Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK RETARDASI MENTAL

OLEH

KELOMPOK 2

1. DORATEA KALLI
2. EKAWATI RAMBU JATI
3. SRIYANTI MONA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahma-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Anak dengan Retardasi Mental”.

Makalah ini dapat terselesaikan atas bantuan,motivasi,dorongan dan bimbingan dari berbagai
pihak.Untuk itu,penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihakyang telah
turut membantu dalam menyusun makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari peranan berbagai pihak yang telah memberikan
bantuan dan bimbingan kepada penulis. Untuk itu,dalam kesempatan ini penulis ucapkan terima
kasih kepada :

1. Tim Dosen pengampu mata kuliah asuhan keperawatan perkembangan anak.


2. Teman-teman yang telah membantu dan berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik guna memperbaiki penyusunan asuhan
keperawatan berikutnya.
Akhir kata,semoga makalah asuhan keperawatan pada anak retardasi mental ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Kupang,11 januari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………………………………………………………………i.

Kata Pengantar………………………………………………………………………………….ii

Daftar Isi………………………………………………………………………………………..iii

Bab I Pendahuluan……………………………………………………………………………..1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………….


1.2 Tujuan penulisan ………………………………………………………………………..

Bab II Tinjauan Teori……………………………………………………………………………

2.1 Pengertian Retardasi Mental…………………………………………………………….


2.2 Klasifikasi Retardasi Mental…………………………………………………………..
2.3 Etiologi Retardasi Mental……………………………………………………………..
2.4 Diagnosis dan Gejala klinis…………………………………………………………….
2.5 Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………………………
2.6 Penatalaksanaan………………………………………………………………………..
2.7 Pencegahan…………………………………………………………………………….

Bab III Asuhan Keperawatan …………………………………………………………………

3.1 Pengkajian ......................................................................................................................


3.2 Diagnosa .........................................................................................................................
3.3 Intervensi ........................................................................................................................
3.4 Implementasi...................................................................................................................
3.5 Evaluasi...........................................................................................................................

Bab IV Penutup………………………………………………………………………………

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………
B. Saran…………………………………………………………………………………..

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi Negara
berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0,3 % dari seluruh
populasi , dan hamper 3% mempunyai IQ dibawah 70. Sebagai sumber daya manusia tentunya
mereka tidak bisa dimanfaatkan,karena 0,1% dari anak-anak ini memerlukan
perawatan,bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya (Swaiman KF,1989).Sehingga
retardasi mental masih merupakan dilemma,sumber kecemasan bagi keluarga dan masyarakat.
Demikian pula dengan diagnosis,pengobatan dan pencegahannya masih merupakan masalah
yang tidak kecil.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu membuat dan mengaplikasikan proses pemberian asuhan
keperawatan pada anak retardasi mental.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian retardasi mental
b. Mengetahui klasifikasi retardasi mental
c. Mengetahui etiologi retardasi mental
d. Mengetahui diagnosis dan gejala klinis
e. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada pasien retardasi mental
f. Mengetahui penatalaksanaan pada pasien retardasi mental
g. Mengetahui pencegahan terjadinya retardasi mental
h. Memahami asuhan keperawatan komprehensif pada anak dengan retardasi
mental
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Retardasi Mental

Menurut WHO (dikutip dari Menkes 2018),retardasi mental adalah kemampuan


mental yang tidak mencukupi.

Carter CH(dikutip dari Toback C.) mengatakan retardasi mental adalah suatu kondisi
yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan
individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan
yang dianggap normal.

Menurut Crocker AC 2018,retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi


intelegensi yang rendah,yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku,dan
gejalanya timbul pada masa perkembangan.

