Anda di halaman 1dari 76

SKRIPSI

LITERATUR REVIEW: PENGARUH PENDIDIKAN


KESEHATAN TERHADAP TINGKAT
PENGETAHUAN PASIEN TENTANG
PENYAKIT RABIES

Oleh :
MARGIATI
NIM. 01.2016.045

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KURNIA JAYA PERSADA PALOPO
TAHUN 2020
ii

SKRIPSI
LITERATUR REVIEW: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN
TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PASIENTENTANG
PENYAKIT RABIES

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat


Sarjana Keperawatan (S.Kep) Pada Program Studi
Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kurnia Jaya Persada Palopo

Oleh :
MARGIATI
NIM. 01.2016.045

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KURNIA JAYA PERSADA PALOPO
TAHUN 2020
iii

LEMBAR PENGESAHAN

LITERATUR REVIEW: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN


TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG
PENYAKIT RABIES

Disusun Oleh:
MARGIATI
NIM. 01.2016.045
Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Skripsi
Pada tanggal Oktober 2020
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Tim Penguji :

1. dr.Bunadi, M.Kes ( ...................................... )

2. Ns. Rezkiyah Hoesny, S.Kep.M.Kep (……………………………)

3. Agusalim Sunusi, SE, MM (……………………………)

Tim Pembimbing :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ns. Rezkiyah Hoesny, S.Kep.M.Kep Agusalim Sunusi, SE, MM


NIDN. NIDN.

Mengetahui,

Ketua
Program Studi Keperawatan
Profesi Ners

Bestfy Anitasari, S.Kep.Ns.M.Kep.Sp.Kep.Mat


NIDN. 0901128401
iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Margiati

NIM : 01.2016.045

Program Studi : Program Studi Ilmu Keprawatan STIKES Kurnia Jaya

Persada Palopo

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul : “Literatur Review :

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang

Penyakit Rabies”, adalah hasil karya sendiri yang belum pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya tidak terdapat atau pendapat yang yang pernah tertulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan

disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian

atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi

atas perbuatan tersebut.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Palopo, Oktober 2020

Yang Menyatakan

Margiati
NIM. 01.2016.045
v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kahadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat, dan hidayah-Nya yang dilimpahkan dalam bentuk kesehatan dan

kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul

“Literatur Review: Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat

Pengetahuan Pasien Tentang Penyakit Rabies”.

Skripsi ini merupakan upaya dan kerja keras dari penulis untuk

mendapatkan sesuatu yang terbaik. Namun penulis menyadari bahwa didalam

Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, olehnya itu penulis dengan rendah hati

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca dalam rangka

pengembangan bidang keperawatan di masa yang akan datang.

Dalam penyusunan Skripsi ini hingga selesai, penulis banyak mendapat

bantuan dan dukungan oleh berbagai pihak. Olehnya itu, pada kesempatan ini

penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Ibu Ns. Rezkiyah Hoesny, S.Kep.M. Kep, selaku Ketua STIKES Kurnia Jaya

Persada Palopo sekaligus pembimbing 1, atas segala bimbingan dan

perhatiannya untuk meningkatkan ilmu pengetahuan di STIKES Kurnia jaya

Persada Palopo.

2. Ibu Bestfy Anitasari, S.Kep.Ns.M.Kep.Sp.Kep.Mat, selaku Ketua Program

Study Keperawatan Profesi Ners,atas perhatiannya selama penulis menuntut

ilmu di STIKES Kurnia Jaya Persada Palopo.

3. Bapak Agusalim Sunusi, SE, MM, selaku pembimbing II, atas arahan dan

bimbingannya sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.


vi

4. dr. Bunadi, M.Kes, selaku penguji atas arahan dan bimbingannya sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Seluruh dosen dan staf STIKES Kurnia Jaya Persada Palopo atas arahan,

dukungan dan bimbingan serta ilmu pengetahuan yang telah diberikan kepada

penulis.

6. Suami dan anak-anak saya tercinta yang telah memberikan dukungan material

dan spiritual untuk kuliah di S1 Keperawatan STIKES Kurnia Jaya Persada

Palopo kepada saya.

7. Buat sahabat-sahabatku atas segala dorongan dan pengertiannya yang telah

memberikan segalanya kepada penulis selama mengikuti pendidikan.

8. Kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu terima

kasih atas bantuan kalian.

Kepingan ilmu pengetahuan keperawatan sekecil apapun kalau terus diasah

akan bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa meridhoi atas

segala upaya dan usaha hambanya dan memberikan pahala yang setinggi-

tingginya. Aamiin…!

Palopo, …….Oktober 2020

Penulis
vii

ABSTRAK

LITERATUR REVIEW: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN


TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG
PENYAKIT RABIES

Margiati1, Rezkiyah Hoesni2, Agusalim Sunusi3

Pendidikan kesehatan adalah proses membuat orang mampu


meningkatkan kontrol dam memperbaiki kesehatan individu. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behaviour), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek.Rabies merupakan
suatu penyakit zoonosis yaitu penyakit hewan berdarah panas yang ditularkan
kepada manusia dan menyerang susunan saraf pusat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit rabies. Desain
penelitian menggunakan thematic analisis. Subyek penelitian adalah jurnal yang
diterbitkan di google scholar sebanyak 511 jurnal penelitian yang setelah
dimasukkan dalam criteria insklusi dan criteria esklusi diperoleh jumlah sampel
sebanyak 3 jurnal.Teknik pengumpulan data dengan melakukan pengambilan
jurnal di google scholar mengunakan kata kunci pendidikan kesehatan,
pengetahuan dan rabies.
Hasil penelitian ditemukan tema yaitu pendidikan kesehatan sangat
mempengaruhi pengetahuan.
Kesimpulan penelitian yaitu bahwa ketiga jurnal diteliti sejalan dengan
teori bahwa pendidikan kesehatan tentang penyakit rabies sangat berpengaruh terhadap
pengetahuan masyarakat baik melalui penyuluhan, media kalender, flifchart, diskusi,
ceramah maupun melalui media lainnya.

Kata Kunci: Pendidikan Kesehatan, Pengetahuan, rabies.


viii

ABSTRACT

LITERATURE REVIEW: THE EFFECT OF HEALTH EDUCATION ON


PATIENTS 'KNOWLEDGE LEVELS
RABIES DISEASE

Margiati1, Rezkiyah Hoesni2, Agusalim Sunusi3

Health education is the process of enabling people to increase control and


improve individual health. Knowledge or cognitive is a very important domain in
shaping one's actions (overt behavior), attitudes are reactions or responses that are
still closed from a person to a stimulus or object. Rabies is a zoonotic disease,
which is a warm-blooded animal disease that is transmitted to humans and attacks
the central nervous system.
This study aims to determine the effect of health education on the level of
patient knowledge about rabies. The research design used thematic analysis. The
research subjects were 511 journals published in google schoolar which after
being included in the inclusion criteria and exclusion criteria, a total sample size
of 3 journals was obtained. The technique of collecting data is by taking journals
on google scholar using the keywords health education, knowledge and rabies.
The results of the study found that the theme of health education greatly
affects knowledge.
The conclusion of the study is that the two journals studied are in line with
the theory that health education about rabies is very influential on public
knowledge through counseling, calendar media, flifcharts, discussions, lectures
and through other media.

Keywords: Health Education, Knowledge, rabies


ix

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i


HALAMAN SAMPUL DALAM SKRIPSI ............................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ...................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
ABSTRACT ............................................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 6
A. Tinjauan Umum Tentang Pendidikan Kesehatan .................. 6
B. Tinjauan Umum Tentang Rabies ........................................... 22
C. KerangkaTeori ....................................................................... 45
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 47
A. Desain Penelitian .................................................................... 47
B. Prosedur Pengumpulan Data ................................................... 47
C. Waktu Penelitian ..................................................................... 48
D. Analisa Data ............................................................................ 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 49
A. Gambaran Pengambilan Data ................................................ 49
B. Hasil Studi Literatur............................................................... 49
C. Pembahasan ........................................................................... 53
D. Keterbatasan Penelitian.......................................................... 58
E. Implikasi Penelitian ............................................................... 58
x

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 59


A. Kesimpulan ........................................................................... 59
B. Saran ................................................................................. 59
Daftar Pustaka ................................................................................. 60
Dafar Lampiran ................................................................................. 61
xi

DAFTAR TABEL

Skema 2.1 Kerangka Teori Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang


Rawat Luka Dengan Kepatuhan Melaksanakan Standar
Operasional Prosedur Rawat Luka ........................................... 45
Tabel 3.1 Kriteria Inklusi Dan Eksklusi ................................................... 48
Tabel 4.1 Analisis PICOT ........................................................................ 50
xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Virus Rabies............................................................. 24


Gambar 2.2 Negri Body Di Neuron ........................................................... 29
Gambar 2.3 PatogenesisInfeksi Virus Rabies ............................................ 29
Gambar 2.4 Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Tersangka
Rabies..................................................................................... 37
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Rabies merupakan suatu penyakit zoonosis yaitu penyakit hewan

berdarah panas yang ditularkan kepada manusia dan menyerang susunan saraf

pusat.Penyakit ini mendapat perhatian dunia akibat kefatalannya yang sangat

tinggi (hamper 100%).Pada zaman kerajaan Raja Hammurabi (2300SM) telah

disebutkan sebelumnya bahwa rabies merupakan penyakit yang sangat

penting sehingga dituliskan didalam sebuah prasasti pada masa kerajaan

tersebut.Pada masa itu, setiap orang diwajibkan untuk memelihara anjingnya

dengan baik dan apabila ditemukan ada anjing yang gila serta menggigit

manusia hingga menimbulkan kematian, maka sang pemilik anjing akan

dikenakan denda dengan jumlah yang telah ditetapkan oleh pihak kerajaan.

Penyakit rabies tersebar diseluruh dunia dengan kasus dan spesifikasi

vector penular yang berbeda-beda.Terdapat beberapa kota diAmerika Serikat

yang dinyatakan bebas dari rabies, akan tetapi sebagian besar Negara bagian

melaporkan kasus rabies pada binatang.Vektor utama diAmerika Utara adalah

rubah, raccoon, dan kelelawar.Rubah juga menjadi vector utama di Eropa,

sementara diAfrika dan Asia yang menjadi vector utama adalah anjing. Di

Indonesia kasus rabies yang terjadi pada hewan pertama kali dilaporkan pada

tahun 1889 sedangkan kasus pada manusia dilaporkan pada tahun 1894 oleh

E.V.deHan.

Penyakit rabies memiliki dua macam siklus, yakni rabies dilingkungan

pemukiman penduduk (urbanrabies) dan rabies dialam bebas atau hutan


2

(sylvaticrabies). Siklus urban rabies seringkali terjadi pada anjing geladak

yang dibiarkan bebas tanpa pemeliharaan khusus sehingga terkadang anjing

ini menyerang kucing, kera, dan sesekali hewan ruminansia, babi atau hewan

lainnya.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) diketahui bahwa

lebih dari 1,4 miliar orang beresiko untuk terkena infeksi rabies di Asia

Tenggara. Setiap tahunnya 23.000–25.000 penduduk Asia Tenggara

meninggal akibat rabies. Upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi

masalah ini adalah dengan cara meningkatkan vaksinasi pada anjing sebagai

hewan peliharaan. Hal ini telah terbukti di Sri Lanka, dari tahun 1975-2005

jumlah kasus rabies mengalami penurunan seiring dengan peningkatan

vaksinasi pada anjing. Selain itu Dr.Hiroyoshi Endo dalam pertemuan

konsultasi ahli WHO terhadap rabies juga mengemukakan bahwa lebih dari

99% kematian akibat rabies didunia terjadi di Negara berkembang. Mortalitas

akibat rabies di Afrika dan Asia diperkirakan menjadi 55.000 kematian setiap

tahunnya dengan 56% terjadi di Asia dan 44% kematian terjadi di Afrika.

Negara Indonesia termasuk Negara kelima dengan rate kasus kematian

tertinggi akibat rabies di Asia.

Berdasarkan data kementerian kesehatan tahun 2012 dan 2014

diketahui bahwa situasi kasus rabies di Indonesia dari tahun 2012–2014

mengalami penurunan sebesar 49,31%. Jumlah kasus Gigitan Hewan Penular

Rabies (GHPR) tahun 2012 sebesar 84.750 kasus, pada tahun 2013 turun

menjadi 69.136 kasus dan tahun 2014 kembali turun menjadi 42.958 kasus.

Penurunan angka kasus gigitan hewan secara nasional ini sayangnya tidak
3

diikuti dengan penurunan kasus di Provinsi Sumatera ,Sulawesi Selatan,hal ini

disebabkan karena masyarakat Sulawesi Selatan yang hobi berburu babi

dengan anjing peliharaaannya.

Sebagian besar kematian akibat rabies mengakibatkan 1,74 juta

Disability Adjusted Life Year (DALY) yang hilang setiap tahunnya. Sebanyak

0,4 juta DALY terjadi akibat morbiditas dan mortalitas akibat efek samping

vaksin serta dampak psikologi pada penderita yang timbul akibat rasa takut

dan trauma karena gigitan hewan, serta keterlambatan penanganan karena

tidak melapor ke Dinas Peternakan dan Dinas Kesehatan. Hal ini terjadi

karena masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui akibat rabies.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh WelmarPangalo (2014)

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap

pengetahuan penyakit rabies pada pemuda di Kelurahan Malayang 1 Timur

Lingkungan III Kota Manado.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitri Hidayati (2018)

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara skor pre-test dan

post-test pada kelompok ceramah (pengetahuan (p=0,000), sikap (p=0,000))

maupun kelompok buzz group (pengetahuan (p=0,004), sikap (p=0,001)).

Metode ceramah dan metode buzz group tidak berbeda nyata dalam

meningkatkan pengetahuan dan sikap kader (p>0,05).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Putu Mega Wijayanthi

(2019) menggunakan uji Wilcoxondiperolehvalue, kolom Sig. = 0.000 <

Alpha (0.05), itu artinya hipotesa pada penelitian ini diterima, menunjukkan

ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media kalender terhadap perilaku


4

pertolongan pertama gigitan hewan penular rabies.

Ketiga hasil penelitian diatas sama-sama melakukan penelitian tentang

gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat tentang pencegahan penyakit

rabies.Namun pada penelitian tersebut terdapat perbedaan pada hasil

penelitian. Perbedaan pada kedua penelitian diatas membuat peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul“Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Terhadap Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Penyakit Rabies”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat

pengetahuan pasien tentang penyakit rabies?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat

pengetahuan pasien tentang penyakit rabies.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit rabies.

b. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat

pengetahuan pasien tentang penyakit rabies.

D. Manfaat Penelitian

1. Pengembangan Ilmu Keperawatan

Menambah pengetahuan dalam upaya peningkatan kualitas personal

perawat dan sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan perawat


5

tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan pasien

tentang penyakit rabies.

2. Pengembangan Riset

Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai umpan balik

dalam peningkatan pelayanan keperawatan pada pasien tentang pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan pasien tentang penyakit rabies.

3. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan sumber

data bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang

pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan pasien tentang

penyakit rabies.

4. Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan masyarakat

mengerti dan sadar akan pentingnya mencegah dan menghindari penyakit

rabies.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pendidikan Kesehatan

1. Defenisi

Pendidikan kesehatan menurut (Entjang, 1991) adalah merupakan

proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol dan memperbaiki

kesehatan individu. Kesempatan yang direncanakan untuk individu,

kelompok atau masyarakat agar belajar tentang kesehatan dan melakukan

perubahan-perubahan secara sukarela dalam tingkah laku individu.

Effendi, 1997 dalam Wood, 2012 mengemukakan bahwa pendidikan

kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh menguntungkan

secara kebiasaan, sikap dan pengetahuan ada hubungannya dengan

kesehatan perseorangan, masyarakat dan bangsa.Unsur program kedokteran

dan kesehatan yang didalamnya terkandung rencana untuk merubah tingkah

laku seseorang dan masyarakat dengan tujuan untuk membantu tercapainya

program pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan peningkatan

kesehatan.Ini semua dipersiapkan dalam rangka mempermudah diterimanya

secara sukarela perilaku yang untuk meningkatkan dan memelihara

kesehatan.

Pendidikan kesehatan merupakan proses untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan.

Menurut (Notoatmodjo. S, 2017) pendidikan kesehatan dalam keperawatan,

merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandir iuntuk

membantu individu, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi masalah

6
7

kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat

berperan sebagai perawat pendidik.

2. Tujuan

Mubarak, 2009 mengemukakan bahwa pendidikan kesehatan

bertujuan agar seseorang mampu menerapkan masalah dan kebutuhan

mereka sendiri, mampu memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap

masalahnya, dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan

dukungan dari luar dan mampu memutuskan kegiatan yang tepat guna untuk

meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat.

Dalam Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dan WHO

menyebutkan bahwa tujuan pendidikan kesehatan adalah meningkatkan

kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan; baik secara fisik, mental dan sosialnya, sehingga produktif secara

ekonomi maupun sosial, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan;

baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat,

pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya.

Benyamin Bloom, 1908 dalam Notoatmodjo, 2017 hal 127

mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan atau

meningkatkan 3 domain perilaku yaitu1) kognitif (cognitive domain), 2)

afektif (affective domain) dan 3) psikomotor (psychomotor domain).

Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk

pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:


8

a. Pengetahuan/ Knowledge

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan yaitu:

1) Tahu/ Know

Tahu adalah mengingat sesuatu materi atau pelajaran yang

telah dipelajari sebelumnya.

2) Memahami / Comprehension

Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan secara

benar mengenai obyek yang diketahui dan dapat

mengimplementasikan materi tersebut dengan benar dan tepat.

3) Aplikasi/ Aplication

Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata.

4) Analisis/ Analysis

Analisis berarti kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek kedalam komponen, tetapi masih didalam strukt

urorganisasi dan masih ada kaitannya antara yang satu dengan yang

lain.

5) Sintesis/ Synthesis

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.
9

6) Evaluasi/ Evaluation

Evaluasi berarti kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

b. Sikap/ Attitude

Sikap adalah respon atau reaksi yang tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau obyek.

Sikap terdiri dari berbagai fase yaitu:

1) Menerima/ Receiving

Menerima merupakan orang /subyek mau dan memperhatikan

stimulus / obyek yang diberikan.

2) Merespon/ Responding

Memberikan jawaban apa bila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan indikasi dari sikap.

3) Menghargai/ Valuing

Menghargai yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah.

4) Bertanggung Jawab / Responsible

Sikap yang paling tinggi yaitu bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.

c. Praktikatau Tindakan / Practice

1) Persepsi/ Perception
10

Memilih serta mengenal berbagai obyek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat

pertama.

2) ResponTerpimpin/ Guided response

Indikator praktik tingkat dua yaitu dapat melakukan sesuatu

sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.

3) Mekanisme/ Mecanism

Praktik tingkat tiga yaitu apabila seseorang sudah dapat

melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu

sudah merupakan kebiasaan.

4) Adopsi/ Adoption

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah

berkembang secara baik. Artinya tindakan sudah dimodifikasi tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

3. Ruang Lingkung Pendidikan Kesehatan

Menurut (Notoatmodjo. S, 2009 hal 27) ruang lingkup pendidikan

kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, yaitu: dimensi aspek

kesehatan, dimensi tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan dan dimensi

tingkat pelayanan kesehatan.

a. Aspek Kesehatan

Kesehatan masyarakat itu mencakup empat aspek pokok yaitu:

1) Promosi/ Promotif

2) Pencegahan / Preventif

3) Penyembuhan/ Kuratif
11

4) Pemulihan/ Rehabilitatif

b. Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

Menurut dimensi pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat

dikelompokkan menjadi lima yaitu:

1) Pendidikan kesehatan pada tatanan keluarga / rumah tangga

2) Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah, dilakukan di sekolah

dengan sasaran murid / siswa.

3) Pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan sasaran buruh atau

karyawan.

4) Pendidikan kesehatan di tempat umum, yang mencakup stasiun,

terminal bus,bandar udara, tempat olahraga dan sebagainya.

5) Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan, seperti:

Rumah Sakit, Puskesmas, rumah bersalin, Poliklinik dan sebagainya.

c. Tingkat Pelayanan Kesehatan

Dimensi tingkat pelayanan kesehatan pendidikan kesehatan dapat

dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan sebagai berikut;

1) Promosi kesehatan seperti perbaikan sanitasi lingkungan, peningkatan

gizi dan kebiasaan hidup.

2) Perlindungan khusus seperti program imunisasi.

3) Diagnosis dini dan pengobatan segera.

4) Pembatasan cacat seperti kurangnya pengertian dan kesadaran

masyarakat akan kesehatan dan penyakit seringkali menyebabkan


12

masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas,

sedangkan pengobatan yang tidak sempurna dapat mengakibatkan

orang yang bersangkutan menjadi cacat.

5) Rehabilitasi / pemulihan

d. Pentingnya Pendidikan Kesehatan

Kita yang sudah diajarkan pentingnya kesehatan sejak menginjak

pendidikan sekolah dasar sampai sekolah menengah atas.Sehingga ketika

kita dewasa, kita mengetahui mana yang bermanfaat bagi kesehatan dan

mana yang bisa menyebabkan penyakit. Ada beberapa alas an mengapa

pendidikan kesehatan itu penting dan perlu diberikan yaitu:

1) Terbentuknya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat,

dalam memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat serta peran

aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

2) Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga dan masyarakat

yang sesuai dengan metode hidup sehat baik fisik, mental dan social

hingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.

3) Agar seseorang mampu mengimplmentasikan masalah dan kebutuhan

mereka sendiri, mampu memahami apa yang dapat mereka lakukan

terhadap masalahnya, dengan sumber daya yang ada pada mereka

ditambah dengan dukungan dari luar dan mampu memutuskan

kegiatan yang tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan

kesejahteraan masyarakat.

e. Konsep Pembelajaran Pendidikan Kesehatan


13

Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan

dibidang kesehatan. Konsep dasar pendidikan adalah proses belajar yang

berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan,

perkembangan maupun perubahan yang lebih dewasa, lebih baik dan

lebih matang pada diri individu, kelompok dan masyarakat. Berangkat

dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai makhluk social dalam

kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup didalam masyarakat

selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan yang

berarti lebih dewasa, lebih pandai, lebih mampu dan lebih tahu. Dalam

mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok dan masyarakat

tidak terlepas dari kegiatan belajar dan terus belajar.

Seseorang dikatakan belajar bila didalam dirinya terjadi

perubahan dari tidak dapat mengerjakan menjadi dapat mengerjakan

sesuatu dan dari tidak tahu menjadi tahu.

Kegiatan belajar mempunyai ciri-ciri:

1) Belajar merupakan kegiatan yang menghasilkan perubahan diri pada

individu, kelompok dan masyarakat yang sedang belajar, baik actual

maupun potensial.

2) Hasil belajar adalah perubahan tersebut di dapatkan karena

kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relatif lama.

3) Perubahan itu terjadi karena suatu usaha serta disadari bukan karena

kebetulan.

4) Bertolak dari konsep pendidikan, maka konsep pendidikan kesehatan

itu juga proses belajar pada individu, kelompok dan masyarakat dari
14

tidak mampu mengatasi masalah kesehatannya sendiri menjadi

mampu,dari tidak tahu tentang norma kesehatan menjad itahu.

Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk

membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan

kemampuan (perilaku) mereka untuk mencapai kesehatan mereka secara

optimal.

f. Ilmu Bantu Pendidikan Kesehatan

Suatu ilmu secara sadar atau pun tidak sadar memerlukan ilmu

lain sebagai alat bantunya. Ilmu pendidikan yang mempunyai tujuan

akhir pada perubahan tingkah laku manusia memerlukan banyak sekali

ilmu bantu sesuai dengan aspek yang mempengaruhi tingkah

laku. Perilaku manusia cenderung bersifat holistik / menyeluruh. Sebagai

arah analisis, perilaku manusia tersebut dapat dibagi menjadi 3 aspek,

yakni aspek fisiologi, psikologi dan social dimana ketiga aspek tersebut

sulit dibedakan dalam pengaruh dan kontribusi pembentukan perilaku

manusia.

Ilmu yang mempelajari factor tersebut di atas antara lain

antropologi, psikologi, komunikasi sosiologi dan sebagainya. Oleh

karena itu untuk menganalisis dan memecahkan masalah kesehatan dari

segi edukatif, sebenarnya adalah menganalisis dan memecahkan masalah

tingkahlaku individu dan masyarakat yang berhubungan dengan

kesehatan mereka. Umumnya tingkah laku itu dijabarkan di dalam 3

bentuk, yakni knowledge, attitude dan practice.Sehingga apabila kita

melihat masalah kesehatan dengan kacamata edukatif maka yang tampak


15

adalah bagaimana sikap pengetahuan dan kebiasaan hidup dari

masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhi serta cara

pemecahannya.

g. Prinsip-Prinsip Pendidikan Kesehatan

1) Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas, tetapi

merupakan kumpulan pengalaman dimana dan kapan saja sepanjang

dapat mempengaruhi pengetahuan sikap dan kebiasaan sasaran

seseorang.

2) Pendidikan kesehatan tidak dapat dengan mudah diberikan oleh

seseorang kepada orang lain, karena pada akhirnya sasaran pendidikan

itu sendiri yang dapat mengubah kebiasaan dan tingkah laku

seseorang.

3) Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap

dan tingkah lakunya.

4) Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan yaitu

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sudah mengubah sikap

dan tingkah lakunya.

h. Peranan Pendidikan Kesehatan

Lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap status

kesehatan disusul oleh perilaku mempunyai andil nomor dua sedangkan

pelayanan kesehatan mempunyai andil kecil terhadap status kesehatan.

Perilaku itu dilatar belakangi atau dipengaruhi 3 faktor pokok

yakni:
16

1) Faktor prediposisi

2) Faktor yang mendukung

3) Faktor yang memperkuat atau mendorong

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan

pendidikan kesehatan yaitu melaksanakan intervensi factor perilaku

sehingga perilaku individu kelompok dan masyarakat sesuai dengan nilai

kesehatan. Dengan kata lain pendidikan kesehatan adalah suatu usaha

untuk menyediakan kondisi psikologis dari sasaran/ objek agar mereka

berperilaku sesuai dengan tuntutan dan nilai-nilai kesehatan.

i. Proses Pendidikan Kesehatan

Proses belajar adalah pokok dari pendidikan kesehatan. Kegiatan

belajar terdapat tiga persoalan, yaitu:

1) Persoalan Masukan/ Input

Persoalan masukan dalam pendidikan kesehatan adalah

menyangkut sasaran belajar / sasaran didik yaitu individu, kelompok

dan masyarakat yang sedang belajar itu sendiri dengan berbagai latar

belakang yang berbeda.

2) Persoalan Proses

Persoalan proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya

perubahan kemampuan / perilaku pada diri seseorang belajar. Di

dalam proses ini terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai faktor,

yaitu: subjek belajar, pengajar atau fasilitator,alat bantu belajar dan

materi atau bahan yang dipelajari, metode dan teknik belajar.

3) Keluaran/ Output
17

Keluaran/ output adalah hasil belajar itu sendiri yaitu berupa

kemampuan atau perubahan perilaku dari subjek belajar.

Faktor yang mempengaruhi proses belajar ini kedalam empat

kelompok besar, yakni: 1) Faktor materi / bahan mengajar. 2)

Lingkungan. 3) Instrumental dan 4) Subjek belajar.Faktor instrumental

ini terdiri dari perangkat keras/ hardware seperti perlengkapan belajar

dan alat-alat peraga dan perangkat lunak/ software seperti fasilitator

belajar, metode belajar, organisasi dan sebagainya.

j. Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan bisa berlangsung diberbagai tempat

sehingga dengan sendirinya sasarannya juga berbeda. Misalnya:

1) Pendidikan kesehatan di lingkungan keluarga

2) Pendidikan kesehatan di linkungan sekolah, dilakukan di sekolah

dengan sasaran guru dan murid, yang pelaksanaannya diintegrasikan

dalam upaya kesehatan sekolah (UKS)

3) Pendidikan kesehatan di lingkungan pelayanan kesehatan, dilakukan

di Puskesmas, balai kesehatan, rumah sakit umum maupun khusus

dengan sasaran pasien dan keluarga pasien.

4) Pendidikan kesehatan di lingkugan tempat kerja dengan sasaran buruh

atau karyawan

5) Pendidikan Kesehatan di tempat umum, misalnya pasar, terminal,

bandar udara, tempat-tempat pembelanjaan, tempat tempat olah raga,

taman kota dan sebagainya.

k. Aspek Sosial Budaya Dalam Pendidikan Kesehatan


18

Aspek budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan yaitu:

1) Persepsi Masyarakat Terhadap Sehat Dan Sakit

Masyarakat mempunyai batasan sehat atau sakit yang berbeda

dengan konsep sehat dan sakit versi system medis modern misalnya

penyakit disebabkan oleh makhluk halus, guna-guna dan dosa.

2) Kepercayaan

Kepercayaan dalam masyarakat sangat dipengaruhi tingkah

laku kesehatan,beberapa pandangan yang berasal dari agama tertentu

kadang-kadang berpengaruh negative terhadap program di bidang

kesehatan. Sifat fatalism adalah ajaran atau faham bahwa manusia

dikuasai oleh nasib.Contoh, orang-orang Islam di pedesaan

menganggap bahwa penyakit adalah cobaan dari Tuhan dan kematian

adalah kehendak Allah SWT.Sehingga akan sulit menyadarkan

masyarakat untuk melakukan pengobatan saat sakit.

3) Pendidikan.

Masih banyaknya masyarakat yang berpendidikan rendah,

petunjuk tentang kesehatan sering sulit ditangkap apabila cara

menyampaikannya tidak disesuaikan dengan tingkat pendidikan

masyarakat.

4) Nilai Kebudayaan

Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa

yang mempunyai perbedaan dalam memberikan nilai pada satu obyek

tertentu. Nilai kebudayaan ini mengarahkan pada cara hidup, persepsi

masyarakat terhadap kebutuhan dan pilihan mereka untuk bertindak.


19

Contoh:

Wanita sehabis melahirkan tidak boleh memakan ikan karena

air susu ibu akan menjadi amis. Di New Guinea, pernah terjadi wabah

penyakit kuru. Penyakit ini menyerang susunan saraf otak dan

penyebabnya adalah virus dimana penderita hanya terbatas pada

anak-anak dan wanita,setelah dilakukan penelitaian ternyata penyakit

ini menyebar karena adanya tradisi kanibalisme.

a) Etnosentris

Etnosentris adalah sikap yang memandang kebudayaannya

sendiri yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan

pihak lain.

b) Etnosentrisme

Etnosentrisme adalah sikap atau pandangan yang

berpangkal pada masyarakat dan kebudayaan sendiri, biasanya

disertai dengan sikap dan pandangan yang meremehkan masyarakat

dan kebudayaan lain. Seperti contoh, Seorang perawat, dokter dan

petugas kesehatan menganggap dirinya yang paling tahu tentang

kesehatan, sehingga merasa dirinya berperilaku bersih dan sehat

sedangkan masyarakat lain tidak berperilaku sehat. Selain itu,

budaya yang diajarkan sejak awal seperti budaya hidup bersih

sebaiknya mulai diajarkan sejak awal atau sejak masih anak-anak

karena nantinya akan menjadi nilai dan norma dalam masyarakat.

5) Norma
20

Norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat warga

kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan dan

pengendali tingkah laku yang sesuai dan diterima oleh masyarakat.

Terjadi perbedaan norma (sebagai standar untuk menilai perilaku)

antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Masyarakat

menetapkan perilaku yang normal atau normative serta perilaku yang

tidak normatif. Contohnya,

Bila seorang wanita sedang sakit, harus diperiksa oleh dokter

wanita pula dan masyarakat memandang lebih bergengsi

mengkonsumsi beras putih daripada beras merah, padahal mereka

mengetahui bahwa vitamin B1 yang terdapat pada beras merah lebih

tinggi daripada di beras putih.

6) Inovasi Kesehatan

Kehidupan social masyarakat selalu berubah dan perubahan

selalu dinamis, artinya setiap perubahan akan diikuti perubahan kedua,

ketiga dan seterusnya. Petugas kesehatan jika akan melakukan

perubahan perilaku kesehatan harus mampu menjadi contoh dalam

perilakukanya dikehidupan sehari-hari. Ada anggapan bahwa petugas

kesehatan merupakan contoh dari perilaku hidup bersih sehat, bahkan

diyakini bahwa perilaku kesehatan yang baik adalah kepunyaan atau

hanya petugas kesehatan yang benar.


21

4. Aspek Sosial Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan

a. Penghasilan/ Income

Masyarakat yang berpenghasilan rendah menunjukkan angka

kesakitan yang lebih tinggi serta angka kematian bayi dan kekurangan

gizi yang tinggi.

b. Jenis Kelamin/ Sex

Wanita cenderung lebih sering memeriksakan kesehatan kedokter

perempuan dari pada ke dokter laki-laki.

c. Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan berpengaruh besar terhadap jenis penyakit yang di

derita pekerja.

d. Self Concept

Menurut Merriam-Webster adalah: “the mental image one has of

oneself yaitu gambaran mental yang dipunyai seseorang tentang dirinya.

Self concept ditentukan oleh tingkat kepuasan atau ketidak puasan yang

kita rasakan terhadap diri kita sendiri. Self concept adalah faktor yang

penting dalam kesehatan, karena mempengaruhi perilaku seluruh lapisan

masyarakat dan perilaku petugas kesehatan.

e. Image Kelompok

Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image

kelompok.Perilaku anak cenderung merefleksikan dari kondisi

keluarganya.

f. Identitas Individu pada Kelompok


22

Identifikasi individu kepada kelompok kecilnya sangat penting

untuk memberikan keamanan psikologis dan kepuasan dalam pekerjaan

mereka. Inovasi akan berhasil bila kebutuhan social masyarakat

diperhatikan.

B. Tinjauan Umum Tentang Rabies

1. Pengertian

Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit hewan yang

disebabkan oleh virus, bersifat akut serta menyerang susunan sarafpusat.

Hewan berdarah panas dan manusia.Rabies bersifat zoonosis artinya

penyakit tersebut dapat menular dari hewan ke manusia dan menyebabkan

kematian pada manusia dengan CFR (Case Fatality Rate) 100%. Virus

rabies dikeluarkan bersama air liur hewan yang terinfeksi dan disebarkan

melalui luka gigitan atau jilatan.

2. Sejarah Rabies

Rabies merupakan penyakit hewan yang sangat terkenal, bahkan

sudah dikenal sejak ribuan tahun sebelum masehi. Prasasti rabies yang

berisikan aturan denda bagi pemilik anjing, yang positif rabies menggigit

manusia hingga mati telah dibuat pada zaman kekuasaan raja Hamurabi

(2300 SM). Rabies pada anjing dan kucing telah digambarkan oleh

Democritus (500 SM) dan Aristoteles (322 SM), Celcus (100 tahun sesudah

masehi) untuk pertama kalinya memperkenalkan hubungan antara gejala

takut air (hidrofobia) pada manusia dengan rabies pada hewan.

Di Indonesia rabies pertama kali dilaporkan pada kerbau oleh Esser

(1884), kemudian oleh Penning pada anjing (1889) dan oleh E.V. De Haan
23

pada manusia (1894), selanjutnya selama pendudukan Jepang situasi daerah

tertular rabies tidak diketahui dengan pasti, namun setelah Perang Dunia II

peta rabies di Indonesia berubah. Secara kronologis tahun kejadian penyakit

rabies mulai di Jawa Barat (1948), Sumatera Barat, Jawa Tengah dan

JawaTimur (1953), Sumatera Utara (1956), Sulawesi Selatan dan Sulawesi

Utara (1958), Sumatera Selatan (1959), D.I. Aceh (1970), Jambi dan

Yogyakarta (1971), Bengkulu, DKI Jakarta dan Sulawesi Tenggara (1972),

Kalimantan Timur (1974), Riau (1975), Kalimantan Tengah (1978),

Kalimantan Selatan (1983) dan P. Flores (1997).

Pada akhirtahun 1997, KLB (Kejadian Luar Biasa) rabies muncul di

Kab.Flores Timur-NTT sebagai akibat pemasukan secara illegal anjing dari

pulau Buton-Sulawesi Tenggara yang merupakan daerah endemik

rabies.Sampai dengan saat ini selain beberapa provinsi di kawasan Timur

Indonesia yang tersebut diatas pulau-pulau kecil di sekeliling Pulau

Sumatera masih dinyatakan bebas rabies.

3. Etiologi

Virus rabies merupakan virus RNA, termasuk dalam familia Rhabdo

viridae, genus Lyssa.Virus berbentuk peluru atau silindris dengan salah satu

ujungnya berbentuk kerucut dan pada potongan melintang berbentuk bulat

atau elip (lonjong).

Virus tersusun dari ribo nukleokapsid dibagian tengah, memiliki

membrane selubung (amplop) dibagian luarnya yang pada permukaannya

terdapat tonjoloan (spikes) yang jumlahnya lebih dari 500 buah. Pada

membrane selubung (amplop) terdapat kandungan lemak yang tinggi.


24

Virus berukuran panjang 180 nm, diameter 75 nm, tonjolan

berukuran 9 nm, dan jarakantara spikes 4-5 nm. Virus peka terhadap sinar

ultraviolet, zat pelarut lemak, alkohol 70 %, yodium, fenol dan

klorofrom.Virus dapat bertahan hidup selama 1 tahun dalam larutan gliserin

50 %. Pada suhu 600 C virus mati dalam waktu 1 jam dan dalam

penyimpanan kering beku (freezedried) atau pada suhu 40C dapat tahan

selama bebarapa tahun.

Gambar 2.1
Struktur Virus Rabies

4. Masa Inkubasi

Masa inkubasi rabies pada anjing 10 – 15 hari, dan pada hewan lain

3-6 minggu kadang-kadang berlangsung sangat panjang 1-2 tahun.Masai

nkubasi pada manusia yang khas adalah 1-2 bulan tetapi bisa 1 minggu atau

selama beberapa tahun (mungkin 6 tahun atau lebih).Biasanya lebih cepat

pada anak-anak dari pada dewasa.Kasus rabies manusia dengan periode

inkubasi yang panjang (2 sampai 7 tahun) telah dilaporkan, tetapi jarang

terjadi.

Masa inkubasi bisa tergantung pada umur pasien, latar belakang

genetik, status immun, strain virus yang terlibat, dan jarak yang harus
25

ditempuh virus dari titik pintu masuknya kesusunan saraf pusat. Masa

inkubasi tergantung dari lamanya pergerakan virus dari luka sampai ke otak,

pada gigitan dikaki masa inkubasi kira-kira 60 hari, pada gigitan di tangan

masa inkubasi 40 hari, pada gigitan di kepala masa inkubasi kira-kira 30

hari.

5. GejalaKlinis

a. Gejala Pada Hewan

Gejala klinis pada hewan dibagi menjadi tiga stadium yaitu:

1) Stadium Prodromal

Keadaan ini merupakan tahapan awal gejala klinis yang dapat

berlangsung antara 2-3 hari. Pada tahap ini akan terlihat adanya

perubahan temperamen / emosi yang masih ringan. Hewan mulai

mencari tempat-tempat yang dingin dan gelap, menyendiri, reflek

kornea berkurang, pupil melebar dan hewan terlihat acuh terhadap

tuannya.Hewan menjadi sangat perasa, mudah terkejut dan cepat

berontak bila ada provokasi.Dalam keadaan ini perubahan perilaku

hewan yang terinfeksi rabies mulai diikuti oleh kenaikan suhu badan.

2. Stadium Eksitasi

Tahap eksitasi berlangsung lebih panjang daripada tahap

prodromal, bahkan dapat berlangsung selama 3-7 hari. Hewan mulai

garang, menyerang hewan lain ataupun manusia yang dijumpai dan

hipersalivasi/ menegularkan air liur. Dalam keadaan tidak ada

provokasi hewan menjadi murung terkesan lelah dan hewan akan

selalu tampak seperti ketakutan.Hewan mengalami fotopobi atau takut


26

melihat sinar sehingga bila ada cahaya akan bereaksi secara berlebihan

dan tampak ketakutan.

3. Stadium Paralisis.

Tahap paralisis ini dapat berlangsung dengan singkat, sehingga

sulit untuk dikenali atau bahkan tidak terjadi dan langsung berlanjut

pada kematian.Hewan mengalami suara parau, sempoyongan,kesulitan

menelan dan berakhir lumpuh dan mati.

b. Pada Manusia

Gejala klinis pada manusia dibagi menjadi empat stadium yaitu:

1) Stadium Prodromal

Gejala awal yang terjadi pada stadium ini sewaktu virus

menyerang susunan saraf pusat adalah malaise, mual, sakit kepala,

gatal, merasa seperti terbakar, kedinginan, kondisi tubuh lemah,

perasaan gelisah, demam, dan rasa nyeri di tenggorokan selama

beberapa hari.

2) Stadium Sensoris

Pada stadium ini penderita merasa panas disertai kesemutan

pada tempat bekas luka, merasa nyeri, kemudian disusul dengan gejala

cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap rangsangan sensoris.

3) Stadium Paralis
27

Pada stadium ini tonus otot-otot akan aktivitas simpatik

menjadi meninggi dengan gejala berupa eksitasi atau ketakutan

berlebihan, rasa haus, ketakutan terhadap rangsangan cahaya, tiupan

angin atau suara keras. Umumnya selalu merintih sebelum kesadaran

hilang, penderita menjadi bingung, gelisah, rasa tidak nyaman dan

ketidak beraturan. Kebingungan menjadi semakin hebat dan

berkembang menjadi argresif, halusinasi dan selalu ketakutan, tubuh

gemetar atau kaku dan kejang.

4) Stadium Eksitasi

Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium

eksitasi.Kadang-kadang juga ditemukan kasus tanpa gejala-gejala

eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang bersifat progresif.Hal ini

karena gangguan sumsum tulang belakang yang memperlihatkan

gejala paresis otot-otot pernafasan.

6. Type Rabies Pada Anjing

a. Rabies Ganas

- Tidak menuruti lagi perintah pemilik.

- Air liur keluar berlebihan

- Hewan menjadi ganas, menyerang, atau menggit apa saja yang

ditemui dan ekor dilekungkan kebawah perut diantara dua paha.

- Kejang-kejang kemudian lumpuh, biasanya mati setelah 4-7 hari sejak

timbul atau paling lama 12 hari setelah penggigitan.

b. Rabies Tenang

- Bersembunyi di tempat gelap dan sejuk.


28

- Kejang-kejang berlangsung singkat bahkan sering tidak terlihat.

- Kelumpuhan tidak mampu menelan, mulut terbuka dan air liur

keluar berlebihan.

- Kematian terjadi dalam waktu singkat.

7. Patogenesis

Cara penularan melalui gigitan dan non gigitan (aerogen,

transplantasi, kontak dengan bahan mengandung virus rabies pada kulit

lecet atau mukosa).Cakaran oleh kuku hewan penular rabies adalah

berbahaya karena binatang menjilati kuku-kukunya.Saliva yang ditempatkan

pada permukaan mukosa seperti konjungtiva mungkin infeksius.Ekskreta

kelelawar yang mengandung virus rabies cukup untuk menimbulkan bahaya

rabies pada mereka yang masuk gua yang terinfeksi dan menghirup aerosol

yang diciptakan oleh kelelawar.Penularan rabies melalui transplan kornea

dari penderita dengan ensefalitis rabies yang tidak didiagnosis pada

resipen/penerima sehat telah direkam dengan cukup sering.Penularan dari

orang keorang secara teoritis mungkin tetapi kurang terdokumentasi dan

jarang terjadi.Luka gigitan biasanya merupakan tempat masuk virus melalui

saliva, virus tidak bisa masuk melalui kulit utuh.Setelah virus rabies masuk

melalui luka gigitan, maka selama 2 minggu virus tetap tinggal pada tempat

masuk dan didekatnya, kemudian bergerak mencapai ujung-ujung serabut

saraf posterior tanpa menunjukkan perubahan-perubahan fungsinya. Bagian

otak yang terserang adalah medullaoblongata dan annon’s hoorn.


29

Sesampainya di otak virus kemudian memperbanyak diri dan menyebarluas

dalam semua bagian neuron, terutama mempunyai predileksi khusus

terhadap sel-sel system limbik, hipotalamus dan batang otak.Setelah

memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral, virus kemudian kearah

perifer dalam serabut saraf eferen dan pada sara fvolunteer maupun saraf

otonom. Dengan demikian virus ini menyerang hampir tiap organ dan

jaringan didalam tubuh dan berkembangbiak dalam jaringan- jaringan

seperti kelenjar ludah, ginjal dan sebagainya. Gambaran yang paling

menonjol dalam infeksi rabies adalah terdapatnya badan negri yang khas

yang terdapat dalam sitoplasma sel ganglion besar.

Gambar 2.2
Negri body di neuron

Gambar 2.3
GambarPatogenesisInfeksi Virus Rabies. Nomor Pada Gambar
MenunjukkanUrutanKejadian
30

8. Diagnosa

a. Diagnosa Lapangan

Untuk memperoleh tingkat akurasi yang tinggi, cara yang paling

tepat adalah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut;

- Anjing yang menggigit harus ditangkap dan diobservasi.

- Riwayat penggigitan, ada tidaknya provokasi.

- Jumlah penderita gigitan.

Penahanan dan observasi klinis selama 10-15 hari dilakukan

terhadap anjing, kucing yang walaupun tampak sehat dan diketahui telah

menggigit orang (sedangkan anjing atau kucing yang tidak ada

pemiliknya dapat langsung dibunuh dan diperiksa (otaknya).

Berdasarkan pengalaman di lapangan, anjing menggigit lebih dari

satu orang tanpa didahului oleh adanya provokasi dan anjing tersebut

mati dalam masa observasi yang kemudian specimen otaknya diperiksa

di laboratorium hasilnya adalah positif rabies, selanjutnya indikasi

kecenderungan rabies di lapangan tanpa adanya tindakan provokasi dapat

ditentukan sebagai berikut:

- Hewan menggigit 1 orang tanpa provokasi kemungkinan (positif)

rabies 25 %.

- Hewan menggigit 2 orang tanpa provokasi kemungkinan (positif)

rabies 50 %.

- Hewan menggigit 3 orang tanpa provokasi kemungkinan (positif)

rabies 75 %.
31

- Hewan menggigit 4 orang tanpa provokasi kemungkinan (positif)

rabies 100 %.

b. Diagnosa Laboratorium

Diagnosa rabies secara laboratorium didasarkan atas:

- Penemuan badan negri (negri body)

- Penemuan antigen

- Penemuan virus (isolasi)

- Antigen, badan negri dan virus banyak di temukan pada sel saraf

(neuron)

Sedangkan kelenjar ludah dapat mengandung antigen dan virus

tetapi badan negri tidak selalu dapat ditemukan pada kelenjar ludah

anjing. Adanya kontaminasi pada specimen dapat mengganggu

pemeriksaan dan khususnya untuk”isolasivirus”pengiriman harus

dilakukan sedemikian rupa sehingga kelestarian hidup virus dalam

specimen tetap terjamin sampai ke laboratorium.

Bahan pemeriksaan dapat berupa seluruh kepala, otak,

hippocampus, cortex cerbri dan cerebellum, preparat pada gelas objek

dan kelenjar ludah.Bila negri body tidak ditemukan, supensi otak (hippo

campus) atau kelenjar ludah sub maksiler diinokulasikan intrakranial

pada hewancoba (suckling animals), misalnya hamster, tikus (mice) atau

kelinci (rabbits).

Cara diagnosis rabies secara laboratories dapat dilakukan dengan:


32

- Mikroskopis untuk melihat dan menemukan badan negri, yakni

pewarnaan cepat Sellers, FAT (Fluorescence Antibody Technique)

dan histopatologik.

- Antigen-antibody reaksi dengan uji virus nertralisasi, gel

agarpresipitasi atau reaksi peningkatan komplemen dan FAT

- Isolasi virus secara biologis pada mencit atau in vitro pada biakan

jaringan diikuti identifikasi isolate dengan cara pewarnaan FAT atau

uji virus netralisasi.

9. Epidemiologi

Tahun 2000, World Health Organization (WHO) memperkirakan

bahwa setiap tahun di dunia ini terdapat sekurang-kurangnya 50.000 orang

meninggal karena rabies.Rabies telah menyebabkan kematian pada orang

dalam jumlah yang cukup banyak.Rabies bisa terjadi disetiap musim atau

iklim dan kepekaan terhadap rabies kelihatannya tidak berkaitan dengan

usia, seks atau ras. Di Amerika Serikat rabies terutama terjadi pada musang,

raccoon, serigala dan kelelawar.Rabies serigala terdapat di Kanada, Alaska

dan New York. Kelelawar penghisap darah, yang menggigit ternak

merupakan bagian penting siklus rabies di Amerika latin. Eropa mempunyai

rabies serigala, di Asia dan Afrika masalah utamanya adalah anjing gila.

Daerah di Indonesia yang saat ini masih tertular rabies sebanyak 16

propinsi, yaitu meliputi Pulau Sumatera (Sumatera Utara, Sumatera Barat,

Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung), Pulau Sulawesi

(Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan

Sulawesi Tenggara), Pulau Kalimantan (Kalimantan Tengah, Kalimantan


33

Selatan, dan Kalimantan Timur) dan Pulau Flores. Kasusterakhir yang

terjadiadalahPropinsi Maluku (Kota Ambon dan Pulau Seram).

Provinsi DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat telah dinyatakan bebas

dari rabies melalui SK Menteri Pertanian No. 566 Tahun 2004, Banten sejak

tahun 1996 dan provinsi Jawa Barat sejak tahun 2001. Dengan

diterbitkannya SK Mentan bebas rabies ini, maka seluruh pulau Jawa telah

bebas rabies karena Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta telah

lebih dahulu dibebaskan berdasarkan SK Mentan No. 897 Tahun 1997.

Daerah yang secara historis bebas rabies atau belum pernah ada

kasus rabies adalah provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara

Timur (kecualiPulau Flores), Kalimantan Barat, Papua, Irian Jaya Barat,

Maluku Utara, Kepulauan Riau dan Kepulauan Bangka Belitung dan sampai

saat ini tetap dapat dipertahankan bebas rabies.

Manusia yang menderita rabies selalu berakhir dengan kematian

(100% CaseFatality Rate), gigitan oleh anjing menempati persentase

tertinggi (99,4%) diikuti kucing (0,29%) dan hewan lain, kera dan hewan

piaraan atau liar lainnya (0,31%). Bagian tubuh manusia yang digigit

meliputi kepala (5%), tangan (28%), kaki (57%), lain-lain (10%).

10. Kejadian Rabies Dilapangan

Kejadian/ kasus positif rabies di lapangan dipengaruhi oleh:

a. Pola Penggigitan

Penggigitan oleh anjing terhadap manusia yaitu terdiri dari 2 pola yaitu:

1) Penggigitan Karena Provokasi


34

Penggigitan oleh anjing yang terjadi disini didahului oleh

adanya gangguan langsung atau tidak langsung.Pada anjing yang

sedang beranak dan menyusui biasanya naluri untuk melindungi

anaknya sangat kuat sehingga sangat mudah sekali anjing menyerang

dan menggigit apalagi kalau diganggu. Bentuk-bentuk provokasi

terhadap anjing sangat beragam dari mulai menyeret ekor, memukul,

sampai dengan menggoda anjing yang sedang tidur, hal tersebut akan

menstimulasi anjing untuk menggigit. Bahkan kejadian lain orang

yang sedang membawa makanan lewat didepan anjing yang sedang

lapar dapat memicu terjadinya penggigitan.

2) PenggigitanTanpa Provokasi

Penggigitan dalam hal ini dimana anjing menyerang dan

menggigit secara tiba-tiba tanpa adanya gangguan dalam bentuk

apapun.Anjing yang menggigit secara tiba-tiba tadi biasanya sudah

menjadi ”wandering-dog” atau anjing lontang-lantung yang berjalan

dan berkeliaran tanpa tujuan dan akan menyerang serta menggigit

siapa saja yang ditemuinya. Anjing tersebut biasanya adalah anjing

liar atau anjing peliharaan yang diterlantarkan sehingga menjadi liar.

b. Pola Penyebaran

Penularan rabies di lapangan (rural rabies) berawal dari suatu

kondisi anjing yang tidak dipelihara dengan baik atau anjing liar yang

merupakan ciri khas yang ada di perdesaan yang berkembang dan sangat

sulit dikendalikan.Suatu kondisi yang sangat kondusif untuk menjadikan


35

suatu daerah dapat bertahan menjadi daerah endemis.Secara alami yang

sering terjadi pola penyebaran rabies.

Pada umumnya manusia merupakan”deadend” atau terminal akhir

dari korban gigitan, karena sampai saat ini belum ada kasus manusia

menggigit anjing. Baik anjing liar, anjing peliharaan yang menjadi liar

maupun anjing peliharaan, setiap saat dapat menggigit manusia dan

anjing liar, anjing peliharaan yang menjadi liar dapat menggigit satu

sama lain. Kalau salah satu diantara anjing yang menggigit tersebut

positif rabies, maka akan terjadi kasus positif (+) rabies yang semakin

tinggi.

11. Pembagian Status Daerah Rabies

a. Daerah Bebas

Kriteria:

1) Daerah yang secara historis tidak pernah ditemukan positif penyakit

rabies.

2) Daerah yang tertular rabies tapi dalam 2 tahun terakhir tidak ada kasus

secara klinis dan epidemiologis serta sudah dikonfirmasi secara

laboratoris.

b. Daerah Tertular

Kriterianya: Daerah yang dalam 2 tahun terakhir pernah ada kasus

pada hewan dan manusia (baik secara berurutan atau tunggal) secara

klinis epidemiologis dan dikonfirmasi secara laboratoris. Khusus untuk

manusia kasusnya berasal dari daerah tersebut atau bukan kasus import.

c. Daerah Tersangka
36

Kriterianya:

1) Daerah yang berbatasan langsung dalam satu daratan dengan daerah

tertular rabies.

2) Daerah yang dalam 2 tahun terakhir ada kasus positif rabies secara

klinis dan epidemiologis tapi belum dibuktikan secara laboratoris.

12. Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies

Gambar 2.3
Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies

Kasus Gigitan Anjing,


Kucing, Kera

Hewan penggigit lari/hilang &tidak Hewan penggigit dapat


dapat ditangkap, mati/dibunuh ditangkap&diobservasi 10-14 hari

Luka Resiko Luka Resiko Luka Resiko Luka Resiko


Tinggi Rendah Tinggi Rendah

Segera diberi Segera diberi Segera diberi Tidak diberi


VAR & SAR VAR VAR & SAR VAR tunggu
hasil
Spesimen otak hewan dapat observasi
diperiksa di Laboratorium
Hewan Hewan Hewan Hewan
sehat mati mati sehat
Jika dapat diperiksa di
Laboratorium lanjutkan
VAR Stop Lanjutkan Tidak di
VAR VAR VAR
Positif Negatif

Lanjutkan Stop Spesimen otak hewan dapat


VAR VAR diperiksa di Laboratorium

Positif Negatif

Lanjutkan Stop
VAR VAR
37

Penderita gigitan Anjing, Kucing, Kera segera:

- Cuci luka gigitan dengan sabun atau detergent lain di air mengalir selama

10-15 menit dan beri anti septik (betadine, alkohol 70 %, obat merah dll)

- Segera ke Puskesmas/ Rabies Center/ Rumah Sakit untuk mencari

pertolongan selanjutnya.

Di Puskesmas/ Rabies Center/ Rumah Sakit di lakukan:

Penanganan luka gigitan:

- Ulangi cuci luka gigitan dengan sabun, detergent lain di air mengalir

selama 10 – 15 menit dan beri anti septik (betadine, alkohol 70 %, obat

merah dan lain-lain)

- Amamnesis apakah didahului tindakan provokatif, hewan yang menggigit

menunjukkan gejala rabies, penderita gigitan hewan pernah divaksinasi

dan kapan, hewan penggigit pernah divaksinasi dan kapan.

- Identifikasi luka gigitan

Luka resiko tinggi: Jilatan/luka pada mukosa,luka diatas daerah bahu

(mukosa, leher, kepala), luka pada jari tangan, kaki, genetalia, luka

lebar/dalam dan luka yang banyak multiple wound)

- VAR (Vaksin Anti Rabies)

a. Purified Vero Rabies Vaccine (PVRV)

Produksi Institute MerieuxPerancis (Verorab) Dosis Dewasa /

anak sama yaitu: harike 0 (pertama berkunjung ke Puskesmas/ Rabies

Center/ Rumah Sakit). Diberikan 2 dosis @ 0,5 ml diberikan deltoideus

kanan/kiri.Hari ke 7 dan 21 diberikan 0,5 ml lagi secara IM (intra


38

muskuler) di deltoideus kanan/kiri. Apabila VAR Verorab + SAR perlu

diberikan booster pada hari ke 90.

b. Suckling Mice Brain Veccine (SMBV)

Produksi Bio Farma Bandung. Dosis: Dewasa, dasar 2 ml,

diberikan 7x setiap hari sub cutan didaerah sekitar pusar/umbillus.

Ulangan 0,25 ml diberikan ke 11,15,30 dan 90 secaraIC (intra cutan)

dibagian fleksor lengan bawah. Anak-anak 3 tahun kebawah, dasar 1 ml

diberikan 7x setiap hari subcutan disekitar daerah sekitar pusar/umbillus.

Ulangan 0,1 ml diberikan hari ke 11,15,30,dan 90 secara IC (intra cutan)

dibagian fleksor lengan bawah. Pemberian SMBV + SAR (Serum Anti

Rabies) Jadwal pemberian VAR dasar sama ulangan boostar jadwalnya

11, 15, 25, 35, dan 90.

- SAR (Serum Anti Rabies)

SAR Heterolog (serum kuda) produksi Bio Farma Bandung, dosis

40 IU/Kg BB, harus dilakukan skin test positift idak boleh diberikan,

kemasanvial = 20 ml(1 ml = 100 IU) Serum omolog, misal IMDGAM

produksi Pasteur MerieuxPerancis, dosis 20 IU/Kg kemasanVial 2 ml

(1ml = 150 IU) cara pemberian disuntikkan secara infiltrasi disekitar luka

sebanyak mungkin sisanya intra muskuler di gluleus/pantat.

13. Tipe-TipeVaksin

Semua vaksin rabies untuk manusia mengandung virus rabies yang

telah di inaktifkan.
39

a. Vaksin Sel Diploid Manusia (HDCV)

Untuk mendapkatkan suatu suspensi virus rabies yang bebas dari

protein asing dan protein system saraf, virus rabies diadaptasi untuk

tumbuh dalam linisel fibroblast normal manusia WI-38.Preparasi virus

rabies dipekatkan oleh ultrafiltrasi dan diinaktivasi dengan β-

propiolakton.Tidak ada reaksi ensefalitik ataupun anafilaktik serius yang

pernah dilaporkan terjadi.

b. Vaksin Rabies, Terabsorbsi (RVA)

Vaksin Rabies, Terabsorbsi (RVA) adalah vaksin yang dibuat

dalam linisel diploid yang berasal darisel-sel paru janin kera rhesus

diijinkan di AS tahun 1988. Virus vaksin ini diinaktivasi oleh β-

propiolakton dan dipekatkan oleh adsorbs dengan aluminium fosfat.

c. Vaksin Sel Embrio Ayam Yang Dimurnikan (PCEC)

Vaksin ini dipreparasi dari strain virus rabies fixed flury LEP

yang tumbuh dalam fibroblast ayam. Diinaktivasi oleh β-propiolakton

dan dimurnikan lebih lanjut oleh sentrifugasi zonal.

d. Vaksin Jaringan Saraf

Dibuat dari otak domba, kambing atau tikus yang terinfeksi dan

digunakan di banyak bagian dunia termasuk Asia, Afrika dan Amerika

Selatan. Menimbulkan sensitisasi pada jaringan saraf dan menghasilkan

ensefalitis pasca vaksinasi (suatu penyakit alergi) dengan frekuensi

subscansial (0,05%). Perkiraan efektivitasnya pada orang yang digigit

oleh hewan buas/hewan gila bervariasi dari 5 sampai 50%.

e. Vaksin Embrio Bebek


40

Vaksin ini dikembangkan untuk meminimalkan masalah

ensefalitis pasca vaksinasi.Virus rabies ditanam dalam telur bebek

berembrio.Jarang terdapat reaksi anafilaktik, tetapi antigenisitas

vaksinnya rendah, sehingga beberapa dosis harus diuji untuk

mendapatkan respon antibodi yang memuaskan.

f. Virus Hidup Yang Dilemahkan

Virus hidup yang dilemahkan yang diadaptasi untuk tumbuh pada

embrio ayam (misalnya, straiflury) digunakan untuk hewan tetapi tidak

untuk manusia.Kadang-kadang vaksin ini bisa menyebabkan kematian

oleh rabies pada kucing atau anjing yang disuntik.Virus rabies yang

tumbuh pada biakan sel hewan yang berlainan telah dipakai sebagai

vaksin untuk hewan peliharaan.

14. Pencegahan Dan Pengendalian Rabies

a. Pencegahan

1) Pencegahan Primer

a) Tidak memberikan izin untuk memasukkan kucing, kera, anjing,

dan hewan sebangsanya di daerah bebas rabies.

b) Memusnahkan kucing, kera, anjing atau hewan sebangsanya yang

masuk tanpa izin kedaerah bebas rabies.

c) Dilarang melakukan vaksinasi atau memasukkan vaksin rabies

kedaerah-daerah atau lokasi bebas rabies.

d) Melaksanakan vaksinasi terhadap setiap kucing, anjing dan kera,

70% populasi yang ada dalam jarak minimal 10 km disekitar lokasi

kasus.
41

e) Pemberian tanda bukti atau pening terhadap setiap anjing,kera,

kucing yang telah divaksinasi.

f) Mengurangi jumlah populasi anjing liar atau anjing tak bertuan

dengan jalan dibunuh dan pencegahan perkembangbiakan.

g) Anjing peliharaan, tidak boleh dibiarkan lepas berkeliaran, harus

didaftarkan ke Petugas Dinas Peternakan setempat, Kantor Kepala

Desa/Kelurahan.

h) Anjing harus diikat dengan rantai besi yang panjangnya tidak boleh

lebih dari 2 meter. Anjing yang hendak dibawa keluar halaman

harus diikat dengan rantai besi tidak lebih dari 2 meter dan

moncongnya harus menggunakan berangus (beronsong).

i) Menangkap dan melaksanakan observasi hewan tersangka

menderita rabies, selama 10 sampai 14 hari, terhadap hewan yang

mati selama observasi atau yang dibunuh harus diambil specimen

untuk dikirimkan ke laboratorium terdekat untuk diperiksa.

j) Mengawasi dengan ketat lalu lintas kucing, kera,anjing dan hewan

sebangsanya yang bertempat sehalaman dengan hewan tersangka

rabies.

k) Membakar dan menanam bangkai hewan yang mati karena positif

rabies sekurang-kurangnya 1 meter.

2) Pencegahan Sekunder

Pertolongan pertama yang dilakukan untuk meminimalkan

resiko tertularnya rabies adalah mencuci luka gigitan dengan sabun

atau dengan deterjen selama 5-10 menit dibawah air


42

mengalir/diguyur.Kemudian luka diberi alkohol 70% atau Yodium

tincture.Setelah itu pergi secepatnya ke Puskesmas atau Dokter yang

terdekat untuk mendapatkan pengobatan sementara sambil menunggu

hasil dari observasi hewan.

Resiko yang dihadapi oleh orang yang mengidap penyakit

rabies sangat besar.Oleh karena itu, setiap orang digigit oleh hewan

tersangka rabies atau digigit oleh anjing di daerah endemik rabies

harus sedini mungkin mendapat pertolongan setelah terjadinya gigitan

sampai dapat dibuktikan bahwa tidak benar adanya infeksi positif

rabies dari hewan yang menggigit.

3) Pencegahan Tersier

Tujuan dari tiga tahapan pencegahan adalah membatasi atau

menghalangi perkembangan ketidakmampuan, kondisi atau gangguan

sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan

perawatan lebih intensif yang mencakup pembatasan terhadap

ketidakmampuan dengan menyediakan rehabilitasi. Apabila hewan

yang dimaksud ternyata menderita positif rabies berdasarkan

pemeriksaan klinis atau laboratorium dari Dinas Perternakan, maka

orang yang digigit atau dijilat tersebut harus segera mendapatkan

pengobatan khusus (Pasteur Treatment) di Unit Kesehatan yang

mempunyai fasilitas pengobatan Anti Rabies dengan lengkap.

b. Pengendalian

1) Aturan Perundangan
43

Upaya pencegahan dan pengendalian rabies telah dilakukan

sejak lama, di Indonesia dilaksanakan melalui kegiatan terpadu

secara lintas sectoral antara lain dengan adanya Surat Keputusan

Bersama 3 Menteri yaitu Menteri Kesehatan, Menteri Pertanian, dan

Menteri Dalam Negeri No: 279A/MenKes/SK/VIII/1978; No:

522/Kpts/Um/8/78; dan No: 143/tahun1978.

Penerapan aturan perundangan ini perlu ditegakkan, agar

pelaksanaan di lapangan lebih efektif dan secara tegas memberikan

otoritas kepada pelaksana untuk melakukan kewajibannya sesuai

dengan aturan perundangan yang ada, baik tingkat nasional, tingkat

kawasaan, maupun tingkat lokal.

2) Surveilans

Pelaksanaan surveilans untuk rabies merupakan program

dasar dari semua program dalam rangka pengendalian penyakit

ini.Data epidemiologi harus dikumpulkan sebaik mungkin,

dianalisis, dipetakan dan bila mungkin segera didistribusikan secepat

mungkin.Informasi ini juga penting untuk dasar perencanaan,

pengorganisasian dan pelaksanaan program pengendalian penyakit

rabies.

3) Vaksinasi Rabies

Untuk mencegah terjadinya penularan rabies, maka anjing,

kucing, atau kera diberi suntikan vaksin inaktif atau yang

dilemahkan (attenuated). Untuk memperoleh kualitas vaksin yang


44

efektif dan efisien, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi,

baik vaksin yang digunakan bagi hewan maupun bagi manusia,

yaitu:

- Vaksin harus dijamin aman dalam pemakaian.

- Vaksin harus memiliki potensi daya lindung yang tinggi.

- Vaksin harus mampu memberikan perlindungan kekebalan yang

lama.

- Vaksin harus mudah dalam cara aplikasinya.

- Vaksin harus stabil dan menghasilkan waktu kadaluwarsa yang

lama.

- Vaksin harus selalu tersedia dan mudah didapat sewaktu-waktu

dibutuhkan.

C. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah kemampuan seorang peneliti dalam

mengaplikasikan pola berpikirnya dalam menyusun secara sistematis teori-

teori yang mendukung permasalahan penelitian.Untuk memberi kejelasan pada

penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa kerangka teori yang berkaitan

dengan penelitian.Berdasarkan tinjauan teoritis yang telah diuraikan pada

tinjauan kepustakaan maka dapat digambarkan kerangka teori penelitian

sebagai berikut:
45

Pendidikan
kesehatan

Tinjauan umum Tinjauan umum


tentang pegetahuan tentang penyakit
tentang kesehatan: rabies:
- Pengertian Pengertian, sejarah
pendidikan diagnosa,
kesehatan penatalaksanaan
- Tujuan pendidikan kasus, type vaksin,
kesehatan etiologi, masa
- Ruang lingkup inkubasi,
pendidikan epidemiologi, gejala
kesehatan klinis, pencegahan
dan pengendalian
rabies.

Tingkat pengetahuan
pasien tentang penyakit
rabies

Kemampuan pasien
dalam menangani
penyakit rabies

Skema. 3.1
KerangkaTeori Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat
Pengetahuan PasienTentang Penyakit Rabies

Pendidikan kesehatan memberikan pengetahuan kepada masyarakat/pasien

mengenai pengetahuan tentang kesehatan dan pengetahuan tentang rabies. Atas

pengetahuan tersebut masyarakat / pasien memiliki tingkat pemahaman tentang

upaya pencegahan dan penanganan kasus rabies dan dan akan berdampak pada

perkembangan kasus rabies (terjadi peningkatan atau penurunan kasus rabies)


46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian literature review. Literatur review

adalah tindakan yang melakukan analisis terhadap buku-buku, artikel ilmiah,

dan sumber-sumber lain yang relevan dengan masalah tertentu, bidang

penelitian, atauteori, kemudian memberikan deskripsi, ringkasan, dan

evaluasi kritis dari karya-karya ini sehubungan dengan masalah penelitian

yang sedang terjadi. Penelitian ini menggunakan desain analisis deskriptif

(USC Libraries, 2020).

Penelitian ini akan melakukan literature review tentang pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang penyakit rabies.

B. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan

metode pencarian jurnal di google scholar dan repository intitusi keperawatan

menggunakan metode pencaharian kata kunci MESH (Medical Subject

Heading)

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yakni

Data Primer dan Data Sekunder. Menurut Sugiyono (2017) yang dimaksud

data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Sedangkan data sekunder adalah sumber yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data.Kata kunci yang


47

digunakan dalam pencarían daring yaitu pendidikan kesehatan, pengetahuan

dan rabies.

Penelitian ini menetapkan criteria inklusi dan ekslusi dalam

pelaksanaannya. Adapun criteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan yaitu:

Tabel 3.1 : Kriteria Inklusi Dan Eksklusi


Kriteria Inklusi Eksklusi

Jangka waktu Rentang waktu penerbitan Jurnal yang terbit 2015


jurnal 2016-2020 kebawah

Bahasa Bahasa Indonesia Bahasa inggris

Subjek Pasien, keluarga dan -


masyarakat
Jenisjurnal Original artikel Review artikel

Jenis paper Full paper dan abstrak Tidakada

C. Waktu Penelitian

Waktu penelitian sekitar 2 (dua) bulan, mulai bulan September sampai

oktober tahun 2020.Terdiri dari persiapan minggu pertama bulan September,

pelaksanaan minggu kedua sampai minggu keempat bulan September dan

penyusunan laporan minggu pertama sampai minggu ketiga Oktober 2020.

D. Analisa Data

Setelah data terkumpul, selanjutnya data yang telah terkumpul

tersebut dianalisis menggunakan teknik pengolahan data.Analisis yang

dijabarkan dalam penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang

tercantum dalam rumusan masalah.Menurut Sugiyono (2017) mengatakan

analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau

sumber data lain terkumpul.


48

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

analisis PICOS yaitu metode pencarian informasi klinis merupakan suatu

akronim dari kata-kata berikut:

P = Patient, Population, Problem

Kata-kata ini mewakili pasien, populasi, dan masalah yang

diangkat dalam karya ilmiah yang ditulis

I = Intervention, Prognostic Factor, atau Exposure

Kata ini mewakili intervensi, factor prognostic atau paparan yang

akan diangkat dalam karyai lmiah

C = Comparison atau Intervention (jika ada atau dibutuhkan)

Kata ini mewakili perbandingan atau intervensi yang ingin

dibandingkan dengan intervensi atau pararan pada karya ilmiah yang

akan ditulis

O = Outcome yang ingin diukur atau ingin dicapai

Kata ini mewakili target apa yang ingin dicapai dari suatu

penelitian misalnya pengaruh atau perbaikan dari suatu kondisi atau

penyakit tertentu.

S = Sources menjelaskan sumber data sources

Kata ini mewakili sumber data pada pencarian di google scholar

dan resopisitory intitusi keperawatan.


49

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Pengambilan Data

Total hasil penelusuran artikel menggunakan google scholar dengan


kata kunci yang telah ditentukan yaitu“pendidikan kesehatan, pengetahuan dan
rabies”ditemukan ada 511 literatur. Setelah melalui skrining kesesuaian dengan
tujuan review didapatkan sebanyak 25 artikel. Sebanyak 23 artikel
dieksklusikan karena tidak memenuhi kriteria yang ditentukan. Setelah skrining
lebih lanjut sesuai desain dan keterkaitan implikasi keperawatan maka terpilih 3
artikel yaitu pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan penyakit
rabies (Welmar Pangalo, 2014) dan Intervensi Penyuluhan dengan Metode
Ceramah dan Buzz untuk Peningkatkan Pengetahuan dan Sikap Kader
Posyandu dalam Pengendalian Rabies Fitri Hidayati (2018) serta Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Dengan Media Kalender Terhadap Perilaku Gigitan
HewanPenular Rabies (Ni Luh Putu Mega Wijayanthi, 2019)

.
B. Hasil Studi Literature

Kajian literature menggunakan analisis PICOT yang akan dijelaskan

pada tabel di bawah ini:

49
50

Tabel 4.1 Analisis PICOT


Judul / Analisis PICOT
Desain
No Peneliti / Time /
Penelitian Patient Intervention Comparison Outcomes
Lokasi Source
1. Pengaruh Desain yang Populasi penelitian Penelitian ini - Hasil penelitian Penelitian
Penyuluhan digunakan adalah 40 orang dilakukan menunjukkan bahwa ini
Kesehatan dalam pemuda yang tinggal dengan terdapat pengaruh dilaksanakan
Terhadap penelitian ini di Kelurahan membagikan penyuluhan kesehatan pada
Pengetahuan quasi Malayang 1 Timur kuesioner terhadap pengetahuan tanggal08
Tentang eksperimen Lingkungan III Kota kepada penyakit rabies pada Juni 2011
Rabies Pada dengan Manado. Sampel responden. pemuda di Kelurahan sampai
Pemuda pendekatan penelitian sebanyak 40 Malayang 1 Timur dengan 20
one group responden dengan Lingkungan III Kota Juli 2014
Welmar pretest- teknik total sampling. Manado.
Pangalo postest

Kelurahan
Malayang 1
Timur
51

2 Intervensi Metode Populasi dan sampel Penelitian ini - Hasil penelitian Penelitian
Penyuluhan penelitian Sampel berjumlah 87 dilakukan dilakukan
menunjukkan bahwa
dengan yang kader yang dengan pada bulan
terdapat perbedaan
Metode digunakan merupakan membagikan September
Ceramah dan adalah perwakilan dari kuesioner yang nyata antara skor 2017 sampai
Buzz untuk rancangan masing-masing kepada dengan
pre-test dan post-test
Peningkatkan quasi posyandu. Sampel responden. Maret 2018.
pada kelompok
Pengetahuan eksperimen yang diintervensi
dan Sikap dengan menggunakan metode ceramah (pengetahuan
Kader desain pre- ceramah berjumlah 43
(p=0,000), sikap
Posyandu test dan kader. Sampel yang
(p=0,000)) maupun
dalam post-test diintervensi
Pengendalian menggunakan metode kelompok buzz group
Rabies buzz group berjumlah
(pengetahuan
44 kader.
(p=0,004), sikap
Fitri Hidayati
(p=0,001)).
52

3 Pengaruh Desain yang Populasi dari Penelitian ini - Hasil analisa pada Penelitian
Pendidikan digunakan penelitian ini adalah dilakukan penelitian ini ini
Kesehatan dalam masyarakat Banjar dengan menggunakan uji dilaksanakan
Dengan Media penelitian ini Dadia Taman bali membagikan Wilcoxon dan pada tanggal
Kalender quasi Bangli dengan jumlah kuesioner diperoleh value, kolom 28 April
Terhadap eksperimen populasi sebanyak kepada Sig. = 0.000 < Alpha sampai 11
Perilaku dengan 136 KK (Kepala responden. (0.05), itu artinya Mei 2019
Gigitan Hewan pendekatan Keluarga). Sampel hipotesa pada
Penular Rabies one group sebanyak 59 KK penelitian iniditerima,
pretest- (Kepala Keluarga). menunjukkan ada
Ni Luh Putu postest Teknik pengambilan pengaruh pendidikan
Mega sampel yang kesehatan dengan
Wijayanthi digunakan adalah media kalender
jenis probability terhadap perilaku
Banjar Dadia sampling yaitu pertolongan pertama
Taman bali stratified random gigitan hewan penular
Bangli Wilayah sampling. Stratified rabies.
kerja UPT random sampling
PKM Bangli
53

C. Pembahasan

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Welmar Pangalo (2014)

didapatkan bahwa ada pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan

penyakit rabies pada pemuda di Kelurahan Malayang 1 Timur Lingkungan III

Kota Manado.

Begitu juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitri Hidayati

(2018) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara skor pre-test

dan post-test pada kelompok ceramah(pengetahuan (p=0,000), sikap

(p=0,000)) maupun kelompok buzz group (pengetahuan (p=0,004), sikap

(p=0,001)).

Demikian juga hasil analisa pada penelitian yang dilkukakan oleh Ni

Luh Putu Mega Wijayanthi(2019) menggunakan uji Wilcoxon dan diperoleh

value, kolom Sig. = 0.000 < Alpha (0.05), itu artinya hipotesa pada penelitian

ini diterima, menunjukkan ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media

kalender terhadap perilaku pertolongan pertama gigitan hewan penular rabies.

Perbedaan ketiga penelitian diatas yaitu jumlah populasi, sampel,

tempat meneliti dan media yang digunakan untuk penyuluhan kesehatan. Namun

hasil dari ketiga penelitian diatas sejalan dengan teori dan pendapat yang

dikemukakan oleh Budiman dan Riyanto, bahwa pengetahuan yang baik dapat

dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya yaitu pendidikan,informasi atau

media massa, lingkungan,pengalaman dan usia.Pendidikan mempengaruhi

pengetahuan dan pemahaman seseorang,sehingga semakin tinggi pendidikan

seseorang maka informasi semakin mudah diterima dan dimengerti dengan

baik.Selain itu,sehubungan di era yang semakin berkembang dengan berbagai


54

teknologi yang menyediakan berbagai media massa,masyarakat dapat dengan

mudah mengakses informasi sehingga menambah pengetahuan dan

wawasannya,dalam hal ini tentang rabies.

Lingkungan juga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang,

bahwa dari lingkungan yang baik maka pengetahuan yang diperoleh juga akan

baik.Akan tetapi khususnya dalam lingkungan keluarga,ada beberapa keluarga

yang mempunyai anggota keluarga seorang pelayan kesehatan, sehingga lebih

banyak informasi tentang rabies yang diperoleh.Adapun masyarakat yang

bekerja dibidang kesehatan atau mempunyai teman yang bekerja di bidang

kesehatan,dalam hal ini membahas tentang rabies,sehingga dapat berdampak

pengetahuan masyarakat akan baik juga.

Faktor pengalaman seseorang juga sangat mempengaruhi

pengetahuan,semakin banyak pengalaman seseorang tentang suatu hal,maka

akan semakin bertambah pula pengetahuan seseorang akan hal tersebut.

Pengalaman terkait dengan hal ini yaitu mengikuti penyuluhan kesehatan

tentang rabies ataupun pengalaman dari banyaknya kasus gigitan oleh hewan

penular rabies yang muncul didaerah tersebut,sehingga dapat menambah

pengetahuan masyarakat terkait masalah kesehatan tentang rabies.

Menurut Notoatmojo (2017) pengetahuan pada dasarnya terdiri dari

sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat

memecahkan masalah yang dihadapinya.Pengetahuan tersebut diperoleh baik

dari pengalaman langsung maupun pengalaman orang lain.Pengalaman yang

didapat dari orang lain berupa pendidikan kesehatan oleh tenaga kesehatan.

Pengetahuan terbagi dalam dua kategori yaitu pengetahuan yang diterapkan


55

dalam berbagai situasi (general knowledge) dan pengetahuan yang berkenaan

dengan tugas atau persoalan tertentu (specific knowledge).

Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan

dibidang kesehatan. Konsep dasar pendidikan adalah proses belajar yang

berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan

maupun perubahan yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri

individu, kelompok dan masyarakat. Berangkat dari suatu asumsi bahwa

manusia sebagai makhluk social dalam kehidupannya untu kmencapai nilai-

nilai hidup didalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang

mempunyai kelebihan yang berarti lebih dewasa, lebih pandai, lebih mampu

dan lebih tahu. Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok

dan masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar dan terus belajar.Seseorang

dikatakan belajar bila didalam dirinya terjadi perubahan dari tidak dapat

mengerjakan menjadi dapat mengerjakan sesuatu dan dari tidak tahu menjadi

tahu.

Menurut Arikunto (2012), hasil pembelajaran dipengaruhi oleh

karakteristik peserta didik, materi, pendidik,metode,sarana dan lingkungan.

Metode ceramah efektif untuk sasaran peserta berpendidikan tinggi maupun

rendah(Suprijanto,2007), membutuhkan waktu yang singkat, dan dapat digunakan

pada kelompok besar (Niman, 2017). Menurut Wardanietal.,(2016), metode

ceramah mudah dilaksanakan,tetapi peserta didik menjadi pasif, oleh karena itu

penceramah harus menguasai dan mempersiapkan media dengan baik.

Menurut Sudjana (2010), pembelajaran yang berpusat pada pendidik

(ceramah) tepat jika diterapkan untuk mengajarkan konsep-konsep dasar atau materi
56

belajar yang baru dan peserta didik membutuhkan informasi yang tuntas dan

gambling dari pendidik. Menurut Mc Keachie (2002) dalam Ota

etal.,(2016),metode ceramah berguna untuk menyajikan informasi terkini,

meringkas materi dari berbagai sumber, mengadaptasi materi dengan latar belakang

dan minat kelompok pada waktu dan tempat tertentu, membantu peserta membaca

lebih efektif dengan memberikan orientasi dan kerangka konseptual, dan berfokus

pada konsep atau ide kunci.Menurut Niman (2017), metode ceramah menjadi lebih

baik jika diikuti sesi Tanya jawab,yang memungkinkan peserta didik dapat bertanya

untuk mengklarifikasimengenai suatu informasi.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

terbentuknya tindakan dan prilaku seseorang. Diharapkan dengan

meningkatnya pengetahuan maka akan menimbulkan perubahan persepsi,

kebiasaan dan membentuk kepercayaan seseorang. Selain itu pengetahuan juga

dapat merubah sikap seseorang terhadap suatu hal tertentu oleh karena itu

pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit rabies secara diskusi dan

menggunakan media flifchart sangat penting dilakukan agar dapat

mempengaruhi penerimaan informasi masyarakat yang selanjutnya dapat

mempengaruhi prilaku seseorang dalam pencegahan penyakit rabies.Peneliti

berpendapat bahwa pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode

diskusi dan media flifchart dalam pencegahan penyakit rabies dapat

meningkatkan pengetahuan.Pemberian pendidikan kesehatan dengan

menggunakan metode diskusi dan media flifchart ini juga dapat memberikan

kebebasan berkomunikasi antar interpersonal antara komunikator dan

komunikan.
57

Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi bahwa pendidikan kesehatan

tentang penyakit rabies sangat berpengaruh terhadap pengetahuan masyarakat baik

melalaui penyuluhan, media kalender,flifchart, diskusi, ceramah maupun melalui

media lainnya.Karena dengan memberikan pendidikan kesehatan maka masyarakat

akan semakin tahu dan mengerti bagaimana mencegah penyakit rabies dan tindakan

apa yang harus dilakukan jika ada yang tergigit oleh hewan penular rabies.

Dengan demikian peneliti berkesimpulan bahwa ketiga artikel yang

menjadi subyek dalam penelitian ini sejalan dengan teori yaitu pendidikan kesehatan

tentang penyakit rabies sangat berpengaruh terhadap pengetahuan masyarakat baik

melalaui penyuluhan, media kalender, flifchart, diskusi, ceramah maupun melalui

media lainnya.

D. KeterbatasanPenelitian

1. Peneliti memiliki keterbatasan evidence based dan sumber dalam

membandingkan hasil penelitian yang didapatkan dengan hasil penelitian

sebelumnya. Solusi untuk mengatasi keterbatasan tersebut adalah peneliti

lebih banyak mencari literature dari jurnal internasional secara online.

2. Penelitian ini menggunakan metode baru di masa pandemi Covid-19

sehingga peneliti masih perlu belajar yang banyak.

E. Implikasi Penelitian

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dalam rangka

menyusun rencana strategis dalam meningkatkan mutu pelayanan

Kesehatan.
58

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

perkembangan ilmu keperawatan sebagai bahan kajian dan sosialisasi.

3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi perawat dalam

memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien, keluarga dan masyarakat

tentang penyakit rabies.


59

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bahwa pendidikan mengenai kesehatan dan pengetahuan tentang

Rabies berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan masyarakat dalam

berperilaku sehat dan pengetahuan mengenai Rabies termasuk tatacara

pengendalian dan pencegahan Rabies,melalui metode penyuluhan,media

kalender, flifchart,diskusi dan ceramah, serta melalui metode atau media yang

lain.

B. Saran

1. Bagi Puskesmas

Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, diantaranya dengan

memberikan pendidikan kesehatan tentang perlunya melakukan pencegahan

terhadap penyakit rabies.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat memberikan tambahan informasi yang dapat dijadikan

sebagai referensi tentang pengaruh penyuluhan kesehatan tentang penyakit

rabies terhadap pengetahuan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya diharapkan pada penelitian yang akan

datang dapat mengambil artikel lebih banyak agar dapat mendapatkan hasil

yang lebih maksimal.

59
60

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, H.A. (2017). Riset Keperawatan Dan Tekhnik Penulisan Ilmiah. Edisi
II.Jakarta: Salemba Medika.

Almatsier.(2017). Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Cetakan V. Jakarta:Gramedia Pustaka


Utama.

Arikunto,(2015). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, EdisiV. Jakarta:


PT. Asdimaha Satya.

EGC.Sugiono. (2017).Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.


Bandung: Alfabeta

Fitri Hidayati (2018). Intervensi Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Buzz
untuk Peningkatkan Pengetahuan dan Sikap Kader Posyandu dalam
Pengendalian Rabies. Jurnal Penyuluhan, Maret 2019 Vol. 15 No. 1

Ni Luh Putu Mega Wijayanthi (2019). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan


Media Kalender Terhadap Perilaku Gigitan Hewan Penular Rabies
DiBanjar Dadia Taman bali Bangli Wilayah kerja UPT Puskesmas Bangli.
Jurnal Poltekkes Kemenkes Denpasar.

Nursalam.(2015). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

SafitriV.2015.Penilaian Risiko Kualitatif Pemasukan Virus Rabies dari Kabupaten


Sukabumi ke DKI Jakarta Melalui Anjing.[tesis].Bogor(ID):Institut Pertanian
Bogor.

SuarthaIN, Anthara MS,Putra IGNN,Dewi NMRK, Mahardika IGN.


2012.Pengetahuan Masyarakat Tentang Rabies dalam Upaya Bali Bebas
Rabies.Buletin Veteriner Udayana.4 (1):41-46.

Suprijanto.2017. Pendidikan Orang Dewasa.Cetakan ke4.Jakarta(ID):Bumi Aksara.

WagiuRB, Rombot DV, Sapulete M. 2013. Perilaku Masyarakat terhadap


Pencegahan Penyakit Rabies di Desa Pahaleten Kecamatan Kakas Kabupaten
Minahasa.Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropic.1(1):34-39

Wardani NI,MuyassarohY, Ani M.2016.Buku Ajar Promosi Kesehatan untuk


Mahasiswa Kebidanan.Trans Info Media.

WelmarPangalo, (2014).Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Pengetahuan


Tentang Rabies Pada Pemuda Di Kelurahan Malayang 1 Timur
Lingkungan III Kota Manado.Jurnal Universitas Katolik De La Salle
Manado.
61

Lampiran

Screen Shoot Artikel yang diteliti


62
63
64

Daftar Riwayat Hidup

A. Biodata
1. Nama : MARGIATI
2. Nama Panggilan : Mar
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Tempat / Tanggal Lahir : Bone-Bone, 30 Januari 1981
5. Agama : Islam
6. Alamat : Kel. Lamasi Kec. Lamasi Kab. Luwu

B. Riwayat Keluarga
1. Suami : GUNAWAN WIBISONO
2. Anak : 1. DZUL FAHMI RIFQI
2. RIZKY FAUZAH AULIA

C. Riwayat Pendidikan
1. Tamat SD Neg. 262 Bamba,Kec Bone-Bone,Kab Luwu Utara Tahun 1993
2. Tamat SMP Neg. 1 Bone-Bone, Kab Luwu Utara Tahun 1996
3. Tamat SPK Polri Bhayangkara Makassar Tahun 1999

Anda mungkin juga menyukai