Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI / ANAK

DENGAN RETARDASI MENTAL

OLEH :
KELOMPOK 16
TINGKAT 2.2
Ketut Ayu Swandewi P07120017055
Ni Putu Widhi Adnyani Putri P07120017066

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN D -3 KEPERAWATAN
TAHUN 2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama
bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar
0.3% dari seluruh populasi dan hamper 3% mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber
daya manusia tentunya mereka tidak bias dimanfaatkan karena 0.1% dari anak-anak ini
memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya.(Swaiman KF,
1989).
American Assosiation on Mental Retardation (AAMR) mengungkapkan bahwa
Retardasi mental yaitu : Kelemahan/ketidakmampuan kognitif muncul pada masa kanak-
kanak (sebelum 18 tahun) ditandai dengan fase kecerdasan dibawah normal ( IQ 70-75
atau kurang), dan disertai keterbatasan lain. Berikut ini adalah klasifikasi retardasi mental
yang ditunjukkan dengan bagan (Dr.wiguna & ika, 2005)
Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi
keluarga dan masyarakat.Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan
pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak kecil
Retardasi mental (RM) adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki
kemampuanmental yang tidak mencukupi (WHO). Retardasi mental adalah kelainan
fungsi Intelektual yang subnormal terjadi pada masa perkembangan dan berhubungan
dengan satu atau lebih gangguan dari maturasi, proses belajar dan penyesuaian diri secara
sosial.
RM adalah suatu keadaan yang di tandai dengan fungsi intelektual berada di
bawah normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat
lemahnya proses belajar dan adaptasi sosial.
Retardasi mental diartikan sebagai kelemahan atau ketidakmampuan kognitif
muncul pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) ditandai dengan fungsi
kecerdasan di bawah normal (IQ 70 – 75 atau kurang), dan disertai keterbatasan lain pada
sedikitnya dua area berikut :berbicara dan berbahasa;ketrampilan merawat diri, ADL;

2
ketrampilan sosial; penggunaan sarana masyarakat; kesehtan dan keamanan; akademik
fungsional; bekerja dan rileks, dll.
Retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan
rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan
kehidupan sehari-hari. Retardasi mental tertuju pada sekelompok kelainan pada fungsi
intelektual dan defisit pada kemampuan adaptif yang terjadi sebelum usia dewasa. Akan
tetapi, klasifikasi retardasi mental lebih bergantung pada hasil penilaian IQ .
Menurut Rusdi Maslim (2001) retardasi mental adalah suatu keadaan perkem-bangan
jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya
ketrampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan
secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.
Menurut The American Association on Mental Deficiency (AAMD), definisi
retardasi mental mencakup dua dimensi utama yaitu perilaku adaptif dan kecerdasan.
Retardasi mental didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana fungsi intelektual umum
dibawah rerata normal disertai dengan kekurangan atau hendaya dalam perilaku adaptif
yang muncul pada periode perkembangan (Grossman, 1983 cit Drew, 1986, Cytryn dan

Lourie, 1980).

Kaplan (1985) mengemukakan bahwa dalam konsep definisi retardasi mental


terdapat dua model pendekatan yang dipakai yaitu model pendekatan biomedik dan
pendekatan sosiokultural. Dari pendekatan biomedik lebih menitikberatkan pada
perubahan- perubahan dasar pada sistem otak, sedangkan pendekatan sosiokultural
menyotroti fungsi-fungsi sosial dan adaptasi secara umum untuk mengikuti norma-norma
yang berlaku.

Beberapa istilah yang dipakai untuk retardasi mental adalah keterbelakangan


mental,lemah ingatan, cacat mental, tuna mental. Istilah asing yang sering digunakan
adalah mental deficiency, oligophrenia, amentia, dan mental subnormality (Rumini,
1987).

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Retardasi mental ?
2. Apa penyebab dari retardasi mental pada anak ?
3. Apa saja klasifikasi dari retardasi mental ?
4. Bagaimana penatalaksanaan medis terhadap anak yang mengalami retardasi mental ?

1.3 Tujuan Umum Dan Khusus


1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan kasus ini adalah untuk memberikan gambaran dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnose medis Retardasi
Mental dengan menggunakan metode pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran
tentang :
1) Pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami Retardasi Mental.
2) Diagnose keperawatan pada klien yang mengalami Retardasi Mental.
3) Perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami Retardasi Mental.
4) Penatalaksanaan keperawatan pada klien yang mengalami Retardasi Mental.
5) Evaluasi tindakan keperawatan pada klien yang mengalami Retardasi Mental.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut.

1. Bagi penulis, tulisan ini dapat menambah wawasan penulis mengenai konsep dasar dan
asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental.

2. Bagi pembaca, tulisan ini dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai
konsep dasar dan asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental

4
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
2.1 Definisi
Retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi (menurut
WHO).Retradasi mental adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi intelektual
berada dibawah normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah usia 18 tahun,
berakibat lemahnya proses belajar dan adaptasi sosial (D.S.M/Budiman M, 1991).
Retardasi mental yaitu suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah
yangmenyebabkan ketidak mampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap
tuntutan masyarakat atas kemampuan yang di anggap normal.(Carter CH).
Retardasi mental yaitu apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang rendah,yang
di sertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku,dan gejalanya timbul pada masa
perkembangan.(Crocker AC).

2.2 Etiologi
Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial. Walaupun begitu
terdapat beberapa faktor yang potensial berperanan dalam terjadinya retardasi mental
seperti yang dinyatakan oleh Taft LT dan Shonkoff JP dibawah ini :
Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental :
1. Non-organik
a. Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis
b. Faktor sosiokultural
c. Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
d. Penelantaran anak
2. Organik
a. Faktor prakonsepsi
- Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik,
kelainan neurocutaneos, dll.)
- Kelainan kromosom ( X-linked, translokasi, fragile-X) – syndromepolygenic
familial.

5
b. Faktor prenatal
1. Ganguan pertumbuhan otak trimester I
- Kelainan kromosom (trisomi,mosaik,dll)
- Infeksi intrauterin,misalnya TORCH,HIV (Human immunodeficiency virus)
- Zat-zat teratogen (alcohol,radiasi dll)
- Disfungsi plasenta
- Kelainan congenital dari otak (idiopatik).
2. Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
 Infeksi intrauterin, misalnya torch,hiv
 Zat-zat teratogen (alcohol, kokain, logam berat, dll)
 Ibu: diabetes militus,pku (phenylketonuria)
 Toksemia gravidarum
 Disfungsi plasenta
 Ibu malnutrisi
c. Faktor perinatal
 Sangat premature
 Asfiksia neonatorum
 Trauma lahir: pendarahan intra cranial
 Meningitis
 Kelainan metabolik : hipoglikemia, hiperbilirubinemia
d. Faktor post natal
 Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
 Neuro toksin, misalnya logam berat
 CVA (Cerebrovascular accident)
 Anoksia, misalnya tenggelam
 Metabolik
 Gizi buruk
 Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid, pseudohipoparatiroid
 Aminoaciduria, misalnya PKU (Phenyl ketonuria)
 Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia, dll

6
 Infeksi
Kebanyakan anak yang menderita retardasi mental ini berasal dari
golongan social ekonomi rendah, akibat kurangnya stimulasi dari
lingkungannya sehingga secara bertahap menurunkan IQ yang bersamaan
dengan terjadinya mutasi. Demikian pula pada keadaan social
ekonomi yang rendah dapat sebagai penyebab organik dari retardasi
mental,

2.3 Diagnosis dan Gejala klinis


Dengan melakukan skrining secara rutin misalnya dengan menggunankan DDST
(Denver Developmental Screening Test), maka diagnosis dini dapat segera dibuat.
Demikian pula anamnesis yang baik dari orang tuanya, pengasuh atau gurunya, sangat
membantu dalam diagnosis kelainan ini. Setelah anak berumur 6 tahun dapat dilakukan
test IQ. Sering kali hasil evaluasi medis tidak khas dan tidak dapat diambl kesimpulan.
Pada kasusu seperti ini, apabila tidak ada kelainan pada system susunan saraf pusat,
perlu, anamnesis yang teliti apakah ada keluarga yang cacat, mencari masalah
lingkungan/factor nonorganic lainnya dimana diperkirakan mempengaruhi kelainan pada
otak anak.
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa
kelainan fisik yang merupakan stigmata kongenita, yang kadang-kadang gambaran
stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelainan
fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu :
1. Kelainan pada mata :
 Katarak
 Bintik cherry-merah pada daerah macula
 Kornea keruh
2. Kejang :
 Kejang umum tonik klonik
 Kejang pada masa neonatal
3. Kelainan pada kulit :
 Bintik-café-au-lait

7
4. Kelainan rambut :
 Rambut rontok
 Rambut cepat memutih
 Rambut halus
5. Kepala :
 Mikrosefali
 Makrosefali
6. Perawakan pendek :
 Kretin
 Sindrom prader-willi
7. Distonia :
 Sindrom hallervorden

2.4 Komplikasi
a. Serebral palcy
b. Gangguan kejang
c. Gangguan kejiwaan
d. Gangguan konsentrasi /hiperaktif
e. Defisit komunikasi
f. Konstipasi

2.5 Klasifikasi
Berdasarkan The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders , WHO,
Geneva tahun 1994 retardasi mental dibagi menjadi 4 golongan yaitu :
1) Mild retardation (retardasi mental ringan), IQ 50-69
Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dididik
(educable). Anak mengalami gangguan berbahasa tetapi masih mampu
menguasainya untuk keperluan bicara sehari-hari dan untuk wawancara klinik.
Umumnya mereka juga mampu mengurus diri sendiri secara independen (makan,
mencuci, memakai baju, mengontrol saluran cerna dan kandung kemih), meskipun
tingkat perkembangannya sedikit lebih lambat dari ukuran normal. Kesulitan utama

8
biasanya terlihat pada pekerjaan akademik sekolah, dan banyak yang bermasalah
dalam membaca dan menulis. Dalam konteks sosiokultural yang memerlukan
sedikit kemampuan akademik, mereka tidak ada masalah. Tetapi jika ternyata
timbul masalah emosional dan sosial, akan terlihat bahwa mereka mengalami
gangguan, misal tidak mampu menguasai masalah perkawinan atau mengasuh
anak, atau kesulitan menyesuaikan diri dengan tradisi budaya.
2) Moderate retardation (retardasi mental sedang), IQ 35-49
Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dilatih
(trainable). Pada kelompok ini anak mengalami keterlambatan per kembangan
pemahaman dan penggunaan bahasa, serta pencapaian akhirnya terbatas. Pencapaian
kemampuan mengurus diri sendiri dan ketrampilan motor juga mengalami
keterlambatan, dan beberapa diantaranya mem- butuhkan pengawasan sepanjang
hidupnya. Kemajuan di sekolah terbatas, sebagian masih ssbisa belajar dasar- dasar
membaca, menulis dan berhitung.
3) Severe retardation (retardasi mental berat), IQ 20-34
Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental sedang
dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan yang terkait.
Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat ini biasanya mengalami
kerusakan motor yang bermakna atau adanya defisit neurologis. Kelompok retardasi
mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental sedang dalam hal gambaran
klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan yang terkait. Perbedaan utama adalah
pada retardasi mental berat ini biasanya mengalami kerusakan motor yang bermakna
atau adanya defisit neurologis.
4) Profound retardation (retardasi mental sangat berat), IQ <20
Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas
kemampuannya dalam mengerti dan menuruti permintaan atau instruksi. Umumnya
anak sangat terbatas dalam hal mobilitas, dan hanya mampu pada bentuk komunikasi
nonverbal yang sangat elementer.

9
Tabel 1: Klasifikasi retardasi mental dalama setiap usia perkembangan

RM IQ Usia Usia Sekolah Usia Dewasa


Prasekolah (0-21 tahun) (>21 tahun)
(0-5 tahun)
Sangat <20 Retradasi jelas Beberapa Perkembangan
berat Perkembangan motorik motorik dan
dapat berespon namun bicara sangat
terbatas terbatas

Berat 20- Perkembangan Dapat bicara atau Dapat berperan


23 motorik yang berkomunikasi namun sebagian dalam
miskin latihan kejujuran tidak pemeliharaan
bermanfaat diri sendiri
dibawah
pengawasan
ketat

Dapat Latihan dalam Dapat bekerja


Sedang 35- berbicara atau keterampilan social dan sendiri tanpa
49 belajar pekerjaan dapat dilatih namun
berkomunikasi bermanfaat, dapat pergi perlu
, ditangani sendiri ketempat yang pengawasan
dengan telah dikenal terutama jika
pengawasan berada dalam
sedang stress

Dapat Dapat belajar Biasanya dapat


Ringan 50- mengembangk keterampilan akademik mencapai
69 an sampai ± kelas 6 SD keterampilan
keterampilan social dan
social dan kejujuran namun
komunikasi, perlu bantuan
retradasi terutama bila
minimal stress

10
2.6 PATHWAY

11
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi
mental,yaitu:
a. Kromosom kariotipe
b. EEG (Elektro Ensefalogram)
c. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
d. Titer virus untuk infeksi congenital
e. Serum asam urat (Uric acid serum)
f. Laktat dan piruvat
g. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
h. Serum seng (Zn)
i. Logam berat dalam darah
j. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
k. Serum asam amino atau asam organic
l. Plasma ammonia
m. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsy kulit:
n. Urin mukopolisakarida
o. Urin reducing substance’
p. Urin ketoacid
q. Urin asam vanililmandelik

2.8 Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Anak Retardasi mental biasanya disertai dengan gejala hyperkinetik (selalu bergerak,
konsentrasi kurangdan perhatian mudah dibelokkan). Obat-obat yang sering digunakan
dalam bidang retardasi mental adalah terutama untuk menekan gejala-gejala
hyperkinetik, misalnya :
a. Amphetamin dosis 0,2 - 0,4 mg/kg/hari
b. Imipramin dosis ± 1,5 mg/kg/hariEfek sampingan kedua obat diatas dapat
menimbulkan convulsi
c. Valium, Nobrium, Haloperidol dsb. dapat juga menekan gejala hyperkinetik
Obat-obatan untuk konvulsi :

12
a. Dilantin dosis 5 - 7 mg/kg/hari (Dilantin dapat juga menurunkan gejala
hyperkinetik, gejalagangguan emosi dan menaikkan fungsi berfikir).
b. Phenobarbital dosis 5 mg/kg/hari (Phenobarbital dapat menaikkan gejala
hyperkinetik).
c. Cofein : baik untuk convulsi dan menurunkan gejala hyperkinetik
Obat-obatan untuk menaikkan kemampuan belajar :
 Pyrithioxine (Encephabol, Cerebron).
 Glutamic acid.
 Gamma amino butyric acid (Gammalon).
 Pabenol.
 Nootropil.
 Amphetamin dsb.

