BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
d. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu, setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi
sehingga persalinan dapat berlangsung.
e. Induksi persalinan (induction of labor)
f. Memecahkan ketuban, mengurangi keregangan otot rahim
sehingga kontraksi segera dapat dimulai.
g. Secara hormonal/kimiawi, dengan oksitosin drip atau
prostaglandin
h. Secara mekanis, memakai laminaria. (Asrinah, dkk, 2010)
4. Tahapan Perlangsungan Persalinan
Tahapan perlangsungan persalinan terdiri atas 4 kala, yaitu:
a. Kala I (kala pembukaan)
1) Kala I diukur dari awal persalinan yang asli hingga dilatasi
serviks lengkap
2) Durasi kala I biasanya berkisar dari 6-18 jam pada primipara
dan 2-10 jam pada multipara.
3) Kala I dibagi menjadi tiga fase yaitu fase laten, aktif dan
transisi. (Lyndon Saputra, 2014)
b. Kala II (kala pengeluaran janin)
1) Kala II berlangsung dari dilatasi lengkap hingga kelahiran
bayi
2) Lamanya kala II biasanya berkisar dari 2 hingga 60 menit,
dengan lama rata-rata 40 menit (20 kali kontraksi) untuk
primipara dan 20 menit (10 kali kontrkasi) untuk multipara.
3) Janin akan bergerak disepanjang jalan lahir melalui
mekanisme persalinan, yaitu perubahan posisi yang terjadi
dalam kala dua persalinan. Umumnya kala II juga disebut
sebagai fase gerakan utama persalinan.
17
f) Mudah digunakan.
g) Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.
h) Tidak memerlukan resep ataupun pemeriksaan medik.
b. Koitus interuptus
Sengama terputus adalah metode keluarga berencana
tradisional, di mana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis)
dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi
Cara ini mungkin merupakan cara kontrasepsi yang tertua yang
dikenal oleh manusia, dan mungkin masih merupakan cara yang
banyak dilakukan sampai sekarang. Walaupun cara ini banyak
mengalami kegagalan, namun koitus interuptus merupakan cara
utama dalam penurunan angka kelahiran. Hal ini berdasarkan
kenyataan, bahwa karena terjadinya ejakulasi di sadari
sebelumnya oleh bagian terbesar pria, dan setelah itu masih-
masih ada waktu kira-kira 1 detik sebelum ejakulasi terjadi.
Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk menarik penis
keluar dari vagina.
1) Cara kerja
Alat kelamin (penis) di keluarkan sebelum ejakulasi sehingga
sperma tidak masuk ke dalam vagina sehingga tidak ada
pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan.
2) Efektivitas
Efektivitas cara ini umumnya dianggap kurang, karena
bahwa angka kehamilan dengan cara ini hanya sedikit lebih
tinggi dari pada cara mempergunakan kontrasepsi mekanis
dan kimiawi. Kegagalan dengan cara ini dapat disebabkan
oleh:
Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi
(Praejaculatori fluid) yang dapat mengandung sperma,
apalagi pada koitus yang berulang (Repeated coitus)
Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina
29
b. Profil
1) Efektif dan reversibel.
2) Harus diminum setiap hari.
3) Pada bulan-bulan pertama efek samping berupa mual dan
perdarahan bercak yang tidak berbahaya dan segera akan
hilang.
4) Efek samping serius sangat jarang terjadi.
5) Dapat dipakai oleh semua ibu usia reproduksi, baik yang
sudah mempunyai anak maupun belum.
6) Dapat dimulai diminum setiap saat bila yakin tidak sedang
hamil.
7) Tidak dianjurkan pada ibu yang menyusui.
8) Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.
c. Cara Kerja
1) Menekan ovulasi.
2) Mencegah implantasi.
3) Lendir serviks mengental sehingga sulit di lalui oleh sperma.
4) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur
dengan sendirinya akan terganggu pula.
d. Manfaat
1) Memiliki efektifitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas
tubektomi), bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000
perempuan dalam tahun pertama pengguna).
2) Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.
3) Tidak mengganggu hubungan seksual.
4) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang
(mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid.
5) Dapat digunakan dalam jangka panjang selama perempuan
masih ingin menggunakannya untuk mencegah kehamilan.
6) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
7) Mudah dihentikan setiap saat.
32
d. Keuntungan
1) Sangat efektif
2) Pencegahan kehamilan jangka panjang
3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri
4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak
serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan
darah
5) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
6) Sedikit efek samping
7) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
8) Dapat digunakan oleh wanita > 35 tahun sampai
perimenopause
9) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik.
10) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
11) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
12) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)
e. Efek samping/keterbatasan
1) Sering ditemukan gangguan haid, seperti amenorhea.
2) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan
kesehatan (harus kembali untuk disuntik).
3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikut.
4) Permasalahan berat badan merupakan efek samping
tersering.
5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi
menular seksual, virus Hepatitis B, atau infeksi virus HIV.
6) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan
jangka panjang.
7) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian
pemakaian. 50-70% wanita menjadi hamil pada akhir tahun
38
g. Kontraindikasi
39
e. Indikasi
Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin
dalam rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang
paling baik ialah pada waktu mulut peranakan masih terbuka dan
rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin
dan pada akhir haid.
f. Yang boleh menggunakan IUD adalah:
1) Usia reproduktif.
2) Keadaan nulipara.
3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
4) Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan
kontrasepsi.
5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
6) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
7) Risiko rendah dari infeksi menular seksual.
8) Tidak menghendaki metode hormonal.
9) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
10) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
g. Kontraindikasi
Yang tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah
1) Adanya perkiraan hamil atau sedang hamil.
2) Perdarahan vagina yang tidak diketahui.
3) Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis).
4) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita
abortus septic.
5) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak
rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri.
6) Penyakit trofoblas yang ganas.
7) Diketahui menderita TBC pelvic.
8) Kanker alat genital.
69
3) Indikasi.
a) Pasangan yang sangat yakin bahwa keluarga mereka
sudah lengkap
b) Pasangan atau individu yang memilih untuk tidak
memiliki anak
c) Salah satu pasangan memiliki risiko bermakna
mewariskan penyakit herediter
d) Istri mengidap penyakit kronik yang akan menjadi
kontraindikasi untuk hamil.
4) Kontraindikasi.
a) Infeksi kulit lokal.
b) Infeksi traktus genitalis.
c) Kelainan skrotum dan sekitarnya: varikosel, hidrosel,
hernia inguinalis, skrotum yang sangat tebal.
d) Penyakit sistemik : penyakit darah, diabetes mellitus,
jantung koroner.
e) Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak
stabil.
f) Usia masih muda.
9. Metode keluarga berencana darurat
a. Pil (Morning after pill)
b. AKDR (M. Datta, 2009:198)
F. Tinjauan tentang Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
a. Proses asuhan kebidanan adalah suatu proses masalah yang
dimulai dalam bidang perawatan kebidanan pada tahun 1970.
Hal ini memberi suatu metode pengorganisasian rangkaian
pemikiran dan tindakan dalam urutan logis bagi kedua belah
pihak yaitu pasien dan pelayanan kesehatan. (Soepardan,
2007:96)
76
Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus
ketepatan nilai tindakan/asuhan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai,
proses evaluasi ini menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan
alternatif sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. Untuk
mendokumentasikan proses evaluasi ini, diperlukan sebuah catatan
perkembangan, dengan tetap mengacu pada metode SOAP. (Wafi
Nur Muslihatun, 2011)
4. Prinsip Dokumentasi Kebidanan
a. Reliability
Yaitu kemampuan mengapresiasikan data yang ada,
contoh:
1) Bidan dapat mencatat apa yang bisa dicatat
2) Bidan akan mengukur apa yang bisa diukur
Untuk mengapresiasikan data yang ada, seorang bidan
harus melakukan tindakan-tindakan secara terstruktur dan
sistematis sehingga dapat memperoleh informasi yang sejelas-
jelasnya mengenai keadaan/kondisi pasien, serta tindakan-
tindakan medis yang telah dilakukan perencanaan tindakan
medis selanjutnya.
b. Validity
Yaitu keakuratan. Bidan menjelaskan sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya. Keakuratan data dapat diperoleh
apabila seorang tenaga medis berpedoman pada prinsip-prinsip
ini:
1) Akurasi
Yaitu mendekati nilai atau sumber data yang ada.
2) Presisi
Yaitu pengukuran data kembali harus sama dengan
pengukuran data sebelumnya.
82
3) Validitas eksternal
Yaitu sampel harus sesuai dengan karakteristik data
populasi yang kita teliti.
4) Validitas internal
Kemampuan dan keahlian orang yang melakukan
tugas, serta sensitivitas dari data diagnostik/ alat
laboratorium.
5. Aspek Legal Dokumentasi Kebidanan
Dokumentasi ini dapat dimanfaatkan dalam suatu pengadilan,
apabila ada masalah secara hukum. Tetapi pada kasus dan keadaan
tertentu, pasien boleh mengajukan keberatannya untuk
menggunakan catatan tersebut dalam pengadilan sehubungan
dengan haknya akan jaminan kerahasiaan data.
Pendokumentasian dari asuhan kebidanan di rumah sakit
dikenal dengan istilah rekam medik. Dokumentasi kebidanan
menurut SK Menkes RI No. 749 adalah berkas yang berisi catatan
dan dokumen yang berisi tentang identitas: anamnese, pemeriksaan,
tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada seseorang
kepada seorang pasien selama dirawat di rumah sakit yang
dilakukan di unit-unit rawat termasuk UGD dan unit rawat inap.
Dokumen berisi dokumen/pencatatan yang memberi bukti dan
kesaksian tentang sesuatu atau sesuatu pencatatan tentang
sesuatu. (Yeyeh, Ai, 2009, hal. 187-188)
Dokumentasi dalam KEPMENKES NO. 900:
a. Pasal 22 menjelaskan tentang:
Kelengkapan administrasi
b. Pasal 25 menjelaskan tentang:
1) menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundangan.
2) Memberikan informasi pelayanan yang diberikan
3) Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
4) Melakukan pencatatan medik dengan baik.
83