Anda di halaman 1dari 25

KEPERAWATAN PALIATIF & MENJELANG AJAL

“Teknik Relaksasi Nafas Dalam”

Disusun Oleh:

Kelompok 11

Dosen Pembimbing:
Ismansyah, S.Kp., M.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2019

1
KEPERAWATAN PALIATIF & MENJELANG AJAL
“Teknik Relaksasi Nafas Dalam”

Disusun Oleh:

Kelompok 11
1. Hazelelfoni Efraim Pangi
2. Samini

Dosen Pembimbing:
Ismansyah, S.Kp., M.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan makalah tugas mata kuliah Keperawatan Paliatif & Menjelang Ajal
“Teknik Relaksasi Nafas Dalam” ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar
keperawatan gawat darurat. Selain itu, agar pembaca dapat memperluas ilmu yang
berkaitan dengan judul makalah, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber dan hasil kegiatan yang telah dilakukan.
Dalam penulisan makalah ini, kami banyak mendapat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih
kepada:
1. H. Supriadi B, M.Kep, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kaltim
2. Hj. Umi Kalsum, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
3. Ns. Parellangi, S.Kep., M.Kep, selaku Ketua Prodi Ners Poltekkes Kemenkes
Kaltim
4. Ismansyah, S.Kp., M.Kep selaku Koordinator mata kuliah Keperawatan
Paliatif & Menjelang Ajal
5. Seluruh dosen, tenaga kependidikan dan pustakawan Poltekkes Kemenkes
Kaltim
6. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait, terutama kepada
dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran dalam
penyelesaian makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Dan kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kami memohon keterbukaan dalam pemberian saran
dan kritik agar lebih baik lagi untuk ke depannya.

Samarinda, Agustus 2019

Kelompok 11
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................................i
HALAMAN JUDUL..............................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR BAGAN................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................................3
D. Manfaat..................................................................................................................3
E. Sistematika Penulisan.............................................................................................4
BAB II TELAAH PUSTAKA...............................................................................5
A. Definisi...................................................................................................................5
B. Tujuan dan Manfaat...............................................................................................6
C. Patofisiologi Teknik Relaksasi Nafas Dalam Untuk Mengurangi Nyeri.................7
D. Prosedur Teknik Relaksasi Nafas Dalam.................................................................8
E. Mekanisme Teknik Relaksasi Nafas Dalam Untuk Mengurangi Nyeri..................9
BAB III PENUTUP..............................................................................................12
A. Kesimpulan..........................................................................................................12
B. Saran....................................................................................................................13
LAMPIRAN
Daftar Pustaka

SOP Teknik Relaksasi Nafas Dalam


DAFTAR SKEMA

Bagan 2.1 Patofisologi Teknik 10


Relaksasi Nafas Dalam
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Insipirasi dan Ekspirasi 8


Gambar 2.2 Mekanisme Saat Inspirasi dan 9

Ekspirasi Berlangsung
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan
kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi
penyakit yangmengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa
sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan
penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau
spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016).
Tujuan perawatan paliatif adalah mencapai kualitas hidup maksimal
bagi pasien dan keluarganya. Perawatan paliatif tidak hanya diberikan segera
setelah didiagnosis oleh dokter bahwa pasien tersebut menderita penyakit yang
tidak ada harapan untuk sembuh (misalnya menderita kanker). Sebagian
pasien lanjut usia, pada suatu waktu akan menghadapi keadaan yang disebut
“stadium paliatif”, yaitu kondisi ketika pengobatan sudah tidak dapat
menghasilkan kesembuhan. Biasanya dokter memvonis pasien lanjut usia
yang menderita penyakit yang mematikan (misal, kanker, stroke, AIDS) juga
mengalami penderitaan fisik, psikologis, sosial, kultural dan spiritual.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang medis dan
keperawatan, memungkinkan diupayakan berbagai tindakan dan pelayanan
yang dapat mengurangi penderitaan pasien lanjut usia, sehingga kualitas hidup
di akhir kehidupannya tetap baik, tenang dan mengakhiri hayatnya dalam
keadaan iman dan kematian yang nyaman. Diperlukan pendekatan holistik
yang dapat memperbaiki kualitas hidup klien lanjut usia. Kualitas hidup
adalah bebas dari segala sesuatu yang menimbulkan gejala, nyeri, dan
perasaan takut sehingga lebih menekankan rehabilitasi dari pada pengobatan
agar dapat menikmati kesenagngan selama akhir hidupnya. Sesuai arti
harfiahnya, paliatif bersifat meringankan, bukan menyembuhkan. Jadi,
perawatan paliatif diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup dengan
menumbuhkan semangat dan motivasi. Perawatan ini merupakan pelayanan

1
yang aktif dan menyeluruh yang dilakukan oleh satu tim dari berbagai disiplin
ilmu.
Teknik relaksasi merupakan salah satu terapi nonfarmakologis yang
digunakan dalam penatalaksanaan nyeri (Tamsuri, 2007). Relaksasi
merupakan suatu tindakan untuk membebaskan mental maupun fisik dari
ketegangan dan stres sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri
(Sulistyo, 2013). Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen
dengan frekuensi yang lambat dan berirama (Smeltzer & Bare, 2002). Latihan
napas dalam yaitu bentuk latihan napas yang terdiri dari pernapasan
abdominal (diafragma) dan pursed lip breathing (Lusianah, Indaryani, &
Suratun, 2012). Teknik relaksasi merupakan salah satu bentuk manajemen
stres dalam modifikasi gaya hidup. Teknik relaksasi yaitu salah satu terapi
non-farmakologis yang tepat adalah relaksasi otot progresif, latihan autogenik,
pernapasan dan visualisasi (Wahyuni, Nila et al., 2015). Teknik relaksasi
dapat mengurangi denyut jantung dengan cara menghambat respon stres saraf
simpatis dan mengaktifkan saraf parasimpatis membuat tubuh kembali ke
keadaan istirahat melalui penurunan denyut jantung, perlambatan napas,
volume sekuncup menurun, serta terjadi vasodilatasi arteriol dan venula.
Selain itu curah jantung, resistensi perifer total juga menurun sehingga
tekanan darah turun (Black J, and Hwaks, 2014).
Teknik relaksasi membuat otot-otot pembuluh darah arteri dan vena
bersamaan dengan otot-otot lain dalam tubuh menjadi rileks. Terjadinya
relaksasi otot-otot dalam tubuh ini berpengaruh terhadap penurunan kadar
norepinefrin dalam tubuh (Shinde, et al., 2013).
Perawat sebagai bagian dari tenaga kesehatan juga harus meningkatkan
profesionalisme dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Perawat juga
dituntut untuk melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan standart
profesinya. Profesi perawat sangat penting dalam penanganan pertolongan
pertama dalam kecelakaan, seperti yang diketahui bahwaperan perawat salah
satunya adalah sebagai care giver yaitu perawat memberikan pelayanan

2
kesehatan berdasarkan diagnosis keperawatan sehingga dapat menentukan
perencanaan dan evaluasi dari masalah tersebut (Manurung, 2009).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana terapi relaksasi nafas dalam untuk menurunkan nyeri?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa/ (i) dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir
mengenai terapi relaksasi nafas dalam.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa/ (i) mampu mengetahui dan memahami tentang terapi
relaksasi nafas dalam.
a. Pengertian
b. Tujuan dan manfaat
c. Patofisiologi teknik relaksasi nafas dalam untuk menurunkan nyeri
d. Prosedur teknik relaksasi nafas dalam untuk menurunkan nyeri
e. Mekanisme relaksasi nafas dalam untuk menurunkan nyeri

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Diharapkan agar penulis mempunyai tambahan wawasan dan
pengetahuan dalam penerapan teknik relaksasi nafas dalam.
2. Bagi Institusi Pelayanan
Menjadi acuan dalam memberikan asuhan keperawatan terutama
dalam asuhan keperawatan paliatif & menjelang ajal.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas
pendidikan keperawatan dan sebagai masukan dalam peningkatan asuhan
keperawatan paliatif & menjelang ajal mengenai teknik relaksasi nafas
dalam

3
E. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini dibagi dalam beberapa bab, yaitu:

Bab I : Berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang


belakang, rumusan masalah, tujuan dan sistematika
penulisan.
Bab II : Berisi telaah pustaka yang terdiri dari definisi, tujuan
dan manfaat, patofisologi, prosedur, dan mekanisme
teknik relaksasi nafas dalam untuk menurunkan nyeri
Bab III Berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II
TELAAH PUSTAKA

4
A. Definisi Relaksasi Nafas Dalam
Relaksasi merupakan salah satu terapi nonfarmakologis yang digunakan
dalam penatalaksanaan nyeri (Tamsuri, 2007). Relaksasi merupakan suatu
tindakan untuk membebaskan mental maupun fisik dari ketegangan dan stres
sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri (Sulistyo, 2013).
Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan
frekuensi yang lambat dan berirama (Smeltzer & Bare, 2002). Latihan napas
dalam yaitu bentuk latihan napas yang terdiri dari pernapasan abdominal
(diafragma) dan pursed lip breathing (Lusianah, Indaryani, & Suratun,
2012).Relaksasi merupakan teknik pengelolaan diri yang didasarkan pada
cara kerja sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Terapi relaksasi napas
dalam (deep breathing) dapat meningkatkan saturasi oksigen, memperbaiki
keadaan oksigenasi dalam darah, dan membuat suatu keadaan rileks dalam
tubuh. Latihan teknik relaksasi nafas dalam merupakan tindakan yang secara
tidak langsung dapat menurunkan asam laktat dengan cara meningkatkan
suplai oksigen dan menurunkan kebutuhan oksigen otak, sehingga diharapkan
terjadi keseimbangan oksigen pada otak.
Melakukan relaksasi napas dalam untuk mengendalikan nyeri, di dalam
tubuh seseorang tersebut secara stimulan dapat meningkatkan saraf
parasimpatik maka hormon kortisol dan adrenalin yang dapat menyebabkan
stres akan menurun sehingga konsentrasi meningkat serta merasa tenang untuk
mengatur napas sampai pernapasan kurang dari 60-70 kali per menit.
Kemudian kadar PCO2 akan meningkat dan menurunkan pH sehingga akan
meningkatkan kadar oksigen dalam darah (Handerson, 2002). Teori relaksasi
napas dalam ini menjelaskan bahwa pada spinal cord, sel-sel reseptor yang
menerima stimulasi nyeri peripheral dihambat oleh stimulasi dari serabut-
serabut saraf yang lain.
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan tindakan yang secara sadar
dilakukan untuk mengatur pernapasan secara dalam dan lambat. Napas dalam
lambat dapat menstimulasi respons saraf otonom melalui pengeluaran
neurotransmitter endorphin yang berefek pada penurunan respons saraf

5
simpatis dan peningkatkan respons parasimpatis. Aktivitas tubuh meningkat
sebagai stimulasi saraf simpatis, sedangkan respons parasimpatis lebih banyak
menurunkan ativitas tubuh atau relaksasi sehingga dapat menurukan aktivitas
metabolik. Stimulasi saraf parasimpatis dan penghambatan stimulasi saraf
simpatis pada teknik relaksasi nafas dalam juga berdampak pada vasodilatasi
pembuluh darah otak yang memungkinkan suplai oksigen otak lebih banyak
sehingga perfusi jaringan otak diharapkan lebih adekuat (Setyaningrum,
2016).

B. Tujuan dan Manfaat


Manfaat teknik Teknik relaksasi nafas dalam dalam Arfa (2014) adalah
sebagai berikut:
1) Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah.
2) Denyut jantung menjadi lebih rendah.
3) Mengurangi tekanan darah.
4) Meningkatkan keyakinan.
Tujuan teknik relaksasi napas dalam adalah untuk meningkatkan
ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru,
meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi stres baik stres fisik maupun
emosional (S. C. Smeltzer et al., 2008).

C. Patofisiologi Teknik Relaksasi Nafas Dalam Menurunkan Nyeri

Pembedahan

6 Nyeri Post
Rasa ↓ Hormone
Operasi Adrenalin
Teknik
Relaksasi
Nafas Dalam

Meningkatkan
Konsentrasi
Mengurangi Detak
Jantung

↑ Oksigen
Dalam Darah

Mempermudah Nyeri  ↓ Tekanan Darah


Mengatur Pernafasan
Bagan 2.1
Patofisiologi Teknik Relaksasi Nafas Dalam Untuk
Mengurangi Nyeri

Sumber: Prasetyo, 2010

D. Prosedur
Prosedur teknik relaksasi napas dalam menurut Lukman, 2014 yakni
dengan bentuk pernapasan yang digunakan pada prosedur ini adalah
pernapasan diafragma yang mengacu pada pendataran kubah diagfragma
selama inspirasi yang mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas
sejalan dengan desakan udara masuk selama inspirasi. Adapun langkah-

7
langkah latihan pernapasan adalah sebagai berikut menurut SIKI:
1) Identifikasi indikasi dilakukan latihan pernafasan
2) Monitor frekuensi, irama, dan kedalaman nafas sebelum dan sesudah
latihan
3) Sediakan tempat yang tenang
4) Posisikan pasien nyaman dan rileks
5) Tempatkan satu tangan didada dan satu tangan diperut
6) Pastikan tangan didada mundur ke belakang dan telapak tangan diperut
maju ke depan saat menarik napas
7) Ambil napas dalam secara perlahan melalui hidung dan tahan selama
tujuh hitungan

Gambar 2.1
Inspirasi dan Ekspirasi

8) Hitungan ke delapan hembuskan nafas melalui mulut dengan perlahan


9) Anjurkan mengulangi latihan 4-5kali

Gambar 2.2
Mekanisme Saat Inspirasi dan Ekspirasi Berlangsung
8
E. Mekanisme Teknik Relaksasi Nafas Dalam Menurunkan Nyeri

Relaksasi merupakan suatu tindakan untuk menurunkan nyeri dengan


menurunkan ketegangan otot agar tidak terjadi nyeri yang lebih berat.
Relaksasi yaitu suatu cara mengurangi rangsangan nyeri dengan
mengistirahatkan atau merelaksasikan otot-otot tubuh. Teknik relaksasi nafas
dalam dipercaya mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opoid endogen
yaitu endorfin dan enkefalin. Endorfin dan enkefalin merupakan substansi di
dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri
(Smeltzer & Bare, 2002).
Menurut Smeltzer and Bare (2002) endorfin merupakan
neurotransmitter yang menghambat pengiriman rangsangan nyeri sehingga
dapat menurunkan sensasi nyeri. Penurunan intensitas nyeri tersebut
dipengaruhi oleh peralihan fokus responden pada nyeri yang dialami terhadap
penatalaksanaan teknik relaksasi napas dalam sehingga suplai oksigen dalam
jaringan akan meningkat dan otak bisa berelaksasi. Otak yang relaksasi itulah
yang akan merangsang tubuh untuk menghasilkan hormon endorfin untuk
menghambat transmisi impuls nyeri ke otak dan dapat menurunkan sensasi
terhadap nyeri yang akhirnya menyebabkan intensitas nyeri yang dialami
responden berkurang (Widiatie, 2015).
Pernyataan lain mengatakan bahwa penurunan nyeri oleh teknik
relaksasi napas dalam disebabkan ketika seseorang melakukan relaksasi napas
dalam untuk mengendalikan nyeri yang dirasakan, maka tubuh akan
meningkatkan kompenen saraf parasimpatik secara stimulan, maka ini
menyebabkan terjadinya kadar hormon kortisol dan adrenalin dalam tubuh
yang mempengaruhi tingkat stress seseorang sehingga dapat meningkatkan
konsentrasi dan membuat pasien merasa tenang untuk mengatur ritme
pernapasan menjadi teratur. Hal ini akan mendorong terjadinya peningkatan
kadar PCO2 dan akan menurunkan kadar pH sehingga terjadi peningkatan
kadar oksigen dalam darah (Handerson, 2002).
Sementara Smeltzer dan Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan dari
teknik relaksasi nafas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli,

9
memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efisiensi
batuk mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan
intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan. Sedangkan manfaat yang dapat
dirasakan oleh klien setelah melakukan teknik relaksasi nafas dalam adalah
dapat menghilangkan nyeri, ketenteraman hati, dan berkurangnya rasa cemas.
Prinsip yang mendasari penurunan nyeri oleh teknik relaksasi napas
dalam terletak pada fisiologi sistem saraf otonom yang merupakan bagian dari
sistem saraf perifer yang mempertahankan homeostasis lingkungan internal
individu (Azizah, Zumrotun, Fanianurul, & Nisa, 2015).
Napas dalam merupakan tindakan yang disadari untuk mengatur
pernapasan secara dalam yang dilakukan oleh korteks serebri, sedangkan
pernapasan spontan dilakukan oleh medulla oblongata. Napas dalam yaitu
mengurangi frekuensi bernapas 16-19 kali dalam satu menit menjadi 6-10 kali
dalam satu menit. Napas dalam yang dilakukan akan merangsang munculnya
oksida nitrit yang akan memasuki paru-paru bahkan pusat otak yang berfungsi
membuat orang menjadi lebih tenang sehingga tekanan darah yang dalam
keadaan tinggi akan menurun.
Teknik relaksasi membuat otot-otot pembuluh darah arteri dan vena
bersamaan dengan otot-otot lain dalam tubuh menjadi rileks. Oksida nitrit
disintesis oleh enzim nitric oxide synthase (eNOS) endotel dari L-arginin.
Peningkatan aktivitas dari eNOS dan produksi oksida nitrit dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang juga meningkatkan kalsium intraselular, dan juga termasuk
mediator lokal. Mediator lokal tersebut adalah bradikinin, histamin, dan
serotonin, serta beberapa neurotransmitter. Produksi nitrit oksida secara
kontinu akan memodulasi resistensi vaskular, dan telah diketahui bahwa
inhibisi eNOS menyebabkan peningkatan tekanan darah. Pembuluh darah
yang rileks akan melebar sehingga sirkulasi darah menjadi lancar, tekanan
vena sentral (central venous pressure, CVP) menurun, dan kerja jantung
menjadi optimal. Penurunan CVP akan diikuti dengan penurunan curah
jantung dan dapat menyebabkan tekanan darah menjadi turun (Ward & I,
2011).

10
Oksida nitrit merupakan vasodilator yang penting untuk mengatur
tekanan darah dan dilepaskan secara kontinu dari endotelium arteri dan
arteriol yang akan menyebabkan shear stres pada sel endotel akibat viskositas
darah terhadap dinding vaskuler. Stres yang terbentuk mampu mengubah
bentuk sel endotel sesuai arah aliran dan menyebabkan peningkatan pelepasan
nitrit oksida yang kemudian mengakibatkan pembuluh darah menjadi rileks,
elastis dan mengalami dilatasi.

11
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif untuk meringankan
beban penderita, terutama yang tidak mungkin disembuhkan. Yang dimaksud
tindakan aktif antara lain mengurangi/menghilangkan rasa nyeri dan keluhan
lain serta memperbaiki aspek psikologis, sosial, dan spiritual.
Relaksasi merupakan suatu tindakan untuk menurunkan nyeri dengan
menurunkan ketegangan otot agar tidak terjadi nyeri yang lebih berat.
Relaksasi yaitu suatu cara mengurangi rangsangan nyeri dengan
mengistirahatkan atau merelaksasikan otot-otot tubuh. Teknik relaksasi nafas
dalam dipercaya mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opoid endogen
yaitu endorfin dan enkefalin. Endorfin dan enkefalin merupakan substansi di
dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri
(Smeltzer & Bare, 2002).
Menurut Smeltzer and Bare (2002) endorfin merupakan
neurotransmitter yang menghambat pengiriman rangsangan nyeri sehingga
dapat menurunkan sensasi nyeri. Tujuan dari teknik relaksasi nafas dalam
adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas,
mencegah atelektasi paru, meningkatkan efisiensi batuk mengurangi stress
baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan
menurunkan kecemasan. Sedangkan manfaat yang dapat dirasakan oleh klien
setelah melakukan teknik relaksasi nafas dalam adalah dapat menghilangkan
nyeri, ketenteraman hati, dan berkurangnya rasa cemas.

12
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi dapat memberikan tambahan literatur mengenai
teknik relaksasi nafas dalam Sehingga dapat dijadikan referensi bagi
mahasiswa dan update ilmu pengetahuan.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Penatalaksanaan yang asuhan keperawatan yang efektif dan efisien
pada pasien dengan menekankan teknik relaksasi nafas dalam sebagai
terapi komplementer bagi pasien perawatan paliatif & menjelang ajal.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui teknik relaksasi nafas
dalam sebagai terapi komplementer bagi pasien perawatan paliatif &
menjelang ajal. sehingga dapat menerapkannya pada praktik klinik
keperawatan di kemudian hari.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arfa. (2014). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Nyeri
Pada Pasien Post-Operasi Appendisitis Di Ruangan Bedah Rsud Prof. Dr. Hi.
Aloei Saboe Kota Gorontalo.
Badan Pusat Statistik. (2018). BPS-Statistics Indonesia. Jakarta Pusat : Badan
Pusat Statistik

Carpenito, L.J & Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 10.
Jakarta: EGC.
Courtney M T, Daniel R B, Mark B E, Kenneth L M. 2005. Buku Saku Ilmu
Bedah SABISTON. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.
Doengoes E. Marilyn, 2012. ”Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien”. Edisi 3. Jakarta:
EGC.
FK.UI. 2001. ”Kapita Selekta Kedokteran”. Jilid 2. Edisi ke-3. Media
Aesculaplus.
Heather T. Herdman & Shigemi Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan:
Definis & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 Terjemahan Indonesia. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Huda Amin Nurarif dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA & NIC NOC. Jogjakarta:
Mediaction.

Lukman, V. T. (2014). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap


Intensitas Nyeri pada Pasien Post-operasi Sectio Caesaria Di Rumah Sakit
Umum Daerah Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
https://media.neliti.com/media/publications/113009-ID-none.pdf diakses
tanggal 12 Januari 2018
M. Gloria Bulechek, dkk. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC).
Singapore: El Sevier.
Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid II. Jakarta: Media
Aesculapius

14
Moorhead Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Singapore:
El Sevier.
Paula, Richard MD. 2009. Abdominal Compartment Syndrome. Available at
www.emedicine.com / 829008-overview.htm
Price SA, Wilson LM. 2012. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit,
edisi ke-6. Jakarta: EGC.

Setyaningrum, N. (2016). Efektifitas Progressive Muscle Relaxation Dan Teknik


relaksasi nafas dalam Terhadap Penurunan Tekanan Darah, Peningkatan
Kualitas Tidur Dan Penurunan Tingkat Stres Pada Penderita Hipertensi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Gamping 2 Yogyakarta, 11(2), 89–101.
https://www. thesis.umy.ac.id/datapublik/t61305.pdf diakses tanggal 9
Oktober 2017
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
. Jakarta: EGC

Wahyuni, Nila et al. (2015). Perbedaan Efektifitas Progressive Muscle Relaxation


Dengan Teknik relaksasi nafas dalam Exercise Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Hipertensi Derajat I Di Kota Denpasar.
http://www.erepo.unud.ac.id/5118/1/80dff7664e736005eedc12d69d5c52ac.p
df diakses tanggal 20 Oktober 2017
Wilkinson, M. Judith. 2006. NIC NOC: Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi
7. Jakarta: EGC

15
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM

DEFINISI Teknik relaksasi nafas dalam merupakan tindakan yang


secara sadar dilakukan untuk mengatur pernapasan secara
dalam dan lambat. Napas dalam lambat dapat menstimulasi
respons saraf otonom melalui pengeluaran endorphin yang
berefek pada penurunan respons saraf simpatis dan
peningkatkan respons parasimpatis maka suplai oksigen otak
lebih banyak sehingga perfusi jaringan otak diharapkan lebih
adekuat (Setyaningrum, 2016).
TUJUAN 1. Meningkatkan ventilasi alveoli
2. Meningkatkan efisiensi batuk
3. Denyut jantung menjadi lebih rendah.
4. Mengurangi tekanan darah.
5. Mengurangi rasa cemas, khawatir dan gelisah dan stres.

INDIKASI Memiliki kebutuhan kenyamanan


Dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri
ALAT BANTU 1. Musik terapi
DAN 2. Instruksi dan kemampuan untuk dapat melakukan teknik
PERSIAPAN relaksasi nafas dalam
3. Kursi
Langkah-langkah Kegiatan :
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Instruktur memperkenalkan diri.
2. Validasi
a. Tanya perasaan responden dan kesiapan responden.
b. Tanyakan ketegangan otot yang dirasakan oleh responden.
3. Kontrak

16
Jelaskan definisi, tujuan, manfaat, dan prosedur dan kesediaan pasien untuk
mengikuti latihan.
4. Fase Kerja
Prosedur latihan pernapasan menurut SIKI:
a. Minta responden untuk melepaskan kaca mata dan jam tangan,
melonggarkan ikat pinggang dan pakaian yang ketat.
b. Mempersilahkan responden untuk duduk di kursi.
c. Identifikasi indikasi dilakukan latihan pernafasan
d. Monitor frekuensi, irama, dan kedalaman nafas sebelum dan sesudah
latihan
e. Sediakan tempat yang tenang
f. Posisikan pasien nyaman dan rileks
g. Tempatkan satu tagan didada dan satu tangan diperut
h. Pastikan tangan didada mundur ke belakang dan telapak tangan diperut
maju ke depan saat menarik napas
i. Ambil napas dalam secara perlahan melalui hidung dan tahan selama
tujuh hitungan

Gambar 2.7
j. Hitungan ke delapan Inspirasi
hembuskan nafas melalui mulut dengan
dan Ekspirasi
perlahan
k. Anjurkan mengulangi latihan 4-5kali

17
5. Evaluasi
Gambar
a. Menanyakan perasaan responden 2.8melakukan latihan.
setelah
Mekanisme Saat Inspirasi dan Ekspirasi Berlangsung
b. Memberikan reinforcement positif kepada responden.
c. Mengucapkan salam.

18

Anda mungkin juga menyukai