2. Non Farmakologi
Psikoterapi dapat diberikan baik pada anaknya sendiri maupun pada orang tuanya.
Untuk anak yang terbelakang dapat diberikan psikoterapi individual, psikoterapi
kelompok dan manipulasi lingkungan(merubah lingkungan anak yang tidak
menguntungkan bagi anak tersebut). Walaupun tak akan dapat menyembuhkan
keterbelakangan mental, tetapi dengan psikoterapi dan obat-obatan dapat
diusahakanperubahan sikap, tingkah laku, kemampuan belajar dan hasil kerjanya.
Yang penting adalah adanya ketekunan, kesadaran dan minat yang sungguh dari pihak
terapis (yang mengobati).
Terapis bertindak sebagai pengganti orang tua untuk membuat koreksi-koreksi
terhadaphubungan yang tak baik ini. Dari pihak perawat diperlukan juga ketekunan
dan kesadaran dalam merawatanak-anak dengan retardasi mental serta melaporkan
kepada dokter bila dalam observasi terdapattingkah laku anak maupun orang tua yang
negatif, merugikan bagi anak tersebut maupun lingkungannya(teman-teman
disekitarnya).
Social worker (pekerja sosial) melakukan kunjungan rumah untuk melihat
hubungan anak denganorang tua, saudara-saudaranya maupun dengan masyarakat
sekitarnya. Tugasnya utama mencari data-data anak dan orang tua serta hubungan anak
dengan orang-orang disekitarnya. Untuk ibu atau orangtua anak dengan retardasi
mental dapat diberikan family terapi (terapi keluarga) untuk mengubah sikaporang tua
atau saudaranya yang kurang baik terhadap penderita. Dapat diberikan juga terapi

13
kelompok dengan ibu-ibu.Anak retardasi mental lainnya, seminggu sekali selama 12
kali. Tujuannya untuk mengurangi sikaprendah diri, perasaan kecewa dari ibu tersebut
karena ternyata banyak ibu lain yangmengalami nasib serupa, mempunyai anak
dengan retardasi mental. Dengan demikian ibu dapatbersikap lebih realistik dan lebih
dapat menerima anaknya serta dapat merencanakan program yang baikbagi anaknya.
Di luar negeri social worker yang bertugas memberi terapi kelompok untuk ibu-ibu
tersebut di atas.

2.9 Pencegahan
1. Pencegahan primer
Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan keadaan-
sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran (umpamanya perawatan
prenatal yang baik, pertolongan persalinan yang baik, kehamilan pada wanita
adolesen dan diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan peradangan otak pada anak-
anak)
2. Pencegahan sekunder
Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan subdural,
kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka dengan
kraniotomi; pada mikrosefali yang kogenital, operasi tidak menolong).
3. Pencegahan tersier
Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya disekolah luar biasa.
Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah, hiperaktif atau dektrukstif. Konseling
kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan antara lain
membantu mereka dalam mengatasi frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan
Retardasi mental.

14
2.10 Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian terdiri atas evaluasi komprehensif mengenai kekurangan dan
kekuatan yang berhubungan dengan ketrampilan adaptif ; komunikasi, perawatan
diri, interaksi sosial, penggunaan sarana-sarana di masyarakat pengarahan diri,
pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, pembentukan
ketrampilan rekreasi dan ketenangan dan bekerja.

1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien menunjukkan Gangguan kognitif( pola, proses pikir), Lambatnya
ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa, Gagal melewati tahap
perkembangan yang utama, Lingkar kepala diatas atau dibawah normal
( kadang-kadang lebih besar atau lebih kecil dari ukuran normal ), lambatnya
pertumbuhan, tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot lemah ), ciri-
ciridismorfik, dan terlambatnya perkembangan motorik halus dan kasar.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan besar pasien pernah mengalami Penyakit kromosom Trisomi
21 (Sindrom Down), Sindrom Fragile X, Gangguan Sindrom (distrofiotot
Duchene), neurofibromatosis (tipe 1), Gangguan metabolism sejak lahir
(Fenilketonuria), Abrupsioplasenta, Diabetes maternal, Kelahiran premature,
Kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intracranial,
Cederakepala, Infeksi, Gangguan degenerative.
c. Riwayat prenatal
d. Riwayat perinatal
e. Riwayat post natal
f. Riwayat kesehatan keluarga
Ada kemungkinan besar keluarga pernah mengalami penyakit yang serupa
atau penyakit yang dapat memicu terjadinya retardasi mental, terutama dari
ibu tersebut.

15
g. Riwayat sosial
4. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
a) Persepsi Dan Pola Manajemen Kesehatan
1) status kesehatan anak sejak lahir
2) pemeriksaan kesehatan secara rutin, imunisasi
3) Penyakit yang menyebabkan anak absen dari sekolah
4) Praktek pencegahan kesehatan ( pakaian, menukar popok, dll)
5) Apakah orang tua merokok ?, didekat anak ?
6) Mainan anak/bayi (aman?) keamanan kendaraan ?
7) Praktek keamanan orang tua (produk rumah tangga, menyimpan obat-
obatan , dll)
b) Nutrisi – Pola Metabolic
1) Pemberian ASI/PASI, perkiraan jumlah minum, kekuatan menghisap
( bagi yang masih bayi )
2) Selera makan, makanan tidak disukai/disukai
3) Masukan makanan selama 24 jam? makanan tambahan? vitamin?
4) Kebiasaan makan
5) Alat makan yang digunakan
6) Berat badan lahir? Berat badan saat ini?
7) Masalah kulit : rash, lesi, dll
Orang tua
status nutrisi orang tua/keluarga? Masalah?
c) Pola Eliminasi
1) Pola defekasi (gambarkan: frekuensi, kesulitan, kebiasaan ada
darah/tidak)
2) Mengganti pakaian dalam/diapers ( bagi bayi )
3) Pola eliminasi urin (gambarkan : berapa kali popok basah/hari,
perkiraan jumlah , kekuatan keluarnya urin, bau, warna)
Orang tua
Pola eliminasi ? masalah ?
d) Aktivitas – Pola Latihan