Menurut Melly Budhiman,seseorang dikatakan retardasi mental,bila memenuhi


kriteria sebagai berikut :

a. Fungsi intelektual umum dibawah normal


b. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif social
c. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun

2.2 Klasifikasi Retardasi Mental

Menurut nilai IQ-nya maka intelegensi seseorang dapat digolongkan sebagai berikut
(dikutip dari Swaiman 2018) :
Nilai IQ
Sangat superior 130 atau lebih
Superior 120-129
Diatas rata-rata 110-119
Rata-rata 90-110
Dibawah rata-rata 80-89
Retardasi mental borderline 70-79
Retardasi mental ringan(mampu didik) 52-69
Retardasi mental sedang (mampu latih ) 36-51
Retardasi mental berat 20-35
Retardasi mental sangat berat Dibawah 20

Yang disebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70,retardasi mental tipe ringan
masih mampu didik,retardasi mental tipe sedang mampu latih,sedangkan retardasi
mental tipe berat dan sangat berat memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur
hidupnya.Bila ditinjau dari gejalanya,maka Melly Budhiman membagi :

a. Tipe Klinik
Pada retardasi mental tipe klinik ini mudah dideteksi sejak dini,karena
kelainan fisis maupun mentalnya cukup berat penyebabnya sering kelainan
organic,kebanyakan anak ini perlu perawatan yang terus-menerus dan
kelainan ini dapat terjadi pada kelas social tinggi ataupun yang
rendah.Orangtua dari anak yang menderita retardasi mental tipe klinik ini
cepat mencari pertolongan oleh karena mereka melihat sendiri kelainan pada
anaknya.

b. Tipe sosio budaya


Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat
mengikuti pelajaran.Penampilannya seperti anak normal,sehingga disebut juga
retardasi enam jam karena begitu mereka keluar sekolah mereka dapat
bermain seperti anak-anak yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal
dari golongan social ekonomi rendah. Para orangtua dari anak tipe ini tidak
melihat adanya kelainan pada anaknya mereka mengetahui kalau anaknya
retardasi dari gurunya atau psikolog,karena anaknya gagal beberapa kali tidak
naik kelas. Pada umumnya anak tipe ini mempunyai taraf IQ golongan
borderline dan retardasi mental ringan.
2.3 Etiologi dan Patologi Retardasi Mental

Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental,penyebab dari retardasi
mental sangat kompleks dan multifaktorial.Namun,ada beberapa factor potensial
berperanan dalam terjadinya retardasi mental yang dinyatakan oleh Taft LT (2019)
dan Shonkoff JP (2019) antara lain

Faktor-Faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental

1) Non-organik
a. Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis
b. Faktor sosiokultural
c. Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
d. Penelantaran anak

2) Organik
2.1. Faktor Prakonsepsi
a. Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolic,kelainan
neurocutaneos)
b. Kelainan kromosom (X-linked,translokasi,fragile-X) – sindrom polygenic
familial

2.2. Faktor Pranatal


a. Gangguan pertumbuhan otak trimester I
b. Kelainan kromosom (trisomi,mosaic)
c. Infeksi intrauterine,misalnya TORCH,HIV (Human Immunodeficiency
virus )
d. Zat-zat teratogen (alcohol,radiasi,kokain,logam berat)
e. Disfungsi plasenta
f. Kelainan congenital dari otak (idiopatik)
g. Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
h. Ibu:diabetes mellitus,PKU(Phenylketonuria)
i. Toksemia gravidarum
j. Ibu malnutrisi

2.3. Faktor Perinatal


a. Sangat premature
b. Asfiksia neonatorum
c. Trauma lahir : Perdarahan Intakranial
d. Meningitis
e. Kelainan metabolic : Hipoglikemia,Hiperbilirubinemia

2.4. Faktor postnatal


a. Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
b. Neuro toksin,misalnya logam berat
c. CVA (Cerebrovascular accident)
d. Anoksia,misalnya tenggelam
e. Metabolic
f. Gizi buruk
g. Kelainan hormonal,misalnya hipotiroid,pseudohipoparatirid
h. Aminoaciduria,misalnya PKU (phenyl ketonuria)
i. Kelainan metabolism karbohidrat,galaktosemia
j. Polisakaridosis,misalnya sindrom Hurler
k. Cerebral lipidosis (Tay Sachs),dengan hepatomegali (Gaucher)
l. Penyakit degeneratif /metabolic lainnya
m. Infeksi
n. Meningitis,ensefalitis
o. Subakut sklerosing panesefalitis

