Anda di halaman 1dari 20

TERAPI MODALITAS PADA LANSIA

OLEH:
NI MADE WIDYANTHI
173222816
B.10.10

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN ALIH JENJANG
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi atas
Waranugraha Beliaulah penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul ”Terapi
Modalitas Pada Lansia” ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini saya selaku
penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu baik
bantuan secara fisik maupun batin yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan mengenai
terapi modalitas pada lansia. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Penulis
sangat menyadari bahwa makalah yang penulis buat ini jauh dari kesempurnaan baik
dalam cara penulisannya, pemilihan katanya atau dalam penyusunannya. Maka dari
itu, penulis sangat mengharapkan pada para pembaca agar memberikan masukan
positif yang membangun.

Denpasar, 26 Februari 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i


KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan ......................................................................................................... 2
D. Manfaat........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. Terapi Modalitas Pada Lansia ..................................................................... 3
1. Teknik Relaksasi .................................................................................. 3
2. Terapi Musik ……............................................................................... 6
3. Terapi Keluarga .................................................................................. 8
4. Terapi Lingkungan .............................................................................. 9
5. Logo Terapi ......................................................................................... 12
6. Life Review Terapi .............................................................................. 14
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 16
A. Simpulan .................................................................................................... 16
B. Saran .......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penuaan adalah suatu proses akumulasi dari kerusakan sel somatik yang
diawali oleh adanya disfungsi sel hingga terjadi disfungsi organ dan pada
akhirnya akan meningkatkan risiko kematian bagi seseorang. Apabila dilihat dari
sudut pandang yang lebih luas, proses penuaan merupakan suatu perubahan
progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat
irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu.
Pada hakikatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu : masa kanak-kanak, masa
remaja, dan masa tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun
psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran baik fisik
maupun psikis. Corak perkembangan proses penuaan bersifat lambat namun
dinamis dan bersifat individual baik secara fisiologis maupun patologis, karena
banyak dipengaruhi oleh riwayat maupun pengalaman hidup di masa lalu yang
terkait dengan faktor biologis, psikologis, spiritual, fungsional, lingkungan fisik
dan sosial. Perubahan struktur dan penurunan fungsi sistem tubuh tersebut
diyakini memberikan dampak yang signifikan terhadap gangguan homeostasis
sehingga lanjut usia mudah menderita penyakit yang terkait dengan usia
misalnya: stroke, Parkinson, dan osteoporosis dan berakhir pada kematian.
Penuaan patologis dapat menyebabkan disabilitas pada lanjut usia sebagai akibat
dari trauma, penyakit kronis, atau perubahan degeneratif yang timbul karena stres
yang dialami oleh individu. Stres tersebut dapat mempercepat penuaan dalam
waktu tertentu, selanjutnya dapat terjadi akselerasi proses degenerasi pada lanjut
usia apabila menimbulkan penyakit fisik.
Oleh karena itu diperlukannya pelaksanaan program terapi yang diperlukan
suatu instrument atau parameter yang bisa digunakan untuk mengevaluasi kondisi
lansia, sehingga mudah untuk menentukan program terapi selanjutnya. Tetapi
tentunya parameter tersebut harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan dimana
lansia itu berada, karena hal ini sangat individual sekali, dan apabila dipaksakan
justru tidak akan memperoleh hasil yang diharapkan. Dalam keadaan ini maka
upaya pencegahan berupa latihan-latihan atau terapi yang sesuai harus dilakukan
secara rutin dan berkesinambungan.

1
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah terapi modalitas pada lansia ?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui terapi modalitas pada lansia
D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
tambahan bagi mahasiswa mengenai terapi modalitas lansia dan juga diharapkan
dapat dijadikan acuan dalam penerapan ilmu keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Terapi Modalitas Pada Lansia


