Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. E DENGAN “ANTENATAL CARE”


DI PUSKESMAS BAKUNASE

OLEH

DORATEA KALLI

170202721

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2023
A. KONSEP ANTENATAL CARE
1. Definisi
Antenatal Care (ANC) ialah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan
pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim juga seperti pemantauan
kesehatan secara fisik, psikologis, termasuk pertumbuhan dan perkembangan janin
serta mempersiapkan proses persalinan dan kelahiran supaya ibu siap menghadapi
peran baru sebagai orang tua (Hasibuan,M, 2008)
2. Manfaat Antenatal Care
Tujuan asuhan keperawatan antenatal adalah mendeteksi secara dini risiko
komplikasi yang mungkin dialami ibu selama hamil, mencegah komplikasi selama
hamil, memantau kesehatan ibu dan ja nin, membantu dan memfasilitasi proses adptasi
yang terjadi sehingga ibu dapat beradaptasi dengan perubahan fisik dan peran barunya,
menginformasikan kunjungan ulang, menentukan usia kehamilan dan perkiraan
persalinan, menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal (Manurung,
Tutiany, & Suryati, 2011).

3. Tanda Dan Gejala kehamilan


Menurut Marjati dkk, (2015) tanda dan gejala antenatal dibagi dalam :
1. Tanda dan Gejala Presumtif Kehamilan
a. Amenore (terlambat datang bulan)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadinya pembentukan Folikel de
Graff dan ovulasi di ovarium.Gejala ini sangat penting karena umumnya
wanita hamil tidak dapat haid lagi selama kehamilan, dan perlu diketahui hari
pertama haid terakhir untuk menentukan tuanya kehamilan dan tafsiran
persalinan.
b. Mual muntah
Umumnya terjadi pada kehamilan muda dan sering terjadi pada pagi
hari.Progesteron dan esterogen mempengaruhi pengeluaran asam lambung
yang berlebihan sehingga menimbulkan mual muntah.
c. Ngidam
Menginginkan makanan/minuman tertentu, sering terjadi pada bulan-bulan
pertama kehamilan tetapi menghilang sering tuanya kehamilan.
d. Sinkop atau pingsan
Terjadi sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan
saraf dan menimbulkan sinkope/pingsan dan akan menghilang setelah umur
kehamilan lebih dari 16 minggu.
e. Payudara tegang
Pengaruh esterogen, progesteron dan somatomamotropin menimbulkan
deposit lemak, air dan garam pada payudara menyebabkan rasa sakit terutama
pada kehamilan pertama.
f. Anoreksia nervousa
Pada bulan-bulan pertama terjadi anoreksia (tidak nafsu makan), tapi setelah
itu nafsu makan muncul lagi.
g. Sering kencing
Hal ini sering terjadi karena kandung kemih pada bulan-bulan pertama
kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar.Pada trieulan kedua
umumnya keluhan ini hilang karena uterus yang membesar keluar rogga
panggul.
h. Konstipasi/obstipasi
Hal ini terjadi karena tonus otot menurun disebabkan oleh pengaruh hormon
esterogen.
i. Epulis
Hipertrofi gusi disebut epulis dapat terjadi pada kehamilan.
j. Pigmentasi
Terjadi pada kehamilan 12 minggu keatas.
1) Pipi : Cloasma Gravidarum
Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior
menyebabkan pigmentasi yang berlebihan pada kulit.
2) Perut : strie livide dan strie albican, linea alba makin menghitam, payudara
hiperpigmentasi areola mamae.
3) Varises atau penampakan pembuluh vena
Karena pengaruh esterogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh
darah vena.Terutama bagi mereka yang mempunyai bakat.Penampakan
pembuluh darah itu terjadi disekitar genitalia eksterna, kaki dan betis serta
payudara.
2. Tanda Kemungkinan (Probability Sign)
a. Pembesaran perut
Terjadi akibat pembesaran uterus.Hal ini terjadi pada bulan keempat
kehamilan.
b. Tanda hegar
Tanda hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya istimus uterus.
c. Tanda goodel
Pelunakan serviks.
d. Tanda chadwiks
Perubahan warna menjadi keungunan pada vulva dan mukosa vagina termasuk
juga porsio dan serviks.
e. Tanda piskacek
Pembesaran uterus yang tidak simetris.Terjadi karena ovum berimplantasi
pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah tersebut berkembang lebih
dulu.
f. Kontraksi baxton hicks
Peregangan sel-sel otot uterus, akibat meningkatnya actomycin di dalam otot
uterus kontraksi ini tidak beritmik, sporadis, tidak nyeri, biasanya timbul pada
kehamilan 8 minggu.
g. Teraba ballotement
Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak dalam
cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa.
h. Pemeriksa tes biologis kehamilan (planotest) positif
Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya Hc6 yang diproduksi oleh
sinsitotrofoblas sel selama kehamilan. Hormon ini disekresi di peredaran darah
Ibu (pada plasma darah) dan diekskresi pada urine Ibu.

3. Tanda Pasti (Positive Sign)


a. Gerakan janin dalam rahim
Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa. Gerakan ini
baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20 minggu.
b. Denyut jantung janin
Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunkan alat fetal
(elektrocardiograf) misalnya doppler.
c. Bagian-bagian janin
Bagian besar janin (kepala dan bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan
kaki) dapat diraba dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua (trimester akhir).
d. Kerangka janin
Kerangka janin dapat dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG
4. Patofisiologi
Setiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dan indung telur atau
oviduk yang ditangkap oleh umbal-umbal (vimbrac) dan masuk ke dalam sel telur,
waktu pertumbuhan, cairan sperma, tumpah kedalam vagina dan berjuta-juta sel mati
(sperma) bergerak mengikuti rongga Rahim, lalu masuk ke saluran telur. Pembuahan
sel telur sperma biasanya terjadi dibagian yang mengembang oleh tuba palopi.
Disekitar sel telur hanya berkumpul sprema yang mengeluarkan ragi untuk mencairkan
zat-zat yang melindungi ovum. Kemudian pada tempat yang paling mudah dimasuki,
masuklah salah satu sel sperma dan kemudian bersatu dnegan sel telur ini disebut
pembuahan. Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri smabil bergerak (oleh
rambut getar tuba) menuju ruang Rahim, peristiwa ini disebut midasi (implantasi).
Dari pembuahan sampai nidasi diperluakn waktu 6-7 hari. Untuk menyumplai darah ke
sel-sel makanan, untuk janin disiapkan ari (plasenta). (Daeli, W, 2015).
Pathway

Perubahan pada ibu hamil

Trimester I Trimester II Trimester III

Konsepsi Sistem musculoskeletal


Uterus membesar
Implantasi
Desakan pembesaran rahim Masa abdomen

Kehamilan

Janin berkembang
Penekanan saraf lumbal

Hormon HCG
Meransang resptor Nyeri
Penekanan pada VU
(histamin,prostaglandin,bradikinin)
Mual dan Muntah

Gangguan Rasa Nyaman Impuls nyeri ke otak


Nausea

Nyeri Akut
5. Jadwal kunjungan antenatal care
Program pelayanan kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan pemeriksaan kehamilan minimal empat kali selama masa kehamilan.
Pemeriksaan kehamilan sesuai dengan frekuensi minimal di tiap trimester, yaitu
minimal satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), minimal satu
kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan minimal dua kali pada
trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan) (Kemenkes RI, 2018).
Ibu hamil melakukan kunjungan antenatal care minimal empat kali yaitu :
1. Kunjungan pertama/K1 (Trimester I)
K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil pada masa kehamilan ke pelayanan
kesehatan. Pemeriksaan pertama kehamilan diharapkan dapat menetapkan data
dasar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim dan
kesehatan ibu sampai persalinan. Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
anamnesa, pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan khusus obstetri, penilaian risiko
kehamilan, menentukan taksiran berat badan janin, pemberian imunisasi TT1, KIE
pada ibu hamil, penilaian status gizi, dan pemeriksaan laboratorium.
2. Kunjungan kedua/K2 (Trimester II)
Pada masa ini ibu dianjurkan untuk melakukan kujungan antenatal care minimal
satu kali. Pemeriksaan terutama untuk menilai risiko kehamilan, laju pertumbuhan
janin, atau cacat bawaan. Kegiatan yang dilakukan pada masa ini adalah
anamnesis keluhan dan perkembangan yang dirasakan ibu, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan USG, penilaian risiko kehamilan, KIE pada ibu, dan pemberian
vitamin.
3. Kunjungan ketiga dan ke-empat/K3 dan K4 (Trimester III)
Pada masa ini sebaiknya ibu melakukan kunjungan antenatal care setiap dua
minggu sampai adanya tanda kelahiran. Pada masa ini dilakukan pemeriksaan:
anamnesis keluhan dan gerak janin, pemberian imunisasi TT2, pengamatan gerak
janin, pemeriksaan fisik dan obstetri, nasihat senam hamil, penilaian risiko
kehamilan, KIE ibu hamil, pemeriksaan USG, pemeriksaan laboratorium ulang.
6. Langkah-langkah dalam perawatan kehamilan atau Antenatal Care

Pelayanan antenatal dalam penerapan operasionalnya dikenal dengan standar minimal


“10 T” yang terdiri dari :
a. Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan
Pengukuran tinggi badan cukup satu kali waktu kunjungan pertama. Bila tinggi
badan < 145 cm, maka factor resiko panggul sempit, kemungkinan sulit melahirkan
secara normal. Sedangkan penimbangan berat Berat Badan setiap kali periksa.
Sejak bulan ke-4 pertambahan berat badan paling sedikit 1kg/bulan (Buku KIA
2016).
b. Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah normal 120/80 mmhg. Bila tekanan darah lebih besar atau sama
dengan 140/90 mmhg ada factor resiko hipertensi (Tekanan darah Tinggi) dalam
kehamilan (Buku KIA 2016).
c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
Bila < kurang dari 23,5 cm menunjukan ibu hamil menunjukan ibu hamil Kurang
Energi Kronis ((ibu hamil KEK) dan beresiko melahirkan bayi Berat Badan
Rendah (BBLR) (Buku KIA 2016).
d. Pengukuran Tinggi Rahim
Pengukuran tinggi rahim berguna untuk melihat pertumbuhan janin apakah sesuai
dengan usia kehamilan (Buku KIA 2016).
Pengukuran TFU dengan menggunakan pita ukuran

Tinggi Fundus Uteri (TFU) Umur Kehamilan dalam Bulan

20 5 Bulan

23 6 Bulan

26 7 Bulan

30 8 Bulan

33 9 Bulan
Pengukuran TFU dengan menggunakan jari

TFU Usia Kehamilan

1/3 diatas simfisis atau 3 jari diatas simfisis 12

½ simfisis-pusat 16

2/3 diatas simfisis atau 3 jari dibawah pusat 20

Setinggi pusat 24

1/3 diatas pusat atau 3 jari diatas pusat 28

½ pusat-procesus xipoideus 34

Setinggi procesus xipoideus 36

2 jari dibawah procesus xipoideus 40

RUMUS PERSALINAN

Menentukan taksiran persalinan rumus Neagle dengan patokan HPHT:


1. (+7 -3 +1) untuk HPHT bulan April – Desember (hari ditambah 7, bulan
dikurangi 3, tahun ditambah 1)
2. (+7 +9 +0) untuk HPHT bulan Januari – Maret (hari ditambah 7, bulan ditambah
9, tahun ditambah 0)

Selain itu dilakukan juga dilakukan pemeriksaan untuk menentukan usia kehamilan
dapat dilakukan dengan 4 cara manuver leopold yaitu (Manuaba (2010):
Leopold I:
Untuk menemukan presentasi dengan cara mengidentifikasi bagian tubuhfetus apa
yang berada di fundus dan daerah pelvik.
Caranya: Menghadap ke kepala pasien, gunakan jari-jari kedua tanganmempalpasi
fundus uteri. Jika kepala yang berada di fundus makaakan terassa keras, bulat dan
melenting. Jika bokong teraba difundus, maka akan terasa lembut, tidak bulat dan
gerakan kurang.
Leopold II
Untuk menemukan posisi janin (punggung janin).
Caranya: Menghadap pada kepala pasien, letakkan kedua tangan padakedua sisi
abdomen. Letakkan tangan pada satu sisi dan tangan lainmempalpasi sisi yang
berbeda untuk menemukan bagian punggungjanin. Jika punggung akan teraba
cembung dan resisten.
Leopold III:
Untuk mengidentifikasi bagian apa dari janin yang dekat dengan daerahpelvik.
Caranya: Letakkan 3 jari pertama tangan yang dominan pada sisi abdomendi atas
simpisis pubis dan minta pasien menarik napas panjang dan menghembuskannya.
Pada saat mengeluarkan napas, gerakkantangan turun perlahan dan menekan
sekitar daerah tersebut. Jikakepala akan teraba keras, bulat, dan bergerak jika
disentuh. Jikabokong akan teraba lembut dan tidak beraturan.
Leopold IV
Untuk mengidentifikasi bagian yang menonjol dari bagian terendah janinmasuk ke
pintu atas panggul.
Caranya: Menghadap ke kaki pasien dengan lembut gerakan tangan turunke sisi
abdomen mendekati pelvis sampai salah satu tanganmerasakan bagian tulang yang
timbul. Ada 3 keadaan yaitu:Konvergen yaitu jika bagian yang masuk baru
sebagian kecil,sejajar yaitu jika bagian yang masuk baru setengah, divergen
yaitujika hampir sebagian besar dari tubuh janin masuk ke dalamrongga panggul.
Perkiraan persalinan menggunakan rumus Naegele:
a. Hari +7, Bulan -3, Tahun +1 jika bulan HPHT bulan April s/dDesember
b. Hari +7, Bulan+9, Tahun Tetap jika bulan HPHT bulan Januari s/dMaret

Pemeriksaan panggul luar, dengan tujuan:

1. Mengetahui panggul seseorang normal atau tidak


2. Memudahkan dalam mengambil tindakan selanjutnya
3. Mengetahui bentuk atau keadaan panggul seseorang.

Pemeriksaan panggul dilakukan:

1. Pada pemeriksaan pertama kali bagi ibu hamil.


2. Pada ibu yang pernah melahirkan bila ada kelainan pada persalinan yanglalu.
3. Ibu yang akan bersalin bila sebelumnya belum pernah memeriksakan
diriterutama pada primipara.

Ukuran-ukuran luar yang terpenting:


1. Distansia spinarum : jarak antara spina illiaka anterior superior kanan dankiri (
normal: 23-26 cm).
2. Distansia cristarum : jarak yang terpanjang antara crista illiaca kanan dankiri
(normal: 26-29).
3. Conjugata eksterna : (Boudelocque) : jarak antara pinggir atas simpisis
danujung prosessus spinosus (ruas tulang lumbal ke lima) (normal: 10-20 cm).
4. Lingkar panggul : jarak dari pinggir atas simpisis melalui spina illiacaanterior
superior kanan ke pertengahan trochanter mayor kanan kepertengahan
trochanter mayor kiri ke pertengahan spina illiaca anteriorsuperior kiri
kemudian kembali ke atas simpisis (normal : 80-90 cm).
5. Penentuan Letak Janin (Presentase janin) dan perhitungan Denyut Jantung
Janin.
Apabila Trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala belum
masuk panggul, kemungkinan ada kelainan letak atau ada masalah lain. Bila
denyut jantung kurang dari 120 kali/menit menujukan ada tanda GAWAT
JANIN, SEGERA RUJUK (Buku KIA 2016).
6. Penentuan Status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Penentuan Status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) oleh petugas untuk
selanjutnya bilamana diperlukan mendapatkan suntikan Tetanus Toksoid
sesuai anjuran petugas kesehatan untuk mencegah Tetanus pada Ibu dan Bayi
(Buku KIA 2016).
7. Pemberian Tablet Tambah Darah
Ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah darah setiap hari
minimal selama 90 hari. Tablet tambah darah diminum pada malam hari untuk
mengurangi rasa mual (Buku KIA 2016).
8. Tes Laboratorium
a) Tesgolongan darah untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil bila
diperlukan
b) Tes haemoglobin untuk mengetahui apakah ibu kekurangan darah
(Anemia).
c) Tes pemeriksaan urine (air kencing).
d) Tes pemeriksaan darah lainnya, seperti HIV dan sifilis, sementara
pemeriksaan malaria dilakukan di daerah endemis (Buku KIA 2016).
9. Konseling atau Penjelasan
Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan kehamilan,
pencegahan kelaianan, persalinan dan inisiasi menyusui dini (IMD), ASI
eksklusif, Keluarga Berencana dan imunisasi pada bayi. Penjelasan ini diberikan
secara bertahap pada saat kunjungan hamil (Buku KIA 2016)
10. Tatalaksana atau mendapatkan pengobatan.

7. 60 LANGKAH APN
Asuhan Persalinan Normal (APN) terdiri dari 60 langkah, sebagai berikut :
1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasukmematahkan ampul
oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2½ml ke dalam wadah partus set.
3) Memakai celemek plastik.
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan degan sabun danair
mengalir.
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam.
6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin
dan letakan kembali ke dalam wadah partus set.
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke
perineum.
8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah).
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5%,membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam
larutan klorin 0,5%
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ
dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,meminta ibu
untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran(pada saat
ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13) melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
nemeran
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
16) Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 –6 cm,memasang handuk
bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu.
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas.
24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong
dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk
tangan kiri di antara kedua lutut janin).
25) Melakukan penilaian selintas :
a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan?
b) Apakah bayi bergerak aktif ?
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi di atas perut ibu.
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin).
30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama.
31) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi),dan
lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut.
32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada
sisi lainnya.
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva.
35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36) Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan
kanan,sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal.
Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial).
38) Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati.
Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan danlakukan
putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya
selaput ketuban.
39) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap,dan
masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia.
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
43) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin0,5%,
bersihkan noda darah dan cairan tubuh, lepaskan secara terbalik dan rendam sarung
tangan dalam larutan klorin 0,5 % selama sepuluh menit. Cuci tangan dengan
sabun dan air bersih mengalir, keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi
yang bersih dan kering. Kemudian pakai sarung tangan untuk melakukan
pemeriksaan fisik bayi.
44) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam .
45) Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral
46) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral.
47) Celupkan tangan dilarutan klorin 0,5% ,dan lepaskan secara terbalik dan rendam,
kemudian cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir, keringkan
dengan handuk bersih dan pakai sarung tangan.
48) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
49) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
50) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
51) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
52) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
53) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
54) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.
56) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila
ibu ingin minum.
57) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
58) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
59) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
60) Melengkapi partograf
8. Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan antenatal care
Kepatuhan ibu hamil dalam melakukan kunjungan antenatal care di pengaruhi oleh
beberapa faktor. Pembagian faktor yang memengaruhi perilaku kepatuhan ibu hamil
dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan guna melakukan antenatal care mencakup
hal-hal sebagai berikut (Rachmawati, Puspitasari, & Cania, 2017) :
1) Usia
Usia memengaruhi pola pikir seseorang. Ibu dengan usia produktif (20-35 tahun)
dapat berfikir lebih rasional dibandingkan dengan ibu dengan usia yang lebih muda
atau terlalu tua. Sehingga ibu dengan usia produktif memiliki motivasi lebih dalam
memeriksakan kehamilannya.
2) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang menentukan seberapa besar pengetahuan yang
dimilikinya. ibu hamil yang berpendidikan memiliki pemahaman yang lebih
mengenai masalah kesehatan sehingga memengaruhi sikap mereka terhadap
kehamilannya sendiri maupun pemenuhan gizinya selama hamil.
3) Status pekerjaan
Ibu hamil yang bekerja dengan aktivitas tinggi dan padat lebih memilih untuk
mementingkan karirnya dibandingkan dengan kesehatannya sendiri, sehingga sulit
untuk patuh dalam melakukan kunjungan ANC dibandingkan dengan ibu rumah
tangga yang memiliki waktu yang lebih luang untuk dapat mengatur dan
menjadwalkan kunjungan ANC secara optimal.
4) Paritas ibu hamil
Paritas adalah banyaknya jumlah kelahiran hidup yang dialami oleh seorang
wanita. Ibu dengan jumlah paritas yang tinggi tidak terlalu khawatir dengan
kehamilannya lagi sehingga menurunkan angka kunjungannya, sedangkan ibu
dengan kehamilan pertama merasa ANC merupakan sesuatu yang baru sehingga
ibu memiliki motivasi yang lebih tinggi dalam pelaksanaannya.

5) Pengetahuan ibu hamil


Sebagai indikator seseorang dalam melakukan suatu tindakan, pengetahuan
merupakan faktor penting yang memengaruhi motivasi ibu hamil untuk melakukan
kunjungan ANC. Bagi ibu dengan pengetahuan yang tinggi mengenai kesehatan
kehamilan menganggap kunjungan ANC bukan sekedar untuk memenuhi
kewajiban, melainkan menjadi sebuah kebutuhan untuk kehamilannya.
6) Sikap ibu hamil
Sikap ibu hamil terhadap layanan pemeriksaan kehamilan memengaruhi
kepatuhannya dalam melakukan kunjungan ANC. Sikap yang positif atau respon
yang baik mencerminkan kepeduliannya terhadap kesehatan diri dan janinnya
sehingga dapat meningkatkan angka kunjunan. Sedangkan, sikap yang negatif
membuat ibu hamil kehilangan motivasinya untuk melakukan kunjungan.
7) Jarak tempat tinggal
Semakin jauh jarak fasilitas kesehatan dari tempat tinggal ibu hamil serta semakin
sulit akses menuju ke fasilitas kesehatan akan menurunkan motivasi ibu hamil
untuk melakukan kunjungan ANC. Jauhnya jarak akan membuat ibu berfikir dua
kali untuk melakukan kunjungan karena akan memakan banyak tenaga dan waktu
setiap melakukan kunjungan. Ibu yang tidak menggunakan transportasi dan harus
berjalan kaki menuju ke tempat pelayanan kesehatan mayoritas memiliki angka
kunjungan kurang dari empat kali selama masa kehamilan.
8) Penghasilan keluarga
Ibu hamil dengan penghasilan keluarga yang rendah
lebihmemprioritaskanpemenuhan kebutuhan pokok untuk keluarganya sehingga
hal lain menjadi terabaikan, termasuk kesehatan kehamilannya. Sehingga, semakin
rendah penghasilan keluarga maka semakin rendah angka kunjungan ibu ke
fasilitas pelayanan ke sehatan untuk memeriksakan kehamilannya.
9) Sarana media informasi
Media informasi yang mencakup informasi mengenai pentingnya pelayanan
antenatal pada ibu hamil dapat meningkatkan pengetahuan dan motivasi ibu dalam
melakukan kunjungan. Edukasi melalui media biasanya menjadi salah satu cara
yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengubah perilaku masyarakat dengan
tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah. Media yang digunakan dapat
berupa media cetak, seperti leaflet, poster, koran, majalah, dan lain-lain ataupun
media elektronik seperti televisi, internet, dan lain-lain.
10) Dukungan suami
Sebagai calon seorang ayah, sikap suami terhadap ibu hamil, yang dalam hal ini
adalah istrinya, sangat menentukan rasa sayangnya terhadap kesehatan istri dan
calon anaknya. Melalui dukungan suami yang baik sebagai pendamping terdekat
ibu, semakin tinggi dorongan yang didapatkan ibu hamil untuk menjaga
kehamilannya, sehingga ibu termotivasi untuk melakukan kunjungan ANC.
11) Dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap
anggota keluarganya. Sebagai lingkungan yang terdekat dengan ibu hamil,
dukungan dari keluarga memegang peranan penting dalam memengaruhi psikologi
dan motivasi ibu dalam melakukan perilaku kesehatan. Dengan dukungan yang
baik dari keluarga, ibu akan lebih memperhatikan kesehatan diri dan janinnya,
yaitu dengan secara rutin berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk
melakukan ANC. Dukungan dari keluarga dapat berupa bantuan, perhatian,
penghargaan, atau dalam bentuk kepedulian terhadap ibu hamil.
12) Faktor dukungan dari petugas kesehatan
Sikap petugas kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan memengaruhi frekuensi
