir. Dalam periode

ini bayi berada dalam tahap tidur yang nyenyak. Denyut jatung

menurun selama periode ini hingga kurang dari 140 kali/menit dan
47

kecepatan pernafasan lambat dan tenang. Bayi mungkin

mengeluarkan mekoneum dan urin. Periode ini berakhir ketika

lendir pernapasan telah berkurang.

c) Periode III merupakan periode reaktivitas kedua atau periode

stabilisasi yang berlangsung 2 sampai 6 jam setelah lahir. Pada

periode ini bayi lebih mudah untuk tidur dan terbangun. Tanda-

tanda vital stabil, kulit berwarna kemerahan dan hangat.

7. Perubahan fisiologis pada bayi baru lahir

a) Pernafasan

Sistem pernapasan adalah sistem yang paling tertantang

ketika perubahan dari lingkungan intrauteri ke lingkungan

akstrauterin, bayi baru lahir harus segera bernapas begitu lahir ke

dunia. Organ yang bertanggung jawab untuk oksiginesi janin

sebelum lahir yaitu plasenta. (Varney, 2007)

b) Suhu

Sesaat sesudah bayi lahir akan beradaptasi di tempat yang

suhunya lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam keadaan

basah, suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36 0C-370C

(Wiknjosastro, 2014)

c) Sistem sirkulasi

Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk

mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh untuk


48

mengantar oksigen kejaringan untuk membuat sirkulasi yang baik

guna mendukung kehidupan luar rahim.

d) Urine

Bayi berkemih hanya sesekali atau dua kali selama 24 jam

pertama. Urine sering disekresikan pada saat lahir dan kejadian ini

mungkin tidak diketahui sesudah hari pertama, ekskresi urine akan

terjadi dengan sering yaitu sekitar 10-12 kali per hari. Mungkin urine

berwarna agak kemerahan akibat kandungan urat didalamnya.

e) Feses

Feses yang berbentuk mekonium berwarna hijau tua yang

telah berada di saluran pencernaan selama janin berumur 16

minggu, akan mulai keluar dalam 24 jam. Pengeluaran ini akan

berlangsung sampai hari ke 2-3. Pada hari ke-4 sampai hari ke-5

warna tinja menjadi coklat kehijau-hijauan.

f) Tali pusat

Pada umumnya tali pusat akan puput pada waktu bayi berumur

6-7 hari. Bila tali pusat puput (lepas) maka setiap sesudah mandi

tali pusat harus dibersihkan dan dikeringkan. Caranya adalah

dengan membersihkan pangkal tali pusat yang ada di perut bayi

dan daerah sekitarnya dengan kassa kering.

8. Penatalaksanaan bayi baru lahir

Penatalaksanaan yang dilakukan segera setelah bayi lahir diataranya

sebagai berikut:
49

a) Membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut :

1) Bayi diletakan dalam posisi terlentang ditempat yang keras dan

hangat.

2) Gulung sepotong kain dan diletakan di bawah bahu sehingga

leher lebih lurus dan kepala tidak menekuk.

3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan

jari tangan yang dibungkus kassa steril.

4) Kedua telapak kaki bayi di tepuk sebanyak 2-3 kali atau gosok

kulit bayi dengan kain kering. (Rukiyah, 2010)

b) Memotong dan merawat tali pusat

Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir. Sebelum

memotong tali pusat pastikan bahwa tali pusat telah diklem dengan

baik untuk mencegah terjadinya perdarahan.

c) Memperhatikan suhu badan bayi

Bayi baru lahir harus di bungkus untuk mempertahankan suhu

tubuh bayi dengan cara :

1) Bayi di bungkus dengan kain hangat.

2) Jangan membiarkan bayi dalam keadaan basah.

3) Jangan memandikan bayi dengan air dingin.

4) Daerah kepala dibungkus dengan memakai topi yang terbuat

dari kain. (Arief, 2009).


50

d) Memberikan vitamin K

Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru

lahir dilaporkan cukup tinggi. Untuk mencegah terjadinya

perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal atau cukup

bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari

(Saifuddin, 2012).

e) Memberi salep mata

Perawatan mata harus dikerjakan segera yang lazim dipakai

adalah larutan perak nitra atau neosporin dan langsung diteteskan

pada mata bayi segera setelah bayi lahir. (Dwi Maryanti, 2011)

f) Identitas bayi

1) Pada alat atau gelang identitas tercantum: Nama (bayi Ny. X),

tanggal lahir, jenis kelamin, berat badan bayi, nama lengkap

ibu. (Saifuddin, 2012)

2) Tempat tidur diberi tanda dengan mencantumkan nama,

tanggal lahir, nomer identitas. (Saifuddin, 2012)

9. Masalah yang sering terjadi pada bayi baru lahir

a) Asfiksia

Adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara

spontan dan teratur setelah lahir (Prawirohardjo, 2014).

b) Ikterus

Adalah suatu gejala yang sering ditemukan pada hari baru lahir.

(Prawirohardjo, 2014)
51

c) Bayi berat lahir rendah

Adalah bayi baru lahir yang berat bandannya saat lahir kurang dari

2500 gram smpai 2499 gram. (Saifuddin, 2012).

d) Tetanus neonaturum

Adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonaturum (bayi

berusia kurang dari 1 bulan) yang disebabkan oleh clorstridium

tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan

menyerang sistem syaraf pusat. (Saifuddin, 2012)

10. Cidera lahir

a) Molding

Bentuk tengkorang yang aismetris bersifat sementara yang

disebabkan oleh proses kelahiran, biasanya partus lama.

(Saifuddin, 2012).

b) Caput succedaneum

Caput succedaneum adalah edema dikulit kepala pada bagian

persentasi kepala. (Prawirohardjo, 2014)

c) Cefal hematoma

Cefal hematoma adalah perdarahan subperiosteal akibat

kerusakan jaringan perosteneum karena tarikan atau tekanan

jalan lahir dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah.

(Prawirohardjo, 2014)
52

E. Tinjauan tentang Kontrasepsi

1. Pengertian

a. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan,

yang dapat bersifat sementara dan dapat pula bersifat permanen.

(Wiknjosastro,H.2007)

b. Kontrasepsi adalah suatu usaha untuk menjarangkan kehamilan

atau merencanakan jumlah dan jarak kelahiran dengan cara

mencegah terjadinya konsepsi dengan menggunakan alat atau

obat – obatan. (Chandranita, 2013)

c. Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat

sementara ataupun menetap, dapat dilakukan tanpa

menggunakan alat mekanis, menggunakan obat/alat, atau dengan

operasi. (Mansjoer,A.2009)

d. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.

Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat

permanen.Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu

variabel yang mempengaruhi fertilitas (Prawirohardjo S, 2014).

2. Macam-macam Kontrasepsi

Terdapat beberapa macam alat kontrasepsi yang dapat digunakan,

antara lain:
53

a. Metode kontrasepsi sederhana

1) Metode kalender

Metode ini didasarkan pada suatu perhitungan yangdiperoleh dari

informasi yang dikumpulkan dari sejumlahmenstruasi secara

berurutan. Untuk mengidentifikasi hari subur,dilakukan pencatatan

siklus menstruasi dengan durasi minimal enam dan dianjurkan dua

belas siklus. Untuk menjamin efektivitas maksimum, metode

kalender sebaiknya dikombinasikan dengan indikator-indikator

lainnya (Glaiser, 2010).

2) Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Menyusui eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi

sementara yang cukup efektif, selama klien belum mendapat haid

dan waktunya kurang dari enam bulan pasca persalinan.Efektifnya

dapat mencapai 98%. MAL efektif bila menyusui lebih dari delapan

kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan perlaktasi (Saifuddin

A.B, 2012).