Terapi modalitas adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang
bagi lansia.
 Tujuan Terapi modalitas pada lansia :
a) Mengisi waktu luang bagi lansia
b) Meningkatkan kesehatan lansia
c) Meningkatkan produktifitas lansia
d) Meningkatkan interaksi sosial antar lansia
1. Teknik relaksasi
a) Pengertian teknik relaksasi
Relaksasi merupakan salah satu cara untuk mengistirahatkan fungsi
fisik dan mental sehingga menjadi rileks. Relaksasi merupakan kegiatan
untuk mengendurkan ketegangan, pertama-tama ketegangan jasmaniah
yang nantinya akan berdampak pada penurunan ketegangan jiwa
(Wiramihardja,2006).
b) Tujuan Relaksasi
- Melegakan stress untuk penyakit darah tinggi, penyakit jantung, susah
hendak tidur, sakit kepala disebabkan tekanan dan asma yang biasanya
banyak diderita oleh lansia.
- Membantu lansia menjadi rileks, dan dengan demikian dapat
memperbaiki berbagai aspek kesehatan fisik.
- Membantu lansia untuk dapat mengontrol diri dan memfokuskan
perhatian sehingga ia dapat mengambil respon yang tepat saat berada
dalam situasi yang menegangkan.
c) Prinsip Relaksasi
1) Teknik relaksasi adalah seni keterampilan dan pengetahuan, sehingga
ketika seseorang berusaha meraih kesehatan lahir batinnya melalui
metode relaksasi, dianjurkan untuk memahami benar, apa yang akan
diupayakan dan apa yang diharapkan dari hasilnya.
2) relaksasi dapat menjadi suatu kegiatan harian yang rutin, semakin
sering dan teratur teknik relaksasi ini diterapkan maka diri konseli
akan semakin rileks.
d) Jenis-jenis Relaksasi
Lichstein (1988), mengemukakan jenis-jenis teknik relaksai antara lain:
 Autogenic Training yaitu suatu prosedur relaksasi dengan
membayangkan (imagery) sensasi-sensasi yang meyenagkan pada

3
bagian-bagian tubuh seperti kepala, dada, lengan, punggung, ibu jari
kaki atau tangan, pantan, pergelangan tangan. Sensasi-sensasi yang
dibayangkan itu sepert rasa hangat, lemas atau rileks pada bagian
tubuh tertentu, juga rasa lega karena nafas yang dalam dan pelan.
Sensasi yang dirasakan ini diiringi dengan imajinasi yang
meyenangkan misalnya tentang pemandangan yang indah, danau,
yang tenang dan sebagainya.
 Progressive Training adalah prosedur teknik relaksasi dengan melatih
otot-otot yang tegang agar lebih rileks, terasa lebih lemas dan tidak
kaku. Efek yang diharapkan adalah proses neurologis akan berjalan
dengan lebih baik. Karena ada beberapa pendapat yang melihat
hubungan tegangan otot dengan kecemasan, maka dengan
mengendurkan otot-otot yang tegang diharapkan tegangan emosi
menurun dan demikian sebaliknya.
 Meditation adalah prosedur klasik relaksasi dengan melatih
konsentrasi atau perhatian pada stimulus yang monoton dan berulang
(memusatkan pikiran pada kata/frase tertentu sebagai focus
perhatiannya ), biasanya dilakukan dengan menutup mata sambil
duduk, mengambil posisi yang pasif dan berkonsentrasi dengan
pernafasan yang teratur dan dalam. Ketenangan diri dan perasaan
dalam kesunyian yang tercipta pada waktu meditasi harus menyisakan
suatu kesadaran diri ynag tetap terjaga, meskipun nampaknya orang
yang melakukan meditasi sedang berdiam diri/terlihat pasif dan tidak
bereaksi terhadap lingkungannya.Selain ketiga jenis di atas relaksasi
juga dapat menggunakan media aroma, suara, cita rasa makanan,
minuman, keindahan panorama alam dan air. Semua itu merupakan
teknik relaksasi fisik/tubuh.
e) Manfaat Relaksasi
Ada beberapa manfaat dari penggunaan teknik relaksasi antara lain :
- Relaksasi akan membuat lansia lebih mampu menghindari reaksi yang
berlebihan karena adanya stress.
- Masalah-masalah yang berhubungan dengan stress seperti hipertensi,
sakit kepala, insomnia dapat dikurangi atau diobati dengan relaksasi.
- Mengurangi tingkat kecemasan pada lansia.

4
- Mengurangi kemungkinan gangguan yang berhubungan dengan stress
dan mengontrol anticipatory anxiety sebelum situasi yang
menimbulkan kecemasan, seperti pada pertemuan penting, wawancara
atau sebagainya.
- Penelitian menunjukkan bahwa perilaku tertentu dapat lebih sering
terjadi selama periode stress, misalnya naiknya jumlah rokok yang
dihisap, konsumsi alkohol, pemakaian obat-obatan, dan makanan yang
berlebih-lebihan.
- Meningkatkan penampilan kerja, sosial, dan penampilan fisik.
- Kelelahan, aktivitas mental dan atau latihan fisik yang tertunda dapat
diatasi dengan menggunakan ketrampilan relaksasi.
f) Hal-hal yang diperhatikan saat memberikan teknik relaksasi
Dalam menerapkan teknik relaksasi kita perlu mempertimbangkan
beberapa persiapan yang harus diperhatikan seperti setting lingkungan
yang tenang atau tidak mengganggu, pakaian yang longgar atau tidak
mengikat, perut yang tidak sedang kelaparan atau kekenyangan, serta
tempat yang nyaman dan tepat untuk mengambil posisi tubuh. Bisa pula
ditambahkan aromatherapy dan alunan musik klasik dalam pelaksanaan
teknik relaksasi.
Untuk dapat melakukan teknik relaksasi secara efektif, konseli harus
terlebih dahulu mengenal secara baik bagian-bagian dari tubuhnya. Tubuh
adalah satu kesatuan system unik yang terdiri dari beberapa sub-sistem
seperti system pencernaan, system pernafasan, system saraf, system
rangka, dan sebagainya. Posisi atau postur untuk relaksasi bebas, dapat
dengan duduk di lantai atau kursi, berdiri auatupun berbaring yang
penting dapat membawa konseli ke keadaan rileks atau istirahat serta
berguna untuk memperbaiki postur tubuh yang salah. Secara umum
pelasanaan relaksasi atau penenangan dilakukan dengan cara
mengendurkan urat-urat seluruh bagian badan secara berangsur-angsur
sehingga tidak ada lagi bagian tubuh yang kejang atau kaku.
2. Terapi musik
a) Pengertian Terapi Musik
Musik merupakan seni yang melukiskan pemikiran dan perasaan
manusia lewat keindahan suara. Musik merupakan refleksi perasaan suatu
individu atau masyarakat. Musik merupakan hasil dari cipta dan rasa

5
manusia atas kehidupan dan dunianya. Musik mampu menenangkan
pikiran saat bosan, gundah, dan juga sebagai terapi reaktif (Lan, 2009).
Terapi musik terdiri dari dua kata yaitu terapi dan musik. Kata terapi
berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu atau
menolong orang. Biasanya kata tersebut digunakan dalam konteks
masalah fisik dan mental (Djohan, 2006).
b) Klasifikasi terapi musik
Dalam dunia penyembuhan dengan musik, dikenal 2 macam terapi musik,
yaitu :
1) Terapi musik aktif.
Terapi musik aktif adalah keahlian menggunakan musik dan elemen
musik untuk meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan
kesehatan mental, fisik, emosional, dan spiritual. Terapi musik aktif ini
dapat dilakukan dengan cara mengajak klien bernyanyi, belajar main
alat musik, bahkan menggunakan lagu singkat atau dengan kata lain
terjadi interaksi yang aktif antara yang diberi terapi dengan yang
memberi terapi (Halim, 2003 cit Purwanta, 2007).
2) Terapi musik pasif
Terapi musik pasif adalah terapi musik dengan cara mengajak klien
mendengarkan musik. Hasilnya akan efektif bila klien mendengarkan
musik yang disukainya (Halim, 2003 cit Purwanta, 2007). Terapi musik
pasif merupakan terapi musik yang murah, mudah dan efektif. Terapi
musik pasif merupakan terapi yang tidak melibatkan pasien, bertujuan
untuk menjadikan pasien rileks dan tenang (Deviana, 2011). Hal
terpenting dalam terapi musik pasif adalah pemilihan jenis musik harus
tepat dengan kebutuhan pasien.
c) Pengaruh terapi musik
Terapi musik memiliki pengaruh dan manfaat yang besar pada setiap
orang yang mendengarkannya. Terapi musik juga dapat berpengaruh pada
sistem saraf otak kita. Terdapat tiga sistem saraf dalam otak yang akan
terpengaruh oleh musik yang didengarkan, yaitu:
1) Sistem otak yang memproses perasaan.
Musik adalah bahasa jiwa, musik mampu membawa perasan
kearah mana saja. Musik yang Anda dengar akan merangsang sistem

6
saraf yang akan menghasilkan suatu perasaan. Perangsangan sistem
saraf ini mempunyai arti penting bagi pengobatan, karena sistem saraf
ambil bagian dalam proses fisiologis (Deviana, 2011). Dalam ilmu
kedokteran jiwa, jika emosi tidak harmonis, maka akan mengganggu
sistem lain dalam tubuh kita, misalnya sistem pernapasan, sistem
endokrin, sistem immune, sistem kardiovaskuler, sistem metabolik,
sistem motorik, sistem nyeri, sistem temperatur dan lain sebagainya.
Semua sistem tersebut dapat bereaksi positif jika mendengar musik
yang tepat (Silvia, 2009).
2) Sistem otak kognitif
Aktivasi sistem otak kognitif dapat terjadi walaupun seseorang
tidak mendengarkan atau memperhatikan musik yang sedang diputar.
Musik akan merangsang sistem ini secara otomatis, walaupun
seseorang tidak menyimak atau memperhatikan musik yang sedang
diputar (Silvia, 2009). Jika sistem ini dirangsang maka akan dapat
meningkatkan memori, matematika, logika, bahasa, musik dan emosi.
Musik berhasil merangsang pola pikir dan menjadi jembatan bagi
pemikiran-pemikiran yang lebih kompleks. Didukung pula oleh
Goleman (1995) dalam Martin Gardiner (1996) dari hasil penelitiannya
mengatakan seni dan musik dapat membuat para siswa lebih pintar,
musik dapat membantu otak berfokus pada hal lain yang dipelajari
(Fauzi, 2008). Penelitian lain terkait dengan pengaruh musik yaitu
mampu menjadikan seseorang berpikir logis dan intutif, sekaligus
cerdas, kreatif, jujur, dan tajam perasaannya (Sirait, 2006).

3) Sistem dalam tubuh.


Musik secara langsung bisa mempengaruhi kerja otot kita. Detak
jantung dan pernafasan bisa melambat atau cepat secara otomatis,
tergantung alunan musik yang didengar. Bahkan bayi dan orang tidak
sadar pun tetap terpengaruh oleh alunan musik (Sacks, 2011). Musik
mampu mempengaruhi sistem dalam tubuh kita, termasuk hormon-
hormon dalam tubuh. Musik mampu mempengaruhi denyut jantung
dan tekanan darah dengan merangsang hormon adrenalin.

7
Jenis musik tertentu ternyata dapat memberikan efek relaksasi.
Musik yang menenangkan ini juga dipakai dalam pengobatan penderita
infark miokard (serangan jantung), pasien sebelum operasi, bahkan
untuk menurunkan stress pasien yang menunggu di ruang tunggu
praktek (Sirait, 2006
3. Terapi keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota
keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga
adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran
utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa
melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan
diidentifikasi dan kontribusi dari masing-masing anggota keluarga terhadap
munculnya masalah tersebut digali. Dengan demikian terlebih dahulu masing-
masing anggota keluarga mawas diri; apa masalah yang terjadi di keluarga,
apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian
mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan
atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase
2 (kerja), dan fase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan klien
mengembangkan hubungan saling percaya, isu-isu keluarga diidentifikasi, dan
tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua atau fase kerja adalah
keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola
interaksi di antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing
individual anggota keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga,
peraturan-peraturan yang selama ini ada. Terapi keluarga diakhiri di fase
terminasi di mana keluarga akan melihat lagi proses yang selama ini dijalani
untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-cara mengatasi isu yang timbul.
Keluarga juga diharapkan dapat mempertahankan perawatan yang
berkesinambungan.
4. Terapi lingkungan
a) Pengertian terapi lingkungan

8
Terapi Lingkungan berasal dari bahasa Perancis (Milieu Therapy)
yang berarti perencanaan ilmiah dari lingkungan untuk tujuan yang
bersifat terapeutik atau mendukung kesembuhan.
Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui
manipulasi dan modifikasi unsur-unsur yang ada pada lingkungan dan
berpengaruh positif terhadap fisik dan psikis individu serta mendukung
proses penyembuhan. ( Farida Kusumawati & Yudi Hartono, 2011).
b) Tujuan Terapi Lingkungan
 Menurut Farida Kusumawati & Yudi Hartono
1) Membantu Individu untuk mengembangkan rasa harga diri.
2) Mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain
3) Membantu belajar mempercayai orang lain.
4) Mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat.
 Menurut Stuart dan Sundeen:
1) Meningkatkan pengalaman positif pasien khususnya yang
mengalami gangguan mental, dengan cara membantu individu
dalam mengembangkan harga diri
2) Meningkatkan kemampuan untuk berhubungan denagan orang lain
3) Menumbuhkan sikap percaya pada orang lain
4) Mempersiapkan diri kembali ke masyarakat,
5) Mencapai perubahan yang positif.
c) Konsep Dan Prinsip Terapi Milieu
Gundeson(1978) mengatakan ada 5 vaiabel yaitu keamanan, dukungan,
validasi, stuktur dan keterlibatan. Kemudian gunderson menambahkan 2
variabel yaitu komunikasi terbuka dan lingkungan fisik.
1) Keamanan : Keamanan meliputi lingkungan yang aman, makanan,
tempat tinggal dan pelayanan yan aman yang meliputi kunnci
pintu,ruang isolasi dan pengikatan serta pelayanan yang di beikan tidak
menyakiti pasien.
2) Dukungan : Meliputi keterlibatan pasien,intervensi yang adekuat,
memberi semangat, perhatian, penghargaan, pendidikan, pengarahan dan
tehnik-tehnik lain yang dapat meningkatkan harga diri dan martabat
pasien.
3) Validasi : Pelayanan yang diberikan tetap memperhatikan individualistic
dan menghargai, toleransi dan martabat pasien. Perawat memberi waktu
pasien sendii,bicara empat mata dan memperhatikan tanda dan gejala
dengan komunikasi terbuka (Le-Cuyer,1992)

9
4) Struktur : Meliputi jadwal,peraturan,proses orientasi pasien baru,
hubungan kerja staf-staf dan staf-pasien,apat-rapat rutin dan apat kasus
pasien.
5) Keterlibatan : Pasien dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan,
kegiatan, proses pengobatan. Pasien diajarkan untuk bernegosiasi dan
menyusun rencana.
6) Komunikasi terbuka : Tim kesehatan dan pasien saling memahami
bahwa kejujuran, keterbukaan dan juga selektif dalam memberikan
informasi sehingga kerahasiaan dan privacy klien tetap terjaga.
7) Lingkungan fisik : Lingkungan fisik harus mampu memberikan proses
pemulihan, psikoterapi, peningkatan harga dan nilai diri pasien, dan juga
bisa meningkatkan interaksi pasien dengan orang lain.
d) Jenis-Jenis Kegiatan Terapi Lingkungan
1) Terapi rekreasi : Yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu
luang, dengan tujuan lansia dapat melakukan kegiatan secara konstruktif
dan menyenangkan serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial.
Contohnya: berenang, main kartu, dan karambol.
2) Terapi kreasi seni : Perawat dalam terapi ini dapat sebagai leader atau
bekerja sama denagn orang lain yang ahli dalam bidangnya karena harus
sesuai dengan bakat dan minat, serta memberikan kesempatan pada
lansia untuk menyalurkan/ mengekspresikan perasaannya. Contohnya:
menari dan menyanyi.
3) Terapi dengan menggambar dan melukis : Memberikan kesempatan
lansia untuk mengekspresikan tentang apa yang terjadi dengan dirinya.
Dengan menggambar akan menurunkan ketegangan dan memusatkan
pikiran pada kegiatan
4) literatur atau biblio therapy : Terapi dengan membaca seperti novel,
majalah dan buku- buku lain. Dimana lansia diharapkan untuk
mendiskusikan pendapatnya setelah membaca.Tujuannya adalah untuk
mengembangkan wawasan diri dan bagaimana mengekspresikan
perasaan/pikiran dan perilaku yang sesuai dengan norma-norma yang
ada.
5) Pet therapy : Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi respon lansia yang
tidak mampu mengadakan hubungan interaksi dengan orang-orang dan
pasien biasanya merasa kesepian, menyendiri, dan menggunakan objek
binatang untuk bermain.

10
6) Plant therapy : Terapi ini bertujuan untuk mengajar lansia untuk
memelihara segala sesuatu/mahluk hidup, dan membantu hubungan yang
akrab antara satu pribadi kepada pribadi lainnya dengan memelihara
tumbuhan, mulai dari menanam dan memelihara, serta menggunakannya
saat tanaman dipetik.
e) Macam-Macam Terapi Lingkungan
1) Model Terapi Moral : Model ini sangat umum dikenal oleh masyarakat
serta biasanya dilakukan dengan pendekatan agama/moral yang
menekankan tentang dosa dan kelemahan individu. Model terapi seperti
ini sangat tepat diterapkan pada lingkungan masyarakat yang masih
memegang teguh nilai-nilai keagamaan dan moralitas di tempat asalnya,
karena model ini berjalan bersamaan dengan konsep baik dan buruk yang
diajarkan oleh agama. Maka tidak mengherankan apabila model terapi
moral inilah yang menjadi landasan utama pembenaran kekuatan hukum
untuk berperang melawan penyalahgunaan narkoba.
2) Model Terapi Sosial : Model ini memakai konsep dari program terapi
komunitas, dimana adiksi terhadap obat-obatan dipandang sebagai
fenomena. penyimpangan sosial (social disorder). Tujuan dari model
terapi ini adalah mengarahkan perilaku yang menyimpang tersebut ke arah
perilaku sosial yang lebih layak. Hal ini didasarkan atas kesadaran bahwa
kebanyakan pecandu narkoba hampir selalu terlibat dalam tindakan a-
sosial termasuk tindakan kriminal. Kelebihan dari model ini adalah
perhatiannya kepada perilaku adiksi pecandu narkoba yang bersangkutan,
bukan pada obat-obatan yang disalahgunakan. Prakreknya dapat dilakukan
melalui ceramah, seminar, dan terutama terapi berkelompok (encounter
group). Tujuannya tidak lain adalah melatih pertanggung-jawaban sosial
setiap individu, sehingga kesalahan yang diperbuat satu orang menjadi
tanggung-jawab bersama-sama. Inilah yang menjadi keunikan dari model
terapi sosial, yaitu memfungsikan komunitas sedemikian rupa sebagai
agen perubahan (agent of change).
3) Model Terapi Psikologis : Model ini diadaptasi dari teori psikologis Mc
Lellin, dkk yang menyebutkan bahwa perilaku adiksi obat adalah buah
dari emosi yang tidak berfungsi selayaknya karena terjadi konflik,
sehingga pecandu memakai obat pilihannya untuk meringankan atau
melepaskan beban psikologis itu. Model terapi ini mementingkan

11
penyembuhan emosional dari pecandu narkoba yang bersangkutan,
dimana jika emosinya dapat dikendalikan maka mereka tidak akan
mempunyai masalah lagi dengan obat-obatan. Jenis dari terapi model
psikologis ini biasanya banyak dilakukan pada konseling pribadi, baik
dalam pusat rehabilitasi maupun dalam terapi pribadi.
4) Model Terapi Budaya : Model ini menyatakan bahwa perilaku adiksi obat
adalah hasil sosialiasi seumur hidup dalam lingkungan sosial atau
kebudayaan tertentu. Dalam hal ini, keluarga seperti juga lingkungan
dapat dikategorikan sebagai “lingkungan sosial dan kebudayaan tertentu”.
Dasar pemikirannya adalah, bahwa praktek penyalahgunaan narkoba oleh
anggota keluarga tertentu adalah hasil akumulasi dari semua permasalahan
yang terjadi dalam keluarga yang bersangkutan. Sehingga model ini
banyak menekankan pada proses terapi untuk kalangan anggota keluarga
dari para pecandu narkoba tersebut.
5. Logo terapi
a) Pengertian Logo Terapi
Logoterapi diperkenalkan oleh Viktor Frankl, seorang dokter ahli
penyakit saraf dan jiwa (neuro-psikiater). Logoterapi berasal dari kata
“logos” yang dalam bahasa Yunani berarti makna (meaning) dan juga
rohani (spirituality), sedangkan terapi adalah penyembuhan atau
pengobatan. Logoterapi secara umum dapat digambarkan sebagai corak
psikologi/ psikiatri yang mengakui adanya dimensi kerohanian pada
manusia di samping dimensi ragawi dan kejiwaan, serta beranggapan
bahwa makna hidup (the meaning of life) dan hasrat untuk hidup bermakna
(the will of meaning) merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf
kehidupan bermakna (the meaningful life) yang didambakannya. Ada tiga
asas utama logoterapi yang menjadi inti dari terapi ini, yaitu:
 Hidup itu memiliki makna (arti) dalam setiap situasi, bahkan dalam
penderitaan dan kepedihan sekalipun. Makna adalah sesuatu yang
dirasakan penting, benar, berharga dan didambakan serta memberikan
nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan hidup.
 Setiap manusia memiliki kebebasan – yang hampir tidak terbatas – untuk
menentukan sendiri makna hidupnya. Dari sini kita dapat memilih
makna atas setiap peristiwa yang terjadi dalam diri kita, apakah itu

12
makna positif atupun makna yang negatif. Makna positif ini lah yang
dimaksud dengan hidup bermakna.
 Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mangambil sikap terhadap
peristiwa tragis yang tidak dapat dielakkan lagi yang menimpa dirinya
sendiri dan lingkungan sekitar. Contoh yang jelas adalah seperti kisah
Imam Ali diatas, ia jelas-jelas mendapatkan musibah yang tragis, tapi ia
mampu memaknai apa yang terjadi secara positif sehingga walaupun
dalam keadaan yang seperti itu Imam tetap bahagia.
b) Tujuan Logoterapi
Tujuan dari logoterapi adalah agar setiap pribadi:
1) memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara
universal ada pada setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama
yang dianutnya
2) menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan,
terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan
3) memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari
penderitaan untuk mamp[u tegak kokoh menghadapi berbagai kendala,
dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup
yang lebih bermakna.
c) Logoterapi sebagai Teori Kepribadian
Kerangka pikir teori kepribadian model logoterapi dan dinamika
kepribadiannya dapat digambarkan sebagai berikut:
Setiap orang selalu mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya.
Dalam pandangan logoterapi kebahagiaan itu tidak datang begitu saja, tetapi
merupakan akibat sampingan dari keberhasilan seseorang memenuhi
keinginannya untuk hidup bermakna (the will to meaning). Mereka yang
berhasil memenuhinya akan mengalami hidup yang bermakna (meaningful
life) dan ganjaran (reward) dari hidup yang bermakna adalah kebahagiaan
(happiness). Di lain pihak mereka yang tak berhasil memenuhi motivasi ini
akan mengalami kekecewaan dan kehampaan hidup serta merasakan
hidupnya tidak bermakna (meaningless). Selanjutnya akibat dari penghayatan
hidup yang hampa dan tak bermakna yang berlarut-larut tidak teratasi dapat
mengakibatkan gangguan neurosis (noogenik neurosis) mengembangkan
karakter totaliter (totalitarianism) dan konformis (conformism).
6. Life review terapi

13
Satu dari pendekatan yang paling terkenal terhadap pengobatan usila
adalah dengan menggunakan Review Kehidupan/Life Review (Butler, 1963,
Butler dan Lewis, 1981).
Butler dan Lewis (1981) menjelaskan bahwa Therapi Review Kehidupan
adalah lebih ekstensif daripada pengingatan kembali masa lampau secara
sederhana, walaupun kenang-kenangan merupakan komponen utama dalam
pendekatan ini. Mereka juga menjelaskan bahwa pemerolehan suatu
otobiografi yang ekstensif dari manula adalah penting (tergantung pada
keragaman sumber misalnya : album keluarga, silsilah keluarga), dengan
membiarkan mereka mengatur hidupnya sendiri. Oleh karena itu, konflik-
konflik intrapsikis, hubungan keluarga, keputusan tentang keberhasilan dan
kegagalan, penyelesaian masalah dan klarifikasi dari nilai-nilai yang dimiliki
manula adalah potensial untuk memberikan keuntungan yang diperoleh
melalui life review yang dilakukan secara individu atau kelompok.
Tetapi review kehidupan dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat
frustasi dan menyakitkan untuk banyak manulau yang mungkinmemperoleh
dukungan emosional dari seorang penasehat (konselor) selama periode waktu
yang lama untuk mengatasi hasil tambahan (by product) dari proses ini (putus
asa, rasa bersalah, permusuhan).
Sherwood dan Mor (1980 : 867) menunjukan bahwa kenang-kenangan
(life review) therapy paling baik dipergunakan dalam suatu lingkungan yang
suportif untuk menciptakan kembali identitas orang yang sudah lanjut usia
“untuk kembali dari keadaan ketidaksesuaian (dissonance) yang disebabkan
oleh kesadaran bahwa usia lanjut tidak memungkinkan untuk menikmati hidup
sepuas-puasnya seperti harapan dirinya dimasa lampau”.
Sherwood dan Mor (1980) mencatat bahwa kenang-kenangan mungkin
tidak cocok bagi manula yang memiliki riwayat “kelainan sosial dan
psikologis” . Juga kegunaanya mungkin terbatas bagi manula yang memiliki
sumber-sumber interpersonal (interpersonal resourses) seperti : anak,
istri/suami, teman, cucu atau bagi mereka yang kebutuhannya untuk tidak
menerima pengalaman-pengalaman yang menyakitkan (dan bagi mereka yang
menjadikan penolakan sebagai pendekatan seumur hidup terhadap masalah-
masalahnya) lebih besar dari keuntungan-keuntungan proses review kehidupan

14
(sebagai suatu persiapan untuk kematian) bukanlah cirri-ciri khusus bagi
manula secara keseluruhan ( Hayslip dan Martin, 1985).

15
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Menua merupakan proses fisologis dengan berbagai perubahan fungsi organ
tubuh dan bukan suatu penyakit. Adapun gangguan yang menyebabkan penderita
harus berbaring lama sedapat mungkin dihindarkan. Pemberian terapi merupakan
salah satu kunci keberhasilan dalam pemulihan kesehatan pada lansia. Seperti
pemberian modalilitas alamiah ataupun dengan menggunakan peralatan khusus
biasanya hanya menggurangi keluhan yang bersifat sementara, akan tetapi
latihan-latihan yang bersifat pasif maupun aktif yang bertujuan untuk
mempertahankan kekuatan pada sekelompok otot-otot tertentu agar mobilitas
tetap terjaga sebaiknya dilaksanakan secara berkesinambungan, sehingga
pencegahan disabilitas primer diminimalkan dan disabilitas sekunder bisa
dicegah, dan pada akhirnya tidak terjadi handicap.

B. Saran
Peran perawat sangat diperlukan untuk mempertahankan derajat kesehatan
pada lansia dalam taraf setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau
gangguan kesehatan. Dengan demikian, lansia masih dapat memenuhi
kebutuhannya secara mandiri. Oleh karena itu perkembangan ilmu dan praktika
dalam pembelajaran sangat penting untuk memenuhi kualitas sumber daya yang
dibutuhkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Djohan. 2006. Terapi Musik :Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Galangpress

Kusumawati Farida, Yudi Hatono. 2011.Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta:


Salemba Medika.

Martono, Hadi dan Kris Pranarka. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut),Edisi IV. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika

Mubarak, Wahid Iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika

Pudjiastuti, Sri Surini. 2003. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta : EGC

Stockslager, Jaime L. 2007. Buku Saku Asuhan Keparawatan Geriatrik, Edisi II.
Jakarta : EGC

Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC

17

Anda mungkin juga menyukai