Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DOWN SYNDROM

TUGAS MAGANG KLINIK

TRI NOVITA
PO7120316039

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU JURUSAN


KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
DIV KEPERAWATAN
2020
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN

Laporan magang klinik ini telah diperiksa, disetujui dan di uji oleh dosen
pembimbing Poltekkes Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Program Studi D-IV
Keperawatan Palu.

Nama : Tri novita


NIM : PO7120316039

Palu,....................................2020
Pembimbing

Azizah Saleh,SKM, M.M

Palu,....................................2020
Pembimbing

Supriadi Abd Malik, SKM. M.Kes


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN......................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN....................................................................1
A. Definisi Down Syndrome...............................................................................1
B. Etiologi........................................................................................................... 2
C. Manifestasi Klinis...........................................................................................3
D. Patofisiologi....................................................................................................5
E. Pathway………………………………………………………………………6
F. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................. 6
G. Penatalaksanaan……………………………………………………………...7
H. Komplikasi…………………………………………………………………...9
I. Pencegahan…………………………………………………………………..10
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................11
A. Pengkajian................................................................................................... 11
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................... 16
C Intervensi Keperawatan...............................................................................17
D. Evaluasi…………………………………………………………..……......19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 20
LAMPIRAN...........................................................................................................21
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi  Down Syndrome 

Down Syndrome  adalah abnormalitas jumlah kromosom yang sering

di jumpai kebanyakan kasus (92,5%) nondisjunction pada 80% kasus kejadian

nondisjunction terjadi pada meosis ibu fase I. Hasil dari nondisjunction 

adalah tiga kopi kromosom 21 (trimosom 21)  berdasarkan nomenklatur

standar sitogenik trisomi 21 dituliskan sebagai 47, XX, +21 (Marcdante &

Kliegman, 2014).

Down Syndrome  merupakan suatu kondisi keterbelakangan fisik dan

mental yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom yang

gagal memisahkan diri saat terjadi pembelahan (Wiyani, 2014).

Kelainan bawaan sejak lahir yang terjadi pada 1 antara 800-900 bayi.

Mongolisma (Down syndrome) ditandai 0leh kelainan jiwa atau cacat mental

mulai dari yang sedang sampai berat. Tetapi hampir semua anak yang

menderita kelainan ini dapat belajar membaca dan merawat dirinya sendiri

(Nurarif, 2015).

Down syndrom merupakan kelainan kromosom autosomal yang paling

banyak terjadi pada manusiadi perkirakan 20% anak dengan down sindrom di

lahirkan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun. Syndrom down merupakan

cacat bawaan yang di sebabkan oleh adanya kelebihan kromosom x. Syndrom

1
ini juga disebut trisomy 21, karena 3 dari 21 kromosom menggantikan yang

normal. 95% kasus syndrom down di sebabkan oleh kelebihan kromosom

(Nurarif, 2015).

B. Etiologi

Menurut Soetjiningsih (2016) down syndrome pada anak terjadi

karena kelainan kromosom. Kelainan kromosom kemungkinan disebabkan

oleh:

1. Faktor Genetik

Keluarga yang mempunyai anak dengan down syndrome memiliki

kemungkinan lebih besar keturunan berikutnya mengalami down

syndrome dibandingkan dengan keluarga yang tidak memiliki anak

dengan down syndrome.

2. Usia Ibu Hamil

Usia ibu hamil yang diatas 35 tahun kemungkinan melahirkan anak

dengan down syndrome  semakin besar karena  berhubungan dengan

perubahan endokrin terutama hormone seks antara lain peningkatan

sekresi androgen, peningkatan kadar LH ( Luteinizing Hormone) dan

peningkatan kadar FSH ( Follicular Stimulating Hormone).

2
3. Radiasi

Ibu hamil yang terkena atau pernah terkena paparan radiasi terutama

diarea sekitar perut memiliki kemungkinan melahirkan anak dengan down

syndrome.

4. Autoimun

Autoimun tiroid pada ibu yang melahirkan anak down

syndrome berbeda dengan ibu yang melahirkan anak normal.

5. Umur Ayah

Kasus kelebihan kromosom 21 sekitar 20-30 % bersumber dari

ayahnya.

C. Manifestasi Klinis

Menurut Soetjiningsih (2013), anak dengan Down syndrome

seringkali memeiliki berbagai kelainan mental dan malformasi karena ada

bahan ekstragenetik dari kromosom 21. Fenotipnya bervariasi, tetapi

umumnya didapat gambaran konstitusional yang cukup bagi klinis untuk

menduga down syndrome seperti : derajat gangguan mental bervariasi antara

ringan (IQ=50-70), sedang (IQ=35-50), berat (IQ=20-35). Terjadi pula

peningkatan risiko kelainan jantung kongential sebesar 50% dan < 1% akan

kehilangan pendengaran.

Adapun ciri fisik pada anak dengan down syndrome anatara lain  brakisefali,

celah antara jari kaki pertama dan kedua, kulit berlebih di  pangkal leher,

3
hiperfleksibilitas, telinga yang abnormal (letak rendah, terlipat, stenosis

meatus), protursi lidah akibat palatum kecil dan sempit, batang hidung datar,

jari kelima pendek dan bengkok kedalam, tangan pendek dan lebar, gemuk

dan garis transversal tunggal pada telapak tangan.

Beberapa bentuk kelainan pada anak dengan syndrom down : (Nurarif, 2015)

1. Sutura sagitalis yang terpisah

2. Fisura parpebralis yang miring

3. Jarak yang lebar antara kaki

4. Fontanela palsu

5. “plantar crease” jari kaki I dan II

6. Hyperfleksibikit

7. Peningkatan jaringan sekitar leher

8. Bentuk palatum yang abnormal

9. Hidung hipoplastik

10. Kelemahan otot dan hipotonia

11. Bercak brushfield pada mata

12. Mulut terbuka dan lidah terjulur

13. Lekukan epikantus (lekukan kulit yang berbentuk bundar)  pada sudut

mata sebelah dalam.

14. Single palmar crease pada tangan kiri dan kanan

15. Jarak pupil yang lebar

16. Oksiput yang datar

4
17. Tangan dan kaki yang pendek serta lebar

18. Bentuk/struktur telinga yang abnormal

19. Kelainan mata, tanga, kaki, mulut, sindaktili

20. Mata sipit

D. Patofisiologi

Menurut Soetjiningsih (2016) down syndrome disebabkan oleh

kelainan pada perkembangan kromosom. Kromosom merupakan serat khusus

yang terdapat pada setiap sel tubuh manusia dan mengandung  bahan genetic

yang menentukan sifat seseorang. Pada bayi normal terdapat 46 kromosom

(23 pasang) di mana kromosom nomor 21  berjumlah 2 buah (sepasang). Bayi

dengan down syndrome  memiliki 47 kromosom karena kromosom 21

berjumlah 3 buah. Akibat dari ekstrakromosom muncul fenotip dengan kode

(21q22.3) yang  bertanggung jawab atas gambaran wajah khas, kelainan pada

tangan dan retardasi mental. Anak dengan down syndrome  lahir semua

perbedaan sudah terlihat dank arena memiliki sel otak yang lebih sedikit maka

anak dengan down syndrome  lebih lambat dalam  perkembangan kognitifnya.

5
E. Pathway

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostic digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan

syndrome down, ada beberapa pemeriksaan yang dapat membantu

menegakkan diagnosa ini, antara lain : 1. Pemeriksaan fisik penderita 2.

Pemeriksaan kromosom kariotip manusia biasa hadir sebagai 46 autosom+XX

atau 46 autosom+XY, menunjukan 46 kromosom dengan aturan XX bagi

6
betina dan 46 kromosom dengan aturan XY bagi jantan, tetapi pada sindrom

down terjadi kelainan pada kromosom ke 21 dengan  bentuk trisomi atau

translokasi kromosom 14 dan 22.

Kemungkinan terulang pada kasus (trisomi adalah sekitar 1%

sedangkan translokasi kromosom 5-15%). 3. Ultrasonography (didapatkan

brachycepahalic, suture a dan fontela terlambat menutup, tulang ileum dan

sayapnya melebar) 4. ECG (terdapat kelainan jantung) 5. Echocardiogram

untuk mengetahui ada tidaknya kelainan jantung  bawaan mungkin terdapat

ASD atau VSD 6. Pemeriksaan darah (percutaneus umbilical blood sampling)

salah satunya adalah dengan adanya leukemia akut menyebabkan  penderita

semakin rentan terkena infeksi, sehingga penderita ini memperlukan

monitoring serta pemberian terapi pencegah infeksi yang adekuat. 7.

Penentuan aspek keturunan 8. Dapat ditegakkan melalui pemeriksaan cairan

amnion atau korion  pada kehamilan minimal 3 bulan, terutama kehamilan di

usia diatas 35 tahun keatas (Nurarif, 2015).

G. Penatalaksanaan

Menurut Soetjiningsih (2013), perawatan anak down syndrome,

kompleks karena banyaknya masalah medis dan psikososial, baik yang timbul

segera atau jangka panjang. Manajemen kesehatan, lingkungan rumah,

pendidikan, dan pelatihan vokasional, sangat berpengaruh terhadap fungsi

anak dan remaja down syndrome dan membantu proses transisi ke masa

7
dewasa. Penanganan lebih lanjut selama masa anak-anak, dan perlu di bahas

secara periodic sesuai tahap perkembangan adalah :

1. Dukungan personal bagi keluarga

2. Dukungan finansialdan medisbagi anak dan keluarga

3. Antisipasi terhadap trauma pada setiap fase perkembangan

4. Pengaturan diet dan olahraga untuk mencegah obesitas.

Anak dengan kelainan ini memerlukan perhatian dan  penanganan

medis yang sama dengan anak yang normal. Tetapi terdapat beberapa keadaan

dimana anak dengan  syndrome down memerlukan perhatian khusus yaitu

dalam hal :

1. Pendengaran : sekitar 70-80% anak down syndrome  dilaporkan terdapat

gangguan pendengaran sejak dini dan secara berkala oleh ahli THT

2. Penyakit jantung bawaan : 30-40% down syndrome  disertai dengan

penyakit jantung bawaan yang memerlukan penanganan  jangka panjang

oleh ahli jantung

3. Penglihatan : perlu evaluasi sejak dini karena sering mengalami gangguan

penglihatan atau katarak

4. Nutrisi : akan terjadi gangguan pertumbuhan pada masa  bayi/prasekolah

maupun obesitas pada masa remaja atau setelah dewasa sehingga butuh

kerja sama dengan ahli gizi

5. Kelainan tulang : dapat terjadi dislokasi patella, subluksasio  pangkal

paha/ ketidakstabilan atlantoaksial. Bila keadaan terakhir ini sampai

8
menimbulkan medulla spinalis atau bila anak memegang kepalanya dalam

posisi seperti tortikolis, maka perlu  pemeriksaan radiologis untuk

memeriksa spina servikalis dan diperlukan konsultasi neurolugis

6. Lain-lain : aspek medis lainnya yang memerlukan konsultasi dengan para

ahli, meliputi masalah imunologi, gangguan metabolisme atau kekacauan

biokimiawi

H. Komplikasi

Menurut Bernstein & Shelov (2016), kelaianan yang akan di alami

oleh anak penderita down syndrome antara lain kelainan saluran cerna

(Atresia duodenum, pancreas anular, anus imperforate), defek neurologic

(Hipotonia, kejang), kelainan tulang dan kelainan hematologic.

Menurut Nurarif (2015), komlikasi Down Syndrom antara lain :

1. Sakit jantung berlubang (mis: Defek septum atrium atau ventrikel,

tetralogi fallot)

2. Mudah mendapat selesema, radang tenggorok, radang paru-paru

3. Kurang pendengaran

4. Lambat/bermasalah dalam berbicara

5. Penglihatan kurang jelas

6. Retardasi mental

9
7. Penyakit azheimer’s ( penyakit kemunduran susunan syaraf pusat) 8.

Leukemia (penyakit dimana sel darah putih melipat ganda tanpa

terkendalikan).

I. Pencegahan

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit  syndrome

down antara lain : (Wiryadi, 2015)

1. Melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi  para ibu

hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan (lebih dari 3 bulan).

Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan  down

syndrome  atau mereka yang hamil diatas usia 35 tahun harus dengan hati-

hati dalam memantau perkembangan  janinnya karena mereka memiliki

resiko melahirkan anak dengan down syndrome  lebih tinggi,  Down

syndrome tidak bisa dicegah, karena down syndrome merupakan kelainan

yang disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom. Jumlah kromosom 21

yang harusnya hanya 2 menjadi 3.

2. Konseling genetic juga menjadi alternative yang sangat baik, karena dapat

menurunkan angka kejadian down syndrome. Dengan Genetargeting atau

Homologous recombination gene dapat dinonaktifkan. Sehingga suatu saat

gen 21 yang berlangsung jawab terhadap munculnya fenotip down

syndrome dapat di non aktifkan.

10
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN DOWN SYNDROM

A. Pengkajian

1. Identitas

a. Nama Harus lengkap dan jelas, umur perlu dipertanyakan untuk

interpretasi tingkat perkembangan anak yang sudah sesuai dengan

umur, jenis kelamin.  

b. Nama orang tua

c. Alamat

d. Umur

e. Pendidikan

f. Agama

g. Pekerjaan

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya diawali dari pengalaman dan perasaan cemas ibu klien yang

melihat pertumbuhan dan perkembangan anaknya yangterlambat tidak

sesuai dengan kelompok seusianya.

3. Riwayat penyakit dahulu

Penyakit seperti rubella, tetanus, difteri, meningitis, morbili,

polio,pertusis, vricella, dan ensefalitis dapat berkaitan atau mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan baik secara enteral maupun parenteral.

11
4. Riwayat antenatal, natal, dan pascanatal

a. Antenatal

Kesehatan ibu selama hamil, penyakit yang pernah diderita

serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakitnya, berapa kali,

perawatan antenatal, kemana serta kebiasaan minum jamu-jamuan dan

obat yang pernah diminum serta kebiasaan selama hamil.

b. Natal

Tanggal, jam, tempat pertolongan persalinan, siapa yang

menolong, cara persalinan (spontan, ekstraksi vacuum, ekstraksi

forcep, sectiosesaria, dan gamelli), presentasi kepala, dan komplikasi

atau kelainan congenital. Keadaan saat lahir dan morbiditas pada hari

pertama setelah lahir, masa kehamilan (cukup, kurang, lebih) bulan.

c. Pascanatal

Lama dirawat di rumah sakit, masalah-masalah yang

berhubungan dengan gangguan system, masalah nutrisi, perubahan

berat badan, warna kulit,pola eliminasi, dan respons lainnya. Selama

neonatal perlu dikaji adanya asfiksia, trauma, dan infeksi.

5. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

Berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan kiri atas, lingkar dada

terakhir. Tingkat perkembangan anak yang telah dicapai motorik kasar,

motorik halus, kemampuan bersosialisasi, dan kemampuan bahasa.

12
6. Riwayat kesehatan keluarga

Sosial, perkawinan orang tua, kesejahteraan dan ketentraman, rumah

tangga yang harmonis dan pola asuh, asah, dan asih. Ekonomi dan adat

istiadat berpengaruh dalam pengelolaan lingkungan internal eksternalyang

dapat memengaruhi perkembangan intelektual dan  pengetahuan serta

keterampilan anak. Di samping itu juga berhubungan dengan persediaan

dan bahan pangan, sandang, dan papan.

7. Pengkajian Berdasarkan Pola Gordon Pengkajian Berdasarkan Pola

Gordon meliputi :

a. Pola persepsi kesehatan dan pola managemen kesehatan  

b. Pola nutrisi

Pola nutrisi, makanan pokok utama apakah ASI atau PASI

pada umur anak tertentu. Jika diberikan PASI ditanyakan jenis,

takaran, dan frekuensi pemberian serta makanan tambahan yang

diberikan. Adakah makanan yang disukai, alergi atau masalah

makanan yang lainnya.

c. Pola eliminasi

Pola eliminasi, system pencernaan dan perkemihan pada anak

perlu di kaji BAB atau BAK (konsistensi, warna, frekuensi, jumlah,

13
serta bau). Bagaimana tingkat toilet training sesuai dengan tingkat

perkembangan anak.

d. Pola aktivitas dan latihan

Pola aktivitas, kegiatan dan gerakan yang sudah di capai anak

pada usia sekelompoknya mengalami kemunduran atau percepatan.

e. Pola istirahat dan tidur

Pola istirahat, kebutuhan istirahat setiaphari, adakah gangguan

tidur, hal-hal yang mengganggu tidur dan yang mempercepat tidur.

f. Pola persepsi dan kognitif

g. Pola konsep diri dan persepsi diri

h. Pola peran dan hubungan

i. Pola seksualitas  

j. Pola koping dan stres

k. Pola nilai dan keyakinan

8. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum pasien saat dikaji , kesan kesadaran, tanda-tanda vital

(perubahan suhu, frekuensi pernapasan, system sirkulasi, dan perfusi

jaringan).  

b. Kepala dan lingkar kepala hendaknya diperiksa sampai anak usia 2

tahun dengan pengukuran diameter oksipito-frontalis terbesar.

Ubunubun normal : besar rata atau sedikit cekung sampai anak usia 18

bulan.

14
c. Mata, reflex mata baik, sclera adakah ikterus, konjungtiva adakah

anemis, penurunan penglihatan (visus).

d. Telinga, simetris, fungsi pendengaran baik.

e. Mulut/leher, keadaan faring, tonsil (adakah pembesaran, hyperemia),

adakah pembesaran kelenjar limfe, lidah dan gigi (kotor atau tidak,

adakah kelainan, bengkak, dan gangguan fungsi). Kelenjar tiroid

adakah pembesaran (gondok) yang dapat mengganggu proses

pertumbuhan dan perkembangan anak.

f. Kulit, keadaan warna, turgor, edema, keringat, dan infeksi.

g. Thorak, bentuk simetris, gerakan

h. Paru, normal vesicular, adakah kelainan pernapasan (ronkhi,

wheezing).

i. Jantung, pembesaran, irama, suara jantung, dan bising.  

j. Genitalia, testis, jenis kelamin, apakah labia mayor menutupi labia

minor pada perempuan.

k. Ekstremitas, reflek fisiologis, reflek patologis, reflek memegang,

sensibilitas, tonus, dan motorik.

9. Analisa Data  

No Data Etiologi Masalah


1. DS :
Keluarga pasien Gangguan Resiko keterlambatan
mengatakan genetik perkembangan

15
pasien terlambat
berjalan

DO :
Pasien tidak
bisa mengontrol
keseimbangan
pada saat
berjalan dan
harus di bantu
oleh
keluarganya
2. DS :
Keluarga pasien Gangguan emosi Kontrol emosi labil
mengatakan
pasien menangis
tidak terkontrol.
DO :
Pasien terlihat
sering menangis
tanpa sebab,
tidak ada kontak
mata

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan gangguan

genetik

2. Kontrol emosi labil berhubungan dengan gangguan emosi pada anak down

syndrome

16
C. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)


1. Resiko keterlambatan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Perkembangan : Anak
perkembangan keperawatan selama proses keperawatan (8274)
berhubungan dengan diharapkan anak dapat melakukan kegiatan Intervensi :
gangguan genetik sesuai dengan  perkembangan usianya, 1. Bangun hubungan saling percaya
dengan indikasi sebagai berikut: dengan anak
Perkembangan Anak : 4 Tahun 2. Lakukan interaksi  personal dengan
(0106) anak
Indikator Skala 3. Identifikasi kebutuhan unik setiap
Awal Tujuan anak dan tingkat kemampuan
Berjalan, 1 5 adaptasi yang diperlukan
memanjat, berlari 4. Bangun hubungan saling percaya
Naik dan turun 1 5 dengan orangtua
tangga 5. Ajarkan orangtua mengenai tingkat
Berjingkrak dan 1 5 perkembangan normal dari anak
melompat dengan dan perilaku yang berhubungan
satu kaki 6. Demonstraksikan kepada orangtua
Naik sepeda roda 1 5 mengenai kegiatan yang
tiga atau sepeda mendukung tumbuh kembang anak
dengan roda latihan 7. Fasilitasi orangtua untuk
Keterangan : menghubungi  bantuan komunitas,
1 = tidak pernah menunjukkan bila diperlukan
2 = jarang menunjukkan 8. Rujuk orangtua pada grup
3 = kadang-kadang menunjukkan pendukung bila diperlukan
4 = sering menunjukkan
5 = Secara konsisten menunjukkan

17
2. Kontrol emosi labil Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Bantuan Kontrol Marah (4640)
berhubungan dengan keperawatan selama proses keperawatan Intervensi :
gangguan emosi pada diharapkan anak dapat mengontrol 1. Bangun rasa percaya dan
anak down syndrome emosinya dengan lebih  baik, dengan hubungan yang dekat dengan anak
indikasi sebagai  berikut: 2. Batasi akses terhadap situasi yang
Keseimbangan Alam Perasaan membuat frustasi sampai pasien
(1204) dapat mengekspresikan
Indikator Skala (kemarahan) dengan cara yang
Awal Tujuan adaptif
Menunjukan 2 5 3. Cegah anak menyakiti diri sendiri
afek yang sesuai atau orang lain jika marah
dengan situasi 4. Dorong penurunan aktivitas yang
Menunjukan 2 5 sangat kuat (mis. Memukul tas,
alam perasaan mondar-mandir)
yang stabil 5. Berikan metode  penanganan emosi
Menunjukan 2 5 (misalnya arahkan terapi bermain)
konsentrasi 6. Bantu anak dan keluarga dalam
Mempertahanka 2 5 mengidentifikasi  penyebab marah
n perawatan dan anak
kebersihan diri 7. Berikan reinforcement   positif
Menunjukan 2 5 pada anak saat anak  berhasil
tingkat energy mengontrol emosinya
yang stabil 8. Bantu pasien terkait dengan
Keterangan : strategi  perencanaan untuk
1 = tidak pernah menunjukkan mencegah ekspresi kemarahan
2 = jarang menunjukkan yang tidak tepat
3 = kadang-kadang menunjukkan 9. Instruksikan  penggunaan cara untuk
4 = sering menunjukkan membuat  pasien lebih tenang
5 = Secara konsisten menunjukkan (misalnya waktu jeda dan nafas
dalam)

18
10. Libatkan keluarga yang
memberikan  perawatan dalam
merencanakan dan meningkatkan
program latihan
11. Ciptakan lingkungan yang aman
12. Diskusikan dengan  pasien atau
keluarga mengenai pengalaman
emosinya
13. Eksplorasi apa yang memicu
emosi pasien
14. Bantu pasien untuk
mengekspresikan  perasaan cemas,
marah dan sedih

D. Evaluasi

Hasil yang diharapkan dalam asuhan keperawatan dengan klien anak down  sindrom
1. Diagnosa 1
Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan gangguan genetik  anak dapat melakukan kegiatan
sesuai dengan perkembangan usianya
2. Diagnosa 2
Kontrol emosi labil berhubungan dengan gangguan emosi pada anak down syndrome anak dapat mengontrol

emosinya dengan lebih baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Khusus, S. W.-J. P. P., & 2015, undefined. (2014). JUDUL : POLA ASUH
ORANGTUA DALAM UPAYA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN ANAK
DOWN SYNDROME X KELAS D1/C1 di SLB NEGERI 2 PADANG (Studi
Kasus Di SLB Negeri 2 Padang). 103.216.87.80, 3(September), 737–746.
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhuHalaman:737-746
Wiryadi, S. (2015). Pola Asuh Orang Tua Dalam Upaya pembentukan Kemandirian
Anak Down Syndrome.

https://www.scribd.com/doc/101860327/Asuhan-Keperawatan-Anak-Dengan-Down-

Syndrome/. Diposkan oleh Nthie Ungu diakses pada tanggal 31 Agustus 2020

https://www.scribd.com/document/390824460/Askep-down-syndrom-pada-anak

diposkan oleh Asih Rohmania 14 oktober 2018 diakses pada tanggal 31

Agustus 2020

20
LAMPIRAN

21
22

Anda mungkin juga menyukai