Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sindrom down merupakan kelainan kromosom autosomal yang paling
banyak terjadi pada manusia. Angka kejadian pada tahun 1994 mencapai 1.0 -
1.2 per 1000 kelahiran dan pada 20 tahun yang laludilaporkan 1,6 per 1000
kelahiran. Kebanyakan anak dengan sindrom down dilahirkan oleh wanita
yang berusia datas 35 tahun. Sindrom down dapat terjadi pada semua ras.
Dikatakan angka kejadian pada orang kulit putih lebih tinggi dari orang hitam
(Soetjiningsih). Sumber lain mengatakan bahwa angka kejadian 1,5 per 1000
kelahiran, ditemukan pada semua suku dan ras, terdapat pada penderita
retardasi mental sekitar 10 %, secara statistik lebih banyak di lahirkan oleh ibu
yang berusia lebih dari 30 tahun, prematur dan pada ibu yang usianya terlalu
muda (Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI).

Kejadian sindrom Down dianggarkan pada 1 setiap 800 hingga 1 setiap
1000 kelahiran. Pada 2006, Pusat Kawalan Penyakit (Center for Disease
Control) menganggarkan kadar sehingga 1 setiap 733 kelahiran hidup di
Amerika Sarikat. Sekitar 95% dari penyebab sindrom down adalah kromosom
21. Sindrom Down berlaku dikalangan semua ethnik dan semua golongan
tahap ekonomi. memberi kesan kepada risiko kehamilan bayi dengan sindrom
Down. Pada ibu berusia antara 20 hingga 24, risikonya adalah 1/1490; pada
usia 40 risikonya adalah 1/60, dan pada usia 49 risikonya adalah 1/11.
Sungguhpun risiko meningkat dengan usia ibu, 80% kanak-kanak dengan
sindrom Down dilahirkan pada wanita bawah usia 35, menunjukkan
kesuburan keseluruhan kumpulan usia tersebut. Selain usia ibu, tiada faktor
risiko lain diketahui (wikipedia melayu).



2


B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini diantaranya :
a. Apa yang dimaksud dengan down syndrome?
b. Bagaimana etiologi dan patofisiologi dari down syndrome?
c. Bagaimana tanda dan gejala dari down syndrome?
d. Apa saja diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan down
syndrome?
e. Bagaimana intervensi yang diberikan pada pasien dengan down syndrome?
f. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan down
syndrome?

C. Tujuan
a. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan penyakit down syndrome
b. Untuk memahami etiologi dan patofisiologi dari down syndrome
c. Untuk memahami tanda dan gejala dari down syndrome
d. Untuk memahami diagnosa keperawatan dan intervensi untuk penanganan
pada pasien down syndrome.
e. Untuk memahami konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan down
syndrome




3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Down syndrome merupakan kelainan yang dapat dikenal dengan melihat
manifestasi klinis yang cukup khas. Kelainan yang berdampak pada
keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental. Syndrome Down adalah suatu
kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan
adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat
kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi
pembelahan (Wikipedia indonesia).
Down Syndrome (Trisomi 21, Mongolisme) adalah suatu kelainan
kromosom yang menyebabkan keterbelakangan mental (retardasi mental) dan
kelainan fisik (medicastore).
Down Syndromeadalah kecacatan kromosom bercirikan kehadiran bahan
genetik salinan tambahan kromosom pada keseluruhan trisomi 21 atau
sebahagian, disebabkan translokasi kromosom (wikipedia melayu).
Sindroma Down adalah termasuk golongan penyakit genetika karena
cacatnya terdapat pada bahan keturunan atau gen, tetapi penyakit ini pada
dasarnya bukan penyakit keturunan (diwariskan).
Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenali dari
fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya
kromosom 21 yang berlebihan (Soetjiningsih).






4
B. Etiologi
Penyebab dari Sindrom Down adalah adanya kelainan kromosom yaitu
terletak pada kromosom 21 dan 15, dengan kemungkinan-kemungkinan :
1. Non disjungtion (pembentukan gametosit)
a. Genetik
Bersifat menurun. Hal ini dibuktikan dengan penelitian epidemiologi pada
kelurga yang memiliki riwayat sindrom down akan terjadi peningkatan resiko
pada keturunannya.
b. Radiasi
Menurut Uchida (dikutip dari Puechel dkk, dalam buku tumbuh kembang anak
karangan Soetjiningsih) menyatakan bahwa sekitar 30% ibu yang melahirkan
anak dengan sindrom down adal ibu yang pernah mengalami radiasi pada daerah
perut. Sehingga dapat terjadi mutasi gen.
c. Infeksi
Infeksi juga dikaitkan dengan sindrom down, tetapi sampai saat ini belum ada ahli
yang mampu menemukan virus yang menyebabkan sindrom down ini.
d. Autoimun
Penelitian Fial kow (dikutip dari Puechel dkk, dalam buku tumbuh kembang anak
karangan Soetjiningsih) secara konsisten mendapatkan adanya perbedaan antibodi
ibu yang melahirkan anak dengan sindrom down dengan anak yang normal.
e. Usia ibu
Usia ibu diatas 35 tahun juga mengakibatkan sindrom down. Hal ini disebabkan
karena penurunan beberapa hormon yang berperan dalam pembentukan janin,
termasuk hormon LH dan FSH.
f. Ayah
Penelitian sitogenetik mendapatkan bahwa 20 30% kasus penambahan
kromosom 21 bersumber dari ayah, tetapi korelasi tidak setinggi dengan faktor
dari ibu.


5
2. Gangguan intragametik yaitu gangguan pada gamet, kemungkinan terjadi
Translokasi kromosom 21 dan 15.
3. Organisasi nukleus yaitu sintesis protein yang abnormal sehingga
menyebabkan kesalahan DNA menuju ke RNA.
4. Bahan kimia juga dapat menyebabkan mutasi gen janin pada saat dalam
kandungan.
5. Frekwensi coitus akan merangsang kontraksi uterus, sehingga dapat
berdampak pada janin.

C. Patofisiologi
Penyebab yang spesifik belum diketahui, tapi kehamilan oleh ibu yang berusia
diatas 35 tahun beresiko tinggi memiliki anak syndrom down. Karena
diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan non-
disjunction pada kromosom yaitu terjadi translokasi kromosom 21 dan 15.
Hal ini dapat mempengaruhi pada proses menua.

D. Manifestasi Klinis
Berat pada bayi yang baru lahir dengan penyakit sindrom down pada
umumnya kurang dari normal, diperkirakan 20% kasus dengan sindrom down
ini lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Anak-anak yang
menderita sindroma Down memiliki penampilan yang khas:
1. Bentuk tulang tengkoraknya asimetris atau ganjil dengan bagian belakang
kepalanya mendatar (sutura sagitalis terpisah).
2. Lesi pada iris mata (bintik Brushfield), matanya sipit ke atas dan kelopak
mata berlipat-lipat (lipatan epikantus) serta jarak pupil yang lebar.
3. Kepalanya lebih kecil daripada normal. (mikrosefalus) dan bentuknya
abnormal serta Leher pendek dan besar


6
4. Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa Congenital Heart Disease
(kelainan jantung bawaan). kelainan ini yang biasanya berakibat fatal di
mana bayi dapat meninggal dengan cepat.
5. Hidungnya datar (Hidung kemek/Hipoplastik) lidahnya menonjol, tebal
dan kerap terjulur serta mulut yang selalu terbuka.
6. Tangannya pendek dan lebar dengan jari-jari tangan yang pendek dan
seringkali hanya memiliki satu garis tangan pada telapak tangannya. Tapak
tangan ada hanya satu lipatan
7. Jarak ibu jari kaki dengan jari kedua lebar
8. Jari kelingking hanya terdiri dari dua buku dan melengkung ke dalam
(Plantar Crease).
9. Telinganya kecil dan terletak lebih rendah
10. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (hampir semua penderita
sindroma Down tidak pernah mencapai tinggi badan rata-rata orang
dewasa).
11. Keterbelakangan mental.
12. Hiper fleksibilitas.
13. Bentuk palatum yang tidak normal
14. Kelemahan otot

Namun tidak semua ciri ciri di atas akan terpenuhi pada penderita penyakit
sindrom down, berdasarkan penelitian terakhir orang dengan penyakit
sindrom down juga dapat mengukir prestasi seperti kebanyakan orang yang
normal.







7

E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik digunakan ntuk mendeteksi adanya kelainan
sindrom down, ada beberapa pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan
diagnosa ini, antara lain:
1. Pemeriksaan fisik penderita
2. Pemeriksaan kromosom (Kariotip manusia biasa hadir sebagai 46
autosom+XX atau 46 autosom+XY, menunjukkan 46 kromosom dengan
aturan XX bagi betina dan 46 kromosom dengan aturan XY bagi jantan,
tetapi pada sindrom down terjadi kelainan pada kromosom ke 21 dengan
bentuk trisomi atau translokasi kromosom 14 dan 22). Kemungkinan
terulang pada kasus (trisomi adalah sekitar 1%, sedangkan translokasi
kromosom 5-15%).
3. Ultrasonograpgy (didapatkan brachycephalic, sutura dan fontela terlambat
menutup, tulang ileum dan sayapnya melebar)
4. ECG (terdapat kelainan jantung)
5. Echocardiogram untuk mengetahui ada tidaknya kelainan jantung bawaan
mungkin terdapat ASD atau VSD.
6. Pemeriksaan darah (percutaneus umbilical blood sampling) salah satunya
adalah Dengan adanya Leukemia akut menyebabkan penderita semakin
rentan terkena infeksi, sehingga penderita ini memerlukan monitoring
serta pemberian terapi pencegah infeksi yang adekuat.
7. Penentuan aspek keturunan
8. Dapat ditegakkan melalui pemeriksaan cairan amnion atau korion pada
kehamilan minimal 3 bulan, terutama kehamilan di usia diatas 35 tahun
keatas
9. Pemeriksaan dermatoglifik yaitu lapisan kulit biasanya tampak keriput.




8
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan
yang paling efektif untuk mengatasi kelainan ini. Pada tahap
perkembangannya penderita Down syndrom juga dapat mengalami
kemunduran dari sistim tubuhnya. Dengan demikian penderita harus
mendapatkan support maupun informasi yang cukup serta kemudahan dalam
menggunakan sarana atau fasilitas yang sesuai berkaitan dengan kemunduran
perkembangan baik fisik maupun mentalnya. Hal yang dapat dilakukan antara
lain :
1. Penanganan Secara Medis
a. Pembedahan
Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita untuk mengoreksi
adanya defek pada jantung, mengingat sebagian besar penderita lebih
cepat meninggal dunia akibat adanya kelainan pada jantung tersebut.

b. Pemeriksaan Dini
1) Pendengaran
Biasanya terdapat gangguan pada pendengaran sejak awal
kelahiran, sehingga dilakukan pemeriksaan secara dini sejak awal
kehidupannya.
2) Penglihatan
Sering terjadi gangguan mata, sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan secara rutin oleh dokter ahli mata
c. Pemeriksaan Nutrisi
Pada perkembangannya anak dengan sindrom down akan mengalami
gangguan pertumbuhan baik itu kekurangan gizi pada masa bayi dan
prasekolah ataupun kegemukan pada masa sekolah dan dewasa, sehingga
perlu adanya kerjasama dengan ahli gizi.
d. Pemeriksaan Radiologis


9
Diperlukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa keadaan tulang
yan dianggap sangat mengganggu atau mengancam jiwa (spina servikalis)
2. Pendidikan
a. Pendidikan khusus
Program khus untuk menangani anak dengan sindrom down adalah
membuat desain bangunan dengan menerapkan konsep rangsangan untuk
tempat pendidikan anak-anak down's syndrome. Ada tiga jenis
rangsangan, yakni fisik, akademis dan sosial. Ketiga rangsangan itu harus
disediakan di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Hal ini diharapkan
anak akan mampu melihat dunia sebagai sesuatu yang menarik untuk
mengembangkan diri dan bekerja.
b. Taman bermain atau taman kanak kanak
Rangsangan secara motorik diberikan melalui pengadaan ruang
berkumpul dan bermain bersama (outdoor) seperti :

1) Cooperative Plaza untuk mengikis perilaku pemalu dan penyendiri.
2) Mini Zoo dan Gardening Plaza adalah tempat bagi anak untuk
bermain bersama hewan dan tanaman
c. Intervensi dini.
Pada akhir akhir ini terdapat sejumlah program intervensi dini yang
dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberikan lingkungan
bagi anak dengan sindrom down. Akan mendapatkan manfaat dari
stimulasi sensori dini, latihan khusus untuk motorik halus dan kasar dan
petunjuk agar anak mau berbahasa. Dengan demikian diharapkan anak
akan mampu menolong diri sendiri, seperti belajar makan, pola eliminasi,
mandi dan yang lainnya yang dapat membentuk perkembangan fisik dan
mental.




10
3. Penyuluhan terhadap orang tua
Diharapkan penjelasan pertama kepada orang tua singkat, karena kita
memandang bahwa perasaan orang tua sangat beragam dan kerena
kebanyakan orang tua tidak menerima diagnosa itu sementara waktu, hal
ini perlu disadari bahwa orang tua sedang mengalami kekecewaan. Setelah
orang tua merasa bahwa dirinya siap menerima keadaan anaknya, maka
penyuluhan yang diberikan selanjutnya adalah bahwa anak dengan
sindrom down itu juga memiliki hak yang sama dengan anak normal
lainnya yaitu kasih sayang dan pengasuhan.
Pada pertemuan selanjutnya penyuluhan yang diberikan antra lain :
Apa itu sindrom down, karakteristik fisik dan antisipasi masalah tumbuh
kembang anak. Orang tua juga harus diberi tahu tentang fungsi motorik,
perkembangan mental dan bahasa. Demikian juga penjelasan tentang
kromosom dengan istilah yang sederhana, informasi tentang resiko
kehamilan berikutnya.

G. Komplikasi
1. Penyakit Alzheimers (penyakit kemunduran susunan syaraf pusat)
2. Leukimia (penyakit dimana sel darah putih melipat ganda tanpa
terkendalikan).











11
H. Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit sindrom down
antara lain :
1. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada
bulan-bulan awal kehamilan (lebih dari 3 bulan). Terlebih lagi ibu
hamil yang pernah mempunyai anak dengan Down syndrome atau
mereka yang hamil di atas usia 35 tahun harus dengan hati-hati dalam
memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki resiko
melahirkan anak dengan Down syndrome lebih tinggi. Down
Syndrome tidak bisa dicegah, karena Down Syndrome merupakan
kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom. Jumlah
kromosm 21 yang harusnya cuma 2 menjadi 3.
2. Konseling genetik juga menjadi alternatif yang sangat baik, karena
dapat menurunkan angka kejadian sindrom down. Dengan Gene
targeting atau Homologous recombination gene dapat dinon-aktifkan.
Sehingga suatu saat gen 21 yang bertanggung jawab terhadap
munculnya fenotip sindrom down dapat di non aktifkan.



12
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Lakukan pengkajian Fisik
2. Lakukan pengkajian perkembangan
3. Dapatkan riwayat keluarga, terutama yang berkaitan dengan usia ibu atau
anak lain mengalami keadaan serupa
4. Observasi adanya manifestasi Sindrom Down:
a. Karakeristik Fisik (Paling sering terlihat)
1) Tengkorak bulat kecil dengan oksiput datar
2) Lipatan epikantus bagian dalam dan fisura palpebra serong (mata
miring ke atas dan keluar)
3) Hidung kecil dengan batang hidung tertekan kebawah (hidung
sadel)
4) Lidah menjulur kadang berfisura
5) Mandibula hipoplastik (membuat lidah tampak besar)
6) Palatum berlengkung tinggi
7) Leher pendek tebal
8) Muskulatur Hipotonik (perut buncit, hernia umbilikus)
9) Sendi hiperfleksibel dan lemas
10) Tangan dan kaki lebar, pandek tumpul.
11) Garis simian (puncak transversal pada sisi telapak tangan).








13
b. Intelegensia
1) Bervariasi dan retardasi hebat sampai intelegensia normal rendah
2) Umumnya dalam rentang ringan sampai sedang
3) Kelambatan bahasa lebih berat daripada kelambatan kognitif
c. Anomaly congenital (peningkatan insiden)
1) Penyakit jantung congenital (paling umum)
2) Defek lain meliputi: Agenesis renal, atresia duodenum, penyakit
hiscprung, fistula esophagus, subluksasi pinggul. Ketidakstabilan
vertebra servikal pertama dan kedua (ketidakstabilan atlantoaksial)
d. Masalah Sensori (seringkali berhubungan)
1) Kehilangan pendengaran konduktif (sangat umum)
2) Strabismus
3) Myopia
4) Nistagmus
5) Katarak
6) Konjungtivitis
e. Pertumbuhan dan perkembangan seksual
1) Pertumbuhan tinggi badan dan BB menurun, umumnya obesitas
2) Perkembangan seksual terhambat, tidak lengkap atau keduanya
3) Infertile pada pria, wanita dapat fertile
4) Penuaan premature uum terjadi, harapan hidup rendah










14
B. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi infeksi b/d hipotonia, peningkatan kerentanan terhadap
infeksi pernapasan
2. Perubahan nutrisi (pada neonatus) : kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan kesulitan pemberian makanan karena lidah yang menjulur dan
palatum yang tinggi.
3. Risiko tinggi cedera b/d hiperekstensibilitas sendi, instabilitas atlantoaksial
4. Kurangnya interaksi sosial anak b/d keterbatasan fisik dan mental yang
mereka miliki.
5. Defisit pengetahuan (orang tua) b/d perawatan anak syndrom down.

C. Rencana Keperawatan
No
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Risiko tinggi infeksi
b/d hipotonia,
peningkatan
kerentanan terhadap
infeksi pernapasan
pasien tidak
menunjukkan bukti
infeksi pernafasan

1. Ajarkan keluarga
tentang teknik
mencuci tangan
yang baik.
2. Tekankan
pentingya
mengganti posisi
anak dengan
sering, terutama
penggunaan postur
duduk
3. Dorong
penggunaan
vaporizer uap
dingin
Untuk
meminimalkan
pemajanan pada
organism infektif
Untuk mencegah
penumpukan
sekresi dan
memudahkan
ekspansi paru
Untuk mencegah
krusta sekresi
dan
mengeringnya
membrane
mukosa


15
4. Ajarkan pada
keluarga
penghisapan
hidung dengan
spuit tipe-bulb
5. Dorong kepatuhan
terhadap
imunisasiyang
dianjurkan
6. Tekankan
pentingnya
menyelesaikan
program antibiotic
bila diinstruksikan

Karena tulang
hidung anak
tidak
berkembang
menyebabkan
masalah kronis
ketidakadekuatan
drainase mucus
Untuk mencegah
infeksi
Untuk
keberhasilan
penghilangan
infeksi dan
mencegah
pertumbuhan
organism
resisten

2. Pe..perubahan
nutrisi..(pada
neonatus):kurangdar
i kebutuhan
b/d..kesulitan
pemberian..makana
n karena lidah
yang..menjulur
dan..palatum yang
Kesulitan..pemberian
makan pada masa
bayi menjadi
minimal

1. Hisap hidung
setiap kali
sebelum
pemberian makan,
bila perlu
2. Jadwalkan
pemberian makan
sedikit tapi sering:
biarkan anak
Untuk
menghilangkan
mukus



Karena
menghisap dan
makan sulit
dilakukan


16
tinggi.

untuk beristirahat
selama pemberian
makan
3. Berikan makanan
padat dengan
mendorongnya ke
mulut bagian
belakang dan
samping
4. Hitung kebutuhan
kalori untuk
memenuhi energy
berdasarkan tinggi
dan berat badan
5. Pantau tinggi dan
BB dengan
interval yang
teratur
6. Rujuk ke spesialis
untuk menentukan
masalah
makananyang
spesifik
dengan
pernapasan
mulut
Karena..refleks
menelan..pada
anak..dengan
sindrom..down
kurang baik

Memberikan
kalori
kepada..anak
sesuai..dengan
kebutuhan
Untuk
mengealuasi
asupan nutrisi

Mengetahui..diit
yang tepat




3.

Risiko tinggi cedera
b/d
hiperekstensibilitas
sendi, instabilitas

mengurangi risiko
terjadinya cedera
pada pasien dengan
sindrom down

1. Anjurkan
aktivitas bermain
dan olahraga
yang sesuai

Untuk
menhindari
cedera




17
atlantoaksial dengan maturasi
fisik anak,
ukuran,
koordinasi dan
ketahanan
2. Anjurkan anak
untuk dapat
berpartisipasi
dalam olahraga
yang dapat
melibatkan
tekanan pada
kepala dan leher
3. Ajari keluarga
dan pemberi
perawatan lain
(mis: guru,
pelatih) gejala
instabilitas
atlatoaksial
4. Laporkan dengan
segera adanya
tanda-tanda
kompresi medulla
spinalis (nyeri
leher menetap,
hilangnya
ketrampilanmotor







Menjauhkan
anak dari factor
resiko cedera





Memberikan
perawatan yang
tepat




Untuk mencegah
keterlambatan
pengobatan


18
ik stabil dan
control kandung
kemih/usus,
perubahan
sensasi)

4

4


4



Kurangnya interaksi
sosial anak b/d
keterbatasan fisik
dan mental yang
mereka miliki.

kebutuhan akan
sosialisasi terpenuhi

1. Motivasi orang
tua agar memberi
kesempatan anak
untuk bermain
dengan teman
sebaya agar anak
mudah
bersosialisasi
2. Beri..keleluasaan
/ kebebasan pada
anak untuk
berekspresi

Pertukem..anak
tidak..semaikin
terhambat





Kemampuan
berekspresi
diharapkan
dapat menggali
potensi anak

5 Defisit..pengetahuan
(orang..tua)..b/d
perawatan..anak
syndrom down.
orang tua/keluarga
mengerti tentang
perawatan pada
anaknya
1. Berikan motivasi
pada orang tua
agar memberi
lingkungan yang
memadai pada
anak
2. Dorong
lingkungan yang
memadai
mendukung anak
untuk
berkembang


Kemampuan


19
partisipasi orang
tua dalam
memberi latihan
motorik kasar
dan halus serta
pentunjuk agar
anak mampu
berbahasa
3. Beri motivasi
pada orang tua
dalam memberi
latihan pada anak
dalam aktivitas
sehari-hari.



berbahasa pada
anak..akan
terlatih





Aktivitas sehari-
hari..akan
membantu
pertukem anak













20
D. Implementasi dan Evaluasi
Hari/Tanggal/Waktu No.
Dx
Implementasi Evaluasi
I 1. Mengajarkan keluarga
tentang teknik mencuci
tangan yang baik.
2. Menekankan pentingya
mengganti posisi anak
dengan sering, terutama
penggunaan postur duduk
3. Mendorong penggunaan
vaporizer uap dingin
4. Mengajarkan pada keluarga
penghisapan hidung dengan
spuit tipe-bulb
5. Mendorong kepatuhan
terhadap imunisasiyang
dianjurkan
6. Menekankan pentingnya
menyelesaikan program
antibiotic bila diinstruksikan

S :

O : Anak tidak
menunjukkan adanya
tanda-tanda infeksi atau
distress pernafasan

A : Tujuan Tercapai

P : Hentikan
implementasi

II 1. Menghisap hidung setiap kali
sebelum pemberian makan,
bila perlu
2. Menjadwalkan pemberian
makan sedikit tapi sering:
biarkan anak untuk
beristirahat selama
S :

O: Bayi mengkonsumsi
makanan dengan jumlah
adekuat yang sesuai
dengan usia dan
ukurannya


21
pemberian makan
3. Memberikan makanan padat
dengan mendorongnya ke
mulut bagian belakang dan
samping
4. Menghitung kebutuhan
kalori untuk memenuhi
energy berdasarkan tinggi
dan berat badan
5. Memantau tinggi dan BB
dengan interval yang teratur
6. Merujuk ke spesialis untuk
menentukan masalah
makananyang spesifik
Keluarga..melaporkan
kepuasan dalam
pemberian makanan
Bayi bertambah berat
badannya sesuai dengan
tabel perkembangan
Keluarga..mendapatkan
manfaat dari pelayanan
spesialis

A : Tujuan tercapai

P : Hentikan
implementasi
III 1. Menganjurkan aktivitas
bermain dan olahraga yang
sesuai dengan maturasi fisik
anak, ukuran, koordinasi
dan ketahanan
2. Menganjurkan anak untuk
dapat berpartisipasi dalam
olahraga yang dapat
melibatkan tekanan pada
kepala dan leher
3. Mengajari keluarga dan
pemberi perawatan lain (mis:
guru, pelatih) gejala
instabilitas atlatoaksial
S :

O : Anak berpartisipasi
dalam..aktivitas
bermain..dan
berolahraga
Anak..tidak
mengalami..cedera
yang..berkaitan
dengan..aktivitas
fisik

A : Tujuan Tercapai
P: Hentikan implementasi


22
4. Melaporkan dengan segera
adanya tanda-tanda kompresi
medulla spinalis (nyeri leher
menetap, hilangnya
ketrampilanmotorik stabil
dan control kandung
kemih/usus, perubahan
sensasi)


P: Hentikan implementasi

IV 1. Memotivasi orang tua
agar memberi
kesempatan anak untuk
bermain dengan teman
sebaya agar anak mudah
bersosialisasi
2. Memberi..keleluasaan /
kebebasan pada anak
untuk berekspresi
S :

O : Anak mampu
bersosialisasi dan
berinteraksi dengan baik
sehingga anak dapat
menjalin hubungan baik
dengan orang lain tidak
merasa minder

A : Tujuan Tercapai

P : Hentikan
Implementasi


V 1. Memberikan motivasi pada
orang tua agar memberi
lingkungan yang memadai
pada anak
S :

O : Keluarga mengetahui
tentang perawatan pada


23
2. Mendorong partisipasi orang
tua dalam memberi latihan
motorik kasar dan halus
serta pentunjuk agar anak
mampu berbahasa
3. Memberi motivasi pada
orang tua dalam memberi
latihan pada anak dalam
aktivitas sehari-hari.


anak dengan Sindrome
Down
Keluarga berpartisipasi
aktif dalam perawatan
anaknya

A : Tujuan tercapai

P : Hentikan Implemntasi







24
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sindrom Down adalah kecacatan kromosom bercirikan kehadiran bahan
genetik salinan tambahan kromosom pada keseluruhan trisomi 21 atau
sebahagian, disebabkan translokasi kromosom (wikipedia melayu). Anak
dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenali dari fenotipnya dan
mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya kromosom
21 yang berlebihan (Soetjiningsih).
Penyebab yang spesifik belum diketahui, tapi kehamilan oleh ibu yang berusia
diatas 35 tahun beresiko tinggi memiliki anak syndrom down. Karena
diperjirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan non-
disjunction pada kromosom yaitu terjadi translokasi kromosom 21 dan 15.
Hal ini dapat mempengaruhi pada proses menua.

B. Saran
Dalam melakukan perawatan pada anak dengan syndrome down, seorang
perawat harus mempu mengajak keluarga untuk aktif berpartisipasi dalam
setiap kegiatan keperawatan. Hal ini ditujukan untuk memberikan pendidikan
kepada keluarga karena setelah keluar dari rumah sakit maka keluargalah yang
dituntut untuk bisa melakukan perawatan home care.





25
DAFTAR PUSTAKA


Fadhli Aulia . 2010 . Buku Pintar Kesehatan Anak . Yogyakarta :Pustaka Anggrek

Soetjiningsih . 2002 .Perkembangan Anak dan Permasalahannya dalam buku ajar
Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi I. Jakarta : Sagung Seto

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pedriatrik Edisi 4. Jakara:
EGC
http://link.cd2000.net/cache/?s=http://varyaskep.wordpress.com/2009/01/21/down-
syndrom-pada-anak/

Anda mungkin juga menyukai