Penentu kemampuan pada setiap individu adalah kompleks dan banyak faktor. Tanpa
memandang tingkat kemampuannya, kemampuan setiap anak dipengaruhi oleh status integritas
maupun maturasi sistem saraf dan oleh sifat serta kualitas pengalaman hidupnya. Bebearap anak
terus menerus mangalami gangguan neurologis yang berarti dan kemampuannya berkembang
normal. Yang lain menampakan gangguan kognitif berat meskipun tidak ada tanda-tanda
neurologis setempat yang dapat dikenali atau bukti adanya riwayat faktor resiko disfungsi sistem
saraf sentral yang bermakna. Sebab-sebab neurologis retardasi mental mungkin terdapat pada
berbagai faktor seperti malformasi struktural otak, kelainan metabolik, dan defisoit sistem saraf
sentral yang terkait dengan infeksi, malnutrisi atau jejas hipoksik-iskemik. Berdasarkan
pengalaman tanda-tanda retardasi dapat dikenali dengan adanya riwayat disfungsi penyedia
perawatan yang terkait dengan psikopatologi orangtua, disorganisasi keluarga yang ekstrim, atau
kesulitan ekonomi. Anak yang hidup dalam kemiskinan biasanya rentan terhadap beban stres
sosial yang kumulatif maupun kerentanan biologis yang lebih besar yang terkait dengan faktor-
faktor resiko lebih tinggi seperti komplikasi perinatal dan defisiensi nutrisi.

Faktor-faktor potensial yang berperan menyebabkan patogenesis Retardasi Mental:

Gangguan Prakonsepsi
Kelainan gena tunggal (misalnya: kesalahan metabolisme bawaan, gangguan neurokutan)
Kelainan kromosom (misanya: gangguan terkait-X, translokasi, X fragile)
Sindrom poligenik familial.
Gangguan Embrio Awal
Gangguan kromosom (misalnya: trisomi, mosaiks)
Infeksi (misanya: sitomegalovirus, rubella, toksoplasmosis, virus imunodefisiensi manusia)
Teratogens (misalnya: alkohol, radiasi)
Disfungsi plasenta
Malformasi sistem saraf sentral kongenital (idiopatik)
Gangguan Otak Janin
Infeksi (misanya: virus imunodefisiensi manusia, toksoplasmosis, sitomegalovirus, herpes
simpleks)
Toksin (misalnya: alkohol, kokain, timah hitam, fenilketonuria pada ibu)
Insufisiensi plasenta /malnutrisi intrauteri
Kesukaran Perinatal
Prematur ekstrim
Jejak hipoksik – iskemik
Perdarahan intrakranium
Gangguan metabolik (misalnya : hipoglikemia, hiperbilirubinemia)
Infeksi misalnya herpes simpleks, meningitis bakteria)
Gangguan Otak Pascahlahir
Infeksi (misalnya ensefalitis, meningitis)
Trauma (misalnya jejas kepala berat)
Asfiksia (misalnya hampir tenggelam, apneu lama, tercekik)
Gangguan metabolisme (misalnya hipoglikemia, hepernatremia,)
Toksin (misalnya : tima hitam)
Perdarahan intrakranium
Malnutrisi
Gangguan Berdasarkan Pengalaman Pascahlahir
Kemiskinan dan disorganisasi keluarga
Disfungsi interaksi penyedia perawatan
Psikopatologi orang tua
Orang tua yang menyalahgunakan obat
Pengaruh – pengaruh yang belum diketahui
Behrman, dkk.2018

Tabel di atas merupakan daftar faktor – faktor yang berpotensi turut menimbulkan patogenesis
retardasi mental dari prakonsepsi sampai awal tahun – tahun masa kanak – kanak. Hanya sedikit
faktor etiologi yang termasuk dalam tabel ini, namun memberikan kejelasan sempurna mengenai
fenomena retardasi pada setiap individu agaknya ketidakmampuan perkembangan
menggambarkan interaksi yang kompleks antara berbagai faktor risiko dan faktor protektif.
2.4 Diagnosis dan Gejala Klinis Retardasi Mental

Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan
fisik yang merupakan stigmata congenital,yang kadang-kadang gambaran stigmata
mengarah ke suatu sindrom penyakit tertentu.Dibawah ini beberapa kelainan fisik dan
gejala yang sering disertai retardasi mental yaitu (Swaiman,2019):
1. Kelainan pada mata
1.1. Katarak
a. Sindrom Cockayne
b. Sindrom Lowe
c. Galaktosemia
d. Sindrom down
e. Kretin
f. Rubella prenatal

