OLEH
DORATEA KALLI
170202721
KUPANG
2023
A. KONSEP ANTENATAL CARE
1. Definisi
Antenatal Care (ANC) ialah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan
pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim juga seperti pemantauan
kesehatan secara fisik, psikologis, termasuk pertumbuhan dan perkembangan janin
serta mempersiapkan proses persalinan dan kelahiran supaya ibu siap menghadapi
peran baru sebagai orang tua (Hasibuan,M, 2008)
2. Manfaat Antenatal Care
Tujuan asuhan keperawatan antenatal adalah mendeteksi secara dini risiko
komplikasi yang mungkin dialami ibu selama hamil, mencegah komplikasi selama
hamil, memantau kesehatan ibu dan ja nin, membantu dan memfasilitasi proses adptasi
yang terjadi sehingga ibu dapat beradaptasi dengan perubahan fisik dan peran barunya,
menginformasikan kunjungan ulang, menentukan usia kehamilan dan perkiraan
persalinan, menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal (Manurung,
Tutiany, & Suryati, 2011).
Kehamilan
Janin berkembang
Penekanan saraf lumbal
Hormon HCG
Meransang resptor Nyeri
Penekanan pada VU
(histamin,prostaglandin,bradikinin)
Mual dan Muntah
Nyeri Akut
5. Jadwal kunjungan antenatal care
Program pelayanan kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan pemeriksaan kehamilan minimal empat kali selama masa kehamilan.
Pemeriksaan kehamilan sesuai dengan frekuensi minimal di tiap trimester, yaitu
minimal satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), minimal satu
kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan minimal dua kali pada
trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan) (Kemenkes RI, 2018).
Ibu hamil melakukan kunjungan antenatal care minimal empat kali yaitu :
1. Kunjungan pertama/K1 (Trimester I)
K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil pada masa kehamilan ke pelayanan
kesehatan. Pemeriksaan pertama kehamilan diharapkan dapat menetapkan data
dasar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim dan
kesehatan ibu sampai persalinan. Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
anamnesa, pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan khusus obstetri, penilaian risiko
kehamilan, menentukan taksiran berat badan janin, pemberian imunisasi TT1, KIE
pada ibu hamil, penilaian status gizi, dan pemeriksaan laboratorium.
2. Kunjungan kedua/K2 (Trimester II)
Pada masa ini ibu dianjurkan untuk melakukan kujungan antenatal care minimal
satu kali. Pemeriksaan terutama untuk menilai risiko kehamilan, laju pertumbuhan
janin, atau cacat bawaan. Kegiatan yang dilakukan pada masa ini adalah
anamnesis keluhan dan perkembangan yang dirasakan ibu, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan USG, penilaian risiko kehamilan, KIE pada ibu, dan pemberian
vitamin.
3. Kunjungan ketiga dan ke-empat/K3 dan K4 (Trimester III)
Pada masa ini sebaiknya ibu melakukan kunjungan antenatal care setiap dua
minggu sampai adanya tanda kelahiran. Pada masa ini dilakukan pemeriksaan:
anamnesis keluhan dan gerak janin, pemberian imunisasi TT2, pengamatan gerak
janin, pemeriksaan fisik dan obstetri, nasihat senam hamil, penilaian risiko
kehamilan, KIE ibu hamil, pemeriksaan USG, pemeriksaan laboratorium ulang.
6. Langkah-langkah dalam perawatan kehamilan atau Antenatal Care
20 5 Bulan
23 6 Bulan
26 7 Bulan
30 8 Bulan
33 9 Bulan
Pengukuran TFU dengan menggunakan jari
½ simfisis-pusat 16
Setinggi pusat 24
½ pusat-procesus xipoideus 34
RUMUS PERSALINAN
Selain itu dilakukan juga dilakukan pemeriksaan untuk menentukan usia kehamilan
dapat dilakukan dengan 4 cara manuver leopold yaitu (Manuaba (2010):
Leopold I:
Untuk menemukan presentasi dengan cara mengidentifikasi bagian tubuhfetus apa
yang berada di fundus dan daerah pelvik.
Caranya: Menghadap ke kepala pasien, gunakan jari-jari kedua tanganmempalpasi
fundus uteri. Jika kepala yang berada di fundus makaakan terassa keras, bulat dan
melenting. Jika bokong teraba difundus, maka akan terasa lembut, tidak bulat dan
gerakan kurang.
Leopold II
Untuk menemukan posisi janin (punggung janin).
Caranya: Menghadap pada kepala pasien, letakkan kedua tangan padakedua sisi
abdomen. Letakkan tangan pada satu sisi dan tangan lainmempalpasi sisi yang
berbeda untuk menemukan bagian punggungjanin. Jika punggung akan teraba
cembung dan resisten.
Leopold III:
Untuk mengidentifikasi bagian apa dari janin yang dekat dengan daerahpelvik.
Caranya: Letakkan 3 jari pertama tangan yang dominan pada sisi abdomendi atas
simpisis pubis dan minta pasien menarik napas panjang dan menghembuskannya.
Pada saat mengeluarkan napas, gerakkantangan turun perlahan dan menekan
sekitar daerah tersebut. Jikakepala akan teraba keras, bulat, dan bergerak jika
disentuh. Jikabokong akan teraba lembut dan tidak beraturan.
Leopold IV
Untuk mengidentifikasi bagian yang menonjol dari bagian terendah janinmasuk ke
pintu atas panggul.
Caranya: Menghadap ke kaki pasien dengan lembut gerakan tangan turunke sisi
abdomen mendekati pelvis sampai salah satu tanganmerasakan bagian tulang yang
timbul. Ada 3 keadaan yaitu:Konvergen yaitu jika bagian yang masuk baru
sebagian kecil,sejajar yaitu jika bagian yang masuk baru setengah, divergen
yaitujika hampir sebagian besar dari tubuh janin masuk ke dalamrongga panggul.
Perkiraan persalinan menggunakan rumus Naegele:
a. Hari +7, Bulan -3, Tahun +1 jika bulan HPHT bulan April s/dDesember
b. Hari +7, Bulan+9, Tahun Tetap jika bulan HPHT bulan Januari s/dMaret
7. 60 LANGKAH APN
Asuhan Persalinan Normal (APN) terdiri dari 60 langkah, sebagai berikut :
1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasukmematahkan ampul
oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2½ml ke dalam wadah partus set.
3) Memakai celemek plastik.
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan degan sabun danair
mengalir.
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam.
6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin
dan letakan kembali ke dalam wadah partus set.
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke
perineum.
8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah).
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5%,membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam
larutan klorin 0,5%
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ
dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,meminta ibu
untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran(pada saat
ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13) melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
nemeran
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
16) Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 –6 cm,memasang handuk
bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu.
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas.
24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong
dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk
tangan kiri di antara kedua lutut janin).
25) Melakukan penilaian selintas :
a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan?
b) Apakah bayi bergerak aktif ?
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi di atas perut ibu.
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin).
30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama.
31) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi),dan
lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut.
32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada
sisi lainnya.
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva.
35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36) Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan
kanan,sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal.
Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial).
38) Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati.
Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan danlakukan
putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya
selaput ketuban.
39) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap,dan
masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia.
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
43) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin0,5%,
bersihkan noda darah dan cairan tubuh, lepaskan secara terbalik dan rendam sarung
tangan dalam larutan klorin 0,5 % selama sepuluh menit. Cuci tangan dengan
sabun dan air bersih mengalir, keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi
yang bersih dan kering. Kemudian pakai sarung tangan untuk melakukan
pemeriksaan fisik bayi.
44) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam .
45) Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral
46) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral.
47) Celupkan tangan dilarutan klorin 0,5% ,dan lepaskan secara terbalik dan rendam,
kemudian cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir, keringkan
dengan handuk bersih dan pakai sarung tangan.
48) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
49) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
50) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
51) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
52) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
53) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
54) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.
56) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila
ibu ingin minum.
57) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
58) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
59) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
60) Melengkapi partograf
8. Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan antenatal care
Kepatuhan ibu hamil dalam melakukan kunjungan antenatal care di pengaruhi oleh
beberapa faktor. Pembagian faktor yang memengaruhi perilaku kepatuhan ibu hamil
dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan guna melakukan antenatal care mencakup
hal-hal sebagai berikut (Rachmawati, Puspitasari, & Cania, 2017) :
1) Usia
Usia memengaruhi pola pikir seseorang. Ibu dengan usia produktif (20-35 tahun)
dapat berfikir lebih rasional dibandingkan dengan ibu dengan usia yang lebih muda
atau terlalu tua. Sehingga ibu dengan usia produktif memiliki motivasi lebih dalam
memeriksakan kehamilannya.
2) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang menentukan seberapa besar pengetahuan yang
dimilikinya. ibu hamil yang berpendidikan memiliki pemahaman yang lebih
mengenai masalah kesehatan sehingga memengaruhi sikap mereka terhadap
kehamilannya sendiri maupun pemenuhan gizinya selama hamil.
3) Status pekerjaan
Ibu hamil yang bekerja dengan aktivitas tinggi dan padat lebih memilih untuk
mementingkan karirnya dibandingkan dengan kesehatannya sendiri, sehingga sulit
untuk patuh dalam melakukan kunjungan ANC dibandingkan dengan ibu rumah
tangga yang memiliki waktu yang lebih luang untuk dapat mengatur dan
menjadwalkan kunjungan ANC secara optimal.
4) Paritas ibu hamil
Paritas adalah banyaknya jumlah kelahiran hidup yang dialami oleh seorang
wanita. Ibu dengan jumlah paritas yang tinggi tidak terlalu khawatir dengan
kehamilannya lagi sehingga menurunkan angka kunjungannya, sedangkan ibu
dengan kehamilan pertama merasa ANC merupakan sesuatu yang baru sehingga
ibu memiliki motivasi yang lebih tinggi dalam pelaksanaannya.
Pemeriksaan penunjang : Urine, Darah : Hb, Ht, golongan darah, faeses, USG,
pap smear dan kultur getah serviks
2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisiologis yang
ditandai dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah, bersikap protektif,
frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.
b) Nousea (D.0076) berhubungan dengan kehamilan yang ditandai dengan
mengeluh mual, merasa ingin muntah, tidak berminat makan, merasa asam di
mulut, saliva meningkat.
c) Gangguan rasa nyaman (D.0074) berhubungan dengan Gangguan adaptasi
kehamilan yang ditandai dengan mengeluh tidak nyaman, gelisah, mengeluh
sulit tidur, tidak mampu rileks, mengeluh lelah.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan
yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Tujuan dari
pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang mencakup
peningkatan kesehatan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. (Ika dan Saryono, 2010).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan yang digunakan
sebagai alat untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan dan proses ini
berlangsung terus menerus yang diarahkan pada pencapaian tujuan yang diinginkan
(Ika dan Saryono, 2010). Ada tiga yang dapat terjadi pada tahap evaluasi, yaitu :
Masalah teratasi seluruhnya, Masalah teratasi sebagian dan Masalah tidak teratasi.
Evaluasi berdasarkan diagnosa :
1. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Tidak ada Keluhan nyeri
Tidak ada Keluhan Meringis
Tidak ada Sikap protektif
Tidak ada keluhan Gelisah
Tidak ada keluhan Kesulitan tidur
Tidak ada Keluhan Mual
Tekanan darah dalam batas normal
Nafsu makan membaik
Pola tidur membaik
2. Nousea (D.0076) berhubungan dengan kehamilan
Nafsu makan meningkat
Tidak ada Keluhan mual
Tidak ad a keluhan Perasaan ingin muntah
Tidak ada keluhan asam di mulutSensasi panas menurun
Tidak ada keluhan Frekuensi menelan
3. Gangguan rasa nyaman (D.0074) berhubungan dengan Gangguan adaptasi
kehamilan
Tidak ada keluhan kurang Kesejahteraan fisik
Tidak ada keluhan kurang Kesejahteraan psikologis
Tidak ada keluhan kurang Dukungan sosial dari kelurga
Tidak ada keluhan kurang Rileks
Pasien merasa nyaman
Tidak ada keluhan sulit tidur
Tidak ada keluhan Mual
Tidak ada keluhan Lelah
Pola hidup membaik
Pola tidur membaik
DAFTAR PUSTAKA
Marjati dkk, (2015) Gejala dan tanda-tanda Antenatal care Bidan Menerapkan
Standar Pelayanan Antenatal di Kota Padangsidimpuan Tahun 2012
(Skripsi). Jakarta: Universitas Indonesia.
Manurung, Tutiany, & Suryati, (2011). Mendeteksi secara dini risiko komplikasi
yang mungkin dialami ibu selama hamil. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Wagiyo & Putrono, (2016). Program pelayanan kesehatan ibu di Indonesia:
Modifications and Adaption in Ghana and Indonesia. Journal of
Gynecology and Obstetrics Volume 106:80-84. July 2009.
Daeli, W. (2015). Patofiologi kebidanan antenatal care. Jurnal Ilmu Keperawatan
Indonesia. Vol. 5 No.3 September 2015.
Hasibuan, M. (2008). Antenatal Care (ANC) , Jakarta: Bumi Aksara Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Profil Kesehatan
Indonesia.www.depkes.go.id/.../profil-kesehatan-indonesia/profil-
kesehatan-Indonesia-2015.pdf
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Pedoman program
Pelayanan kesehatan Antenatal Terpadu.
https://hanibalhamidi.files.wordpress.com/2014/04/pedoman-anc-terpadu.pdf
Ratnawati,( 2017).Penngkajian asuhan keperawatan antenatal care . Yogyakarta:
Rachmawati, Puspitasari, & Cania, (2017) faktor yang mempengarui kunjungan
antenatal care and Paradoxes in Providing and Changing antenatal care:a
Study of Nurse and midwives in Rural Zimbabwe. Heapol Oxford
Journals. Volume 046:385-393. September 2011.
Ika dan Saryono, (2010). Implementasi kegiatan . The Indonesian Journal of
Occupational Safety , Health and Environment, Vol. 1, No. 1 Jan-April
2014: 24-36.