DISUSUN OLEH
KELOMPOK 7
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat
Sholawat serta salam juga tak lupa penulis hanturkan kepada junjungan Nabi kita
menghantarkan kitasemua dari jalan yang gelap gulita menuju kejalan yang terang
Penulis juga menyadari dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan masukan,
saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak terutama dari dosen
Penulis berharap semoga bahan ajar ini dapat memberikan manfaat positif. Akhir
kata penulis memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar selalu mendapatkan
Tenggarong, 17 September2020
Penulis
2
DAFTAR ISI
Cover..............................................................................................................
Kata Pengantar............................................................................................... 2
Daftar Isi......................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 4
B. Rumusan masalah...................................................................................... 5
C. Tujuan Keperawatan.................................................................................. 6
D. Sistematika penulisan................................................................................ 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Trauma Kepala............................................................................ 8
B. Etiologi Trauma Kepala............................................................................. 9
C. Klasifikasi Trauma Kepala........................................................................ 10
D. Manifestasi Klinis Trauma Kepala............................................................ 25
E. Patofisiologi ............................................................................................. 27
F. Web of Caution (WOC) Trauma Kepala.................................................... 31
G. Pemeriksaan Fisik (Fokus Penyakit) Trauma Kepala............................... 35
H. Komplikasi Trauma Kepala....................................................................... 36
I. Pemeriksaan Penunjang Trauma Kepala..................................................... 38
J. Penatalaksanaan Trauma Kepala................................................................ 40
K. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Kepala................................... 44
L. Algoritma Penanganan Trauma Kepala..................................................... 66
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 68
B. Saran.......................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menelan korban jiwa sekitar 1,25 juta manusia setiap tahun.(Depkes RI,
2017). Trauma dapat diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas. Trauma yang
paling banyak terjadi pada saat kecelakaan lalu lintas adalah trauma kepala.
terjadi pada pengemudi motor tanpa helm atau memakai helm yang tidak
cedera kepala diakibatkan karena kecelakaan lalu lintas. WHO mencatat 2500
kasus kematian yang disebabkan karena kecelakaan lalu lintas pada tahun
sebelum sampai rumah sakit, 80% cedera kepala ringan, 10% cedera kepala
sedang dan 10% cedera kepala berat dengan rentang kejadian berusia 15-44
4
diperoleh dari cedera kepala, 20-28% dari jatuh dan 3-9% disebabkan tindak
sampai ke rumah sakit, dilain pihak banyak kasus yang ringan tidak datang
kasus per tahun diperkirakan sebagai insiden cedera kepala yang nyata yang
pada laki-laki berumur antara 15-24 tahun, dimana angka kejadian cedera
(Riskesdas, 2015).
untuk menjaga keselamatan di jalan raya, cedera kepala merupakan salah satu
lebih dari 50% kematian. Lebih dari 2 juta orang mengalami cedera kepala,
75.000 diantaranya meninggal dunia dan lebih dari 100.000 orang yang
2007).
dalam kepala terdapat otak yang mempengaruhi segala aktivitas manusia, bila
5
terjadi kerusakan akan mengganggu semua sistem tubuh. Penyebab trauma
dan terkena benda tajam atau tumpul (7,3%) (Riskesdas, 2015). Angka
menunjukkan bahwa penyebab primer cedera kepala karena trauma pada anak-
anak adalah karena jatuh, dan penyebab sekunder adalah terbentur oleh benda
keras. Penyebab cedera kepala pada remaja dan dewasa muda adalah
Insidensi cedera kepala karena trauma kemudian menurun pada usia dewasa;
etiologi cedera utama, digantikan oleh jatuh pada usia >45 tahun.
B. Rumusan Masalah
Trauma Kepala?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
6
2. Tujuan Khusus
D. Sistematika Penulisan
kepala
7
Bab III : Berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak
yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada
America (2012), cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan
fungsi fisik.
B. Etiologi
9
a. Trauma oleh benda tajam. Menyebabkan cedera setempat dan
hemoragi kecil multiple pada otak koma terjadi karena cedera menyebar
c. Etiologi lainnya
mobil.
C. Klasifikasi
10
a. Cedera Kepala Ringan (kelompok risiko rendah)
(konkusi)
4) Muntah
5) Kejang
progresif)
2. Berdasarkan Mekanisme
11
(Deselerasi).Trauma percepatan adalah dimana benda yang mengalami
berlangsung.
mengakibatkan cedera difus mulai dari gegar otak hingga Diffuse Axonal
12
3. Berdasarkan Morfologi
Luka pada kulit dan tulang dapat menunjukkan lokasi atau area
terjadinya trauma (Sastrodiningrat, 2009). Cedera yang tampak pada kepala
bagian luar terdiri dari dua, yaitu secara garis besar adalah trauma kepala
tertutup dan terbuka. Trauma kepala tertutup merupakan fragmen-fragmen
tengkorak yang masih intak atau utuh pada kepala setelah luka. The Brain
and Spinal Cord Organization 2009, mengatakan trauma kepala tertutup
adalah apabila suatu pukulan yang kuat pada kepala secara tiba-tiba
sehingga menyebabkan jaringan otak menekan tengkorak. Trauma kepala
terbuka adalah yaitu luka tampak luka telah menembus sampai kepada dura
mater. (Anderson, Heitger, and Macleod, 2006). Secara morfologi cedera
kepala data dibagi atas: (Pascual et al, 2008):
a. Luka laserasi
13
Laserasi kulit kepala sering di dapatkan pada pasien cedera
kepala. Kulit kepala terdiri dari lima lapisan yang disingkat dengan
akronim SCALP yaitu skin, connective tissue, apponeurosis galea,
loose connective tissue dan percranium. Diantara galea aponeurosis
dan periosteum terdapat jaringan ikat longgar yang memungkinkan
kulit bergerak terhadap tulang. Pada fraktur tulang kepala sering
terjadi robekan pada lapisan ini.
b. Fraktur Tengkorak
14
melekat erat pada dasar tengkorak. pada pemeriksaan fisik
dapat ditemukan adanya rhinorrhea dan racon eyes sign pada
fraktur basis cranii fossa anterior, atau ottorhea dan battle’s sign
pada fraktur basis cranii fossa media.
c. Cedera Otak
berkonsentrasidan pusing.
15
Contusio pada kepala adalah bentuk paling berat, disertai
3) Abrasi
Luka ini tidak sampai pada jaringan subkutis tetapi akan terasa
4) Avulsi
3) Perdarahan Intrakranial
16
juga terjadi di tempat lain, seperti pada frontal, parietal,
17
berarti pada praktik sehari-hari adalah perdarahan pada
subduralis haematoma.
4. Berdasarkan Patofisiologi
18
Diffuse Axonal Injury (DAI), sedangkan cedera pembuluh darah
1) Cidera fokal
atau terputus.
19
interval selama beberapa jam dan kemudian terjadi
hemiparesis.
3 bagian yaitu:
batang otak.
kesadaran.
20
Perdarahan subdural kronis. Terjadi karena
2) Cidera Difus
21
kepala, mulai dari gegar otak ringan sampai koma menetap
22
b) Cedera Akson difus. Difus Axonal Injury (DAI) adalah
peroxidasi lipid.
23
darah otak (ADO), gangguan metabolisme dan homeostatis ion sel
D. Manifestasi Klinis
24
1. Cedera ringan
c. Somnolen
d. Gelisah
e. Iritabilitas
f. Pucat
2. Tanda-tanda progresitivitas
b. Agitasi memuncak
3. Cedera berat
b. Perdarahan retina
d. Hemiparesis
e. Kuadriplegia
25
h. Papiledema (anak yang lebih besar) dan perdarahan retina
Tanda dan gejala pada trauma kepala secara umum dilihat dari ada atau
1. Fraktur tengkorak
adalah :
26
c. Dilatasi pupil dan hilangnya kemampuan pergerakan beberapa otot
2. Kesadaran
dariu cedera kepala. Untuk melihat adanya kerusakan cedera kepala perlu
E. Patofisiologi
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa
seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun
27
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi
otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output dan akibat adanya perdarahan
Menurut Long (1996) trauma kepala terjadi karena cidera kepala, kulit
kepala, tulang kepala, jaringan otak. Trauma langsung bila kepala langsung
dan isinya, kekuatan itu bisa seketika/menyusul rusaknya otak dan kompresi,
kikisan/konstusio pada lobus oksipital dan frontal batang otak dan cerebellum
bahan padat yang tidak bergerak dengan deselerasi yang cepat dari tulang
tengkorak.
berat ialah edema otak, deficit sensorik dan motorik. Peningkatan TIK
28
terjadi dalam rongga tengkorak (TIK normal 4-15 mmHg). Kerusakan
memar pada permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau
dan “menyebar” sebagai kategori cedera kepala berat pada upaya untuk
serta kerusakan otak sekunder yang disebabkan oleh perluasan massa lesi,
kerusakan yang menyebar secara luas dan terjadi dalam empat bentuk yaitu:
menyebar, hemoragi kecil multipel pada seluruh otak. Jenis cedera ini
menyebabkan koma bukan karena kompresi pada batang otak tetapi karena
29
Sedangkan patofisiologi menurut Markum (1999). trauma pada kepala
tergantung pada besarnya getaran makin besar getaran makin besar kerusakan
cerebral.
karena isi otak terdorong ke arah yang berlawanan yang berakibat pada
rasa mual dan muntah dan anaroksia sehingga masukan nutrisi kurang (Satya,
1998).
30
F. Web of Caution (WOC)
Fraktur
Terputusnya Laserasi/perdarahan
Rupur pembuluh
Terputusnya kontinuitas pada otak
darah vena
jariangan otot, kulit tulang
dan vaskulaer
Robekan arteri
menigia media
Rangsangan
Subdural
Nyeri Akut simpatis
Hematoma
Risiko Infeksi
Hematoma
epidural
Tekanan vaskuler,
Kolaborasi pemberian
Tekanan darang
antibiotic Nyeri Kepala
Bersihkan area lesi
Perubahan
denan Teknik aseptic Sirkulasi CSS
Jauhkan dari risiko
terpaparnya agen
infektan
Mual muntah 31
Tekanan pada
paru meningkat
Peningkatan TIK
Penekanan
Gangguan suplai batang otak
darah ke otak
Gangguan Peningkatan
perfusi jaringan tekanan
Pemberian
hidrostatik
manitol Kebocoran kapiler
0,25-1g/KgBB
Herniasi
Hipoksia jaringan
Kaji Status
otak
kesadaran
Pantau TTV
Control
perdarahan dan Udem pulmonal
eudemaIskemia
Cerebral
Hematoma
Menstimulus Merangsang
Hipotalamus Hipofisis Gangguan Persepsi
Dilatasi Arteri Sensori
Penggunaan
antikonvulsan: Kerusakan saraf
Fenitoin
ataufosfenitoin pada Pelepasan ACTH motorik
fase akut (1gr dalam Aliran darah ke Streroid adrenalin
kecepatan otak meningkat
50mg/menit)
Deazepan atau Penghentian
lorazepam sekresi anto
Edema serebri Peningkatan asam Gangguan
Anastesi umum jika deuretik
kejang berlanjut lambung Mobilitas Fisik
lebih dari 60 menit
Kejang
32
Diabetes Insipidus
Mual Muntah Resiko defisit nutrisi
acceleration-deselaration
Angular force
Shock waves(gel.kejut)
Efek Tekanan
Trauma kepala
B1 B2 B3 B4 B5 B6
ICP meningkat ADH dilepas Meningkatnya Control motorik dan Tubuh perlu energy Rusaknya neuron
Rangsangan simpatis postural konfusi untuk perbaikan motorik pada
menurun medulla spinalis
Rangsang simpatis retensi Na& air
meningkat
33
Meningkatkan output urine meningkat Control spinkter nutrisi kurang dari Paralisi otot
tahanan vaskuler menurun sistemik&TD urinarius eksternal keb. tubuh ekstremitas
Sistemik & TD tah.vaskuler menurun atau hilang
Hipoksemia,
hiperkapnea Resiko PTIK, CPP
meningkat, MAP
meningkat
(00032)Ketidak
Efektifna Pola napas
(00024)Ganggaun
perpusi jaringan
Cerebral 34
(00132)Nyeri Akut
G. Pemeriksaan Fisik (Fokus Penyakit)
1. Aspek Neurologis
Yang dikaji adalah Tingkat kesadaran, biasanya GCS kurang dari 15,
2. Aspek Kardiovaskuler
cairan yang keluar dari mulut, hidung, telinga, mata. Adanya hipereskresi
tubuh lainnya. Hal ini perlu pengkajian dari kepalal hingga kaki.
35
3. Aspek sistem pernapasan
frekuensi yaitu cepat dan dangkal, irama tidak teratur (chyne stokes,
yang tidak terdengar/lemah, aanya mual dan muntah. Hal ini menjadi
H. Komplikasi
1. Edema pulmonal
36
tekanan intrakranial meningkat tekanan darah sistematik meningkat untuk
2. Peningkatan TIK
dan herniasi dapat terjadi pada tekanan diatas 25 mmHg. Tekanan darah
yang mengalir dalam otak disebut sebagai tekan perfusi rerebral. yang
3. Kejang
Kejang terjadi kira-kira 10% dari klien cedera otak akut selama fase akut.
menyediakan spatel lidah yang diberi bantalan atau jalan nafas oral
37
paten dan mencegah cedera lanjut. Salah satunya tindakan medis untuk
Adanya fraktur di daerah fossa anterior dekat sinus frontal atau dari
merobek meninges, sehingga CSS akan keluar. Area drainase tidak boleh
5. Infeksi
I. Pemeriksaan Penunjang
b. MRI
radioaktif.
38
c. Cerebral Angiography
d. Serial EEG
e. X-Ray
pada otak.
2. Pemeriksaan Laboratorium
39
3. Hematologi untuk memeriksa leukosit, Hb, albumin, Globulin,
protein serum.
penurunan kesadaran.
J. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
c. Observasi 24 jam
terlebih dahulu
h. Awasi kemungkinan
munculnya kejang
40
2. Penatalaksanaan Medis
a. Cairan IV
berakibat buruk pada otak yang cedera. Karena itu, cairan yang
b. Antibiotik
c. Obat antikejang
RS dengan cedera kepala tertutup dan 15% pada cedera kepala berat.
41
double blind menunjukkan bahwa fenitoin sebagai profilaksis
adalah obat yang biasa diberikan pada fase akut. Untuk dewasa dosis
otak..
d. Antipiretik
kita akan menaikkan standar suhu tubuh diatas nilai normal sehingga
e. Barbiturat
42
kematian pada klien dengan TIK yang tidak terkendali yang tahan
f. Glukokortikoid
(dexamethazone)
g. Diuretic osmotic
(manitol)
43
diberikan secara cepat (dalam waktu lebih dari 5 menit) dan pasien
h. Obat paralitik
(pancuronium)
peningkatan TIK.
i. THAM (Tris –
K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
dan survei sekunder terdiri dari observasi ketat penting pada jam-jam
a. Survei Primer
1) Airway
44
Daerah tulang servikal harus diimobilisasi dalam posisi
2) Breathing
mekanik.
3) Circulation
meningkat.
4) Disability
45
Ada tidaknya penurunan kesadaran, kehilangan sensasi
keparahan cidera :
orientatif)
kulit kepala
stupor)
ii) Konkusi
iv) Muntah
serebrospinal).
46
i) Skor skala koma glasglow 3-8 (koma)
kranium.
5) Exposure
b. Survei Sekunder
1) Keluhan utama
pada saluran napas, adanya liquor dari hidung dan telinga dan
kejang.
47
sistemik lainnya. demikian pula riwayat penyakit keluarga
Breathing (B1)
Blood (B2)
bradikardia, disritmia).
Brain (B3)
48
Gangguan kesadaran merupakan salah satu bentuk
Scale (GCS)
49
b) Fungsi motorik
RESPON SKALA
Kekuatan normal 5
Kelemahan sedang 4
Kelemahan berat (antigravity) 3
Kelemahan berat (not antigravity) 2
Gerakan trace 1
Tak ada gerakan 0
c) Pemeriksaan Nervus:
penglihatan.
50
iv. Nervus V (Trigeminus) : gangguannya ditandai
kesimbangan tubuh.
menelan.
51
Blader (B4)
Bowel (B5)
Bone (B6)
2. Diagnosa Keperawatan
52
a. Pola napas tidak efektif b.d kerusakan pusat
(D.0136)
(D.0142)
53
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
SLKI SIKI
SDKI
1. (D.0005) Pola Napas Pola Napas (L.01004) Pemantauan Respirasi (I.01014)
Tidak Efektif
Observasi:
Tujuan: Setelah dilakukan Monitor pola nafas, monitor
Pengertian : Inspirasi tindakan keperawatan 3x24 saturasi oksigen
dan/atau ekspirisasi jam inspirasi dan atau ekspirasi
yang tidak yang tidak memberikan Monitor frekuensi, irama,
memberikan ventilasi ventilasi adekuat membaik. kedalaman dan upaya napas
adekuat Monitor adanya sumbatan jalan
nafas
Kriteria Hasil : Terapeutik
1. Dispnea menurun Atur Interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
2. Penggunaan otot bantu
napas menurun Edukasi
3. Frekuensi napas membaik Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
4. Kedalaman napas membaik
Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
Terapi Oksigen
Observasi:
Monitor kecepatan aliran oksigen
Monitor posisi alat terapi oksigen
Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
Monitor integritas mukosa
hidung akibat pemasangan
oksigen
Terapeutik:
Bersihkan sekret pada mulut,
hidung dan trakea, jika perlu
Pertahankan kepatenan jalan
napas
Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
Ajarkan keluarga cara
menggunakan O2 di rumah
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
3. (D.0017) Risiko Perfusi Serebral (L.02014) Manajemen Peningkatan TIK
Perfusi Serebral (I.06194)
54
Tidak Efektif Observasi
Tujuan : Setelah dilakukan Identifikasi penyebab peningkatan
tindakan keperawatan 1x8 jam TIK
Pengertian : Berisiko diharapkan tidak terjadi risiko Monitor tanda atau gejala
mengalami penurunan perfusi serebral tidak efektif. peningkatan TIK
sirkulasi darah ke otak Monitor MAP
Terapeutik
Kriteria Hasil :
Berikan posisi semi fowler
1. Tekanan Intrakranial Hindari pemberian cairan IV
menurun hipotonik
2. Sakit kepala menurun Cegah terjadinya kejang
3. Kecemasan menurun
4. Gelisah menurun Kolaborasi
Kolaborasi dalam pemberian sedasi
dan anti konvulsan, jika perlu
Kolaborasi pemberian diuretik
osmosis, jika perlu
5. (D.0077) Nyeri Akut Tingkat Nyeri (L.08066) : Manajemen Nyeri (I.08238)
Observasi:
Pengertian : Tujuan: Setelah dilakukan Identifikasi lokasi, karakteristik,
Pengalaman sensorik tindakan keperawatan 3x24 durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
atau emosional yang jam diharapkan tingkat nyeri nyeri
berkaitan dengan menurun
kerusakan jaringan Identifikasi skala nyeri
aktual atau fungsional, Identifikasi respons nyeri non
dengan onset verbal
mendadak atau lambat Kriteria Hasil :
dan berintensitas Identifikasi faktor yang
ringan hingga berat 1. Frekuensi nadi membaik memperberat dan memperingan
yang berlangsung 2. Pola napass membaik nyeri
kurang dari 3 bulan.
3. Keluhan nyerei menurun Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
4. Meringis menurun
Identifikasi pengaruh nyeri pada
5. Gelisah menurun kualitas hidup
Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik:
Berikan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
55
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
6. (D.0054) Gangguan Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan mobilisasi (I.05173)
Mobilitas Fisik
56
1. Kejadian cedera menurun Hilangkan bahaya keselamatan,
Jika memungkinkan
2. Luka/lecet menurun
Modifikasi lingkungan untuk
3. Pendarahan menurun meminimalkan risiko
Sediakan alat bantu kemanan
linkungan (mis. Pegangan tangan)
Gunakan perangkat pelindung
(mis. Rel samping, pintu terkunci,
pagar)
Edukasi
Ajarkan individu, keluarga dan
kelompok risiko tinggi bahaya
lingkungan
Pencegahan Cidera
Observasi:
Identifikasi obat yang berpotensi
menyebabkan cidera
Identifikasi kesesuaian alas kaki
atau stoking elastis pada ekstremitas
bawah
Terapeutik:
Sediakan pencahayaan yang
memadai
Sosialisasikan pasien dan
keluarga dengan lingkungan rawat
inap
Sediakan alas kaki antislip
Sediakan urinal atau urinal untk
eliminasi di dekat tempat tidur, Jika
perlu
Pastikan barang-barang pribadi
mudah dijangkau
Tingkatkan frekuensi observasi
dan pengawasan pasien, sesuai
kebutuhan
Edukasi
Jelaskan alasan intervensi
pencegahan jatuh ke pasien dan
keluarga
Anjurkan berganti posisi secara perlahan
dan duduk beberapa menit sebelum
berdiri
8. (D.0142) Risiko Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan infeksi (I.14539)
Infeksi
57
Pengertian : Berisiko tindakan keperawatan 3x24 Monitor tanda gejala infeksi
mengalami jam glukosa derajat infeksi lokal dan sistemik
peningkatan terserang menurun.
oganisme patogenik Terapeutik
Batasi jumlah pengunjung
Kriteria Hasil : Berikan perawatan kulit pada
1. Demam menurun daerah edema
2. Kemerahan menurun Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien dan
3. Nyeri menurun lingkungan pasien
4. Bengkak menurun Pertahankan teknik aseptik pada
pasien berisiko tinggi
5. Kadar sel darah putih
membaik Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara memeriksa luka
Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi, Jika
perlu
58
4. Discharge Planning
a. Jelaskan tentang kondisi pasien yang
59
L. Algoritma Penanganan
Pasien
Puasa 6 jam
Operasi MRS di ruang
HCU - F Obat simptomatik IV atau supp
Cepat memburuk
R. Perawatan (LCU)
Resusitasi + Rediagnosis
KRS
60
7. Kejang.
8. Cedera tembus tengkorak.
9. Adanya defisit neurologis.
10. Mekanisme cedera yang berat.
Penanganan :
1. Fraktur basis bukan kasus mengancam jiwa (life threatening), bila GCS
memburuk, hal itu disebabkan faktor lain atau komplikasi.
2. Pasien di rawat inap, terapi non operatif.
a. Head up 30 derajat.
b. Diet : MB
c. Obat : antibiotik (kontroversi), analgetik.
d. Perawatan rhinorhea/otorhea : biarkan mengalir, jaga kebersihan.
Umumnya berhenti spontan dalam 3 – 5 hari.
3. Observasi :
a. Tanda vital.
b. GCS/pupil/motorik
c. Rhinorhea/Otorhea
d. Tanda-tanda infeksi
e. Defisit neurologis.
61
4. Rawat jalan, bila :
a. Tanda vital stabil.
b. GCS 15.
c. Rhinorhea/Otorhea berhenti.
d. Tanda-tanda infeksi (-).
Bila telah stabil lakukan CT scan kepala, foto leher lat, thorax,
foto AP pemeriksaan radiologis lain atas indikasi
Membaik Memburuk
Stabilisasi + Resusitasi
VS. Stabil
Neurologis Stabil
Rediagnosis cito
R. Perawatan (LCU)
ICU ROI - 1 Operasi
62
Resusitasi airway, breathing dan circulation
Bersihkan lendir, benda asing, jaw thrust bila perlu kepala tidak boleh
hiperekstensi, hiperflexi atau rotasi, pasang orofaring atau nasofaring tube bila
Algoritma Penatalaksanaan Pasien Cedera Kepala Berat
perlu. Bila ada sumbatan jalan napas akut dilakukan cricothyrotomi dan persiapan
intubasi atau tracheostomi
Pasien
Intubasi + kontrol ventilasi, pasang pipa lambung
Bila shock, berikan cairan isotonis (RL, NaCl atau koloid atau darah). Cari
penyebab, pertahankan tensi >90 mmHg
Ada tanda-tanda TIK meningkat dan tidak ada hipotensi atau gagal ginjal dan atau
gagal jantung berikan manitol 20% 200 ml bolus dalam 20 menit atau 5 ml/kgBB,
dilanjutkan 2 ml/kgBB dalam 29 menit setiap 6 jam, jaga osmolalitas darah <320
mOsm
Lapor jaga bedah saraf Bila kejang: Diazepam 10 mg IV pelan, dapat ditambah hingga kejang berhenti.
Awasi depresi napas, dilanjutkan phenitoin bolus 10-18 mg/kgBB encerkan dengan
aqua steril 20 ml IV pelan, dilanjutkan 8 mg/kgBB
Bila telah stabil infus cairasn isotonis (NaCl 0,9%) 1,5 ml/kgBB/jam pertahankan
euvolume, pemasangan CVP atas indikasi
Tanda vital stabil, lakukan CT scan kepala, foto leher lat, thorax fot AP
63
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
trauma kepala adalah trauma pada otak yang disebabkan adanya kekuatan
pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan, cedera akibat kekerasan.
B. Saran
64
trauma kepala, bagaimana penatalaksanaan dan terapi awal yang harus
diberikan.
3. Bagi Mahasiswa
65
DAFTAR PUSTAKA
2009; 195-218.
ECG.
Yogyakarta: D-Medika.
EGC, Jakarta.
66
Moorhead, Sue. et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC).
5th ed. USA: Mosby.
http://www0.health.nsw.gov.au/policies/pd/2012/pdf/PD2012_013.pdf
67