1.2. Bintik cherry-merah pada daerah macula


a. Mukolipidosis
b. Penyakit niemann-pick
c. Penyakit Tay-Sachs

1.3. Korioretinitis
a. Lues Kongenital
b. Penyakit sitomegalo virus
c. Rubela prenatal

1.4. Kornea keruh


a. Lues Kongenital
b. Sindrom Hunter
c. Sindrom Hurler
d. Sindrom Lowe

2. Kejang
2.1. Kejang umum tonik klonik
a. Defisiensi glikogen shintetase
b. Hiperlisinemia
c. Hipoglikemia,terutama yang disertai glycogen storage disease
I,III,IV,VI
d. Phenyl ketonuria
e. Sindrom malabsorbsi methionin

2.2. Kejang pada masa neonatal


a. Arginosuccinic asiduria
b. Hiperammonemia I dan II
c. Laktik asidosis

3. Kelainan kulit
Bintik café-au-lait
a. Ataksia – telengiektasia
b. Sindrom Bloom
c. Neurofibromatosis
d. Tuberous sclerosis
4. Kelainan rambut
4.1. Rambut rontok
a. Familial laktik asidosis dengan necrotizing ensefalopatik
4.2. Rambut cepat memutih
a. Atrofi progresif serebral hemisfer
b. Ataksia telangiektasia
c. Sindrom malabsorbsi methionin
4.3. Rambut halus
a. Hipotiroid
b. Malnutrisi

5. Kepala
a. Mikrosefali
b. Makrosefali
c. Hidrosefalus
d. Mucopolisakaridase
e. Efusi subdural

6. Perawakan pendek
a. Kretin
b. Sindrom Prader-wili

7. Distonia
a. Sindrom Hallervorden-spaz

Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya adalah sebagai berikut :

1. Retardasi mental ringan


Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka
ini termasuk dalam tipe social budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali
tidak naik kelas.Golongan ini termasuk mampu didik,artinya selain dapat diajar baca tulis
bahkan bisa sampai kelas 4-6 SD,juga bisa dilatih ketrampilan tertentu sebagai bekal
hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal.Tetapi pada
umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress,sehingga tetap membutuhkan
bimbingan dari keluarganya.

2. Retardasi mental sedang


Kelompok ini kira-kira 12 % dari seluruh penderita retardasi mental,mereka ini mampu
latih tetapi tidak mampu didik.Taraf kemampuan intelekualnya hanya dapat sampai kelas
2 SD saja,tetapi dapat dilatih menguasai suatu ketrampilan tertentu misalnya
pertukangan,pertanian dan apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan,mereka
juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri.Kelompok ini juga kurang mampu
menghaadapi stress dan kurang dapat mandiri,sehingga memerlukan bimbingan dan
pengawasan.

3. Retardasi mental berat


Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah
ditegakkan secara dini,karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan
keluhan dari orangtua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan
perkembangan motorik dan bahasa,kelompok ini termasuk tipe klinik mereka dapat
dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana,tidak dapat dilatih
ketrampilan kerja dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.

4. Retardasi mental sangat berat


Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalm tipe klinik.Diagnosis dini mudah dibuat
karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas.Kemampuan berbahasanya sangat
minimal mereka ini seluruh hidupnya tergantung pada orang disekitarnya.

Anak dengan temuan-temuan fisik yang menunjukan sindrom-sindrom yang dapat dikenali yang
disertai dengan retardasi mental harus diidentifikasi pada saat lahir atau selama awal masa bayi.
Sindrom down dan mikrosefali primer merupakan contoh keadaan- keadaan demikian. Namun,
gangguan ini mewakili sebagian kecil anak kecil dengan gangguan intelektual. Sebagian besar
anak diidentifikasi karena kegagalannya dalam memenuhi harapan – harapan sesuai dengan
umurnya.
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemerisaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi
mental yaitu ( Shonkoff JP,2018):

1. Kromosom kariotipe
a. Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
b. Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
c. Terdapat beberapa kelainan congenital
d. Genitalia abnormal
2. EEG (Elektro Ensefalogram)
a. Gejala kejang yang dicurigai
b. Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3. CT(Cranial Computed Tomography) atau MRI(Magnetic Resonance Imaging )
a. Pembesaran kepala yang progresif
b. Tuberous sklerosis
c. Dicurigai kelainan otak yang luas
d. Kejang local
e. Dicurigai adanya tumor intrakranial
4. Titer virus untuk infeksi congenital
a. Kelainan pendengaran tipe sensorineural
b. Neonatal hepatosplenomegali
c. Petechie pada periode neonatal
d. Chorioretinitis
e. Mikroptalmia
f. Kalsifikasi intracranial
g. mikrosefali
5. Serum asam urat (uric acid serum)
a. Choreoatetosis
b. Gout
c. Sering mengamuk
6. Laktat dan piruvat darah
a. Asidosis metabolic
b. Kejang mioklonik
c. Kelemahan yang progresif
d. Ataksia
e. Degenerasi retina
f. Ophtalmoplegia
g. Episode seperti stroke yang berulang
7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
a. Hepatomegali
b. Tuli
c. Kejang dini dan hipotonia
d. Degenerasi retina
e. Opthalmoplegia
f. Kista pada ginjal
8. Serum seng (Zn)
a. Acrodermatotis
9. Logam berat dalam darah
a. Anamnesis adanya pika
b. anemia
10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
a. Gerakan yang involunter
b. Sirosis
c. Cincin Kayser-Fleischer
11. Serum asam amino atau asam organic
a. Kejang yang tidak diketahui penyebabnya
b. Gagal tumbuh
c. Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit
d. Warna rambut yang tidak biasa
e. Mikrosefali
f. Asidosis yang tidak diketahui sebabnya
12. Plasma ammonia
a.Muntah-muntah dengan asidosis metabolik
13. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsy kulit
a. Kehilangan fungsi motorik dan kognitif
b. Atrofi N.Optikus
c. Degenerasi retina
d. Serebelar ataksia yang berulang
e. Mioklonus
f. Hepatosplenomegali
g. Kulit yang kasar dan lepas-lepas
h. Kejang
i. Pembesaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun
14. Urin mukopolisakarida
a. Kiposis
b. Anggota gerak yang pendek
c. Badan yang pendek
d. Hepatosplenomegali
e. Kornea keruh
f. Gangguan pendengaran
g. Kekakuan pada sendi
15. Urin reducing substance
a. Katarak
b. Hepatomegali
c. kejang
16. Urin ketoacid
a. Kejang
b. Rambut yang mudah putus
17. Urin asam vanililmandelik
a. Muntah-muntah
b. Isapan bayi pada saat menyusu yang lemah
c. Gejala disfungsi autonomic
2.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan sangat individual
oleh sebab itu sebaiknya :
a. Dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara individual
untuk mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal mungkin
b. Melibatkan psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama
kemampuan kognitifnya,dokter anak untuk memeriksa fisik anak,menganalisis
penyebab,dan mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada,pekerja social
diperlukan untuk menilai situasi keluarganya.
c. Melibatkan ahli saraf bila anak juga menderita epilepsi,cerebral palsy
d. Melibatkan psikiater bila anak menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila
orangtuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga
e. Melibatkan ahli rehabilitasi medis bila diperlukan untuk merangsang
perkembangan motorik dan sensoriknya
f. Melibatkan ahli terapi wicara untuk memperbaiki gangguan bicaranya atau untuk
merangsang perkembangan bicaranya serta diperlukan guru pendidikan luar biasa
untuk anak-anak yang retardasi mental.
g. Bagi orang tuanya perlu diberi penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya
dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan serta diperlukan
kerjasama yang baik antara guru dengan orang tuanya,agar tidak terjadi
kesimpangsiuran dalam strategi penanganan anak di sekolah dan di
rumah,anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian agar anak tidak
diejek atau dikucilkan
h. Masyarakat perlu diberikan penerangan tentang retardasi mental agar mereka
dapat menerima anak tersebut dengan wajar
i. Diberikan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan taraf IQ-nya mereka
digolongkan yang mampu didik untuk golongan retardasi mental ringan dan yang
mampu dilatih untuk anak dengan retardasi mental sedang,
j. Sekolah khusus untuk anak retardasi mental adalah SLB-C di sekolah ini
diajarkan juga keterampilan-keterampilan dengan harapan mereka dapat mandiri
dikemudian hari diajarkan pula tentang baik buruknya suatu tindakan tertentu
sehingga mereka diharapkan tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji sperti
mencuri,merampas,kejahatan seksual
k. Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti
pemeriksaan kesehatan yang rutin,imunisasi,dan monitoring terhadap tumbuh
kembangnya.
l. Masalah nutrisi juga perlu mendapat perhatian

Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental bersifat multidimensi dan sangat


individual. Walaupun harus dipikirkan perlunya upaya multidisiplin yang sangat
terspesialisasi, namun tidak semua anak dengan retardasi mental ditangani paling
baik dengan sederetan pelayanan dan profesional yang kompleks. Keputusan yang
bijaksana mengenai sumber kebutuhan adalah paling mungkin terjadi bila mereka
diberikan informasi mengenai perkembangan rencana yang diindividualisasikan
tujuan dan objektif yang timbul dari perkembangan yang cermat mengenai risiko
tertentu dan faktor – faktor protektif yang ada dalam diri anak dan keluarga.
Salah satu peran yang penting dan paling utama yang dilakukan dokter
mencakup sintesis awal dan penyajian temuan – temuan diagnostik kepada
keluarga penderita. Proses ini melibatkan interaksi sensitif yang rinciannya sering
diingat dan diceritakan kata demi kata oleh para orang tua selama bertahun –
tahun kemudian. Klinis yang terampil memberikan informasi lengkap dan akurat
mengenai apa saja yang diketahui menyangkut sifat dan kemungkinan penyebab
kecacatan anak, mengidentifikasi daerah kemampuan relatif dan perilaku adaptif,
memberikan dukungan emosional, bekerja sama dengan keluarga untuk
menentukan tujuan dan sasaran tertentu dan merumuskan strategi untuk
menajemen lebih lanjut, memberikan cukup kesempatan pada orangtua untuk
mengenali kebutuhan-kebutuhannya sendiri terhadap informasi yang lebih lanjut,
dan berespon secara jujur terhadap pertayaan-pertayaan yang tidak dapat dijawab.
Bila ditangani dengan baik, wawancara awal yang penuh informasi dapat
memberikan dasar yang kuat untuk kerja sama terus menerus antara orangtua dan
para ahli.
Pelayanan pendidikan dan terapeutis yang terspesialisasi merupakan unsur
pokok dalam penanganan secara multi disiplin pada anak dengan retardasi mental.
Selama tahun-tahun masa remaja berbagai masalah yang terkait dengan
seksualitas, pelatihan kerja, dan kehidupan bermasyarakat menjadi lebih menonjol
daripada stadiun sebekumnya. Peran dokter perlu bervariasi sesuai dengan
kebutuhan anak dan keluarganya. Semua anak harus dipastikan mendapat
pelayanan rumatan kesehatan rutin yang meliputi imunisasi, pemantauan
pertumbuhan, dan pengobatan segera umtuk penyakit-penyakit minor. Komplikasi
medis tertentu yang terjadi dengan frekuensi yang lebih besar pada anak dengan
kecacatan perkembangan (misalnya, gangguan kejang-kejang, gangguan
penglihatan dan pendengaran dan masalah nutrisi) memerlukan diagnosis yang
tepat dan manajemen yang cepat. Pengawasan kesehatan terus menerus harus
didasari dengan pengetahuan mengenai risiko relatif gangguan tertentu yang
terkait (misanya, gangguan pendengaran sensorineural yang progresivitasnya
lambat pada anak dengan infeksi CMV kongenital, atau perkembangan
hipotiroidisme, ketidakstabilan atlantoaksial, tuli konduktif atau penyakit seliakus
pada anak dengan sindrom Down). Akhirnya, dokter mempunyai tanggung jawab
penting untuk memastikan adanya konseling genetik yang canggi kapanpun
diagnosis gangguan yang dapat diwariskan dipikirkan.
Kerjasama antara dokter puskesmas dan sistem pelayanan intervensi awal
sangat penting pada manajemen anak dengan gangguan perkembangan pada usia
tahun-tahun pertama. Identifikasi dini dan rujukan segera menjamin adanya jadi
individualisasi untuk anak bersama pelayanan pendukung fleksibel untuk
keluarganya. Pelayanan demikian disampaikan paling baik bila mereka
memfokuskan pada keluarga sebagai sistem yang dinamis dan memandang
adaptasi anak dan keluarga sebagai sesuatu yang saling tergantung dan sama-sama
dipengaruhi oleh lingkungan tempat mereka tinggal. Meskipun keterbatasan
metodologi secara bermakna menurunkan kemampuan untuk melakukan evaluasi
yang adekuat terhadap kisaran pengaruh program intervensi awal pada anak kecil
yang cacat, penelitian yang besar menunjukkan adanya manfaat positif jangka-
pendek pada skor uji perkembanagan yang telah distandarisasi. Pengaruh jangka-
panjang intervensi awal pada kemampuan sosial anak dan adaptasi keluarga
sebagian besar belum diketahui

2.7 Pencegahan Terjadinya Retardasi Mental


Karena penyembuhan dari retardasi mental ini boleh dikatakan tidak ada,sebab kerusakan
dari sel-sel otak tidak mungkin fungsinya dapat kembali normal.
Maka diperlukan :
a. Pencegagan primer yaitu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
penyakit dengan memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang
potensial dapat mengakibatkan retardasi mental misalnya melalui imunisasi
b. Konseling perkawinan,pemeriksaan kehamilan yang rutin, nutrisi yang baik
selama kehamilan dan bersalin pada tenaga kesehatan yang berwenang maka
dapat membantu menurunkan angka kejadian retardasi mental
c. Demikian pula dengan mengentaskan kemiskinan dengan membuka lapangan
kerja,memberikan pendidikan yang baik,memperbaiki sanitasi
lingkungan,meningkatkan gizi keluarga akan meningkatkan ketahanan terhadap
penyakit
d. Dengan adanya program BKB (Bina Keluarga dan Balita) yang merupakn
stimulasi mental dini dan bisa juga dikembangkan juga deteksi dini,maka dapat
mengoptimalkan perkembangan anak
e. Diagnosis dini sangat penting dengan melakukan skrining sedini mungkin
terutama pada tahun pertama maka dapat dilakukan intervensi yang dini
pula.misalnya diagnosis dini hipotiroid dapat memperkecil kemungkinan retardasi
mental
Meskipun sebagian besar mekanisme patogenetik tetap belum diketahui namun
gangguan yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan diagnostik prenatal, seperti
ultrasonografi, amniosentesis, atau biopsi villus korion, jumlahnya semakin
bertambah. Penyediaan informasi yang lengkap dan manajemen pengobatan yang
sensitif karenanya sangat penting untuk memastikan keputusan keluarga yang
telah diberi informasi mengenai semua pilihan intervensi prenatal yang tersedia,
termasuk penbedahan janin eksperimental (seperti penempatan pirau (shunt)
intrakranial dalam rahim) dan penghentian kehamilan secara elektif. Bila tersedia
penanganan dini tertentu pada bayi dengan gangguan metabolik (seperti
fenilketonuria) atau kelainan strukrural (seperti hidrosefalus), pencegahan yang
berhasil memerlukan diagnosis segera dan manajemen yang canggih. Sebaliknya,
gangguan metabolik yang dapat diidentifikasi tetapi terapi spesifiknya belum
tersedia, seperti mukopolisakharidosis, harus menunggu kemajuan biologi
molekular lebih lanjut sebelum upaya pencegahan yang efektif dapat
direalisasikan.
Tema utama yang umum dijumpai pada semua upaya pencegahan
retardasi mental adalah meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan
penyediaan pengasuhan dan lingkungan yang merangsang pertumbuhan. Karena
mayoritas populasi individu dengan retardasi mental adalah retardasi ringan, dan
karena retardasi ringan secara tidak seimbang lazim dijumpai pada kelompok
sosioekonomi rendah, banyak upaya pencegahan harus memfokuskan pada
kesehatan biologis dan pengalaman kehidupan awal anak yang hidup dalam
kemiskinan. Dalam hal ini, perawatan prenatal, pengawasan kesehatan reguler,
dan pelayanan dukungan keluarga merupakan srategi pencegahan utama
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

 Retardasi mental dapat didefinisikan sebagai keterbatasan dalam kecerdasan


yang mengganggu adaptasi normal terhadap lingkungan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Soetjininsih.1995.Tumbuh Kembang Anak.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai