Anda di halaman 1dari 43

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap

wanita yang memiliki organ reproduksi yang sehat, yang telah mengalami

menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang sehat

maka besar kemungkinan akan mengalami kehamilan. Masa kehamilan dimulai

dari konsepsi sampai lahirnya bayi dengan lama 280 hari atau 40 minggu yang

dihitung dari hari pertama haid terakhir. Terbagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan

pertama dimulai dari konsepsi sampai tiga bulan, triwulan kedua dari bulan

keempat sampai keenam dan trimester ketiga bulan ketujuh hingga 9 bulan

(Oktaviani, I., 2017, p. 274).

Kehamilan adalah serangkaian peristiwa yang diawali dengan konsepsi

dan akan berkembang sampai menjadi fetus yang aterm dan diakhiri dengan

proses persalinan. Kehamilan adalah peristiwa kodrati bagi perempuan, seorang

perempuan akan mengalami perubahan dalam dirinya baik fisik maupun

psikologis (Rahmawati dan Leny, 2019). Maka, kehamilan adalah suatu kejadian

yang diawali dengan bertemunya sel ovum dengan sel sperma, kemudian terjadi

pembuahan (fertilisasi), nidasi (implantasi) pada uterus, dan terus berkembang

hingga janin siap untuk dilahirkan.

8
2. Tanda -Tanda Kehamilan

a. Tanda Tidak Pasti kehamilan (Husin, 2014)

1) Amenore

Tidak munculnya mentruasi merupakan itu adalah tanda bahwa

positif hamil. Sangat disarankan bagi wanita untuk rajin mencatat

tanggal siklus haid. Nausea (mual), anoreksia (tidak nafsu makan),

emesis (muntah), dan hipersalivasi. Biasanya terjadi di pagi hari

dan malam hari bahkan lebih sering terkenal dengan sebutan

morning sickness. Biasanya dimulai antara minggu ke-4 dan ke-6

kehamilan. Setiap wanita memiliki kehamilan yang berbeda.

2) Sering buang air kecil

Kandung kemih dan rahim terletak bersebelahan. Pada awal

kehamilan, rahim yang membesar menekan kandung kemih

sehingga selalu merasa ingin buang air kecil. Selama trimester

kedua, tekanan kandung kemih tidak sebesar itu karena rahim

membesar ke atas ke arah perut. Dalam beberapa minggu terakhir

kehamilan, maka akan kembali sering buang air kecil lagi karena

bayi dan rahim sangat besar akan menekan kandung kemih.

3) Obstipasi (sembelit)

Kondisi ini dikarenakan tonus otot yang menurun yang disebakan

karena terjadinya pengaruh hormon steroid.

4) Payudara menegang

Merasakan seperti saat mendekati menstruasi. Bisa dirasakan

perbedaannya beberapa hari setelah terjadi perubahan karena

1
hormon-hormon yang berpengaruh pada saat kehamilan. Rasa sakit

biasanya berkurang setelah tiga bulan pertama.

5) Penciuman lebih sensitif

Kadang ketika merasa bahwa penciuman menjadi lebih tajam dari

biasanya. Bisa jadi sedang “mencium” gejala kehamilan. Hal ini

disebabkan karena perubahan hormon dalam tubuh.

b. Tanda mungkin kehamilan (Husin, 2014)

1) Amenore

Amenore merupakan istilah yang digunakan untuk

menggambarkan tidak adanya haid pada wanita usia subur atau

pada masa reproduksi. Setelah konsepsi menstruasi tidak terjadi

lagi, berhentinya menstruasi disebabkan oleh kenaikan kadar

estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum.

2) Tanda Hegar

Tanda hegar adalah melunaknya isthmus uteri sehingga serviks dan

korpus uteri seolah-olah terpisah. Perubahan ini terjadi sekitar 4-8

minggu setelah pembuahan. Pemeriksaan dilakukan dengan cara

palpasi kearah istmus uteri dengan jari-jari tangan kiri pemeriksaan

kemudian jari tengah dan jari telunjuk tangan kanan meraba kearah

fornik posterior dan istmus uteri. Tanda hegar positif jika jari

tangan kiri yang berada di luar dan jari tangan kanan yang berada

di dalam seolah-olah bertemu.


3) Tanda Goodell

Tanda goodell yaitu pelunakan leher rahim, keadaan ini juga dapat

terjadi diluar kehamilan seperti pada penggunaan kontrasepsi

estrogen dan progesteron menyebabkan peningkatan vaskularisasi

pada leher rahim sehingga terjadi pelunakan. Pada akhir abad ke 19

seorang ginekolog Amerika William Gooodell, memperhatikan

bahwa leher wanita melunak sejak 4 minggu setelah pembuahan.

4) Tanda Chadwick

Tanda chadwick yaitu adanya kebiruan, keunguan atau agak gelap

pada mukosa vagina, hal ini dapat diketahui dengan pemeriksaan

spekulum. Tanda chadwick terjadi karena adanya hiperpigmentasi

dan adanya peningkatan estrogen. Donald E menemukan bahwa

tanda Chadwick dapat mendeteksi wanita dalam keadaan hamil

sebesar 61%.

5) Ballotment

Ballotment dapat dideteksi pada usia kehamilan 16 hingga 20

minggu, ketika jumlah air ketuban lebih besar jika dibandingkan

dengan besar janin. Sehingga jika segmen bawah uterus atau

serviks didorong akan terasa pantulan dari ketuban dan isinya. Cara

untuk memeriksa adanya tanda ballottement yaitu ketika dilakukan

pemeriksaan bimanual segmen bawah uterus dipalpasi perlahan

kemudian janin mengapung ke atas dan tenggelam kembali maka

jari pemeriksa akan merasakan pantulannya.


7) Pemeriksaan hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG)

Hormon ini tidak terdeteksi pada wanita yang tidak hamil dan laki-

laki. Selain sebagai detektor adanya kehamilan, HCG bermanfaat

dalam mendeteksi keadaan abnormal kehamilan seperti kehamilan

ektopik, abortus, kehamilan ganda, memprediksi preeklamsia,

down sindrome, serta kelainan trofoblas janin dapat terdeteksi

dengan berpatokan pada kuantitas titer HCG dalam serum.

8) Deteksi kehamilan dengan USG

Penggunaan USG pada awal kehamilan untuk mendeteksi adanya

kantung kehamilan. Kantung gestasi dapat dilihat pada usia

kehamilan 4-5 minggu dengan USG transabdominal atau segera

setelah terlambat haid bila tes kehamilan positif. USG juga

digunakan untuk mendeteksi adanya kehamilan ektopik bila

mengalami perdarahan atau nyeri abdomen.

c. Tanda-Tanda Pasti Kehamilan (Husin, 2014)

1) Terdengar denyut jantung janin (DJJ) (mulai usia kehamilan 18-20

minggu)

2) Teraba bagian janin saat dipalpasi

3) Teraba pergerakan janin (mulai usia kehamilan 18-20 minggu )

4) Pada pemeriksaan USG terlihat adanya kantong kehamilan, ada

gambaran embrio

5) Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangka janin (> 16

minggu)
3. Perubahan Fisik pada Ibu Hamil

a. Perubahan pada Sistem Reproduksi

Ibu hamil uterusnya tumbuh membesar akibat pertumbuhan isi konsepsi

intrauterin. Hormon estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan, hormon

progesteron berperan untuk elastisitas/kelenturan uterus. Taksiran kasar

pembesaran uterus pada perabaan tinggi fundus:

1) Tidak hamil/normal : sebesar telur ayam (+ 30 g)

2) Kehamilan 8 minggu : telur bebek

3) Kehamilan 12 minggu : telur angsa

4) Kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis-pusat

5) Kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat

6) Kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat

7) Kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat-xyphoid

8) Kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-xyphoid

9) Kehamilan 40 minggu : 3 sampai 1 jari bawah xyphoid

Gambar 1. Pembesaran uterus menurut umur kehamilan

Sumber : Tyastuti, 2016. Halaman 25


Pada ibu hamil vagina terjadi hipervaskularisasi menimbulkan warna

merah ungu kebiruan yang disebut tanda Chadwick. Vagina ibu hamil berubah

menjadi lebih asam, keasaman (pH) berubah dari 4 menjadi 6.5 sehingga

menyebabkan wanita hamil lebih rentan terhadap infeksi vagina terutama infeksi

jamur. Hipervaskularisasi pada vagina dapat menyebabkan hipersensitivitas

sehingga dapat meningkatkan libido atau keinginan atau bangkitan seksual

terutama pada kehamilan trimester dua.

Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta,

terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama kehamilan ovarium

tenang/beristirahat. Tidak terjadi pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak

terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal menstruasi (Tyastuti, 2016).

b. Perubahan pada Sistem Endokrin

1) Progesteron :

Pada awal kehamilan hormon progesteron dihasilkan oleh korpus

luteum dan setelah itu secara bertahap dihasilkan oleh plasenta.

Kadar hormon ini meningkat selama hamil dan menjelang

persalinan mengalami penurunan. Produksi maksimum

diperkirakan 250 mg/hari. Aktivitas progesteron diperkirakan :

menurunkan tonus otot polos, meningkatkan suhu tubuh,

meningkatkan cadangan lemak, dan memicu perkembangan

payudara.

2) Estrogen

Pada awal kehamilan sumber utama estrogen adalah ovarium.

Selanjutnya esterogen dan estradiol dihasilkan oleh plasenta dan


kadarnya meningkat beratus kali lipat, output estrogen maksimum

30–40 mg/hari. Kadar terus meningkat menjelang aterm. Aktivitas

estrogen adalah : memicu pertumbuhan dan pengendalian fungsi

uterus, bersama dengan progesteron memicu pertumbuhan

payudara, merubah konsitusi komiawi jaringan ikat sehingga lebih

lentur dan menyebabkan servik elastis, kapsul persendian melunak,

mobilitas persendian meningkat, retensi air, dan menurunkan

sekresi natrium.

3) Kortisol

Pada awal kehamilan sumber utama adalah adreanal maternal dan

pada kehamilan lanjut sumber utamanya adalah plasenta. Produksi

harian 25 mg/hari. Sebagian besar diantaranya berikatan dengan

protein sehingga tidak bersifat aktif. Kortisol secara simultan

merangsang peningkatan produksi insulin dan meningkatkan

resistensi perifer ibu.

4) Hormon HCG

Hormon HCG ini diproduksi selama kehamilan. Pada hamil muda

hormon ini diproduksi oleh trofoblas dan selanjutnya dihasilkan

oleh plasenta. HCG dapat untuk mendeteksi kehamilan dengan

darah ibu hamil pada 11 hari setelah pembuahan dan mendeteksi

pada urine ibu hamil pada 12–14 hari setelah kehamilan.

Kandungan HCG pada ibu hamil mengalami puncaknya pada 8-11

minggu umur kehamilan. Kadar HCG tidak boleh dipakai untuk

memastikan adanya kehamilan karena kadarnya bervariasi,


sehingga dengan adanya kadar HCG yang meningkat bukan

merupakan tanda pasti hamil tetapi merupakan tanda kemungkinan

hamil. Kadar HCG kurang dari 5 mlU/ml dinyatakan tidak hamil

dan kadar HCG lebih 25 mlU/ml dinyatakan kemungkinan hamil.

Apabila kadar HCG rendah maka kemungkinan kesalahan HPMT,

akan mengalami keguguran atau kehamilan ektopik. Sedangkan

apabila kadar HCG lebih tinggi dari standart maka kemungkinan

kesalahan HPMT, hamil mola hidatidosa atau hamil kembar. HCG

akan kembali kadarnya seperti semula pada 4-6 mg setelah

keguguran, sehingga apabila ibu hamil baru mengalami keguguran

maka kadarnya masih bisa seperti positif hamil jadi hati–hati dalam

menentukan diagnosa, apabila ada ibu hamil yang mengalami

keguguran untuk menentukan diagnosa tidak cukup dengan

pemeriksaan HCG tetapi memerlukan pemeriksaan lain.

5) Human Placental Lactogen

Kadar HPL atau Chorionic somatotropin ini terus meningkat

seiring dengan pertumbuhan plasenta selama kehamilan. Hormon

ini mempunyai efek laktogenik dan antagonis insulin. HPL juga

bersifat diabetogenik sehingga menyebabkan kebutuhan insulin

pada wanita hamil meningkat.

6) Relaxin

Dihasilkan oleh korpus luteum, dapat dideteksi selama kehamilan,

kadar tertinggi dicapai pada trimester pertama. Peran fisiologis

belum jelas, diduga berperan penting dalam maturasi servik.


7) Hormon Hipofisis

Terjadi penekanan kadar FSH dan LH maternal selama kehamilan,

namun kadar prolaktin meningkat yang berfungsi untuk

menghasilkan colostrum. Pada saat persalinan setelah plasenta lahir

maka kadar prolaktin menurun, penurunan ini berlangsung terus

sampai pada saat ibu menyusui. Pada saat ibu menyusui prolaktin

dapat dihasilkan dengan rangsangan pada puting pada saat bayi

mengisap puting susu ibu untuk memproduksi ASI.

c. Perubahan pada Sistem Pernapasan

Wanita hamil sering mengeluh sesak napas yang biasanya terjadi pada

umur kehamilan 32 minggu lebih, hal ini disebabkan oleh karena uterus yang

semakin membesar sehingga menekan usus dan mendorong keatas menyebabkan

tinggi diafragma bergeser 4 cm sehingga kurang leluasa bergerak. Kebutuhan

oksigen wanita hamil meningkat sampai 20%, sehingga untuk memenuhi

kebutuhan oksigen wanita hamil bernapas dalam.

d. Perubahan pada Sistem Pencernaan

Estrogen dan HCG meningkat dengan efek samping mual dan muntah-

muntah. Apabila mual muntah terjadi pada pagi hari disebut Morning Sickness.

Selain itu terjadi juga perubahan peristaltik dengan gejala sering kembung, dan

konstipasi. Pada keadaan patologik tertentu dapat terjadi muntah-muntah banyak

sampai lebih dari 10 kali per hari (hiperemesis gravidarum). Aliran darah ke

panggul dan tekanan vena yang meningkat dapat mengakibatkan hemoroid pada

akhir kehamilan. Hormon estrogen juga dapat mengakibatkan gusi hiperemia dan

cenderung mudah berdarah. Tidak ada peningkatan sekresi saliva, meskipun


banyak ibu hamil mengeluh merasa kelebihan saliva (ptialisme), perasaan ini

kemungkinan akibat dari ibu hamil tersebut dengan tidak sadar jarang menelan

saliva ketika merasa mual sehingga terkesan saliva menjadi banyak. Ibu hamil

trimester pertama sering mengalami nafsu makan menurun, hal ini dapat

disebabkan perasaan mual dan muntah yang sering terjadi pada kehamilan muda.

Pada trimester kedua mual muntah mulai berkurang sehingga nafsu makan

semakin meningkat.

e. Perubahan Berat Badan (BB) dan IMT

Ibu hamil diharapkan berat badannya bertambah, namun demikian

seringkali pada trimester I BB ibu hamil tetap dan bahkan justru turun disebabkan

rasa mual, muntah dan nafsu makan berkurang sehingga asupan nutrisi kurang

mencukupi kebutuhan. Pada kehamilan trimester ke II, ibu hamil sudah merasa

lebih nyaman biasanya mual muntah mulai berkurang sehingga nafsu makan

mulai bertambah maka pada trimester II ini BB ibu hamil sudah mulai bertambah

sampai akhir kehamilan. Peningkatan BB selama hamil mempunyai kontribusi

penting dalam suksesnya kehamilan maka setiap ibu hamil periksa harus

ditimbang BB. Sebagian penambahan BB ibu hamil disimpan dalam bentuk lemak

untuk cadangan makanan janin pada trimester terakhir dan sebagai sumber energi

pada awal masa menyusui. Ibu hamil perlu disarankan untuk tidak makan

berlebihan karena penambahan BB berlebihan pada saat hamil kemungkinan akan

tetap gemuk setelah melahirkan maka konsultasi gizi sangat diperlukan pada ibu

hamil.Peningkatan BB pada trimester II dan III merupakan petunjuk penting

tentang perkembangan janin. Peningkatan BB pada ibu hamil yang mempunyai

BMI normal (19,8-26) yang direkomendasikan adalah 1 sampai 2 kg pada


trimester pertama dan 0,4 kg per minggu. Keperluan penambahan BB semua ibu

hamil tidak sama tetapi harus melihat dari BMI atau IMT sebelum hamil.

Penambahan BB selama hamil dan perkembangan janin berhubungan dengan BB

dan TB ibu sebelum hamil (BMI/IMT). Cara menghitung IMT adalah BB sebelum

hamil (dalam kg) dibagi TB (dalam meter) pangkat 2, misalnya seorang ibu hamil

BB sebelum hamil 50 kg dan TB 150 cm maka IMT adalah 50/(1,5)2 = 22,22

termasuk normal.

4. Keluhan pada Kehamilan Trimester 1

a. Mual muntah

Mual atau muntah dalam bahasa medis disebut emesis gravidarum atau

morning sickness merupakan keadaan mual yang terkadang disertai muntah

(frekuensi kurang dari 5 kali). Penyebab pasti morning sickness belum diketahui

dengan jelas, akan tetapi mual dan muntah dianggap sebagai masalah

multifaktorial. Asuhan kebidanan yang dapat diberikan untuk mengurangi keluhan

adalah:

1) Melakukan pengaturan pola makan yaitu dengan memodifikasi

jumlah dan ukuran makanan,

2) Menghindari ketegangan yang dapat meningkatkan stres dan

mengganggu istirahat tidur,

3) Meminum air jahe,

4) Melakukan akupuntur atau hypnosis,

5) Menghindari mengkonsumsi yang mengandung kafein/kopi,

tembakau dan alkohol,

6) Berikan tablet vitamin B6 1,5mg/hari (Husin, 2014).


b. Hipersalivasi

Air liur berlebih atau dalam bahasa medis hipersalivasi atau sialorrehea

atau ptyalism adalah peningkatan sekresi air liur yang berlebihan (1-2 L/hari). Hal

ini disebabkan karena efek mual dari peningkatan sekresi saliva yang berlebihan

dan juga disebabkan karena ketidakmampuan menelan makanan yang berakibat

semakin meningkatnya jumlah saliva didalam mulut. Hipersalivasi dapat diatasi

dengan menyikat gigi, berkumur atau menghisap permen yang mengandung mint

(Husin, 2014).

c. Pusing

Biasanya terjadi pada awal kehamilan. Penyebab pasti belum diketahui.

Akan tetapi diduga karena pengaruh hormon progesteron yang memicu dinding

pembuluh darah melebar, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan

darah dan membuat ibu merasa pusing. Asuhan kebidanan yang dapat diberikan

untuk mengurangi keluhan adalah:

1) Bila disebabkan oleh hormon maka penanganannya cukup dengan

istirahat dan tidur serta menghilangkan stres,

2) Bila disebabkan oleh anemia dan hipertensi maka harus segera

diatasi dulu faktor penyebabnya. Bidan harus melakukan kolaborasi

dengan dokter kandungan,

3) Bila disebabkan oleh hipotensi atau tekanan darah rendah dapat

diatasi dengan mengurangi aktivitas dan menghemat pengeluaran

energi dan hindari gerakan yang mendadak seperti dari posisi duduk

atau jongkok ke posisi berdiri (Husin, 2014).


e. Mudah lelah

Pada awal kehamilan, wanita sering mengeluh mudah lelah. Penyebab

pastinya belum diketahui. Teori yang muncul yaitu diakibatkan oleh penurunan

drastis laju metabolisme dasar pada awal kehamilan. Keluhan ini akan hilang pada

trimester pertama. Asuhan kebidanan yang dapat diberikan untuk mengurangi

keluhan adalah:

1) Meyakinkan ibu bahwa kelelahan merupakan hal yang normal dan

akan hilang secara spontan pada trimester II,

2) Melakukan pemeriksaan kadar zat besi,

3) Menganjurkan untuk beristirahan disiang hari,

4) Menganjurkan untuk minum lebih banyak,

5) Menganjurkan ibu untuk melakukan latihan fisik (olahraga) ringan,

6) Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makan yang seimbang

(Husin, 2014).

f. Heartburn

Wanita hamil mengeluhkan rasa terbakar pada dada atau dalam bahasa

medis disebut heartburn. Heartburn akan meningkat seiring dengan usia

kehamilan. Heartburn disebabkan oleh peningkatan hormon progesteron,

esterogen dan ralaxing yang mengakibatkan relaksasi otot-otot dan organ

termasuk sistem pencernaan. Langkah pertama untuk mengurangi keluhan

heartburn yaitu dengan memperbaiki pola hidup, seperti menghindari makan

tengah malam, menghindari makan dengan porsi besar, memposisikan kepala

lebih tinggi pada saat terlentang atau tidur (Husin, 2014).


h. Peningkatan frekuensi berkemih

Sebanyak 59% wanita mengalami peningkatan frekuensi berkemih pada

trimester I kehamilan. Peningkatan progesteron dan esterogen pada kehamilan

menyebabkan mukosa pada bladder (kandung kemih) menjadi hyperemic

(peningkatan jumlah aliran darah). Asuhan kebidanan yang dapat diberikan untuk

mengurangi keluhan adalah:

1) Menyarankan untuk latihan kegel,

2) Tidak menyarankan ibu untuk mengurangi minum,

3) Menyarankan ibu untuk BAK secara teratur,

4) Menyarankan ibu untuk menghindari pakaian ketat (Husin, 2014).

i. Konstipasi

Konstipasi adalah penurunan frekuensi buang air besar yang disertai

dengan perubahan karakteristik feses yang menjadi keras sehingga sulit untuk

dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada

penderitanya. Pada awal kehamilan konstipasi ini diakibatkan karena peningkatan

produksi progesteron yang menyababkan tonus otot polos menurun, termasuk

pada sistem pencernaan, sehingga sistem pencernaan menjadi lambat.

penatalaksanaan konstipasi ini yaitu dengan perubahan gaya hidup, contohnya

seperti makan makanan yang berserat (Husin, 2014).

j. Keluhan psikologis

1) Sedih dan ambivalen

Perasaan ini muncul akibat adanya perubahan tanggung jawab yang

baru sebagai ibu hamil yang yang akan ditanggungnya.


3) Depresi

Perubahan fisik ibu yang menimbulkan keluhan berupa mual dan

muntah serta perubahan nafsu makan dapat mencerminkan konflik

dan depresi.

4) Senang

Beberapa wanita, terutama mereka yang telah merencanakan

kehamilan atau telah berusaha keras untuk hamil, merasa senang

sekaligus tidak percaya bahwa dirinya telah hamil dan mencari

bukti kehamilan pada tiap jengkal tubuhnya.

Asuhan kebidanan yang dapat dilakukan untuk mengurangi keluhan

psikis pada ibu hamil trimester I adalah melalui motivasi dan konseling yaitu :

motivasi dari suami dan keluarga, menempatkan nilai-nilai penting dalam

keluarga, mencari informasi seputar kehamilan, memeriksakan kehamilan secara

teratur, menghindari bahan yang dapat membahayakan ibu dan janin,

memperhatikan penampilan fisik dengan menjaga kebersihan, dan melakukan

upaya relaksasi (Husin, 2014).

5. Tanda Bahaya pada Kehamilan

Menurut Husin (2014), untuk mendeteksi dini adanya komplikasi yang

mungkin terjadi selama kehamilan adalah dengan mengenali tanda-tanda bahaya

kehamilan yaitu :

a. Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah jarang yang normal. Pada

masa awal kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan yang

sedikit atau spotting di sekitar waktu pertama terlambat haid. Hal ini

karena terjadinya implantasi. Pada waktu lain dalam kehamilan,


perdarahan ringan mungkin pertanda dari serviks yang rapuh (erosi),

mungkin normal atau disebabkan oleh infeksi. Perdarahan vagina yang

terjadi pada wanita hamil dapat dibedakan menjadi 2 bagian :

1) Pada awal kehamilan : abortus, mola hidatidosa, dan kehamilan

ektopik terganggu.

2) Pada akhir kehamilan : solusio plasenta dan plasenta previa.

b. Sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang. Sakit kepala yang

menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang

menetap dan tidak hilang dengan beristirahat adalah salah satu gejala

preeklampsi. Preeklampsi biasanya juga disertai dengan penglihatan

tiba-tiba hilang/kabur, bengkak/oedema pada kaki dan muka serta

nyeri pada epigastrium.

c. Nyeri abdomen yang hebat. Nyeri abdomen yang dimaksud adalah

yang tidak berhubungan dengan persalinan normal, merupakan nyeri

yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat bisa berarti

appendicitis, abortus, penyakit radang panggul, persalinan preterm,

gastritis dan infeksi kandung kemih.

d. Bayi kurang bergerak seperti biasa. Ibu mulai merasakan gerakan

bayinya selama bulan ke-5 atau ke-6. Beberapa ibu dapat merasakan

gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya akan melemah.

Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam.

Biasanya diukur dalam waktu selama 12 jam yaitu sebanyak 10 kali.

e. Keluar air ketuban sebelum waktunya (Ketuban Pecah Dini). Dapat

diidentifikasi dengan keluarnya cairan mendadak disertai bau yang


khas. Adanya kemungkinan infeksi dalam rahim dan persalinan

prematuritas yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu

dan bayi.

f. Muntah terus-menerus (Hiperemesis Gravidarum). Terdapat muntah

yang terus-menerus yang menimbulkan gangguan kehidupan sehari-

hari dan dehidrasi. Gejala-gejala hiperemesis lainnya :

1) Nafsu makan menurun

2) Berat badan menurun

3) Nyeri daerah epigastrium

4) Tekanan darah menurun dan nadi meningkat

5) Lidah kering

6) Mata nampak cekung

g. Demam tinggi terutama yang diikuti dengan tubuh menggigil, rasa

sakit seluruh tubuh, sangat pusing biasanya disebabkan oleh malaria.

h. Kejang pada ibu hamil merupakan gejala lanjut dari preeklampsi.

6. Pelayanan Antenatal Care

Asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien dalam masa antenatal

harus berdasarkan pada standar asuhan kebidanan sesuai dengan SK Menkes RI

No. 938/Menkes/SK/VIII/2007 yang menjadi acuan dalam proses pengambilan

keputusan dan tindakan bidan sesuai kewenangan dan ruang lingkup prektiknya

berdasar ilmu dan kiat kebidanan. Asuhan antenatal dilakukan secara

komprehensif terpadu dan berkualitas agar apabila terdapat masalah atau penyakit

yang memengaruhi kehamilan dapat segera dideteksi dan ditangani secara dini.

Melalui pelayanan antenatal terpadu seorang ibu hamil mendapatkan pelayanan


menyeluruh dan terpadu sehingga hak reproduksinya dapat terpenuhi, dan

pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien (Suryaningsih,

2017, p. 307).

Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan asuhan antenatal

berkualitas secara komprehensif dan terpadu baik promotif, preventif, kuratif, fan

rehabilitative yang meliputi pelayanan KIA, gizi, pengendalian penyakit menular,

penanganan penyakit kronis, serta beberapa program lokal dan spesifik lainnya

sesuai kebutuhan. Pelayanan ini bertujuan untuk menyediakan pelayanan

antenatal terpadu, komprehensif dan berkualitas termasuk konseling kesehatan,

gizi ibu hamil, konseling keluarga berencana (KB) dan pemberian air susu ibu

(ASI), memastikan ibu hamil mendapatkan pelayanan sesuai standar, mendeteksi

dini kelainan/penyakit/gangguan pada ibu hamil serta melakukan intervensi secara

adekuat dan melakukan rujukan kasus ke fasilitas kesehatan sesuai sistem rujukan

(Suryaningsih, 2017, p. 307-308).

Pelayanan antenatal terpadu melitputi hal sebagai berikut.

a. Memberi pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar

kehamilan berlangsung sehat.

b. Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi

kehamilan.

c. Menyiapkan persalinan bersih dan aman.

d. Merencanakan antisipasi dan persiapan dini unutk melakukan rujukan

jika terjadi penyulit/komplikasi.

e. Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu

jika diperlukan.
f. Melibatkan ibu dan keluarga terutama suami dalam menjaga kesehatan

dan dizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan jika terjadi

penyulit dan komplikasi (Suryaningsih, 2017, p. 308)..

7. Layanan 10T dalam Antenatal Care

Pemerikasaan antenatal dikatakan berkualitas apabila telah memenuhi

standar pelayanan antenatal (10T) sebagai berikut (Suryaningsih, 2017, p. 308-

311).

a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Penimbangan berat badan dilakukan setiap kali kunjungan antenatal.

Hal ini dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.

Penambahan berat badan selama kehamilan didasarkan pada BMI atau IMT ibu

hamil. Apabila penambahan berat kurang dari 9 kg selama kehamilan atau kurang

dari 1 kg per bulan menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.

Pengukuran tinggi badan dilakukan saat kunjungan yang pertama, apabila tinggi

badan ibu kurang dari 145 cm, ibu termasuk dalam kategori mempunyai faktor

risiko tinggi.

Body mass index atau BMI sering dikenal juga sebagai IMT (Indeks

massa tubuh) merupakan hasil perhitungan yang menggambarkan lemak tubuh

didasarkan pada perbandingan berat badan dan tinggi badan. Penilaian BMI

dilakukan dengan perhitungan berikut.


Tabel 1
Interpretasi Hasil perhitungan BMI
BMI Kategori Rekomendasi Peningkatan Berat Badan

< 18,5 Kurus 12,5 – 18 kg

18,5 – 24,9 Normal 11,5 – 16 kg

25,0 – 29,9 Gemuk 7 – 11,5 kg

≥ 30,0 Obesitas 5 – 9 kg

Sumber : Buku KIA oleh Kemenkes RI, 2020, halaman 8

b. Ukur lingkar lengan atas/nilai status gizi

Pengukuran lingkar lengan atas hanya dilakukan pada kontak pertama

antenatal. Hal ini dilakukan untuk skrining ibu hamil berisiko kurang energi

kronis (KEK). Seorang ibu hamil dikatakan mengalami KEK apabila lingkar

lengan atas kurang dari 23,5 cm yang menunjukkan terjadinya kekurangan gizi

yang telah berlangsung lama. Keadaan ini dapat menjadi risiko terlahirnya bayi

dengan berat lahir rendah (BBLR). Pengukuran lingkar lengan atas dilakukan

pada lengan yang jarang digunakan untuk aktivitas biasanya pada lengan kiri. Pita

pengukur menggunakan pita pengukur yang tidak elastis. Dengan lengan ditekuk,

tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan siku, selanjutnya tentukan ukuran

lingkar lengan atas dengan posisi lengan lurus dan santai.

c. Ukur tekanan darah

Pengukuran tekanan drah dilakukan setiap kali kunjungan antenatal.

Hal ini dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi pada kehamilan dan

preeklampsia. Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg

sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 4-6 jam pada

wanita yang sebelumnya normotensi.


d. Ukur tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) harus dilakukan setiap kali

kunjungan antenatal. Hal ini dilakukan untuk memantau pertumbuhan janin

dibandingkan dengan usia kehamilan. Selain itu pengukuran tinggi fundus uteri

juga digunakan untuk menentukan usia kehamilan. Pengukuran tinggi fundus uteri

dilakukan setelah usia kehamilan 24 minggu dan secara berkelanjutan setiap kali

kiunjungan untuk mendeteksi secara diri apabila terdapat gangguan pertumbuhan

janin. Pengukuran dilakukan pada ibu hamil dengan posisi telentang dan pastikan

bahwa kandung kemih kosong. Bentangkan pita pengukur yang tidak elastis

dengan titik 0 berada diatas simfisis, melalui midline (pusat) sampai ke fundus.

Upayakan pita pengukur dalam posisi terbalik agar dapat mengurangi bias

pengukuran. Hasil pengukuran TFU dikatakan normal apabila sesuai dengan usia

kehamilan dalam minggu ±2 cm. apabila terdapat ketidaksesuaian tinggi fundus

uteri dengan usia kehamilan, bidan harus melakukan kolaborasi atau rujukan.

e. Tentukan presentasi janin dan hitung denyut jantung (DJJ)

Presentasi janin merupakan bagian terendah janin atau bagian yang

terdapat dibagian bawah uterus. Pemeriksaan ini dilakukan pada sejak trimester 2

kehamilan dan dilanjutkan setiap kali kunjungan. Jika pada trimester 3 presentasi

janin bukan kepala atau bagian terendah belum masuk pintu atas panggul (PAP)

kemungkinan terdapat kelainan letak atau panggul sempit, sehingga harus

dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Salah satu teknik menilai kesejahteraan janin adalah dengan

menghitung denyut jantung janin. Denyut jantung janin dapat didengar pertama

kali pada usia kehamilan 12 minggu apabila menggunakan Doppler dan pada usia
16-20 minggu jika menggunakan funduskop. Pemeriksaan DJJ dilakukan di

punktum maksimum, yaiut tempat denyut jantung janin terdengar paling keras,

biasanya pada bagian punggung janin. Pada presentasi kepala, DJJ terdengar di

bawah pusat, sedangkan pada presentasi bokong, DJJ terdengar setinggi atau atas

pusat. DJJ normal pada bayi adalah 120-160 kali per menit. Apabila DJJ kurang

atau lebih dari nilai tersebut perlu dilakukan pementauan lebih lanjut terhadap

kesejahteraan janin.

f. Skrining status imunisasi TT dan pemberian imunisasi TT

Pemberian imunisasi TT (tetanus toksoid) dilakukan untuk memberikan

kekebalan terhadap tetanus baik ibu maupun bayi (tetanus neonatorum). Tetanus

neonatorum dapat terjadi pada bayi apabila proses persalinannya dilakukan di

tempat yang kotor atau tidak steril atau perawatan tali pusat yang tidak steril.

Tetanus neonatrum dapat menyebabkan kematian pada bayi. Dengan pemberian

imunisasi TT pada ibu, bayi akan mendapatkan kekebalan pasif yang didapat dari

ibu, karenanya penting untuk mencegah hal tersebut melalui pemberian imunisasi

TT pada wanita yang dimulai dari masa kanak-kanak sampai masa kehamilan.

Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai selang waktu maksimal, hanya

selang waktu minimal antar-dosis. Apabila ibu belum pernah mendapatkan

imunisasi TT atau status TT tidak diketahui maka pemberian imunisasi TT sesuai

dengan berikut.
Tabel 2

Pemberian Imunisasi TT

Pemberian Selang Waktu Minimal

TT 1 Saat kunjungan pertama (sedini mungkin pada


kehamilan)

TT 2 4 minggu setelah TT 1 (pada kehamilan)

TT 3 6 bulan setelah TT 2 (pada kehamilan, jika selang waktu


minimal terpenuhi)

TT 4 1 tahun setelah TT 3

TT 5 1 tahun setelah TT 4

Sumber : Suryaningsih, 2017, p. 310

Tabel 3

Pemberian Imunisasi TT Booster

Riwayat Imunisasi Pemberian dan Selang Waktu Minimal

1 kali TT 2, 4 minggu setelah TT 1 (pada kehamilan)

2 kali TT 3, 6 bulan setelah TT 2 (pada kehamilan jika selang


waktu terpenuhi)

3 kali TT 4, 1 tahun setelah TT 3

4 kali TT 5, 1 tahun setelah TT 4

5 kali Tidak perlu lagi

Sumber: Suryaningsih, 2017, p. 310

g. Beri tablet tambah darah (zat besi)

Pemberian tablet tambah arah merupakan asuhan rutin yang harus

dilakukan dalam asuhan antenatal. Suplementasi ini berisi senyawa zat besi yang

setara dengan 60 mg zat besi elemental dan 400 mcg asam folat. Hal ini dilakukan

untuk pencegahan terjadinya anemia dalam kehamilan, serta pengobatan anemia


dalam kehamilan. Dosis yang digunakan pada terapi selama kehamilan minimal

90 tablet dimulai sedini mungkin dan dilanjutkan sampai masa nifas. Sedangkan

untuk dosis pengobatan pada penderita anemia pada kehamilan adalah 2 tablet

setiap hari sampai kadar Hb mencapai normal, kemudia dilanjutkan dengan dosis

pemeliharaan.

h. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium pada kehamilan dilakukan sebagai

pemeriksaan rutin dan pemeriksaan atas indikasi. Pemeriksaan laboratorium rutin

meliputi pemeriksaan golongan darah dan pemeriksaan hemoglobin. Pemeriksaan

golongan darah ditujukan untuk menyiapkan apabia terdapat kondisi darurat pada

ibu hamil, keluarga maupun masyarakat telah dapat mempersiapkan calon

pendonor yang sesuai dengan golongan darah ibu hamil tersebut. Pemeriksaan

kadar hemoglobin dilakukan pada trimester 1 dan 3. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui status anemia pada ibu hamil sehingga dapat dilakukan

penetalaksanaan lebih lanjut.

Selain pemeriksaan rutin di atas, dapat juga dilakukan pemeriksaan protein

dalam urine, pemeriksaan gula darah, pemeriksaan HIV, pemeriksaan BTA;

pemeriksaan sifilis dan malaria dilakukan sesuai indikasi.

i. Tata laksana/penanganan khusus

Penetapan diagnosis dilakukan setelah seluruh pengkajian maupun

pemeriksaan dilakukan secara lengkap. Setiap kelainan yang ditemukan dari hasil

pemeriksaan harus ditata laksana sesuai dengan standar dan kewenangan bidan.

Apabila terdapat kasus kegawatdaruratan atau kasus patologis harus dilakukan

rujukan ke fasilitas yang lebih lengkap sesuai alur rujukan.


j. Temu wicara/konseling

Setiap antenatal bidan harus memberikan temu wicara/konseling sesuai

dengan diagnosis dan masalah yang ditemui. Secara umum KIE yang dilakukan

adalah dianjurkan unutk melakukan pemeriksaan antenatal secara rutin, menjaga

kebersihan diri, suami dan keluarga dianjurkan memberikan dukungan terhadap

kehamilan ibu, menjelaskan tanda-tanda bahaya yang mungkin terjadi pada

kehamilan, asupan gizi seimbang, dan lain-lain.

8. Asuhan Sayang Ibu dalam Kehamilan

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan

dan keinginan sang ibu. Cara yang paling mudah membayangkan mengenai

asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri (JNPK-KR,

2017).

Asuhan sayang ibu dalam kehamilan yaitu berupa sebagai berikut:

a. Prinsip Asuhan

1) Intervensi minimal

2) Komprehensif

3) Sesuai Kebutuhan

4) Sesuai dengan Standar, wewenang, otonomi dan kompetensi

provider

5) Dilakukan secara kompleks oleh tim

6) Asuhan Sayang ibu & sayang bayi

7) Memberikan inform consent

8) Aman, nyaman, logis dan berkualitas

9) Fokus perempuan sebagai manusia utuh selama hidupnya


10) Tujuan asuhan dibuat bersama klien (Gustina, 2021).

b. Prinsip Sayang ibu dan Bayi pada Asuhan Kehamilan

1) Memandang setiap kehamilan berisiko, karena sulit memprediksi

wanita mana yang akan menghadapi komplikasi

2) Penapisan & pengenalan dini risiko tinggi dan komplikasi

kehamilan

3) Mempertimbangkan tindakan untuk ibu sesuai agama/tradisi/adat

setempat

4) Membantu persiapan persalinan

5) Pengenalan tanda-tanda bahaya

6) Memberikan konseling sesuai usia kehamilannya tentang: gizi,

istirahat, pengaruh rokok, alkohol dan obat pada kehamilan,

ketidaknyamanan normal dalam kehamilan

7) Kelas ANC untuk bumil, pasangan atau keluarga

8) Skrining untuk Sifilis & IMS lainnya

9) Pemberian suplemen asam folat dan Fe

10) Pemberian imunisasi TT 2x

11) Melaksanakan senam hamil

12) Penyuluhan gizi, manfaat ASI & rawat gabung, manajemen laktasi

13) Asuhan berkesinambungan

14) Menganjurkan bumil untuk menghindari kerja fisik berat

15) Memeriksa tekanan darah, proteinuri secara teratur

16) Pengukuran tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan (>24mg

dengan pita ukur)


17) Pemeriksaan Hb pada awal dan usia 30 mg

18) Mendeteksi kehamilan ganda usia >28mg

19) Mendeteksi kelainan letak >36 mg

20) Menghindari posisi terlentang pada pemeriksaan kehamilan lanjut

21) Catatan ANC disimpan oleh bumil (Gustina, 2021).

B. Hiperemesis Gravidarum

1. Pengertian

Mual dan muntah adalah gejala yang wajar dan sering terdapat pada

kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula

timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu

setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10

minggu (Oktavia, 2016).

Mual muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh berkurang,

sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) dan sirkulasi darah ke jaringan

terlambat. Jika hal itu terjadi, maka konsumsi oksigen dan makanan ke jaringan

juga ikut berkurang. Kekurangan oksigen dan makanan ke jaringan akan

menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat mengurangi kesehatan ibu dan

perkembangan janin yang dikandungnya. Kasus semacam ini memerlukan

penanganan yang serius (Oktavia, 2016).

Hiperemesis gravidarum (HG) merupakan komplikasi kehamilan yang

ditandai dengan mual dan muntah secara terus menerus yang dapat menyebabkan

penurunan berat badan lebih dari 5% dari berat badan sebelum hamil, dehidrasi,

asidosis metabolik akibat kelaparan, alkalosis akibat kehilangan asam klorida, dan
hipokalemia. Sedikitnya 80% wanita hamil mengalami mual dan muntah selama

kehamilan (DA. Rini, 2021).

Hiperemesis gravidarum adalah keadaan mual dan muntah yang dialami

hingga mengganggu aktivitas sehari-hari hingga menimbulkan komplikasi

dehidrasi, hipokalemia dan penurunan berat badan lebih dari 3 kg atau 5% dari

berat badan sebelum hamil (Marlin, 2018).

2. Klasifikasi

Menurut berat ringannya gejala Hiperemesis gravidarum dapat dibagi ke

dalam tiga tingkatan sebagai berikut :

a. Tingkat I

Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita,

ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri

pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik

menurun, turgor kulit menurun, lidah mengering dan mata cekung (Manuaba,

2010).

b. Tingkat II

Penderita tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun,

lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang

naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi

turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam bau

pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam

urin (Manuaba, 2010).


c. Tingkat III

Keadaan umum lebih buruk, muntah berhenti, kesadaran menurun dari

samnolen sampai koma, nadi menurun dan cepat, suhu meningkat dan tensi

menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai

Encephalopathy Wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan

mental. Keadaan ini terjadi akibat defisiensi zat makanan, termasuk vitamin B

kompleks. Timbulnya ikterus menunjukan adanya gangguan hati (Manuaba,

2010).

3. Etiologi

Menurut Rini DA (2021), penyebab hiperemesis gravidarum tidak

diketahui dengan pasti, namun kemungkinan terdapat faktor berikut ini :

a. Faktor Hormonal

HCG diyakini sebagai penyebab hiperemesis gravidarum yang paling

mungkin terjadi baik secara langsung maupun aktivitasnya terhadap reseptor

hormon tiroid (TSH). Jalur dimana tingkat HCG yang lebih tinggi dapat

menyebabkan hiperemesis gravidarum masih belum jelas, namun mekanisme

yang diketahui meliputi pengaktifan proses sekresi pada saluran gastrointestinal

bagian atas dan dengan menstimulasi peningkatan produksi hormon tiroid.

b. Faktor Riwayat Asupan

1) Asupan Karbohidrat

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi

karbohidrat dalam jumlah banyak berhubungan dengan kejadian

mual dan muntah pada ibu hamil. Telah diamati bahwa wanita
yang mengalami mual dan muntah cenderung memiliki

pertambahan berat badan hamil yang lebih sedikit walaupun

mengonsumsi energi dalam jumlah tinggi dan yang terbanyak

bersumber dari karbohidrat dan gula. Hal ini terjadi karena

disritmia lambung yang menyebabkan mual.

2) Asupan Protein

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi protein

dalam jumlah rendah berhubungan dengan kejadian mual dan

muntah pada ibu hamil. Kekurangan protein dapat menyebabkan

disritmia lambung dan menimbulkan perasaan mual.

3) Asupan Lemak

Berdasarkan teori metabolisme terjadinya hiperemesis gravidarum,

asupan tinggi lemak merupakan salah satu faktor terjadinya

hiperemesis gravidarum. Beberapa hasil penelitian menunjukkan

bahwa konsumsi lemak dalam jumlah banyak berhubungan dengan

kejadian mual dan muntah pada ibu hamil. Peningkatan lemak

tubuh dapat menyebabkan peningkatan produksi estrogen melalui

konversi steroid menjadi estradiol melalui enzim aromatase. Proses

ini terjadi pada sel lemak dan peningkatan lemak tubuh sehingga

meningkatkan produksi estrogen. Hal ini dispekulasikan bahwa

asupan lemak jenuh yang tinggi dapat meningkatkan konsentrasi

estrogen yang bersirkulasi. Meningkatnya kadar estrogen berkaitan

dengan terjadinya hiperemesis gravidarum. Selain itu, makanan

yang berlemak akan menunda pengosongan lambung yang dapat


mengakibatkan terjadinya mual. Lemak dapat menghambat

pelepasan gastrin di dalam perut dan dapat mempengaruhi aktivitas

ritmis lambung. Lemak juga dapat menghambat protein dalam

mempertahankan aktivitas lambung secara normal.

4) Asupan Vitamin B6

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa vitamin B6 dapat

menurunkan frekuensi mual dan muntah pada ibu hamil. Meskipun

vitamin ini mengkatalisis sejumlah reaksi yang melibatkan

produksi neurotransmitter, namun tidak diketahui apakah fungsi ini

berperan dalam menghilangkan gejala mual dan muntah atau tidak.

Mekanisme bagaimana vitamin B6 berperan dalam menurunkan

mual muntah belum jelas, namun vitamin B6 berfungsi sebagai

kofaktor pada sekitar 50 enzim dekarboksilase dan transaminase.

c. Status Gizi Sebelum Kehamilan

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa status gizi sebelum hamil

berhubungan dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil, terutama

pada wanita yang memiliki IMT yang rendah. Sebuah penelitian yang di Swedia

menunjukkan bahwa kejadian hiperemesis gravidarum lebih banyak terjadi pada

wanita yang memiliki berat badan kurang (underweight) sebelum kehamilan

dibandingkan dengan wanita yang memiliki berat badan ideal sebelum hamil.

Sedangkan berat badan lebih (overweight) hingga obesitas sebelum kehamilan

merupakan faktor protektif kejadian hiperemesis gravidarum.


d. Usia Ibu

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa usia ibu merupakan salah satu

faktor yang berpengaruh dalam terjadinya HG. Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa HG lebih banyak dialami oleh wanita hamil yang berusia <20 dan >35

tahun. Namun, ada juga penelitian yang menunjukkan hiperemesis dapat terjadi

pada usia 20-35 tahun. Ibu yang memiliki cukup usia untuk hamil cenderung tidak

mengalami hiperemesis gravidarum karena ibu dinilai sudah mampu

menyesuaikan diri dengan kadar estrogen yang meningkat. Usia ibu juga

berkaitan dengan kematangan emosi ibu. Ibu hamil yang sudah masuk

perkembangan yang lebih dewasa, akan mempunyai emosi yang lebih stabil dan

lebih siap dalam menghadapi kehamilan. Kesiapan ibu dalam menghadapi

kehamilan juga berdampak pada tingkat stress ibu menghadapi kehamilan.

4. Diagnosis

Hiperemesis gravidarum dapat diagnosis melalui anamnesis: didapatkan

amenorea, hasil uji planotest positif, mual dan muntah terus menerus, menetap

dan mengganggu aktivitas sehari-hari ibu, pemeriksaan fisik; nilai adanya tanda

dehidrasi, periksa urin dan lihat kadar keton urin ibu. Pemeriksaan penunjang

dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis. Pemeriksaan yang dilakukan

adalah urinalisis, analisis darah lengkap, dan Ultrasonography. Pemeriksaan

ultrasonography perlu dilakukan untuk mendeteksi kehamilan ganda atau mola

hidatidosa (Marlin, 2018).

Mual dan muntah yang baru muncul pada trimester kedua atau ketiga

menurunkan kemungkinan hiperemesis gravidarum. Peningkatan suhu/ demam


dan nyeri tekan maupun nyeri lepas bagian perut juga bukan merupakan gejala

khas hiperemesis gravidarum.

5. Asuhan dan Penatalaksanaan Kebidanan

Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan hip eremesis gravidarum

menurut Marlin (2018) diantaranya sebagai berikut.

a. Langkah yang paling penting bagi pasien adalah cairan untuk

menghindari dehidrasi dan menghindari hal yang memperburuk mual.

Kebanyakan wanita dengan hiperemesis menemukan pengetahuan

bahwa mual dan muntah adalah normal dan akan menghilang seiring

bertambah usia gestasi. Hal ini harus menjadi bagian yang konsisten

dari konseling bidan mengenai dampak mual muntah yang tidak

ditangani dengan baik.

b. Untuk memperoleh kepastian diagnosa, perhatikan tanda dehidrasi dan

lakukan pemeriksaan urin di laboratorium. Jika urin mengandung zat

keton mengindikasikan ibu hamil butuh perawatan di rumah sakit.

c. Pertumbuhan janin juga dipantau melalui USG dan kondisi ibu tetap

merupakan prioritas utama yang penting mendapatkan perhatian dalam

pengobatan.

d. Dukungan emosional keluarga sangat dibutuhkan untuk mrngurangi

stress psikologis yang mengakibatkan hiperemesis gravudarum.

e. Modifikasi diet dan gaya hidup.

Rini DA (2021) mengatakan penatalaksaan pada ibu dengan Hiperemesis

gravidarum dapat dilakukan dimulai dengan :


a. Informasi

Informasi yang diberikan pada ibu hamil adalah informasi bahwa mual

dan muntah dapat menjadi gejala kehamilan yang fisiologis dan dapat hilang

sendiri setelah kehamilan berlangsung beberapa bulan. Namun tidak ketinggalan

diberikan informasi, bahwa apabila mual dan muntah yang terjadisudah

mengganggu dan menyebabkan dehidrasi, maka ibu tersebut harus segera

melaporkannya ke fasilitas kesehatan terdekat.

b. Obat-obatan

Obat-obatan yang dapat diberikan kepada ibu hamil yang mengalami

hiperemesis gravidarum akibat stres psikologis adalah obat sedatif seperti

phenobarbital. Dapat juga diberikan vitamin seperti vitamin B yang berfungsi

mempertahankan kesehatan syaraf jantung dan otot serta meningkatkan perbaikan

dan pertumbuhan sel. Lalu diberikan pula antihistamin atau antimimetik seperti

disiklomin hidrokloride pada keadaan yang lebih berat untuk kondisi mualnya.

Lalu untuk mual dan muntahnya dapat diberikan vitamin B6.

c. Isolasi

Isolasi dilakukan di ruangan yang tenang, cerah dan ventilasi udara

yang baik. Lalu dicatat pula cairan yang masuk dan keluar dan tidak diberikan.

makan dan minum selama 24 jam, karena kadang-kadang dengan isolasi saja

gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

d. Terapi psikologi

Pada terapi psikologi, perlu diyakinkan pada pasien bahwa penyakit

dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh kehamilan, dan mengurangi

masalah yang dipikirkan.


e. Diet

Diet dilakukan bertujuan untuk mengganti persediaan glikogen tubuh

dan mengontrol asidosis yang secara berangsur memberikan makanan berenergi

dan zat gizi yang cukup. Sedangkan syarat diet untuk hiperemesis gravidarum

adalah :

1) Karbohidrat tinggi, yitu 75-80% dari kebutuhan energi total.

2) Lemak rendah, yaitu ≤10% dari kebutuhan energi total.

3) Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.

4) Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan

disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari.

5) Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran cerna, dan

diberikan dalam porsi kecil.

6) Bila makan pagi dan siang sulit diterima, dioptimalkan makan

malam selingan malam.

7) Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi

sesuai keadaan dan kebutuhan gizi pasien.

Macam diet dan indikasi pemberian sebagai berikut.

1) Diet Hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis

berat. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau

rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak

diberikan bersama makanan, tetapi 1-2 jam sesudahnya. Semua zat

gizi pada makanan ini kurang kecuali vitamin C, sehingga hanya

diberikan selama beberapa hari.


2) Diet Hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah sudah

berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang

bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan.

Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat

memenuhi kebutuhan gizi, kecuali kebutuhan energi.

3) Diet Hiperemesis III diberikan kepada pasien dengan hiperemesis

ringan. Sesuai dengan kesanggupan pasien, minuman boleh

diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup energi dan semua

zat gizi. Contoh susunan menu diet hiperemesis III terlampir.

4) Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III

adalah : roti panggang, biscuit, crackers, buah-buahan segar, sari

buah, minuman botol ringan, sirop, kaldu tak berlemak, teh dan

kopi encer (Maulina, R., dan R. Safitri, 2018)..

5) Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III

adalah makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan

dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang mengandung alcohol,

kopi, dan yang mengandung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan

bahan penyedap) (Maulina, R., dan R. Safitri, 2018).

f. Pemberian cairan pengganti

Cairan pengganti dapat diberikan dalam keadaan darurat sehingga

keadaan dehidrasi dapat diatasi. Cairan pengganti yang diberikan adalah glukosa

5% sampai 10% dengan keuntungan dapat mengganti cairan 10 yang hilang dan

berfungsi sebagai sumber energi sehingga terjadi perubahan metabolisme dari

lemak menjadi protein menuju kearah pemecahan glukosa.


g. Menghentikan kehamilan

Pada beberapa kasus, pengobatan hiperemesis gravidarum yang tidak

berhasil justru mengakibatkan terjadinya kemunduran dan keadaan semakin

menurun sehingga diperlukan pertimbangan untuk melakukan pengguguran

kandungan. Keadaan yang memerlukan pertimbangan pengguguran kandungan

adalah:

1) Gangguan kejiwaan (delirium, apatis, somnolen sampai koma,

terjadi gangguan jiwa

2) Gangguan penglihatan (pendarahan retina, kemunduran

penglihatan);

3) Gangguan faal (hati [ikterus], ginjal [anuria], jantung dan pembuluh

darah [nadi meningkat, tekanan darah menurun]).

h. Terapi non farmakologi dengan ekstrak jahe

Minum air rebusan jahe adalah salah satu tindakan non farmakologi

yang biasa disarankan oleh tenaga kesehatan untuk mengurangi mual muntah

pada kehamilan. Jahe mengandung minyak Atsiri Zingiberena (zingirona) yang

aromanya mempunyai efek menyegarkan, gingerol dapat melancarkan darah dan

saraf-saraf bekerja dengan baik yang hasilnya ketegangan bisa dicairkan, kepala

jadi segar, mual muntah pun ditekan, dan oleoresis menyebabkan rasa pedas yang

menghangatkan tubuh dan mengeluarkan keringat. Terdapat juga kandungan

Bisabilena, Kurkuman, Flandrena, vitamin A dan resih pahit yang ikut andil

dalam mengatasi mual muntah. (Putri, A. D., Haniarti dan Usman. 2017).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri, A. D., Haniarti dan Usman

menyebutkan bahwa minuman jahe hangat memberikan pengaruh terhadap


penurunan frekuensi mual muntah pada ibu hamil trimester I dibuktikan dengan

hasil penelitiannya bahwa sebelum diberi intervensi rata-rata responden

mengalami frekuensi mual muntah sebanyak 13 kali dalam sehari, setelah diberi

intervensi minuman jahe hangat rata-rata frekuensi mual muntah menurun

menjadi 3,18 kali dalam sehari dengan nilai p=0,000 sehingga dapat disimpulkan

bahwa baik secara klinis maupun statistik, minuman jahe hangat memberikan

pengaruh terhadap penurunan frekuensi mual muntah pada ibu hamil trimester I.

Pada kehamilan waktu pengosongan lambung pada ibu hamil akan

memanjang sebagai dampak dari desakan uterus yang membesar dan relaksasi

otot karena pengaruh hormon progesteron, dengan melihat cara kerja dari sifat

anti mual dan muntah dari tanaman jahe adalah dengan meningkatkan produksi

enzim dan asam pencernaan, yang mempercepat proses pencernaan makanan di

dalam perut. Mekanisme inilah yang pada akhirnya akan membantu untuk

mencegah mual dan muntah (Ariyanti, L., Sari, RF., 2020).

Beberapa penelitian pemberian dosis ekstrak jahe yang aman untuk

dikonsumsi ibu hamil dibawah 1000 mg/hari. Kemungkinan efek samping

penggunaan ekstrak yang terjadi pada kehamilan yaitu menyebabkan abortus,

mutasi janin dan meningkatkan risiko perdarahan. Maka, jahe tidak dapat

diberikan pada ibu hamil dengan riwayat pernah mengalami abortus, mutasi janin

dan perdarahan pada kehamilan sebelumnya ( Wiraharja, RS., dkk. 2011).

Intervensi pemberian jahe dalam penelitian Putri, dkk yaitu ibu hamil

diberikan pada pagi hari sebanyak 3 kali seminggu selama satu bulan. Jahe yang

diberikan adalah 4 gram jahe emprit yang telah dibakar lalu dipipihkan dan

direbus/dicampurkan dengan 250 ml air panas, boleh diberikan 1 sendok makan


gula merah yang telah dicincang halus untuk penambah rasa dan disajikan hangat

dan mendapat hasil analisis konsumsi ekstrak jahe dengan dosis tersebut sudah

cukup baik dalam mengurangi mual muntah dan kadar ekstrak jahe dapat

diperkecil sehingga mengurangi risiko terhadap kehamilan.

C. Manajemen Kebidanan

1. Tujuh Langkah Varney

Dalam buku dokumentasi kebidanan oleh Handayani (2017) terdapat tujuh

langkah varney merupakan alur proses manajemen asuhan kebidanan karena

konsep ini sudah dipilih sebagai „rujukan‟ oleh para pendidik dan praktisi

kebidanan di Indonesia walaupun International Confederation of Midwives (ICM)

pun sudah mengeluarkan proses manajemen asuhan kebidanan. Terdapat 7

langkah manajemen kebidanan menurut Varney yang dapat dijabarkan sebagai

berikut.

a. Langkah I : Pengumpulan data dasar

Dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang

diperlukan untuk megevaluasi keadaan klien secara lengkap. Mengumpulkan

semua informasi yang akurat dari sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

b. Langkah II: Interpretasi data dasar

Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah klien

atau kebutuhan berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah

dikumpulkan. Kata “masalah dan diagnosa” keduanya digunakan karena beberapa

masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan

penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan kebidanan terhadap klien.


Masalah bisa menyertai diagnosa. Kebutuhan adalah suatu bentuk asuhan yang

harus diberikan kepada klien, baik klien tahu ataupun tidak tahu.

c. Langkah III: mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial

Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan

rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Membutuhkan

antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan. Penting untuk melakukan asuhan

yang aman.

d. Langkah IV: Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan

segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan

atau untuk dikonsultaikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan

yang lain sesuai dengan kondisi klien.

e. Langkah V: Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Merencanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-

langkah sebelumnya. Rencana asuhan yg menyeluruh meliputi apa yang sudah

diidentifikasi dari klien dan dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita

tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya.

f. Langkah VI: Melaksanakan perencanaan

Melaksanakan rencana asuhan pada langkah ke lima secara efisien dan

aman. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab

untuk mengarahkan pelaksanaanya.

g. Langkah VII: Evaluasi

Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan

meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi


sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan didalam masalah

dan diagnosa.

2. Data Fokus SOAP

Catatan SOAP adalah sebuah metode komunikasi bidan-pasien dengan

profesional kesehatan lainnya. Catatan tersebut mengkomunikasikan hasil dari

anamnesis pasien, pengukuran objektif yang dilakukan, dan penilaian bidan

terhadap kondisi pasien. Catatan ini mengomunikasikan tujuan-tujuan bidan (dan

pasien) untuk pasien dan rencana asuhan. Komunikasi tersebut adalah untuk

menyediakan konsistensi antara asuhan yang disediakan oleh berbagai profesional

kesehatan (Handayani, 2017).

a. Data Subjektif

Data subjektif berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien,

ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhan yang dicatat sebagai kutipan

langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis, data

subjektif ini akan menguatkan diagnosis yang disusun (Handayani, 2017).

b. Data Objektif

Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur,

hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium. Catatan medik dan

informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini

sebagai data penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis klien dan

fakta yang berhubungan dengan diagnosis (Handayani, 2017).

c. Analisis

Langkah ini merupakan pendokumentasian hasil analisis dan

intrepretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena keadaan klien
yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru

dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan

menjadi sangat dinamis. Di dalam analisis menuntut bidan untuk sering

melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti

perkembangan klien. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan

data klien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada klien, dapat terus

diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat. Analisis data adalah

melakukan intrepretasi data yang telah dikumpulkan, mencakup diagnosis,

masalah kebidanan, dan kebutuhan (Handayani, 2017).

d. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan

segera, tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan,

kolaborasi, evaluasi dan rujukan. Tujuan penatalaksanaan untuk mengusahakan

tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan

kesejahteraannya (Handayani, 2017).

Anda mungkin juga menyukai