16
1) Rutin mandi ? ( kapan, bagaimana, dimana, menggunakan sabun
apa?)
2) Kebersihan rutin ( pakaian, dll)
3) Aktivitas sehari-hari dirumah, bermain, tipe mainan yang digunakan,
teman bermain, penampilan anak saat bermain, dll)
4) Level aktivitas anak/bayi secara umum, tolerans
5) Persepsi anak terhadap kekuatan ( kuat atau lemah )
6) Kemampuan kemandirian anak ( mandi, makan, toileting, berpakaian,
dll )
Orang tua
Aktivitas/pola latihan, pemeliharaan anak, pemeliharaan rumah ?
e) Pola Istirahat – Tidur
1) Pola istirahat/tidur anak, perkiraan jam, dll
2) Perubahan pola istirahat, mimpi buruk, nocturia ?
3) Posisi tidur anak? Gerakan tubuh ?
f) Pola Kognitif – Persepsi
1) Responsive anak secara umum
2) Responsanakuntukberbicara, suara, object, sentuhan?
3) Apakah anak mengikuti object dengan matanya ? respon untuk
meraih mainan
4) Vokal suara, pola bicara, mainan, dsb
5) Kemampuan anak untuk mengatakan nama, waktu, alamat, nomor
telepon, dsb
6) Kemampuan anak untuk mengatakan kebutuhan : lapar, haus, nyeri,
tidak nyaman ?
Orang tua
Kesulitan membuat keputusan, judgments ?
g) Persepsi Diri – Pola Konsep Diri
1) status mood bayi/anak ( iritabilitas )
2) Pemahaman anak terhadap identitas diri, kompetyensi,dll
Anak/Bayi :

17
a. Status mood?
b. Banyak teman / seperti yang lainnya /
c. Persepsi diri (”baik” umumnya waktu, sulit untuk menjadi ”baik” )
d. Kesepian ?
e. Takut ?

Orang tua
Persepsi diri sebagai orang tua
h) Pola Peran – Hubungan
1) struktur keluarga
2) Masalah / Stressor keluarga
3) Interaksi antara anggota keluarga dan anak
4) Respon anak/bayi terhadap perpisahan
5) Anak : ketergantungan?
6) Anak : pola bermain /
7) Anak : temper tantrum ? masalah disiplin / penyesuaian sekolah ?
Orang tua :
Peran ikatan ? kepuasan ?
Pekerjaan/ sosial / hubungan perkawinan ?
i) Sexualitas
j) Koping – Pola Toleransi Stress
1) Apa yang menyebabkan stress pada anak? Levelstress? Toleransi ?
2) Pola penanganan masalah, support system ?
k) Nilai – Pola Keyakinan
1) Perkembangan moral anak, pemilihan perilaku, komitmen /
2) Keyakinan akan kesehatan, keyakinan agama
Orang tua
sesuatu yang bernilai dalam hidupnya ( spirituality) semangat untuk masa
depan ?
Keyakianan akan kesembuhan, dampak penyakit dan tujuan?

18
5. Pemeriksaan fisik
1) Kepala :Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris)
2) Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus
dan cepat berubah
3) Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
4) Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil,
cuping melengkung ke atas, dll
5) Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit
lebar/melengkung tinggi
6) Geligi : odontogenesis yang tdk normal
7) Telinga : keduanyaletakrendah; dll
8) Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
9) Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
10) Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing,
ibujari gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
11) Dada & Abdomen : tdpbeberapa putting, buncit, dll
12) Genitalia : mikropenis, testis tidakturun, dll
13) Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang
kecil meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk.

6. Pengkajian perkembangan anak (Penilaian berdasarkan format


DDST/Denver II ) bagi anak usia 0 – 6 tahun
a. kemandirian dan bergaul
b. Motorik halus
c. Kognitif dan bahasa
d. Motorik kasar
Bagi anak diatas 6 tahun, maka ditanyakan tumbuh kembang secara
umum sbb:
1) Berat badan lahir, 6 bulan, 1 tahun dan saat ini
2) Pertumbuhan gigi
1) usia tumbuh gigi

19
2) jumlah
3) masalah dengan pertumbuhan gigi
3) Usia mulai menegakkan kepala, duduk, berjalan, kata-kata
pertama
4) Perkembangan sekolah, lancar ? masalah apa ?
5) Interaksi dengan peers dan orang dewasa
6) Partisipasi dengan kegiatan organisasi ( kesenia, Olahraga, dsb)

7. Pemeriksaan diagnostik
a) Pemeriksaan Kromosom
b) Pemeriksaan urin,scrum atau titer virus
c) Test Diagnostik seperti :EEG,CT Scan untuk identifikasi
abnormalitas perkembangan jaringan otak,injury jaringan otak atau
trauma yang mengakibatkan perubahan.

B. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Kode


1. Gangguan tumbuh kembang berhubungan D.0106
dengankelainan fungsi kognitif

2. Gangguan proses keluarga berhubungan D.0120


dengan perubahan status kesehatan anggota
keluarga
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan D.0119
dengan lambatnya keterampilan ekspresi dan
resepsi bahasa
4. Gangguan interaksi sosial berhubungn D.0118
dengan kesulitan bicara/kesulitan adaptasi
social.
5. Defisit perawatan diri berhubungan D.0109
denganperubahan mobilitas fisik/kurangnya
kematangan perkembangan

20
6. Risiko cedera berhubungan dengandengan D.0136
perilaku agresif/ketidakseimbangan mobilitas
fisik

C. Intervensi Keperawatan

Dignosa keperawatan NOC NIC


Gangguan tumbuh  Growth and  Peningkatan perkembangan
kembang berhubungan Development anak dan remaja
dengan kelainan fungsi Delayed 1. Kaji faktor penyebab gangguan
kognitif (keterlambatan perkembangan anak
tumbuh kembang) 2. Identifikasi dan gunakan sumber
 Requirements pendidikan untuk memfasilitasi
(kebutuhan) perkembangan anak yang
Kriteria Hasil : optimal
3. Berikan perawatan yang
1. Anak berfungsi konsisten
optimal sesuai 4. Tingkatkan komunikasi verbal
dengan dan stimulsi taktil
tingkatannya 5. Dorong anak untuk melakukan
2. Keluarga dan anak perawatan sendiri
mampu 6. Dorong anak melakukan
menggunakan sosialisasi dengan kelompok
koping terhadap 7. Ciptakan lingkungan yang aman
tantangan karena
adanya
ketidakmampuan
3. Keluarga mampu
mendapatkan
sumber-sumber
sarana komunitas
4. Kematangan fisik
wanita : perubahan
fisik normal pada
wanita yang terjadi
dengan transisi dan
masa kanak-kanak
ke dewasa
5. Kematangan fisik
pria : perubahan
fisik normal pada
pria yang terjadi
dengan transisi dan
masa kanak-kanak

21
ke dewasa

Gangguan proses  Fungsi keluarga  Peningkatan koping


keluarga berhubungan  Normalisasi  Dukungan keluarga
dengan perubahan keluarga 1. Dukung keterlibatan keluarga
status kesehatan Kriteria hasil : dengn cara yang tepat
anggota keluarga 2. Dukung keluarga
1. Mampu merawat memverbalisasikan
anggota keluarga perasaannya mengenai
yang mengalami sakitnya anggota keluarga
ketergantungan 3. Dengarkan kekhawatiran,
2. Anggota keluarga perasaan dan pertanyaan dari
mampu saling keluarga
mendukung
3. Mampu menerima
keanekaragaman
diantara anggota
keluarga
4. Menggunakan
kelompok
dukungan
masyarakat
Gangguan komunikasi  Coping (koping)  Communication
verbal berhubungan  Sensori Function : Enhancement : Speech
dengan lambatnya hearing and vision Deficit (peningkatan : defisit
keterampilan ekspresi (fungsi sensori : bicara)
dan resepsi bahasa pendengaran dan 1. Kaji kemampuan komunikasi
penglihatan) pasien
 Fear Self Control 2. Berdiri di depan pasien ketika
(takut sedang berbicara
mengendalikan 3. Dengarkan dengan penuh
diri) perhatian
Kriteria Hasil : 4. Beri satu kalimat sederhana
setiap bertemu jika diperlukan
1. Penerimaan, 5. Dorong pasien untuk
interpretasi dan berkomunikasi secara perlahan
ekspresi pesan, dan untuk mengulangi
lisan, tulisan, dan permintaan
non verbal 6. Berikan pujian positif jika
meningkat diperlukan
2. Ekspresi pesan 7. Konsultasikan dengan dokter
verbal dan atau non kebutuhan terapi bicara
verbal yang
bermakna
3. Pasien mampu
menggunakan,

22
memperoleh, dan
mengatur informasi
4. Pasien mampu
mengkomunikasika
n kebutuhan dengan
lingkungan sosial

Gangguan interaksi  Self Esteem,  Socialization Enhancement


sosial berhubungn Situational (harga (peningkatan sosialisasi) :
dengan kesulitan diri, situasional) 1. Buat interaksi terjadwal
bicara/kesulitan  Communication 2. Dorong pasien ke kelompok atau
adaptasi social Impaired Verbal program keterampilan
(gangguan interpersonal yang membantu
komunikasi meningkatkan pemahaman
verbal) tentang pertukaran infomasi atau
Kriteria Hasil : sosialisasi jika perlu
3. Identifikasi perubahan perilaku
1. Menggunakan tertentu
aktivitas yang 4. Berikan umpan balik positif jika
menenangkan, pasien berinteraksi dengan orang
menarik, dan lain
menyenangkan 5. Gunakan teknik bermain peran
untuk meningkatkan untuk meningkatkan
kesejahteraan, keterampilan dan teknik
interaksi sosial komunikasi
dengan orang, 6. Minta dan harapkan adanya
kelompok, atau komunikasi verbal
organisasi.
2. Memahami dampak
dari perilaku diri
pada interaksi sosial
3. Mengungkapkan
keinginan untuk
berhubungan dengan
orang lain
4. Perkembangan fisik,
kognitif, dan
psikososial anak
sesuai dnegan
usianya
Defisit perawatan diri  Self Care Status  Self Care assistane : ADLs
berhubungan dengan (status perawatan (bantuan perawatan diri :
perubahan mobilitas diri) aktivitas sehari-hari)
fisik/kurangnya  Activity Tolerance 1. Monitor kemampuan pasian
kematangan (toleransi untuk perawatan diri yang
aktivitas) mandiri

23
perkembangan 2. Monitor kebutuhan pasien
untuk alat-alat bantu perawatan
Kriteria Hasil : diri
1. Mampu melakukan 3. Sediakan bantuan sampai
tugas fisik yang pasien mampu secara utuh
paling mendasar untuk melakukan perawatan
dan aktivitas diri
perawatn pribadi 4. Ajarkan pasien/keluarga pasien
secara mandiri untuk mendorong kemandirian,
dengan atau tanpa utnuk memberikan antuan
alat bantu hanya jika pasien tidak mampu
2. Mampu untuk melakukannya
mempertahankan 5. Beri aktivitas ruti sehari-hari
kebersihan pribadi sesuai dnegan kemampuan
secara mandiri pasien
dengan atau tanpa 6. Pertimbangkan usia pasien jika
alat bantu mendorong pelaksanaan
akivitas sehari-hari

Risiko cedera  Risk Control  Environment management


berhubungan dengan (kontrol resiko) (Manajemen Lingkungan)
dengan perilaku Kriteria Hasil : 1. Sediakan lingkungan yang
agresif/ketidakseimban aman untuk pasien
1. Pasien terbebas dari
gan mobilitas fisik 2. Identifikasi kebutuhan
cedera
keamanan pasien sesuai dengan
2. Pasien
kondisi fisik dan fungsi kognitif
menggunakan
pasien
fasilitas kesehatan
3. Menghindarkan lingkungan
yang ada
yang berbahaya
3. Keluarga pasien
4. Memasang side rail tempat
mampu menjelaskan
tidur
cara atau metode
5. Menyediakan tempat tidur yang
untuk mencegah
nyaman dan bersih
cedera
6. Menganjurkan keluarga untuk
4. Keluarga pasien
menemani pasien
mampu menjelaskan
7. Memindahkan barang-barang
faktor risiko dari
ang dapat membahayakan
lingkungan atau
perilaku personal

24
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,mencakup
tindakan mandiri dan kolaborasi. Rencana tindakan tersebut diterapkan dalam situasi yang
nyata untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dan hasil yang di harapakan.Tindakan
keperawatan harus mendetail. Agar semua tenaga keperwatan dapat menjalankan tugasnya
dengan baik dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dan di lakukan sesuai dengan kondisi
pasien.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi berfokus pada ketepatan perawatan yang diberikan dan kemajuan pasien atau
kemunduran pasien terhadap hasil yang diharapkan. Evaluasi merupakan proses yang
interaktif dan kontinu karena setiap tindakan keperawatan dilakukan, respon klien dicatat
dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang yang diharapkan. Kemudian
berdasarkan respon klien, direvisi intervensi keperawatan atau hasil yang diperlukan. Ada 2
komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan computer keperawatan, yaitu :
a. Proses (sumatif)
Fokus tipe ini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas
pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan sesudah
perencanaan keperawatan, dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap
tindakan.
b. Hasil (formatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada
akhir tindakan keperawatan klien

25
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN RETARDASI MENTAL

KASUS
An. A umur 6 tahun dibawa ibunya ke rumah sakit karena terdapat banyak luka sayatan di
tangannya. Ny N mengatakan anaknya sering bersikap aneh misalnya sering melukai diri sendiri
dan sering mengancam jiwa orang lain. Ny N mengatakan anaknya sering menolak ketika diajak
bermain oleh teman – temannya. Ny N mengatakan An. A belum bisa menulis, membaca dan
melakukan aktivitasnya sendiri.
Saat dilakukan pengkajian terdapat banyak luka sayatan di tangan An. A. saat diajak berinteraksi,
respon An. A sangat lambat dan jawaban An. A juga menyimpang dari pertanyaan yang
diberikan oleh perawat. Ketika diamati tubuh An. A terlihat kurus, kecil, tidak seperti anak umur
6 tahun pada umumnya. Saat diberikan mainan oleh perawat An. A terlihat kurang berminat. IQ
An. A didapatkan 68

3.1 PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 20 November 2012
Jam pengkajian : 10.30
1. Biodata Pasien
Nama klien : An.A
Umur : 6 Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Hindu
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Status pernikahan : Belum menikah
Alamat : Jl. Buana Kerti no 13
Diagnosa Medis : Retardasi Mental
Tanggal masuk RS :
Penanggung jawab
Nama : Ny N

26
Umur : 36 Tahun
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status pernikahan : Menikah
Alamat : Jl. Buana Kerti no 13
Hub. dengan klien : Ibu Klien

GENOGRAM

6th

Keterangan :

= meninggal

= laki-laki masih hidup

= perempuan masih hidup

= hubungan perkawinan

= memiliki riwayat penyakit yang sama

= memiliki faktor penyebab penyakit pasien

= pasien

= tinggal serumah

27
Saat pengkajian ayah pasien mengatakan bahwa kakek dan nenek An.R dari kedua belah
pihak sudah meninggal dunia. Ayah dari An.R mempunyai empat saudara, ayah pasien
merupakan anak laki-laki satu-satunya dan sisanya perempuan. Semuanya sudah
menikah. Ibu dari An.R bersaudara betiga, ibu pasien merupakan anak kedua, kakak dari
ibu pasien perempuan dan adik dari ibu pasien adalah laki-laki. Ayah dari pasein
mengatakan bahwa kakak dari ibu pasien pernah memiliki riwayat retardasi mental.
Semaunya sudah menikah. Pasien bersaudara bertiga, anak pertama laki-laki berumur 12
tahun, pasien merupakan anak kedua dan adik perempuan pasien berusia 3 bulan.

Masalah Keperawatan : Retardasi mental

2. Keluhan Utama:
Ny. N mengatakan anaknya menolak diajak bermain dan tidak mampu melakukan
aktivitasnya sendiri

3. Riwayat Kesehatan:
1) Riwayat penyakit sekarang :
Ny. N mengatakan anaknya mengalami perdarahan karna sayatan di tangannnya
2) Riwayat penyakit dahulu :
Ibu N mengatakan anaknya pernah mengalami diare sebelumnya pada umur 3 tahun
dan sempat berobat ke puskesmas. Ibu klien juga mengatakan bahwa anaknya belum
pernah dilakukan pembedahan yang berhubungan langsung dengan otak maupun
saraf lainnya.
3) Riwayat Penyakit keluarga
Tn S mengatakan kalau neneknya pernah mengalami penyakit Diabetes Millitus dan
kakak dari ibunya menderita retardasi mental

4. RIWAYAT ANAK
a) Perawatan dalam masa kandungan
Ibu klien teratur memeriksakan kehamilannya sebanyak 1 kali pada trisemester pertama
kemudian 2 kali selama trisemester kedua di bidan, tidak ada keluhan yang berarti.
Penyakit yang dialami ibu klien saat masa kehamilan yaitu demam, batuk dan pusing.

28
Tindakan yang sering dilakukan untuk mengibati penyakitnya dengan membeli obat-
obatan dari warung. Ibu klien mengatakan sudah mendapatkan imunisasi TT. Selain itu
Ny. N juga mengatakan selama hamil ia menderitta Diabetes Melitus kehamilan.
b) Perawatan Waktu Kelahiran
Ibu mengatakan anaknya lahir prematur pada usia kehamilan 31 minggu. Ibu klien
mengatakan melahirkan anaknya di Rumah sakit. Berat bayi saat lahir yaitu 2.100 gram.

5. KEBUTUHAN BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL DALAM KESEHATAN


SEHARI-SEHARI
1) Pola napas
Sebelum sakit : Pasien bernapas dengan normal
Saat dikaji : Pasien bernapas dengan normal
2) Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Pasien makan 2 kali sehari dengan porsi makan 1 porsi dengan
lauk pauk tempe, ayam dan tahu juga terkadang minum susu

Saat dikaji : Pasien hanya makan ½ porsi makandari makanan yang diberikan
sebanyak 3 kali sehari.
3) Pola Eliminasi
Sebelum sakit : BAB teratur 1 kali sehari,dan bak lebih dari 5 kali warna kuning
jernih. Sudah bisa mengatakan bahwa ingin BAB/Bak kepada orang tuanya namun
masih dibantu
Saat dikaji : BAB 1 kali sehari dan bak 6 kali volume 700cc/hari warna
kuning jernih. Saat BAB dan BAK masih dibantu oleh ibu nya.
4) Pola aktivitas
Sebelum sakit : Ibu mengatakan anak sulit dibujuk untuk mandi, masih dibantu oleh
ibu saat mandi, Ibu mengatakan anaknya belum bisa bepakaian
sendiri, pasien belum mampu berhitung, menulis dan membaca
pasien tidak mau bermain dengan temannya.
Saat dikaji : Klien masih terlihat memerlukan bantuan dan kedua orang tuanya
dalam melakukan aktivitas seperti berpakaian dan juga mandi

29
5) Rekreasi
Klien jarang melakukan rekreasi selain bersama keluarganya. Klien juga jarang
bermain dengan temannya karena klien merasa ketakutan berada di publik.
6) Pola Istirahat
Sebelum sakit : Klien tidur malam pk.21.00 -07.00 wita tidur siang biasa
pk.14.00-15.00 wita. Klien terkadang masih mengompol saat tidur
dan juga harus ditemani ibunya saat tidur
Saat dikaji : Saat di rs klien tidur di waktu yang sama yaitu malam pk.21.00 -
07.00 wita tidur siang biasa pk.14.00-15.00 wita. Klien tidur
nyenyak. Klien tidur masih ditemani ibunya.
7) Kebersihan diri
Sebelum sakit : Klien dibantu dalam membersihkan diri oleh orang tuanya. Klien
dibantu mandi dan juga menggosok giginya.
Saat dikaji : Ibu klien tampak membantu memandikan dan juga menggosok
gigi klien
8) Pengaturan suhu
Sebelum sakit : Suhu klien normal
Saat dikaji : Suhu klien 36,5 C
9) Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit : Klien merasa nyaman dan aman saat berada dirumah bersama
keluarganya
Saat dikaji : Klien merasa takut dan tidak nyaman berada di ruangan Rumah
sakit. Klien tampak cemas dan mengeluh ingin cepat pulang.
10) Kebutuhan belajar
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan anaknya sulit untuk fokus dalam
belajar maupun saat berada di sekolah
Saat dikaji : Klien tidak belajar.
11) Melaksanakan Ibadah
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan anaknya mau berdoa secara rutin
Saat dikaji : klien hanya terbaring lemas di tempat tidur

30
6. PENGAWASAN KESEHATAN
Saat dirumah anak dalam pengawasan yang baik oleh kedua orang tuanya. Saat dirumah
sakit anak pun selalu di awasi oleh kedua orang tuanya dengan sangat baik. Bila ada
keluhan yang terjadi keluarga meminta bantuan kepada tenaga medis yang ada.
Imunisasi (1-5 tahun)

Imunisasi Umur Tgl diberikan Reaksi Tempat Imunisasi


BCG 1 bulan 3 Maret Panas Puskesmas

DPT I 2 bulan Normal Puskesmas


17 April
HB I 3 bulan 8 Mei Panas Puskesmas
18 Agustus
CAMPAK 7 bulan Normal Puskesmas

PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA

Umur
No Jenis Penyakit Akut/Kronis/Menular/tidak Lamanya Pertolongan
saat sakit
1 Diare Tidak Menular 3 Tahun 3 Hari Pemberian
oralit di
puskesmas

7. KESEHATAN LINGKUNGAN
Lingkungan Rumah
o Luas rumah cukup 10 x 10 m
o Terdapat ventilasi yang cukup dan juga terdapat penerangan yang cukup
o Terdapat sanitasi dan air bersih
o Menggunakan air PDAM

8. PERKEMBANGAN ANAK
a. kemandirian dan bergaul :
kebutuhan pasien dibantu sepenuhnya oleh orang tuanya seperti makan masih disuapi dan
tidak mau bermain dengan teman-temanya
b. Motorik halus

31
masih dibantu oleh ibu saat mandi dan Ibu mengatakan pasien belum bisa bepakaian
sendiri.
c. Kognitif dan bahasa
Tampak tidak ada kontak mata. Berbicara gagap. Ibu mengatakan anak sulit
mengutarakan keinginannya.
d. Motorik kasar
Klien belum mampu berhitung, menulis dan membaca
e. Psikososial
Saat dilakukan pengkajian, An, B tidak mau berinteraksi dengan orang lain

9. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Keadaan pasien saat ini adalah lemas,gelisah dan rewel dengan TTV :
S :36,5 C
N :110/80 mmHg
RR :32x/menit
1) Kepala
Kulit kepala klien normal,bersih, tidak ada lesi dan benjolan. Rambut hitam dan
kering. Wajah klien tampak pucat dan meringis. Mata bengkak dan merah. Bibir
klien kering.
2) Leher
Leher An.A tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran
tonsil dan tidak ada masalah pada tenggorokan.
3) Dada
tidak terkaji
4) Abdomen
Peristaltik usus normal 5-35x/menit
5) Genetalia
Genetalia klien normal tidak ada lesi tidak ada cairan yang keluar dari vagina
6) Rectum
Rektum klien normal,tidak ada luka

32
7) Ekstermitas
Kekuatan tangan klien lemah dan sangat sakit ketika di gerakkan

10. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a) Kromosomal Kariotipe : Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
b) EEG ( Elektro Ensefalogram) : Kesulitan mengerti bahasa yang berat

1.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Problem
1 Ds :
-Ny N mengatakan anaknya malu untuk
bertemu teman-teman sebayanya. Gangguan proses Gangguan interaksi
-Ny N mengatakan An. A belum bisa pikir social
menulis, membaca dan melakukan
aktivitasnya sendiri
-Ny N mengatakan anaknya menolak jika
diajak bermain oleh teman-teman Keterlambatan Isolasi sosial
sebayanya. dalam
- Ny N mengatakan saat diajak menyelesaikan
berinteraksi, respon An A sangat lambat tugas
dan jawaban An A juga menyimpang.
Do:
-Saat diajak berinteraksi, respon An A
terlihat sangat lambat dan jawaban An perkembangan Gangguan
A juga menyimpang. Inteligensia yang Pertumbuhan dan
-An A terlihat kurang berminat untuk rendah perkembangan
diajak bicara

33
2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan interaksi social b.d gangguan proses pikir
2) Isolasi social b.d keterlambatan dalam menyelesaikan tugas perkembangan.
3) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d perkembangan inteligensia yang
rendah

1.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


Nama Klien : An. A
Umur : 6 Tahun
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI NAMA/
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL TTD
1. Gangguan Setelah dilakukan 1. Bantu pasien untuk
penyesuaian tindakan keperawatan mengidentifikasi berbagai peran
individu b.d selama 3 x 24 jam dalam kehidupan.
Intelegensi yang maka Gangguan
rendah. penyesuaian dapat 2. Bantu pasien untuk
teratasi dengan kriteria mengidentifikasi peran yang
hasil : biasa dalam keluarga.
1. Mampu
menggunakan strategi 3. Bantu pasien untuk
koping yang baik. mengidentifikasi strategi positif
2. Mampu untuk perubahan peran.
mempertahankan
produktivitas.
2. Hambatan interaksi Setelah dilakukan 1. Dorong pasien untuk
social b.d tindakan keperawatan mengungkapkan perasaan yang
Gangguan proses selama 3 x 24 jam berhubungan dengan masalah
pikir. maka Hambatan pribadinya.
interaksi sosial dapat

34
teratasi dengan kriteria 2. Identifity suatu
hasil : keterampilan sosial tertentu
1. Mampu yang akan menjadi focus
mempertahankan dari pelatihan.
fungsi kognitif.
2. Mampu 3. Berikan penkes kepada
mempertahankan keluarga untuk melatih klien
keterampilan supaya keterampilan sosialnya
bahasanya. semakin berkembang.
3. Mampu
mempertahankan
keterampilan dalam
pemecahan masalah.
3. Isolasi social b.d Setelah dilakukan 1. Identifikasi kebutuhan
Keterlambatan tindakan keperawatan keamanan pasien,berdasarkan
dalam selama 3 x 24 jam tingkat fungsi fisik,kognitif dan
menyelesaikan maka isolasi sosial perilaku.
tugas dapat teratasi dengan
perkembangan. kriteria hasil: 2. Ciptakan lingkungan yang
1. Mampu aman bagi pasien.
berkomunikasi dengan
orang lain. 3. Batasi pengunjung yang
2.Mampu beradaptasi ingin bertemu dengan pasien.
dengan lingkungan

35
1.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
HARI 1
NO TANGGAL IMPLEMENTASI RESPON TTD
DX
/ JAM
1. 11 Februari 1. Membantu pasien untuk DS : Keluarga pasien
2019 mengidentifikasi berbagai peran dalam mengatakan akan
08.00 WITA kehidupan. berusaha ikut membantu
DO : Klien terlihat
mulai menyesuaikan diri
dengan lingkungan.
2. Membantu pasien untuk DS : Keluarga pasien
mengidentifikasi peran yang mengatakan akan
biasa dalam keluarga. berusaha ikut membantu
DO : Klien terlihat dekat
dengan keluarganya.
3. Membantu pasien untuk DS : Keluarga pasien
mengidentifikasi strategi positif untuk mengatakan ikut serta
perubahan peran. DO : Klien terlihat
. sedikit ada perubahan
2. 11 Februari 2019 1. Mendorong pasien untuk DS : Keluarga pasien
15.00 mengungkapkan perasaan yang mengatakan pasien
berhubungan dengan masalah masih tertutup
pribadinya. DO : Klien terlihat
belum bisa
mengungkapkan
masalah pribadinya.
2. Mengidentifikasi DS : Keluarga pasien
suatu keterampilan sosial tertentu yang mengatakan pasien tidak
akan menjadi focus dari pelatihan. memiliki keterampilan
DO : Klien terlihat tidak

36
memiliki keterampilan
yang banyak.
3. Memberikan penkes kepada DS: Keluarga
keluarga untuk melatih klien supaya mengatakan
keterampilan sosialnya semakin keterampilan anak
berkembang. belum berkembang.
DO : Keluarga terlihat
mengerti dengan penkes
yang diberikan oleh
perawat.
3. 11 Februari 2019 1. Mengidentifikasi DS : Keluarga pasien
18.00 kebutuhan keamanan mengatakan belum bisa
pasien, berdasarkan tingkat fungsi berinteraksi
fisik,kognitif dan perilaku. DO : Klien terlihat
belum bisa berinteraksi
dengan lingkungan.
2. Menciptakan lingkungan yang DS : Pasien mengatakan
aman bagi pasien. tidak terganggu dengan
lingkungan sekitar
DO : Klien terlihat tidak
memiliki pengaruh
terhadap lingkungan
rumah sakit.
3. Membatasi pengunjung yang ingin DS : Keluarga pasien
bertemu dengan pasien. sudah memberi tahu
saudaranya
DO : Klien terlihat
nyaman.

37
Hari 2
NO TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
1. 12 Februari 2019 1. Membantu pasien untuk DS : Keluarga pasien
08.00 mengidentifikasi berbagai peran dalam dapat ikut serta
kehidupan. membantu
DO : Klien terlihat
mulai menyesuaikan diri
dengan lingkungan.
2. Membantu pasien untuk DS : Keluarga klien
mengidentifikasi peran yang mengatakan klien sudah
biasa dalam keluarga. ada perkembangan
DO : Klien terlihat dekat
dengan keluarganya.
3. Membantu pasien untuk DS : Keluarga
mengidentifikasi strategi positif untuk mengatakan pasien
perubahan peran. sudah mulai berfikir
positif
DO : Klien terlihat
sedikit ada perubahan.
2. 12 Februari 2019 1. Mendorong pasien untuk DS : Keluarga pasien
15.00 mengungkapkan perasaan yang mengatakan pasien
berhubungan dengan masalah belum terbuka terhadap
pribadinya. masalahnya
DO : Klien terlihat
belum bisa
mengungkapkan
masalah pribadinya.
2. Mengidentifikasi S : Keluarga pasien
suatu keterampilan sosial tertentu yang mengatakan pasien
akan menjadi focus dari pelatihan. sudah memiliki sedikit

38
keterampilan
O : Klien terlihat tidak
memiliki keterampilan
yang banyak.
3. Memberikan penkes kepada DS: Keluarga
keluarga untuk melatih klien supaya mengatakan
keterampilan sosialnya semakin keterampilan anak
berkembang. belum berkembang.
DO : Keluarga terlihat
mengerti dengan penkes
yang diberikan oleh
perawat.
3. 12 februari 2019 1. Mengidentifikasi DS :Keluarga pasien
18.00 kebutuhan keamanan mengatakan pasien
pasien, berdasarkan tingkat fungsi belum bisa berinteraksi
fisik,kognitif dan perilaku. dengan lingkungan
sekitar
DO : Klien terlihat
belum bisa berinteraksi
dengan lingkungan.
2. Menciptakan lingkungan yang DS : Keluarga pasien
aman bagi pasien. mengatakan pasien
merasa aman
DO : Klien terlihat tidak
memiliki pengaruh
terhadap lingkungan
rumah sakit
3. Membatasi pengunjung yang DS : Keluarga pasien
ingin bertemu dengan pasien. mengatakan tidak ada
yang membesuk pasien
DO : Klien terlihat

39
nyaman.
Hari 3
NO TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
1. 13 Februari 2019 1. Membantu pasien untuk DS : Keluarga pasien
08.00 mengidentifikasi berbagai mengatakan pasien
peran dalam kehidupan. sudah bisa berinteraksi
DO : Klien terlihat
mulai menyesuaikan diri
dengan lingkungan.
2. Membantu pasien untuk DS : Keluarga pasien
mengidentifikasi peran yang mengatakan pasien
biasa dalam keluarga. mulai banyak berbicara
DO : Klien terlihat dekat
dengan keluarganya.
3. Membantu pasien untuk DS : Keluarga pasien
mengidentifikasi strategi positif untuk mengatakan pasien
perubahanperan. sudah berpikir positif
DO : Klien terlihat
sedikit ada perubahan.
2. 13 Februari 2019 1. Mendorong pasien untuk DS : Keluarga pasien
09.30 mengungkapkan perasaan yang mengatakan pasien
berhubungan dengan masalah masih tertutup dengan
pribadinya. masalahnya
DO : Klien terlihat
belum bisa
mengungkapkan
masalah pribadinya.
2. Mengidentifikasi DS :Keluarga pasien
suatuketerampilan sosial tertentu mengatakan pasien
yang akan menjadi focus dari pelatihan. sudah sedikit memiliki
keterampilan

40
DO : Klien terlihat tidak
memiliki keterampilan
yang banyak.
3. Memberikan penkes kepada DS : Keluarga
keluarga untuk melatih klien supaya mengatakan
keterampilan sosialnya semakin keterampilan mulai
berkembang. berkembang.
DO : Keluarga terlihat
mengerti dengan penkes
yang diberikan oleh
perawat.
3. 13 Februari 2019 1. Mengidentifikasi DS : Keluarga
10.00 kebutuhankeamananpasien,berdasarkant mengatakan pasien bisa
ingkat fungsifisik,kognitif dan perilaku. berinteraksi dengan
lingkungan sekitar
DO : Klien terlihat bisa
berinteraksi dengan
lingkungan.

2. Menciptakan lingkungan yang DS : Keluarga


aman bagi pasien. mengatakan pasien tidak
terganggu
DO : Klien terlihat tidak
memiliki pengaruh
terhadap lingkungan
rumah sakit.
3. Membatasi pengunjung yang ingin DS :Keluarga pasien
bertemu dengan pasien. mengatakan tidak ada
yang membesuk pasien
DO : Klien terlihat
nyaman.

41
1.5 EVALUASI KEPERAWATAN
NO TANGGAL / JAM CATATAN PERKEMBANGAN TTD
1 13 Februari 2019 S : Keluarga mengatakan anak sudah mulai bisa
Pkl 12.00 berkomunikasi..
O : pasien terlihat mau berbicara dengan perawat.
A : Masalah teratasi.
P : pertahankan kondisi

2 13 Februari 2019 S : Keluarga mengatakan pasien mampu memenuhi


Pkl 12.30 kebutuhan
O : pasien tampak berpakaian mandiri, makan tanpa
disuapi.
A :masalah teratasi
P : pertahankan kondisi

42
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Retardasi mental yaitu suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang
menyebabkan ketidak mampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap
tuntutan masyarakat atas kemampuan yang di anggap normal.(Carter CH). Penyebab
retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal dan postnatal.
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi
mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada
masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan
di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-
keterbatasan lain
a. Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan sangat
individual.
b. Komplikasi retardasi mental yaitu serebral palcy, gangguan kejang, gangguan
kejiwaan, gangguan konsentrasi /hiperaktif, defisit komunikasi dan konstipasi
c. Konsep asuhan keeperawatan retardasi mental meliputi yaitu pengkajian
keperawatan, diagnose keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan.

4.2 Saran

Diharapkan agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit-penyakit dalam


keperawatan anak salah satunya pada retardasi mental dan juga meningkatkan
kemampuan dalam membuat asuhan keperawatan yang baik dan benar.

43
DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association.1994. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,


4th Edition. Washington, DC : American Psychiatric Association.

Butcher,Howard;Bulechek,Gloria;Dochtherman,Joanne McCloskey.2012. Nursing Intervention


Clasification (NIC) 6th Editions. US: Elsevier.

Crocker, dan Nelson, 1983, Developmental Behavioral Pediatrics, 1st ed., Philadelphia, WB
Saunders.

Moorhead,Sue; Johnson, Marion; Maas Meridean.2012.Nursing Outcomes Classification (NOC)


5th Edition. US: Elsevier

SDKI, DPP & PPNI, 2016. Sandar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi dan indicator
diagnostik Edisi 1. Jakarta : DPPPPNI

Soetjiningsih.1995.Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

44

Anda mungkin juga menyukai