kunjungan ANC ibu hamil. Semakin baik sikap petugas kesehatan maka semakin
sering pula seorang ibu hamil menginjungi fasilitas kesehatan untuk memeriksakan
kehamilannya. Belum meratanya petugas kesehatan yang ada di daerah terpencil
juga dapat menurunkan akses ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian ibu pada masa kehamilan terdiri dari pengkajian riwayat menstruasi,
riwayat obstetri, riwayat kontrasepsi, riwayat penyakit dan operasi, dan riwayat
kesehatan (Ratnawati, 2017).
a. Biodata klien : nama klien dan suami, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, suku
bangsa, agama, alamat.
b. Keluhan utama : anamnesa yang perlu diarahkan untuk menggali keluhan utama
ibu hamil, keluhan yang dirasakan oleh ibu tentang kehamilannya.
c. Riwayat kesehatan keluarga : data ini meliputi penyakit keluarga yang bersifat
penyakit keturunan (asma, diabetes mellitus, haemophili, keturunan kembar) dan
penyakit kronis.
d. Riwayat menstruasi : menarche, lama haid, siklus, jumlah darah haid,
dismenorrhae, keluhan haid (Manurung et al., 2011), hari pertama haid terakhir
(HPHT) guna menentukan taksiran persalinan (TP)
e. Riwayat obstetri : memberikan informasi mengenai kehamilan sebelumnya agar
perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan saat ini.
Riwayat obstetri pada kehamilan dan persalinan sebelumnya antara lain, gravida,
para-abortus, dan anak hidup (GPAH), berat badan bayi saat lahir dan usia gestasi,
pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong
persalinan, jenis anastesi dan kesulitan persalinan, komplikasi maternal,
komplikasi pada bayi, riwayat nifas sebelumnya.
f. Riwayat kontrasepsi : penggunaan KB yang lalu, beberapa kontrasepsi dapat
berakibat buruk pada janin, ibu atau keduanya. Penggunaan kontrasepsi oral
sebelum kelahilan dan berlanjut saat kehamilan yang tidak diketahui dapat
berakibat buruk pada pembentukan organ janin.
g. Riwayat pola hidup sehari-hari : data yang perlu dikaji pemenuhan kebutuhan
fisiologis dalam kehidupan sehari-hari selama periode kehamilan meliputi :
kebutuhan nutrisi, eliminasi, seksualitas, aktivitas dan istirahat tidur, imunisasi dan
pola gaya hidup (penggunaan zat adiktif, alkohol dan merokok).
h. Riwayat psikososial : pengaruh praktik budaya yang dijalankan oleh keluarga/klien
selama periode kehamilan, penerimaan keluarga terhadap kehamilan, penerimaan
keluarga terhadap kehamilan saat ini, perubahan gambaran diri sehubungan dengan
perubahan postur tubuh selama kehamilan .
i. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum, kelainan bentuk badan serta kesadaran, keadaan vital sign.
2) Pemeriksaan
Muka: pigmentasi muka (kloasma grafidarum), conjunctiva (adakah anemis),
sclera (adakah ikterik), kelopak mata (apakah cekung?)
Leher: pigmentasi (apakah ada peningkatan), kelenjar tiroid dan paratiroid,
vena jugularis (apakah ada pembesaran?).
Dada: Keadaan paru-paru (inspeksi, palpasi pecusi, auskultasi), dypsnea,
payudara (apakah ada hiperpigmentasi, pembesaran?).
Perut: pigmentasi (linea nigra/ alba, strie, pemeriksaan leopold Mc Donald)
a) Leopold I : Menentukan TFU dan bagian janin dalam fundus
b) Leopold II : Menentukan batas samping rahim kanan kiri. Menentukan
c) Leopold III : Menentukan bagian terbawah janin
d) Leopold IV : Menentukan seberapa bagian bawah janin masuk PAP

Ekstermitas : apakah ada edema

Pemeriksaan penunjang : Urine, Darah : Hb, Ht, golongan darah, faeses, USG,
pap smear dan kultur getah serviks
2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisiologis yang
ditandai dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah, bersikap protektif,
frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.
b) Nousea (D.0076) berhubungan dengan kehamilan yang ditandai dengan
mengeluh mual, merasa ingin muntah, tidak berminat makan, merasa asam di
mulut, saliva meningkat.
c) Gangguan rasa nyaman (D.0074) berhubungan dengan Gangguan adaptasi
kehamilan yang ditandai dengan mengeluh tidak nyaman, gelisah, mengeluh
sulit tidur, tidak mampu rileks, mengeluh lelah.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1. Nyeri akut Tingkat nyeri (L.080066) Majemen nyeri ( 1.08238)
(D.0077) Setelah di lakukan tindakan  Observasi
berhubungan keperawatan selama 1x30 menit  Identifikasi
dengan agen Tingkat nyeri menurun dengan lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kuali
pencedera Kritiria hasil: tas,intensitas nyeri
fisiologis yang  Keluhan nyeri menurun. (5)  Identifikasi skala nyeri.
ditandai dengan  Meringis menurun(5)  Identifikasi respon nyeri non verbal.
mengeluh nyeri,  Sikap protektif menurun(5)  Identifikasi faktor yang memperberat dan
tampak meringis,  Gelisah menurun(5) memperingan nyeri.
gelisah, bersikap  Kesulitan tidur menurun(5)  Identifikasi pengetahuan dan keyaninan
protektif, frekuensi  Mual menurun(5( tentang nyeri.
nadi meningkat,  Tekanan darah membaik(5)  Identifikasi pengaruh budaya terhadap
sulit tidur.  Nafsu makan membaik(5) respon nyeri
 Pola tidur membaik (5)  Moniitor keberhasilan terapi komple   
menter yang sudah di berikan.
 Monitor efek samping penggunaan  analg
etik.
Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmokologis untuk m
engurangi rasa nyeri(mis. TENS,hipnosis,
akupresur,terapi musik,terapi pijat,kompr
es hangat atau dingin,terapi bermain).
 Kontrol lingkungan yang  memperberat r
asa nyeri(mis.suhu
ruangan,percahayaan,kebisingan)
 Fasilitas istrahat dan tidur.
 Pertimbangan jenis dan sumber nyeri 
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri.
Edukasi
 Jelaskan penyebab,periode dan pemicu n
yeri.
 Jelaskan strategi meredakan nyeri.
 Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri.
 Anjurkan menggunakan analgetik secara 
tepat.untuk mengurangi rasa nyeri.
 Ajarkan teknik nonfarmokologis
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik jika   
perlu

2 Nausea (D.0076) Tingkat nausea Manajemen mual


berhubungan SLKI (L.08065) SIKI (I.03117)
dengan kehamilan Setelah dilakukan tindakan Observasi
yang ditandai keperawatan selama 1x30 menit  Identifikasi pengalaman mual
dengan mengeluh Tingkat nausea menurun dengan  Identifikasi isyarat nonverbal
mual, merasa ingin Kriteria hasil: Ketidaknyamanan
muntah, tidak  Nafsu makan meningkat(5)  Identifikasi dampak mual terhadap kualit
berminat makan,  Keluhan mual menurun(5) as hidup (mis.nafsu makan, aktivitas,
merasa asam di  Perasaan ingin muntah kinerja, tanggung jawab peran,dan tidur)
mulut, saliva menurun(5)  Identifikasi faktor penyebab mual(mis.pe
meningkat.  perasaan asam di mulut ngobatan dan prosedur)
menurun (5)  Identifikasi antiemetik untuk mencegah 
 Sensasi panas menurun(5) mual(kecuali mual pada khamilan)
 Sensasi dingin menurun(5)  Monitor mual(mis frekuensi,durasi,dan ti
 Frekuensi menelan (5) ngkat keparahan)
 Monitor asupan nutrisi dan kalori
Terapeutik
 Kendalikan faktor lingkungan penyebab 
mual (mis.bau tak sedap, suara,
dan ransangan visual yang tidak
menyenangkan).
 Kurangi atau hilangkan keadaan 
Penyebab mual (mis.kecemasan,
ketakutan, kelelahan.
 Berikan makanan dalam jumlah kecil dan
menarik.
 Berikan makanan dingin,cairan bening,ti
dak berbau dan tidak berwarna,jika perlu)
Edukasi
 Anjurkan istirahat dan tidur yag cukup
 Anjurkan sering membersihkan mulut,
kecuali jika meransang mual
 Anjurkan makanan tinggi karbohidrat,dan
rendah lemak
 Ajarkan penggunaan teknik nonfarmokol
ogis untuk menagatsi mual(mis.biofeedba
ck,hipnosis,relaksasi,terapi
musik,akupresur).
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiemetik,
jika perlu.
3. Gangguan rasa Status kenyamanan Edukasi perawatan kehamilan
nyaman (D.0074) SLKI(L.08064) SIKI( L.12425)
berhubungan Setelah dilakukan tindakan keper Observasi
dengan Gangguan awatan selama 1x30 menit  Status   Identifikasi kesiapan dan kemampuan me
adaptasi kehamilan kenyamanan meningkat dengan nerima informasi
yang ditandai Kriteria Hasil:  Identifikasi pengetahuan tentang perawat
dengan mengeluh  Kesejahteraan fisik an kehamilan
tidak nyaman, meningkat(5) Terapeutik
gelisah, mengeluh  Kesejahteraan psikologis  sediakan materi dan media pendidikan
sulit tidur, tidak meningkat(5) kesehatan
mampu rileks,  Dukungan sosial dari kelurga  Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
mengeluh lelah. meningkat(5) kesepakatan
 Rileks meningkat(5)  Berikan kesempatan untuk bertanya.
 Keluhan tidak nyaman Edukasi
menurun(5)  jelaskan perubahan fisik dan psikologis 
 Keluhan sulit tidur masa kehamilan
menurun(5)  jelaskan perkembangan janin
 Mual menurun(5)  jelaskan ketidaknyamanan selama  keham
 Lelah menurun(5) ilan
 Pola hidup membaik(5)  Jelaskan kebutuhan nutrisi kehamilan
 Pola tidur membaik(5)  jelaskan seksualitas masa kehamilan
 Jelaskan kebutuhan aktivitas dan istrahat
 jelaskan tanda dan bahaya kehamilan
 Jelaskan adaptasi siblings
 jelaskan persiapan persalinan
 jelaskan sistem dukungan selama 
kehamilan
 Jelaskan persiapan menyusui
 bAjarkan cara mengatasi
ketidaknyamanan selama kehamilan
 Ajarkan menejemen nyeri persalinan
 ajarkan cara perawatan bayi
 Anjurkan menerima peran baru dalam
keluarga  
 Anjurkan ibu rutin memeriksa kehamilan 
nya

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan
yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Tujuan dari
pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang mencakup
peningkatan kesehatan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. (Ika dan Saryono, 2010).

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan yang digunakan
sebagai alat untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan dan proses ini
berlangsung terus menerus yang diarahkan pada pencapaian tujuan yang diinginkan
(Ika dan Saryono, 2010). Ada tiga yang dapat terjadi pada tahap evaluasi, yaitu :
Masalah teratasi seluruhnya, Masalah teratasi sebagian dan Masalah tidak teratasi.
Evaluasi berdasarkan diagnosa :
1. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
 Tidak ada Keluhan nyeri
 Tidak ada Keluhan Meringis
 Tidak ada Sikap protektif 
 Tidak ada keluhan Gelisah
 Tidak ada keluhan Kesulitan tidur
 Tidak ada Keluhan Mual
 Tekanan darah dalam batas normal
 Nafsu makan membaik
 Pola tidur membaik
2. Nousea (D.0076) berhubungan dengan kehamilan
 Nafsu makan meningkat
 Tidak ada Keluhan mual
 Tidak ad a keluhan Perasaan ingin muntah
 Tidak ada keluhan asam di mulutSensasi panas menurun
 Tidak ada keluhan Frekuensi menelan
3. Gangguan rasa nyaman (D.0074) berhubungan dengan Gangguan adaptasi
kehamilan
 Tidak ada keluhan kurang Kesejahteraan fisik
 Tidak ada keluhan kurang Kesejahteraan psikologis
 Tidak ada keluhan kurang Dukungan sosial dari kelurga  
 Tidak ada keluhan kurang Rileks
 Pasien merasa nyaman
 Tidak ada keluhan sulit tidur
 Tidak ada keluhan Mual
 Tidak ada keluhan Lelah
 Pola hidup membaik
 Pola tidur membaik

DAFTAR PUSTAKA

Marjati dkk, (2015) Gejala dan tanda-tanda Antenatal care Bidan Menerapkan
Standar Pelayanan Antenatal di Kota Padangsidimpuan Tahun 2012
(Skripsi). Jakarta: Universitas Indonesia.
Manurung, Tutiany, & Suryati, (2011). Mendeteksi secara dini risiko komplikasi
yang mungkin dialami ibu selama hamil. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Wagiyo & Putrono, (2016). Program pelayanan kesehatan ibu di Indonesia:
Modifications and Adaption in Ghana and Indonesia. Journal of
Gynecology and Obstetrics Volume 106:80-84. July 2009.
Daeli, W. (2015). Patofiologi kebidanan antenatal care. Jurnal Ilmu Keperawatan
Indonesia. Vol. 5 No.3 September 2015.
Hasibuan, M. (2008). Antenatal Care (ANC) , Jakarta: Bumi Aksara Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Profil Kesehatan
Indonesia.www.depkes.go.id/.../profil-kesehatan-indonesia/profil-
kesehatan-Indonesia-2015.pdf
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Pedoman program
Pelayanan kesehatan Antenatal Terpadu.
https://hanibalhamidi.files.wordpress.com/2014/04/pedoman-anc-terpadu.pdf
Ratnawati,( 2017).Penngkajian asuhan keperawatan antenatal care . Yogyakarta:
Rachmawati, Puspitasari, & Cania, (2017) faktor yang mempengarui kunjungan
antenatal care and Paradoxes in Providing and Changing antenatal care:a
Study of Nurse and midwives in Rural Zimbabwe. Heapol Oxford
Journals. Volume 046:385-393. September 2011.
Ika dan Saryono, (2010). Implementasi kegiatan . The Indonesian Journal of
Occupational Safety , Health and Environment, Vol. 1, No. 1 Jan-April
2014: 24-36.

Anda mungkin juga menyukai