KEPERAWATAN ANAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA RETERDASI MENTAL
Di susun oleh :
Disusun oleh :
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga
tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan
kebenaran yang diridhoi Allah SWT.
Maksud kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
KEPERAWATAN ANAK yang diamanatkan oleh dosen kami. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun dalam
isi.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kami yang membuat dan
umumnya bagi yang membaca makalah ini, untuk menambah pengetahuan tentang
ASUHAN KEPERAWATAN PADA RETERDASI MENTALAmin.
November 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
Fungsi intelektual
3. Kecemasan keluarga 6. Gangguan komunikasi
4. Kurang pengetahuan verbal menurun
5. Koping keluarga tidak 7. Gangguan bermain
efektif. 8. Isolasi social
9.Kerusakan interaksi 1. Resiko
sosial ketergantungan
2. Resiko cedera
2.7 Prognosis Retardasi Mental
Mengukur kecerdasan dan perilaku adaptif dapat membantu klasifikasi dari
kecenderungan keterbelakangan dan dapat memprediksikan apakah individu tersebut dapat
hidup secara independen. Individu dengan keterbelakangan mental menengah (moderate
mental retardation) lebih sering ditemukan dapat mencapai seilf-sufficiency dan
mendapatkan hidup yang bahagia. Untuk mencapai tujuannya, mereka membutuhkan
lingkungan yang sesuai dan mendukung seperti pendidikan, komunitas, lingkungan sosial,
keluarga dan keterampilan yang konsisten. Harapannya lebih kecil untuk individu yang
menderita keterbelakangan mental sangat berat (profound retardation). Individu dengan
profound retardation membutuhkan dukungan yang besar dan biasanya tidak bisa hidup
secara independen atau di rumah secara berkelompok.
Penelitian menemukan bahwa mereka memiliki harapan hidup yang lebih kecil.
Kecenderungan dari keterbelakangan invidu cenderung menetap selama hidup. Misalkan
seorang anak didiagnosa memiliki keterbelakangan mental berat (severe) pada usia 5 tahun,
maka ia akan memiliki diagnosa yang sama pada usia 21 tahun. Hal ini mungkin tidak akan
terlalu terlihat oleh keluarga mereka, dimana anak-anak dengan keterbelakangan memiliki
kemampuan yang mirip dengan rekan-rekan mereka, namun akan nampak bahwa mereka
akan semakin tertinggal dengan sejalannya usia mereka.
2.8 Pencegahan Retardasi Mental
Terjadinya retardasi mental dapat dicegah. Pencegahan retardasi mental dapat
dibedakan menjadi dua: pencegahan primer dan pencegahan sekunder.
a. Pencegahan Primer
Usaha pencegahan primer terhadap terjadinya retardasi mental dapat dilakukan
dengan:
1) pendidikan kesehatan pada masyarakat,
2) perbaikan keadaan sosial-ekonomi,
3) konseling genetik,
4) Tindakan kedokteran, antara lain:
a) perawatan prenatal dengan baik,
b) pertolongan persalinan yang baik, dan
c) pencegahan kehamilan usia sangat muda dan terlalu tua.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder terhadap terjadinya retardasi mental dapat dilakukan dengan
diagnosis dan pengobatan dini peradangan otak dan gangguan lainnya.
3.1 Pengkajian
Pengakajian dapat dilakukan melalui:
1. Neuroradiologi dapat menemukan kelainan dalam struktur kranium, misalnya klasifikasi
atau peningkatan tekanan intrakranial.
2. Ekoesefalografi dapat memperlihatkan tumor dan hamatoma.
3. Biopsi otak hanya berguna pada sejumlah kecil anak retardasii mental. Juga tidak
mudah bagi orang tua untuk menerima pengambilan jaringan otak dalan jumlah kecil
sekalipun karena dianggap menambah kerusakan otak yang memang tidak adekuat.
4. Penelitian bio kimia menentukan tingkat dari berbagai bahan metabolik yang diketahui
mempengaruhi jaringan otak jika tidak ditemukan dalam jumlah besar atau kecil,
misalnya hipeglekimia pada neonatus prematur, penumpukan glikogen pada otot dan
neuron, deposit lemak dalam otak dan kadar fenilalanin yang tinggi.
Atau dapat melakukan pengkajian sebagai berikut:
1. Lakukan pengkajian fisik.
2. Lakukan pengkajian perkembangan.
3. Dapatkan riwayat keluarga, teruma mengenai retardasi mental dan gangguan
herediter dimana retardasi mental adalah salah satu jenisnya yang utama
4. Dapatkan riwayat kesehatan unutk mendapatkan bukti-bukti adanya trauma
prenatal, perinatal, pascanatal, atau cedera fisik.
5. Infeksi maternal prenatal (misalnya, rubella), alkoholisme, konsumsi obat.
6. Nutrisi tidak adekuat.
7. Penyimpangan lingkungan.
8. Gangguan psikiatrik (misalnya, Autisme).
9. Infeksi, teruma yang melibatkan otak (misalnya, meningitis, ensefalitis, campak)
atau suhu tubuh tinggi.
10. Abnormalitas kromosom.
11. Bantu dengan tes diagnostik misalnya: analis kromosom, disfungsimetabolik,
radiografi, tomografi, elektro ersafalografi.
12. Lakukan atau bantu dengan tes intelegensia. Stanford, binet, Wechsler Intellence,
Scale, American Assiciation of Mental Retardation Adaptif Behavior Scale.
13. Observasi adanya manifestasi dini dari retardasi mental:
14. Tidak responsive terhadap kontak.~Kontak mata buruk selama menyusui.
15. Penurunan aktivitas spontan
16. Penurunan kesadaran terhadap suara getaran
17. Peka rangsang.
18. Menyusui lambat.
19. Stimulasi pada anak usia 60-72 tahun
a. Kemampuan gerak kasar : naik sepeda, bermain sepatu roda
b. kemampuan gerak halus : berlatih meningat-ngingat, megenal kalender,
bermainberjualan, mengenal waktu, menggambar dari sudut pandang, belajar
memasak, mengumpulkan benda-benda, belajar mengukur
c. kemampuan bicara dan bahasa : bermain tebak-tebakan, berlatih mengingat-
ingat, menjawab pertanyaan mengapa?, mengamati/ meneliti keadaan
sekitarnya
d. kemampuan bersosialisasi dan kemandirian : berkomunikasi dengan teman
sebaya, berteman dan bergaul, mematuhi peraturan keluarga
4. Resiko cedera
NOC : kinerja pengasuhan : keamanan fisik kehidupan masa awal/tengah anak-anak
Indikator :
a. memilih mainan yang aman dan sesuai dengan usia
b. menyediakan pengawasan disekitar binatang
c. memberikan pengawasan di air
d. memelihara lingkungan untuk tindakan pencegahan jatuh yang membahayakan
e. menjaga lingkungan untuk mencegah kebakaran, tersengat listrik, dan terpapar pada
bahan kimia
f. memberikan pengawasan terkait peralatan diarea bermain
NIC : Manajemen lingkungan
a. identifikasi kebutuhan keamanan pasien berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta
riwayat perilaku dimasa lalu
b. identifikasi hal-hal yang membahayakan di lingkungan
c. singkirkan bahan berbaya dair lingkungan jika diperlukan
d. modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahan berbahaya dan beresiko
3.4 Asuhan keperawatan kasus
1. Kasus
Bapak Amir dan Ibu Bety masing-masing berusia 35 tahun dan 33 tahun, memiliki 2
orang putri bernama Amira yang berusia 11 tahun dan Meisya yang berusia 6 tahun. Amira
memiliki prestasi yang tinggi di sekolahnya dan selalu mendapat juara kelas. Sedangkan
Meisya mengalami retardasi mental sehingga ibunya menganggap anaknya tidak perlu masuk
sekolah.
Pada saat Meisya berusia 4 tahun, Ibu bety sudah merasakan hal yang beda dalam diri
Meisya. Melihat anak-anak seumuran Meisya begitu aktif, sedangkan Meisya
perkembangannya agak lambat dibandingkan teman seusianya seperti lambat berbicara,
lambat berespon terhadap lingkungan sekitar. Namun ibunya tidak begitu resah karena
tingkah Meisya tidak terlalu mencolok. Jika ibunya meminta tolong dalam hal sederhana
seperti menyuruh mengambil barang-barang kecil yang dikenalnya, Meisya mau
mengambilkannya.
Ibu Bety merasa bahwa Meisya tidak perlu diperiksa ke rumah sakit karena anaknya
mungkin bisa mengejar keterlambatannya. Walaupun Meisya sering berperilaku hiperaktif,
ketidakstabilan afektif bahkan suka berperilaku agresif, tapi keluarga selalu memberikan kasih
sayang kepada Meisya.
Namun akhir-akhir ini perilaku Meisya tidak seperti biasanya. Jika keinginannya tidak
tercapai, misalnya tanpa sepengetahuan orang tuanya ia ingin mengambil sesuatu di rak
lemari yang lebih tinggi darinya, dia mengacak-acakkan semua isi lemari dan menyerakkan ke
lantai karena ia tidak dapat meraih barang-barang yang diinginkannya. Dan sekarang Meisya
lebih sering meminta untuk bermain di rumah tetangganya, tapi ibunya tidak mengizinkan
karena takut menyusahkan orang lain. Namun Meisya tetap memaksa untuk bermain dirumah
tetangganya, bahkan dia melempar barang-barang yang ada dihadapannya agar ibunya
mengizinkan dia untuk bermain di rumah tetangga. Karena sudah tidak sanggup lagi
menahannya, akhirnya si ibu mengizinkannya.
Melihat keadaan Meisya yang semakin tidak terkendali, maka orang tuanya memutuskan
untuk memeriksa kondisi Meisya ke rumah sakit. Pada kunjungan pertama Bu Bety terlihat
lelah sementara Meisya yang duduk di sebelahnya sedang bermain dengan bonekanya, dia
berbicara sendiri, tersenyum dan bertingkah seolah-olah boneka itu temannya.
2. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas keluarga
2. Nama Kepala Keluarga : Bapak Amir
3. Alamat : Limpok, Darussalam
4. Komposisi keluarga
Nama Gender Hubungan Usia Pekerjaan Pendidikan
Amir L Bapak 35th Guru Sarjana
Bety P Ibu 33th IRT SMA
Anak
Amira P 11th Siswi SD
Perempuan
Meisy Anak
P 6th - -
a Perempuan
5. Tipe bentuk keluarga: Keluarga inti dengan Bapak, Ibu, Anak 2 orang
6. Latar belakang budaya: Keluarga ini merupakan keluarga asli Aceh Besar.
7. Identifikasi Religius: Terlibat secara aktif di mesjid setempat dan istrinya
juga mengikuti pengajian di mesjid. Bapak Amir selalu shalat berjamaah.
Kepercayaan kepada keluarga dan anak-anaknya ditekankan.
8. Status Kelas Sosial: Ayah merupakan satu-satunya pencari nafkah.
9. Status Ekonomi: Pendapatan mencukupi, jika ada yang sakit ada simpanan
10. Aktifitas Rekreasi: Mereka sering nonton, makan & berkumpul bersama-sama.
Kadang mereka saling mengunjungi keluarga besar.
11. Tahap perkembangan Keluarga saat ini: Keluarga dalam tahap keluarga dengan anak
usia sekolah, dengan usia 11 dan 6 tahun.
12. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi: Nampaknya keluarga memenuhi
kebutuhan-kebutuhan keluarga dalam perumahan, kamar, ruang dan privasi serta
keamanan. Ibu merasa tertekan dengan perlakuan anaknya yang retardasi mental dan
kesulitan dalam mengendalikan perilaku anaknya, yang semakin sering berperilaku
agresif. Pemeliharaan hubungan-hubungan orangtua-anak memuaskan.
13. Riwayat Keluarga: Kedua orangtua hidup dalam lingkungan yang sama. Kedua orang
tua menerima kekurangan anaknya dengan hangat dan menyayanginya.
14. Riwayat Keluarga Asal: Dari kedua belak pihak keluarga tidak ada riwayat retardasi
mental.
b. Diagnosa
1. Hambatan komunikasi verbal
2. Gangguan interaksi sosial
3. Resiko cedera
c. Analisa Data
Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan
1. DS: Kurangnya Gangguan
Ibu mengatakan Meisya rangsangan dan komunikasi
lambat berbicara. lingkungan
verbal
Ibu mengatakan Meisya
lambat berespon terhadap
lingkungan sekitar.
Ibu mengatakan
perkembangan Meisya
lebih lambat daripada anak
seusianya.
DO :
1. hambatan lingkungan
2. lambat berbicara dan
bahasa
3. menunjukan respon
Tidak sesuai
4.
2. DS: Perilaku agresif Gangguan
Ibu mengatakan Meisya
interaksi sosial
lambat berespon terhadap
lingkungan sekitar,
bertingkah agresif dan
hiperaktif.
DO :
1. kurang koperatif atau
tertarik pada orang lain
2. tidak koperatif dalam
bermain dan berteman
dengan sebaya
3. perilaku tidak sesuai
Usia
4. hambatan
perkembangan/maturasi
3. DS: Risiko mengalami Risiko Cedera
Ibu mengatakan apabila cedera atau
keinginan Meisya tidak kerusakan fisik
tercapai Meisya
mengacak-acakkan semua
isi lemari dan
menyerakkan ke lantai dan
melempar-lemparkannya.
DO:
1. perubahan fungsi
Kognitif
2. perubahan fungsi
Psikomotor
3. perubahan sensasi
4. perubahan orientasi
afektif
d. Intervensi
1. Diagnosa : Hambatan komunikasi verbal
NOC : Komunikasi
j. Menggunakan bahsa tertulis.
k. Menggunakan bahasa lisan.
l. Menggunakan bahasa isyarat.
m. Menggunakan foto dan gambar.
n. Menggunakan bahasa non verbal.
o. Mengenali pesan yg diterima.
p. Interpretasi akurat terhadap pesan yang diterima.
q. Mengarahkan pesan pada penerima yang tepat.
r. Pertukaran pesan yang akurat dengan orang lain.
NIC : peningkatan sistem dukungan
g. Identifikasi respon psikologi terhadap situasi dan ketersediaan sistem
dukungan.
h. Tentukan kecukupan dari jaringan sosial yang ada.
i. Identifikasi tingkat dukungan keluarg, dukungan keuangan,dan sumber daya
lainnya.
j. Tentukan hambatan terhadap sistem dukungan yang tidak terpakai dan kurang
dimanfaatkan.
k. Monitor situasi keluarga saat ini dan jaringan dukungan.
l. Identifikasi kekuatan dan kelemahan sumber daya masyarakat dan advokasi
terkait perubahan jika diperlukan.
2. Diagnosa : Gangguan interaksi social
NOC : Keterlibatan sosial
kriteria hasil :
d. mampu berinteraksi dengan teman dekatnya
e. mampu berinteraksi dengan anggota keluarga
f. mampu berinteraksi dengan cepat terhadap lingkungannya
NIC : Peningkatan Sosial
f. tingkatkan hubungan dengan orang-orang yang memiliki minat dan tujuan yang
sama
g. anjurkan kegiatan sosial dan masyarakat
h. fasilitasi partisipasi pasien dalam kelompok mendongeng
i. lakukan bermain peran dalam rangka berlatih
j. Meningkatkan keterampilan dan teknik komunikasi
3. Resiko cedera
NOC : kinerja pengasuhan : keamanan fisik kehidupan masa awal/tengah anak-anak
Indikator :
a. memilih mainan yang aman dan sesuai dengan usia
b. menyediakan pengawasan disekitar binatang
c. memberikan pengawasan di air
d. memelihara lingkungan untuk tindakan pencegahan jatuh yang membahayakan
e. menjaga lingkungan untuk mencegah kebakaran, tersengat listrik, dan terpapar pada
bahan kimia
f. memberikan pengawasan terkait peralatan diarea bermain
NIC : Manajemen lingkungan
a. identifikasi kebutuhan keamanan pasien berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta
riwayat perilaku dimasa lalu
b. identifikasi hal-hal yang membahayakan di lingkungan
c. singkirkan bahan berbaya dair lingkungan jika diperlukan
d. modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahan berbahaya dan beresiko
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Retardasi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan fungsi mental atau kesehatan
mental yang disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi
kejiwaan terhadap stimulus eksteren dan ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan
fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan mental.
Retardasi mental bisa saja terjadi pada setiap individu / manusia karena adanya faktor-
faktor dari dalam maupun dari luar, gejala yang ditimbulkan pada penderita retardasi mental
umumnya rasa cemas, takut, halusinasi serta delusi yang besar.
4.2 Saran
Disarankan kepada para ibu agar memperhatikan kesehatan dirinya seperti
memperhatikan gizi, hati-hati mengkonsumsi obat-obatan dan mengurangi kebiasaan buruk
seperti: minum-minuman keras dan merokok.
Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan perlu melakukan langkah prepentif guna
menanggulangi gangguan mental yang dapat membahayakan kesehatan anak dan remaja
caranya yaitu dengan menggalakkan penyuluhan tentang retardasi mental kepada
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Maramis, W.F. (2005) Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.
Newman, Dorlan. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorlan Edisi 2008. Jakarta: EGC.