3) Metode suhu tubuh

Saat ovulasi peningkatan progesteron menyebabkan peningkatan

suhu basal tubuh (SBT) sekitar 0,2°C-0,4°C.peningkatan suhu

tubuh adalah indikasi bahwa telah terjadiovulasi. Selama 3 hari

berikutnya (memperhitungkan waktu ekstra dalam masa hidup sel

telur) diperlukan pantang berhubungan intim.Metode suhu

mengidentifikasi akhir masa subur bukan awalnya (Glaiser, 2010).


54

4) Sanggama terputus (koitus interuptus)

Sengama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional,

dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina

sebelum pria mencapai ejakulasi.Efektifitas bergantung pada

kesediaan pasangan untuk melakukan sengama terputus setiap

pelaksanaanya (angka kegagalan 4 – 18 kehamilan per 100

perempuan) (Saifuddin A.B, 2012).

b. Metode barrier

1) Kondom

Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat dibuat

dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastic (vinil), atau

bahan alami (produksi hewan) yang dipasang padapenis saat

berhubungan seksual.Kondom tidak hanya mencegah kehamilan

tetapi juga mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

Gambar 1. Kondom (Sumber : Arinda, 2012)


55

2) Diafragma

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari

lateks (karet) yang di insersikan ke dalam vagina sebelum

berhubungan seksual dan menutup serviks.

Gambar 2. Diafragma (Sumber : Arinda, 2012)

3) Spermisida

Spermisida adalah bahan kimia (non oksinol-9) digunakan untuk

menonaktifkan atau membunuh sperma.Dikemas dalam bentuk

aerosol (busa), tablet vaginal suppositoria, atau dissolvable film,

dan dalam bentuk krim (Saifuddin A.B, 2012).

c. Metode Kontrasepsi Modern

1) Kontrasepsi pil

Kontrasepsi pil merupakan jenis kontasepsi oral yang harus

diminum setiap hari yang bekerja mengentalkan lendir serviks

sehingga sulit dilalui oleh sperma. Terdapat dua macam yaitu

kontrasepsi kombinasi atau sering disebut pil kombinasi yang

mengandung progesteron dan estrogen, kemudian kontrasepsi


56

pilprogestin yang sering disebut dengan minipil yang

mengandung hormon progesteron.

2) Kontrasepsi implant

Kontrasepsi implan adalah alat kontrasepsi silastik

berisihormon jenis progesteron levonogestrol yang ditanamkan

dibawah kulit, yang bekerja mengurangi transportasi sperma.

Implant memiliki durasi kerja yang sangat panjang (1-5 tahun)

dan efektivitas kontrasepsi yang sangat tinggi tanpa memerlukan

tindakan dari pihak pemakai. Sebagian besar masalah yang

berkaitan dengan pencabutan disebabkan oleh pamasangan yang

tidak tepat, oleh karena itu hanya petugas klinik yang terlatih

(dokter, bidan) yang diperbolehkan memasang maupun mencabut

implant. Untuk mengurangi masalah yang timbul setelah

pemasangan, semua tahap proses pemasangan harus dilakukan

secara hati-hati dan lembut, dengan menggunakan upaya

pencegahan infeksi yang dianjurkan.

Di Indonesia dikenal beberapa jenis implant, yaitu:

(1) Norplant : terdiri dari 6 kapsul silastik lembut berongga dengan

panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36

mg levonorgestrel dan kerjanya 5 tahun.

(2) Implanon : terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang

kira-kira 40 mm dengan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68

mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.


57

(3) Indoplant : terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg

levonorgestrel dengan lama kerjanya 3 tahun.

(4) Sinoplan : terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang

kira-kira 40 mm dengan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68

mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.

(5) Jedena : terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg

levonorgestrel dengan lama kerjanya 3 tahun.

Gambar 5. Implant (Sumber : Arinda, 2012)

3) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)

Alat kontrasepsi dalam rahim adalah alat kontrasepsi yang

dimasukkan dalam rongga rahim wanita yang bekerja menghambat

sperma untuk masuk ke tuba fallopii.(Saifuddin, A.B, 2012).

Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau intra uteri devices

suntikan 3 bulan adalah alat yang bekerja dalam rahim yang

digunakan untuk mencegah pembuahan sel telur oleh sperma.

Macam–macam suntikan 3 bulan yaitu: (Hartanto,H.2004:213)

1) Un-Medicated Lipoes loop: terbuat dari polyethylene (suatu

plastik inner secara biologis) ditambah barium Sulfat. Dapat

dibiarkan in-uteri untuk selama- lamanya sampai menopause,


58

sepanjang tidak ada keluhan bagi akseptor.

2) Medicated suntikan 3 bulan yaitu Copper LNG-20,

mengandung Levonorgesttrel, daya kerja 10 tahun

(Hartanto,H.2004:213).

Gambar 6. AKDR

Sumber : Arinda, 2012

4) Kontrasepsi mantap (KONTAP)

Kontrasepsi mantap merupakan suatu cara permanen baik pada

pria dan pada wanita, dilakukan dengan tindakan operasi kecil

untuk mengikat atau menjepit atau memotong saluran telur

(wanita),atau menutup saluran mani laki-laki (Depkes RI, 2012).

a) Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk

menghentikan fertilisasi (kesuburan) seorang perempuan

secara permanen. Dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat

dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak

dapat bertemu dengan ovum (Saifuddin A.B, 2012, hal MK-8).

(1) Teknik Madlener (Hartanto H, 2010, hal 271-274)


59

(a) Bagian tengah tuba fallopii diangkat sehingga

membentuk suatu loop.

(b) Dasar dari loop dijepit dengan klem kemudian diikat

dengan benang yang tidak diserap .

(2) Teknik irving

a. Tuba fallopii diikat pada 2 tempat dengan benang yang

dapat diserap kemudian dibagi diantara kedua ikatan.

b. Ujung/putung proximal ditanamkan ke dalam

myometrium uterus.

c. Ujung/putung distal ditanamkan ke dalam mesosalpinx.

(3) Teknik pomeroy

a. Bagian tengah tuba falopii dijepit dengan klem lalu

diangkat sehingga membentuk suatu loop.

b. Dasar dari loop diikat dengan benang yang dapat

diserap

c. Bagian loop di atas ikatan dipotong

(4) Teknik parkland

a. Suatu segmen kecil dari tuba fallopii dipisahkan dari

mesosalpinx

b. Masing-masing ujung dari segmen tersebut diikat

dengan benang chromic kemudian dipotong di antara

kedua ikatan dan segmen tuba fallopii dibuang.


60

(5) Teknik fimbriektomi kroener

Bagian 1/3 distal dari tuba fallopii diikat dengan dua ikatan

benang silk dan ujung fimbriae di aksisi.

(6) Teknik ini sangat efektif sebagai prosedur interval

Pada teknik ini tidak didapatkan gangguan suplai darah

dari ovarium.

b) Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan

kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa

deferensial sehingga alur tramsportasi sperma terhambat dan

proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi

(Saifuddin A.B, 2012, hal MK-85).

F. Tinjauan tentang Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian

a. Proses asuhan kebidanan adalah suatu proses masalah yang

dimulai dalam bidang perawatan kebidanan pada tahun 1970. Hal

ini memberi suatu metode pengorganisasian rangkaian pemikiran

dan tindakan dalam urutan logis bagi kedua belah pihak yaitu

pasien dan pelayanan kesehatan. (Soepardan, 2007:96)

b. Manajemen merupakan suatu proses pemecahan masalah dalam

melaksanakan asuhan termasuk asuhan kehamilan yang

mencerminkan satu metode pengaturan atau pengorganisasian

antara pikiran dan tindakan dalam urutan yang logis dan


61

menguntungkan, baik bagi ibu hamil yang diberi asuhan maupun

bidan yang memberi asuhan. (Mandriwati, G.A. 2011, hal. 9)

c. Proses asuhan kebidanan terdiri dari 7 langkah yaitu rangkaian

yang pada waktu tertentu dapat di perbaruhi. Hal ini di mulai

dengan mengumpulkan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi.

Ketujuh langkah yang terdiri dari keseluruhan kerangka kerja yang

dapat di pecah/diubah sebagai batas tugas dan kewajiban, dan ini

sangat bervariasi sesuai dengan bagaimana kondisi klien saat ini.

2. Tahap manajemen kebidanan

a. Langkah I. Pengkajian dan analisa data

Pengumpulan data yang lengkap untuk menilai keadaan klien.

Data ini termasuk riwayat, pemeriksaan fisik atas indikasi

tinjauan keadaan sekarang, riwayat kesehatan yang lalu, hasil

pemeriksaan laboratorium serta data tambahan yang

berhubungan dengan kondisi klien.

b. Langkah II. Identifikasi diagnosa/masalah aktual

Langkah ini dikembangkan dari interpretasi data ke dalam

identifikasi yang spesifik mengenai masalah atau diagnosa

masalah aktual.

c. Langkah III. Identifikasi diagnosa/masalah potensial

Identifikasi diagnosa atau masalah potensial dari

diagnosa/masalah saat sekarang adalah merupakan antisipasi,


62

pencegahan jika memungkinkan menunggu dengan waspada

dan persiapan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi.

d. Langkah IV.Tindakan segera dan kolaborasi

Beberapa data memberikan indikasi adanya situasi emergency

dimana bidan harus bertindak untuk menyelamatkan nyawa ibu

dan janin, misalnya : perdarahan post partum dini, distosia bahu,

bayi dengan apgar score rendah.

e. Langkah V.Rencana asuhan kebidanan

Agar efektif suatu rencana seharusnya di setujui bersama oleh

bidan dan pasien itu sendiri, sebab ada akhirnya si-ibu-lah yang

akan mengimplementasikan renncana itu. Seluruh keputusan

dibuat untuk mengembangkan suatu rencana seharusnya

menggambarkan rasional yang tepat berdasarkan pengetahuan

yang releven.

f. Langkah VI. Implementasi asuhan kebidanan

Langkah ini adalah pelaksanaan rencana tindakan. Hal ini

mungkin di kerjakan sendiri oleh atau anggota tim kesehatan

lainnya.

g. Langkah VII. Evaluasi pada kenyataannya adalah cara untuk

mengelolah apakah rencana yang telah di laksanakan benar

memenuhi kebutuhan pasiennya yaitu kebutuhan yang di

identefikasi pada tahap penentu diagnosa /masalah.


63

3. Pendokumentasian manajemen kebidanan

a. Pengertian

1) SOAP adalah cara mencatat informasi tentang pasien yang

berhubungan dengan masalah pasien yang terdapat pada

catatan kebidanan. (Dewi, Vivian Nanny Lia, 2011, hal. 178)

2) Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian

mengenai asuhan yang telah dan akan dilakukan pada

seorang pasien, di dalamnya tersirat proses berfikir bidan

yang sistematis dalam menghadapi seorang pasien sesuaI

langkah-langkah manajemen kebidanan. (Wifi Nur

Muslihatun, 2011, hal. 247)

3) Pendokumentasian merupakan hal yang tidak terpisahkan

dari asuhan yang diberikan oleh petugas kesehatan salah

satunya melalui POR (Problem Oriented Record) atau

pendokumentasian berdasarkan masalah. (Yeyeh, Ai, 2009,

hal. 176)

4) Menurut thomas (Muslihatun, dkk, 2009), dokumentasi

adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan,

pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan tentang hasil

pemeriksaan, prosedur tindakan, pengobatan pada pasien,

pendidikan pasien, dan respon pasien terhadap semua

asuhan yang telah diberikan.


64

Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian

mengenai asuhan yang telah dan akan dilakukan pada seorang

pasien, di dalamnya tersirat proses berfikir bidan yang sistematis

dalam menghadapi seorang pasien sesuai langkah-langkah

manajeman kebidanan.

Pendokumentasian atau catatan menajemen kebidanan dapat

diterapkan dengan metode SOAP. Dalam metode SOAP, S adalah

data subjektif, O adalah data objektif, A adalah analysis/Assessment

dan P adalah planning. Merupakan catatan yang bersifat sederhana,

jelas, logis dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan

proses pemikiran penatalaksaan manajemen kebidanan. (Wafi Nur

Muslihatun, 2011)

S (Data Subjektif)

Data subjektif (S), merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian

data), terutama data yang diperoleh melalui anamnesis. Data

subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang

pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya

yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan

berhubungan langsung dengan diagnosisi. Data subjektif ini nantinya

akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.


65

Pada pasien yang bisu, di bagian data di belakang huruf “S”,

diberi tanda huruf “O” atau “X”. Tanda ini akan menjelaskan bahwa

pasien adalah penderita tuna wicara. (Wafi Nur Muslihatun, 2011)

O (Data Objektif)

Data objektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Helen Varney pertama (pengkajian data),

terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari

pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan

diagnostik lain. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau

orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini. Data ini akan

memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan

dengan diagnosis. (Wafi Nur Muslihatun, 2011)

A (Assessment)

A (analysis/assessment), merupakan pendokumentasian hasil

analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif.

Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan, karena keadaan

pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan

ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif,

maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Hal ini

juga menuntut bidan untuk sering melakukan analisis data yang

dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan pasien.

Analisis yang tepat yang akurat akan menjamin cepat diketahuinya


66

perubahan pada pasien, sehingga dapat diambil keputusan/tindakan

yang tepat.

Analysis/assessment merupakan pendokumentasian

manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah kedua, ketiga

dan keempat sehingga mencakup hal-hal berikut ini

dignosis/masalah kebidanan, dignosis/masalah potensial serta

perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk

antisipasi diagnosis/masalah potensial. Kebutuhan tindakan segera

harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan, meliputi tindakan

mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien. (Wafi Nur

Muslihatun, 2011)

P (Planning)

Planning/perencanaan, adalah membuat rencana asuhan saat

ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan

hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan

untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin

dan mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus

bisa mencapai kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu

tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu membantu

pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil

kolaborasi tenaga kesehatan lain, antara lain dokter.

Meskipun secara istilah, P adalah planning/perencanaan saja,

namun P dalam metode SOAP ini juga merupakan gambaran


67

pendokumentasian implementasi dan evaluasi. Dengan kata lain, P

dalam SOAP meliputi pendokumentasian manajemen kebidanan

menurut Helen Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh.

Pendokumentasian P dalam SOAP ini, adalah pelaksanaan asuhan

sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan

dalam rangka mengatasi masalah pasien. Pelaksanaan tindakan

harus disetujui oleh pasien, kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan

akan membahayakan keselamatan pasien. Sebanyak mungkin

pasien harus dilibatkan dalam proses implementasi ini. Bila kondisi

pasien berubah, analisis juga berubah, maka rencana asuhan

maupun implementasinya pun kemungkinan besar akan ikut berubah

atau harus disesuaikan.

Dalam planning ini juga harus mencantumkan

evaluation/evaluasi, yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah

diambil untuk menilai efektivitas asuhan/hasil pelaksanaan tindakan.

Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus

ketepatan nilai tindakan/asuhan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai,

proses evaluasi ini menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan

alternatif sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. Untuk

mendokumentasikan proses evaluasi ini, diperlukan sebuah catatan

perkembangan, dengan tetap mengacu pada metode SOAP. (Wafi

Nur Muslihatun, 2011)


68

4. Prinsip dokumentasi kebidanan

a. Reliability

Yaitu kemampuan mengapresiasikan data yang ada, contoh:

1) Bidan dapat mencatat apa yang bisa dicatat

2) Bidan akan mengukur apa yang bisa diukur

Untuk mengapresiasikan data yang ada, seorang bidan

harus melakukan tindakan-tindakan secara terstruktur dan

sistematis sehingga dapat memperoleh informasi yang sejelas-

jelasnya mengenai keadaan/kondisi pasien, serta tindakan-

tindakan medis yang telah dilakukan perencanaan tindakan

medis selanjutnya.

b. Validity

Yaitu keakuratan. Bidan menjelaskan sesuai dengan

keadaan yang sebenarnya. Keakuratan data dapat diperoleh

apabila seorang tenaga medis berpedoman pada prinsip-prinsip

ini:

1) Akurasi

Yaitu mendekati nilai atau sumber data yang ada.

2) Presisi

Yaitu pengukuran data kembali harus sama dengan

pengukuran data sebelumnya.


69

3) Validitas eksternal

Yaitu sampel harus sesuai dengan karakteristik data

populasi yang kita teliti.

4) Validitas internal

Kemampuan dan keahlian orang yang melakukan tugas,

serta sensitivitas dari data diagnostik/ alat laboratorium.

5. Aspek legal dokumentasi kebidanan

Dokumentasi ini dapat dimanfaatkan dalam suatu pengadilan,

apabila ada masalah secara hukum. Tetapi pada kasus dan keadaan

tertentu, pasien boleh mengajukan keberatannya untuk

menggunakan catatan tersebut dalam pengadilan sehubungan

dengan haknya akan jaminan kerahasiaan data.

Pendokumentasian dari asuhan kebidanan di rumah sakit

dikenal dengan istilah rekam medik. Dokumentasi kebidanan

menurut SK Menkes RI No. 749 a adalah berkas yang berisi catatan

dan dokumen yang berisi tentang identitas: anamnese, pemeriksaan,

tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada seseorang

kepada seorang pasien selama dirawat di rumah sakit yang

dilakukan di unit-unit rawat termasuk UGD dan unit rawat inap.

Dokumen berisi dokumen/pencatatan yang memberi bukti dan

kesaksian tentang sesuatu atau sesuatu pencatatan tentang

sesuatu. (Yeyeh, Ai, 2009, hal. 187-188)


70

Dokumentasi dalam KEPMENKES NO. 900:

a. Pasal 22 menjelaskan tentang:

Kelengkapan administrasi

b. Pasal 25 menjelaskan tentang:

1) menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundangan.

2) Memberikan informasi pelayanan yang diberikan

3) Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan

4) Melakukan pencatatan medik dengan baik.

c. Pasal 27 menjelaskan tentang:

Dalam melakukan praktiknya, bidan wajib melakukan pencatatan

dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan. (Yeyeh,

Ai, 2009, hal. 188)

Adapun aspek legal yang lainnya menyangkut:

a. Harus dicantumkan identitas penulis (nama terang dan tanda

tangan).

b. Harus memuat identitas pasien.

c. Harus dicantumkan waktu dan stempel (tanggal dan jam)

d. Stempel (personel dan institusional) (Dewi, Vivian Nanny Lia,

2011, hal. 180)

6. Manfaat dokumentasi kebidanan

Manfaat atau fungsi dari dokumentasi adalah:

a. Sebagai dokumen yang sah

b. Sebagai sarana komunikasi antara tenaga kesehatan


71

c. Sebagai dokumen yang berharga untuk mengikuti

perkembangan dan evaluasi pasien

d. Sebagai sumber data yang penting untuk penelitian dan

pendidikan

Sebagai suatu sarana bagi bidan dalam peranannya sebgai

pembela (advocate) pasien, misalnya dengan catatan yang teliti

pada penkajian dan pemeriksaan awal dapat membantu pasien

misalnya pada kasus penganiayaan, pemerkosaan, yang dapat

membantu polisi dalam pengusutan dan pembuktian. (Rafles, 2011,

hal. 1)

Anda mungkin juga menyukai