Anda di halaman 1dari 21

Asuhan Keperawatan Dengan Trauma kepala

Kelompok 13

Nama kelompok :

1. Ellsa Aviana (0118014)


2. Ivo Pramaysella P (0118020)
3. Werdini Sapitri (0118043)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama allah SWT yang maha pengasih lagi Maha penyayan, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya yang terlah melimpahkan
rahmat,hidayah,serta inayahnya kepada kami,sehingga kami dapat meyelesaikan makalah
tentang Asuhan keperawatan pada Trauma kepala. Makalah ini telah kami sususn dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak hingga kita dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karna itu dengan tanggan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Mojokerto, 25 September 2020

Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... 1

DAFTAR ISI ..................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ........................................................................... 3


B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................... 4
C. TUJUAN ................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI ............................................................................................ 5
B. KLASIFIKASI .................................................................................... 6
C. ETIOLOGI ........................................................................................... 7
D. PATOFISIOLOGI ............................................................................... 7
E. PATHWAY .......................................................................................... 8
F. MANIFENTASI KLINIS ................................................................... 9
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ..................................................... 9
H. PENATALAKSANAAN ................................................................... 10
I. KOMPLIKASI ................................................................................... 11
J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.......................................... 13

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN .................................................................................. 18
B. SARAN .............................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 19

a.

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Cedera kepala atau trauma kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan
kecatatan utama pada kelompok produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan
lalu lintas. Diperkirakan 100.000 orang meninggal setiap tahunnya dan lebih dari 700.000
mengalami cedera cukup berat yang memerlukan perawatn di rumah sakit, dua pertiga
berusia di bawah 30 tahun dengan jumlah laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah
wanita, lebih dari setengah pasien cedera kepala mempunyai signifikasi terhadap cedera
bagian tubuh lainnya.
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian pada pengguna
kendaraan bermotor karena tingginya tingkat mobilitas dan kurangnya kesadaran untuk
menjaga keselamatan di jalan raya. Di samping penerangan di lokasi kejadian dan selama
transportasi ke rumah sakit, penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat sangat
menentukan penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya.Lebih dari 50% kematian
disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan bermotor. Setiap tahun, lebih
dari 2 juta orang mengalami cedera kepala, 75.000 diantaranya meninggal dunia dan lebih
dari 100.000 orang yang selamat akan mengalami disabilitas.
Kasus trauma terbanyak disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, disamping kecelakaan
industri, kecelakaan olahraga, jatuh dari ketinggian maupun akibat kekerasan.Trauma
kepala didefinisikan sebagai trauma non degeneratif-non konginetal yang terjadi akibat
ruda paksa mekanis eksteral yang menyebabkan kepala mengalami gangguan kognitif,
fisik dan psikososial baik sementara atau permanen. Trauma kepala dapat menyebabkan
kematian/ kelumpuhan pada usia dini.
Menurut penelitian nasional Amerika, di bagian kegawatdaruratan menunjukkan
bahwa penyebab primer cedera kepala karena trauma pada anak-anak adalah karena jatuh,
dan penyebab sekunder adalah terbentur oleh benda keras.Penyebab cedera kepala pada
remaja dan dewasa muda adalah kecelakaan kendaraan bermotor dan terbentur, selain
karena kekerasan. Insidensi cedera kepala karena trauma kemudian menurun pada usia
dewasa; kecelakaan kendaraan bermotor dan kekerasan yang sebelumnya merupakan
etiologi cedera utama, digantikan oleh jatuh pada usia >45 tahun.

3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Trauma kepala
2. Apa klasifikasi Trauma kepala
3. Bagaimana etiologi Trauma kepala
4. Bagaimana patofisiologi Trauma kepala
5. Bagaimana pathway Trauma kepala
6. Bagaimana manifestasi klinis pada pasien Trauma kepala
7. Bagaiamana permeriksaan diagnostik Trauma kepala
8. Bagaimana terapi atau penatalaksanaan pada pasien Trauma kepala
9. Bagaimana komplikasi Trauma kepala
10. Bagaimana konsep keperawatan pada Pasien Trauma kepala

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Trauma kepala
2. Mengetahui klasifikasi Trauma kepala
3. Mengetahui etiologi Trauma kepala
4. Mengetahui patofisiologi Trauma kepala
5. Mengetahui pathway Trauma kepala
6. Mengetahui manifestasi klinis Trauma kepala
7. Mengetahui pemeriksaan diagnostik Trauma kepala
8. Mengetahui terapi atau penatalaksanaan pasa pasien Trauma kepala
9. Mengetahui komplikas Trauma kepala
10. Mengetahui konsep keperawatan pada Trauma kepala

4
BAB II
PEMBAHASAN

Konsep Medis

A. Definisi
Trauma kepala atau Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi
otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstiil dalam substansi otak tanpa
diikuti terputusnya kontinuitas otak.Cedera kapala merupakan cedera yang meliputi
trauma kulit kepala, tengkorak, dan otak.
Cedera kepala (trauma capitis) adalah cedera mekanik yang secara langsung atau
tidak langsung mengenai kepala yang mengakibatkan luka di kulit kepala, fraktur
tulang tengkorak, robekan selaput otak, dan kerusakan jaringa otak itu sendiri, serta
mengakibatkan gangguan neurologis.
Trauma kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas.
Disamping penanganan di lokasi kejadian dan selama transpotasi korban kerumah
sakit, penilaian dan tindakan awal di ruan gawat darurat sangat menentukan
penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya. Tindakan resusitasi, anamnesis dan
pemeriksaan fisis umum serta neurologis harus dilakukan secara serentak.Pendekatan
yang sistematis dapat mengurangi kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur
vital.Tingkat keparahan cedara kepala menjadi ringan segera di tentukan saat pasien
tiba di rumah sakit.
Trauma atau cedera kepala juga di kenal sebagai cedera otak adalah gangguan
fungsi normal otak karena trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Defisit
neurologis terjadi karena robeknya substansia alba, iskemia, dan pengaruh massa
karena hemoragik, serta edema serebral di sekitar jaringan otak.
Cedera kepala, dikenal juga sebagai cedera otak, adalah gangguan fungsi otak
normal karena trauma (trauma tumpul atau trauma tusuk). Defisit neurologis terjadi
karena robeknya substansia alba, iskemia dan pengaruh masa karena hemoragi, serta
edema serebral disekitar jaringan otak. Jenis-jenis cedera otak meliputi komosio,
kontusio serebri, kontusio batang otak, hematoma epidural, hematoma subdural, dan
fraktur tengkorak.

5
B. Klasifikasi

Klasifikasi cedera kepala yang terjadi melalui dua cara yaitu efek langsung
trauma pada fungsi otak (cedera primer) dan efek lanjutan dari sel-sel otak yang bereaksi
terhadap trauma (cedera sekunder).
1. Cedera primer
Cedera primer, terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar pada
permukaan otak, lasetasi substansi alba, cedera robekan atau hemoragi.
2. Cedera sekunder
Cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi serebral dikurangi
atau tidak ada pada area cedera.Konsekuensinya meliputi hyperemia (peningkatan
volume darah) pada area peningkatan permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi arterial,
semua menimbulkan peningkatan isi intrakranial dan akhirnya peningkatan tekanan
intrakranial (TIK). Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan cedera otak sekunder
meliputi hipoksia, hiperkarbia dan hipotensi.

Trauma kepala diklasifikasikan berdasarkan nilai dari Glasgow Coma Scale (GCS)
nya, yaitu:
a. Ringan
1. GCS = 13 – 15
2. Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit.
3. Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma.
b. Sedang
1. GCS = 9 – 12

6
2. Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari
24 jam.
3. Dapat mengalami fraktur tengkorak.
c. Berat
1. GCS = 3 – 8
2. Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.
3. Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial.

C. Etiologi

Penyebab cedera kepala dapat dibedakan berdasarkan jenis kekerasan yaitu jenis
kekerasan benda tumpul dan benda tajam. Benda tumpul biasanya berkaitan dengan
kecelakaan lalu lintas (kecepatan tinggi, kecepatan rendah), jatuh, pukulan benda tumpul,
Sedangkan benda tajam berkaitan dengan benda tajam (bacok) dan tembakan.
Menurut penelitian Evans di Amerika (1996), penyebab cedera kepala terbanyak
adalah 45% akibat kecelakaan lalu lintas, 30% akibat terjatuh, 10% kecelakaan dalam
pekerjaan,10% kecelakaaan waktu rekreasi,dan 5% akibat diserang atau di pukul.
Kontribusi paling banyak terhadap cedera kepala serius adalah kecelakaan sepeda
motor. Hal ini disebabkan sebagian besar (>85%) pengendara sepeda motor tidak
menggunakan helm yang tidak memenuhi standar. Pada saat penderita terjatuh helm
sudah terlepas sebelum kepala menyentuh tanah, akhirnya terjadi benturan langsung
kepala dengan tanah atau helm dapat pecah dan melukai kepala.

D. Patofisiologi

Berdasarkan patofisiologinya, kita mengenal dua macam cedera otak,


yaitu cedera otak primer dan cedera otak sekunder.Cedera otak primer
adalah cedera yang terjadi saat atau bersamaan dengan kejadian trauma,
dan merupakan suatu fenomena mekanik.Umumnya menimbulkan lesi permanen.
Tidak banyak yang bisa kita lakukan kecuali membuat fungsi stabil,
sehingga sel-sel yang sedang sakit bisa mengalami proses penyembuhan
yang optimal.

Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar
pada permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau

7
hemoragi karena terjatuh, dipukul, kecelakaan dan trauma saat lahir yang
bisa mengakibatkan terjadinya gangguan pada seluruh sistem dalam tubuh.
Sedangkan cedera otak sekunder merupakan hasil dari proses yang
berkelanjutan sesudah atau berkaitan dengan cedera primer dan lebih
merupakan fenomena metabolik sebagai akibat, cedera sekunder dapat
terjadi sebagai kemampuan autoregulasi serebral dikurangi atau tak ada
pada area cedera. Cedera kepala terjadi karena beberapa hal diantanya,
bila trauma ekstra kranial akan dapat menyebabkan adanya leserasi pada
kulit kepala selanjutnya bisa perdarahan karena mengenai pembuluh darah.
Karena perdarahan yang terjadi terus-menerus dapat menyebabkan hipoksia,
hiperemi peningkatan volume darah pada area peningkatan permeabilitas
kapiler, serta vasodilatasi arterial, semua menimbulkan peningkatan isi
intrakranial, dan akhirnya peningkatan tekanan intrakranial (TIK),
adapun, hipotensi.

Namun bila trauma mengenai tulang kepala akan menyebabkan robekan dan
terjadi perdarahan juga. Cedera kepala intra kranial dapat mengakibatkan
laserasi, perdarahan dan kerusakan jaringan otak bahkan bisa terjadi
kerusakan susunan syaraf kranial terutama motorik yang mengakibatkan
terjadinya gangguan dalam mobilitas (Brain, 2009)

E. Pathway

8
F. Manifentasi Klinis

Gejala-gejala yang ditimbulkan tergantung pada besarnya dan


distribusi cedera otak.
1. Cedera kepala ringan
a. Kebingungan saat kejadian dan kebinggungan terus menetap
setelah cedera.
b. Pusing menetap dan sakit kepala, gangguan tidur, perasaan
cemas.
c. Kesulitan berkonsentrasi, pelupa, gangguan bicara, masalah
tingkah laku
Gejala-gejala ini dapat menetap selama beberapa hari, beberapa
minggu atau lebih lama setelah konkusio cedera otak akibat trauma
ringan.
2. Cedera kepala sedang
a. Kelemahan pada salah satu tubuh yang disertai dengan
kebingungan atau hahkan koma.

9
b. Gangguan kesadaran, abnormalitas pupil, awitan tiba-tiba
defisit neurologik, perubahan TTV, gangguan penglihatan dan
pendengaran, disfungsi sensorik, kejang otot, sakit kepala,
vertigo dan gangguan pergerakan.
3. Cedera kepala berat
a. Amnesia tidak dapat mengingat peristiwa sesaat sebelum dan
sesudah terjadinya penurunan kesehatan.
b. Pupil tidak aktual, pemeriksaan motorik tidak aktual, adanya
cedera terbuka, fraktur tengkorak dan penurunan neurologik.
c. Nyeri, menetap atau setempat, biasanya menunjukan fraktur.
d. Fraktur pada kubah kranial menyebabkan pembengkakan pada area
tersebut.

G. Pemeriksaan penunjang

1. Foto polos tengkorak (skull X-ray)


Untuk mengetahui lokasi dan tipe fraktur.
2. Angiografi cerebral
Bermanfaat untuk memperkirakan diagnosis adanya suatu pertumbuhan
intrakranial hematoma.
3. CT-Scan
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya perdarahan intrakranial, edema
kontosio dan pergeseran tulang tengkorak.
4. Pemeriksaan darah dan urine.
5. Pemeriksaan MRI
6. Pemeriksaan fungsi pernafasan
Mengukur volume maksimal dari inspirasi dan ekspirasi yang penting diketahui
bagi penderita dengan cidera kepala dan pusat pernafasan (medulla oblongata).
7. Analisa Gas Darah
Menunjukan efektifitas dari pertukaran gas dan usaha pernafasan.

H. Penatalaksanaan

Penanganan medis pada kasus cedera kepala yaitu :

10
1. Stabilisasi kardio pulmoner mencakup prinsip-prinsip ABC (Airways-Brething-
Circulation). Keadaan hipoksemia, hipotensi, anemia, akan cenderung memper-
hebat peninggian TIK dan menghasilkan prognosis yang lebih buruk.
2. Semua cedera kepala berat memerlukan tindakan inkubasi pada kesempatan
pertama.
3. Pemeriksaan umum untuk mendeteksi berbagai macam cedera atau gangguan-
gangguan di bagian tubuh lainnya.
4. Pemeriksaan neurologos mencakup respon mata, motorik, verbal, pemeriksaan
pupil, refleks okulor sefalik dan reflel okuloves tubuler. Penilaian neurologis
kurang bermanfaat bila tekanan darah penderita rendah (syok).
5. Pemberian pengobatan seperti : antiedemaserebri, anti kejang dan natrium
bikarbonat.
6. Tindakan pemeriksaan diagnostik seperti : scan tomografi, komputer otak,
angiografi serebral, dan lainnya.
Penanganan non medis pada cedera kepala, yaitu:
1. Dexamethason/ kalmetason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai
dengan berat ringannya trauma.
2. Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat) untuk mengurangi vasodilatasi.
3. Pemberian analgetik.
4. Pengobatan antiedema dengan larutan hipertonis yaitu; manitol 20%, glukosa 40%
atau gliserol.
5. Antibiotik yang mengandung barier darah otak (pinicilin) atau untuk infeksi
anaerob diberikan metronidazole.
6. Makanan atau caioran infus dextrose 5%, aminousin, aminofel (18 jam pertama
dari terjadinya kecelakaan) 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
Prinsip penanganan awal pada pasien cedera kepala meliputi survei primer dan
survei sekunder. Dalam penatalaksanaan survei primer hal-hal yang diprioritaskan
antara lain airway, breathing, circulation, disability, dan exposure, yang kemudian
dilanjutkan dengan resusitasi. Pada penderita cedera kepala khususnya dengan
cedera kepala beratsurvei primer sangatlah penting untuk mencegah cedera otak
sekunder dan mencegah homeostasis otak.

I. Komplikasi

11
Rosjidi (2007), kemunduran pada kondisi klien diakibatkan dari
perluasan hematoma intrakranial edema serebral progresif dan herniasi
otak, komplikasi dari cedera kepala adalah;
 Edema pulmonal
Komplikasi yang serius adalah terjadinya edema paru, etiologi
mungkin berasal dari gangguan neurologis atau akibat sindrom distress
pernafasan dewasa.Edema paru terjadi akibat refleks
cushing/perlindungan yang berusaha mempertahankan tekanan perfusi
dalam keadaan konstan.Saat tekanan intrakranial meningkat tekanan
darah sistematik meningkat untuk mencoba mempertahankan aliran darah
keotak, bila keadaan semakin kritis, denyut nadi menurun bradikardi
dan bahkan frekuensi respirasi berkurang, tekanan darah semakin
meningkat. Hipotensi akan memburuk keadaan, harus dipertahankan
tekanan perfusi paling sedikit 70 mmHg, yang membutuhkan tekanan
sistol 100-110 mmHg pada penderita kepala. Peningkatan vasokonstriksi
tubuh secara umum menyebabkan lebih banyak darah dialirkan ke paru,
perubahan permiabilitas pembulu darah paru berperan pada proses
berpindahnya cairan ke alveolus. Kerusakan difusi oksigen akan
karbondioksida dari darah akan menimbulkan peningkatan TIK lebih
lanjut.
 Kejang
Kejang terjadi kira-kira 10% dari klien cedera otak akut selama
fase akut.Perawat harus membuat persiapan terhadap kemungkinan kejang
dengan menyediakan spatel lidah yang diberi bantalan atau jalan nafas
oral disamping tempat tidur klien, juga peralatan penghisap.Selama
kejang, perawat harus memfokuskan pada upaya mempertahankan, jalan
nafas paten dan mencegah cedera lanjut.Salah satunya tindakan medis
untuk mengatasi kejang adalah pemberian obat, diazepam merupakan obat
yang paling banyak digunakan dan diberikan secara perlahan secara
intavena.Hati-hati terhadap efek pada sistem pernafasan, pantau
selama pemberian diazepam, frekuensi dan irama pernafasan.
 Kebocoran cairan serebrospinalis
Adanya fraktur di daerah fossa anterior dekat sinus frontal atau
dari fraktur tengkorak basilar bagian petrosus dari tulangan temporal
12
akan merobek meninges, sehingga CSS akan keluar. Area drainase tidak
boleh dibersihkan, diirigasi atau dihisap, cukup diberi bantalan
steril di bawah hidung atau telinga.Instruksikan klien untuk tidak
memanipulasi hidung atau telinga.
 Hipoksia
 Gangguan mobilitas
 Hidrosefalus
 Oedem otak
 Dipnea

13
Konsep Asuhan Keperawatan pada Trauma kepala

A. Pengkajian
 Anamnesa
a. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, nomor register, dan tanggal masuk rumah sakit.
b. Riwayat kesehatan
Waktu kejadian, penyebab trauma,posisi saat kejadian, status kesadaran saat
kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah kejadian.
 PemeriksaanFisik
a. B1 (Breathing)
Suara nafas, adanya ganguan pola nafas, nafas berbunyi, ronki, mengi positif
( kemungkinan karena aspirasi).
b. B2 (Blood)
Pengaruh perdarahan organ atau pengaruh PTIK.Tekanandarah normal atau
berubah (hiper/normotensi), perubahan frekuensi jantung nadi bradikardi,
takhikardi dan aritmia.
c. B3 (Brain)
S : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo, tinitus, kehilangan pendengaran,
perubahan penglihatan, diplopia, gangguan pengecapan/ pembauan.
O: Perubahan kesadaran, koma. Perubahan status mental( orientasi,
kewaspadaan, atensi dan kosentrasi), perubahan pupil ( respon terhadap cahaya ),
kehilangan penginderaan, pengecapan dan pembauan serta pendengaran. Kejang.
Sensitive terhadap sentuham /gerakan.
d. B4 (Bladder)
Didapatkan air seni yang sedikit, adanya pembesaran kelenjar parotis, annuria.
e. B5 (Bowel)
Ganguan pada pencernaan katekolamin meningkat, asam lambung meningkat,
mual dan muntah.
f. B6 (Bone)
Lemah, kaku, dan kehilangan keseimbangan. Goyah dalam berjalan
(ataksia),cidera pada tulang dan kehilangan tonus otot.

14
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola Nafas Tidak Efektif b.d Gangguan Neurologis dengan trauma kepala (D.0005)
2. Defisit Nutrisi b.d Faktor Psikologis Stres (D.0019)
3. Resiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif b.d Trauma Kepala (D.0017)

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kreteria Intervensi


Hasil
1 Pola Nafas Tidak setelah dilakukan 1. Manajement Jalan Napas
Efektif b.d tindakan  Observasi
Gangguan keperawatan 1×24  Monitor pola napas
Neurologis dengan jam Pola Nafas ( frekuensi, kedalaman,
Trauma Kepala Tidak Efektif usaha napas)
Membaik dengan  Monitor bunyi napas
kriteria hasil :  Monitor sputum (jumlah,
- Tingkat kesadaran warna, aroma)
meningkat  Terapeutik
- Reaksi pupil  Pertahankan kepatenan
meningkat jalan napas dengan head-
- Sakit kepala tilt dan chin-lift
meningkat  Posisikan semi fowler
- Tekanan darah dan fowler
sistolik membaik  Berikan oksigen, jika
- Frekuensi nadi perlu
membaik  Edukasi
- Pola nfas membaik  Anjurkan asupan cairan
(L.06053) 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,

15
jika perlu
2. Pemantauan Neurologis
 Observasi
 Monitor ukuran,bentuk,
kesimetrisan, dan
reaktifitas pupil
 Monitor tingkat
kesadaran
 Monitor tingkat orientasi
 Monitor ingatan terakhir,
rentang perhatian,
memori masa lalu, mood,
dan perilaku
 Terapeutik
 Tingkatkan frekuensi
pemantauan neurologis,
jika perlu
 Hindari aktivitas yang
dapat meningkatkan
tekanan intrakranial
 Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
 Dokumentasi hasil
pemantauan
 Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedure pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan

2 Defisit Nutrisi b.d setelah dilakukan 1. Manajement Nutrisi


Faktor Psikologis tindakan  Observasi
Stres keperawatan 1×24  Identifikasi status nutrisi

16
Defisit Nutrisi  Identifikasi makanan
Menurundengan yang disukai
kriteria hasil :  Monitor asupan makanan
- Kegelisahan  Monitor berat badan
menurun monitor hasil
- Frustasi menurun pemeriksaan
- Tidak mampu laboratorium
menahan diri  Terapeutik
menurun  Sajikan makanan secara
- Emosi membaik menarik dan suhu yang
- Status hidrasi sesuai
membaik  Edukasi
(L.09092) Anjurkan keluarga untuk
mendampingi dan merawat
pasien selama menjalani
program pengobatan
3 Resiko Perfusi setelah dilakukan 1. Pencegahan Syok
Jaringan Serebral tindakan  Observasi
Tidak Efektif b.d keperawatan 1×24  Monitor status
Trauma Kepala jam Resiko Perfusi kardiopulmonal
Jaringan Serebral  Monitor status oksigen
Tidak Efektif  Monitor status cairan
Meningkat dengan  Monitor tingkat
kriteria hasil : kesadaran dan respon
- Tingkat kesadaran pupil
meningkat  Terapeutik
- Tekanan  Berikan oksigen
intrakranial menurun  Pasang jalur IV
- Sakit kepala  Edukasi
menurun  Jelaskan
- Gelisah menurun penyebab/faktorresiko
- Kesadaran syok
membaik  Jelaskan tandadan gejala
(L.02014) awal syok

17
 Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan
tandadan gejala syok
 Kolaborasi
 Kolaborasi IV,jikaperlu
 Kolaborasi pemberian
trafusi darah ,jikaperlu
 Kolaborasi pemberian
antiinflamasi ,jikaperlu

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan antara hasil CT Scan
dengan nilai GCS pada pasien cedera kepala. Dimana hal ini dapat dipengaruhi oleh efek
buruk cedera kepala karena melalui mekanisme langsung dan tidak langsung. Pengaruh
secara langsung terjadi beberapa saat setelah trauma terjadi sedangkan trauma secara
tidak langsung merupakan cedera otak sekunder yang bisa terjadi beberapa jam setelah
kejadian bahkan beberapa hari setelah penderita terpapar trauma. Cedera otak sekunder
terjadi karena perubahan aliran darah ke otak dan juga terjadi peningkatan tekanan
intrakranial karena meningkatnya volume isi kepala.Kedua mekanisme tersebut
memperberat cedera otak yang sudah ada.Cedera otak bisa menimbulkan dampak fisik,
kognitif, emosi dan sosial. Prognosis cedera otak bisa sangat bervariasi dari mulai sembuh
total sampai cacat menetap bahkan kematian.

B. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini.Oleh karena
itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis
dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari.Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. http://eprints.ums.ac.id/22036/2/04._BAB_I.pdf Diakses pada tanggal 25


September 2020
2. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25734/4/Chapter%20I.pdf
Diakses pada tanggal 25 September 2020
3.  http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-ekapurnama-
5391-2-babii.pdf Diakses pada tanggal 25 September 2020
4. https://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/05/cedera_kepala_files_of_d
rsmed_fkur.pdf Diakses pada tanggal 25 September 2020
5. PPNI.2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).Jakarta.
6. PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).Jakarta.
7. PPNI.2018.Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai