Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KEPERAWATAN GERONTIK
“Terapi Komplementer Pada Lansia”

Disusun oleh: Kelas 3B (Kelompok 7)


1. Delti Meifita Sari
2. Cindy Puspita Sari
3. Lora Fransisca Samosir
4. Reska Multia Nengsih
5. Sukma Wijaya
6. Winda Evita Rahmi
7. Yopen Mardiansyah

Dosen Pembimbing :

Ns. Nehru Nugroho, M.Kep

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI D - III JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Sebelumnya
terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dan ikut bekerjasama
dalam proses penulisan makalah ini. Serta tak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada Ns. Nehru Nugroho, M.Kep Selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Keperawatan gerontik yang sudah berperan penting dalam memberikan ilmu
kepada kami sehingga makalah yang berjudul “Terapi Komplementer Pada
Lansia” ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu, untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Keperawatan gerontik. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang sikap dan pembentukan sikap bagi para pembaca dan
juga penulis..Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penulisan. Hal ini disebabkan
keterbatasan kami, maka karena itu kami mengarapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi perbaikan makalah selanjutnya. Semoga apa yang telah
kami sampaikan dalam makalah ini bisa mengandung banyak manfaat khususnya
bagi kami yang masih tahap belajar dan umum bagi semua pembaca.

Bengkulu, 18 oktober 2022

Kelompok 7B
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................1
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
A. Latar belakang..............................................................................................................4
B. Tujuan...........................................................................................................................5
C. Manfaat.........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................6
A. Pengertian Terapi Komplementer............................................................................6
B. Klasifikasi Terapi Komplementer............................................................................8
C. Penggunaan Terapi Komplementer..........................................................................9
BAB III PENUTUP........................................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................................10
B. Saran...........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penuaan adalah suatu proses akumulasi dari kerusakan sel somatik
yang diawali oleh adanya disfungsi sel hingga terjadi disfungsi organ dan
pada akhirnya akan meningkatkan risiko kematian bagi seseorang. Apabila
dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, proses penuaan merupakan
suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai
kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya
kemunduran sejalan dengan waktu.
Pada hakikatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaiyu : masa
kanak-kanak, masa remaja, dan masa tua. Tiga tahap ini berbeda, baik
secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami
kemunduran baik fisik maupun psikis.
Corak perkembangan proses penuaan bersifat lambat namun
dinamis dan bersifat individual baik secara fisiologis maupun patologis,
karena banyak dipengaruhi oleh riwayat maupun pengalaman hidup di
masa lalu yang terkait dengan faktor biologis, psikologis, spiritual,
fungsional, lingkungan fisik dan sosial. Perubahan struktur dan penurunan
fungsi sistem tubuh tersebut diyakini memberikan dampak yang signifikan
terhadap gangguan homeostasis sehingga lanjut usia mudah menderita
penyakit yang terkait dengan usia misalnya: stroke, Parkinson, dan
osteoporosis dan berakhir pada kematian. Penuaan patologis dapat
menyebabkan disabilitas pada lanjut usia sebagai akibat dari trauma,
penyakit kronis, atau perubahan degeneratif yang timbul karena stres yang
dialami oleh individu. Stres tersebut dapat mempercepat penuaan dalam
waktu tertentu, selanjutnya dapat terjadi akselerasi proses degenerasi pada
lanjut usia apabila menimbulkan penyakit fisik.
Oleh karena itu diperlukannya pelaksanaan program terapi yang
diperlukan suatu instrument atau parameter yang bisa digunakan untuk
mengevaluasi kondisi lansia, sehingga mudah untuk menentukan program
terapi selanjutnya.
B. Tujuan
1. Mengetahui tentang terapi komplementer
2. Mengetahui terapi medic dan komplementer yang lazim digunakan
pada lansia
C. Manfaat
1. Bagi Institusi Penddikan
Diharapkan memberikan referensi, serta menambah wawasan dan
informasi kepada institusi pendidikan terutama mahasiswa
keperawatan untuk membekali mahasiswa tentang terapi
komplementer pada lansia.
2. Bagi Penelitian
Diharapkan dapat menambah wawasan ilmu penelitian
keperawatan khususnya tentang terapi komplementer pada lansia.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan menambah informasi dan pengetahuan kepada
masyarakat tentang terapi komplementer pada lansia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Terapi Komplementer


Menurut WHO (World Health Organization), Pengobatan
komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal
dari negara yang bersangkutan, sehingga untuk Indonesia jamu misalnya,
bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan
tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan
yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun –
temurun pada suatu negara. Tetapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia
bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.
Terapi komplementer merupakan terapi holistis atau terapi
nonbiomedis. Hasil penelitian tentang psikoneuroimunologi
mengungkapkan bahwa proses interaktif pada manusia dengan tubuh,
pikiran, dan interaksi sosial mempengaruhi kesejahteraan seseorang.
NCCAM. Menetapkan bahwa terapi komplementer secara garis besar di
dasarkan sebagai kategori terapi pikiran penghubung tubuh (mind – body
terapies) sementara terapi biomedis lebih banyak mempengaruhi seluruh
tubuh dan berfokus pada dampak terapi terhadap pengibatan atau
penanganan masalah fisik. Sebagai contoh, pada terapi biomedis, evaluasi
efek obat antihipertensi hanya ditentukan melalui tekanan darah dan tidak
memperhatikan bagaimana obat mempengaruhi alam rohani dan
psikologis.
NCCAM mendefinisikan terapi komplementer adalah suatu
penyembuhan yang mencakup sistem kesehatan, modalis, praktik dan teori
serta keyakinana dari masyarakat atau budaya dalam periode secara
tertentu . CAM mencakup semua praktik serta ide – ide yang dimaknai
sebagai upaya mencegah atau mengobati penyakit atau mempromosikan
kesehatan dan kesejahteraan .
Terapi komplementer atau terapi modalitas di akui sebagai upaya
kesehatan nasional oleh nasional center for complementary/ alternative
medicine (NCCAM) di amerika. Penggunaan istilah komplementer
disebabkan karena pemakaian bersama terapi lain, bukan sebagai
pengganti dan pengobatan biomedis. Terapi komplementer juga
digunakan dalam praktik keperawatan profesional sebagai terapi alternativ
di beberapi klinik keperawatan, misalnya latihan relaksasi oto progesif
pada penanganan klien dengan epilepsi yang menyertai penggunaan obat
antiepilepsi. Study menunjukkan bahwa penggunaan relaksasi otot
progesif dapat meningkatkan kontrol kejang ( whaitma dkk., 1990).
Namun demikian, tera[i komplkementer dapat digunakan mandiri atau
tidak berhubungan dengan terapi biomedis karena di posisikan sebagai
upaya promosi kesehatan, misalnya klien dpijat secara rutin untuk
mencegah munculnya stres.
Terapi Komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit
yang dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis
konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan
medis yang Konvensional.
B. Klasifikasi Terapi Komplementer
Terdapat lebih dari 1800 terapi komplementer yang diidentifikasi
berdasarkan sistem perawatan , terapi yang cukup dikenal luas dan
digunakan, variasi dari terapi, praktik budaya asli yang tidak dikenal, dan
mekanisme ang mendasari tindakan terapi yang tidak diketahui.
Kategori terapi konmpkementer menurut NCCAM adalah sebagai berikut :
1. Terapi pikiran, tubuh ( mind – body terapies)
2. Terapi berbasis biologi ( biologokalli based terapies)
3. Terapi manipulatife dan berbasis tubuh(manipulatife and body
based terapies)
4. Terapi energi yang termasuk dalam kategori energy hayati
bioelektro magnetik( energi and biofild terapies).
C. Penggunaan Terapi Komplementer
Faktor yang mempengaruhi perkembangan atau penggunaan terapi
komplementer (Astin, 1998:kaptchuk dan eisenberg 1998 : jobs,1998 :
mitzdorf dkk,1999) antara lain:
1. Adanya kenyakinan bahwa terapi biomedis tidak menyentuh
seluruh dominan yang dimiliki individu.
2. Adanya efek biomedis yang dianggap lebih buruk daripada
efek terapi yang diharapkan;
3. Konsumen menginginkan penyedia layanan kesehatan yang pesuli
(carig).
4. Konsumen menginginkan pengakuan dan perlakuan secarautuh
atau holistis.
5. Konsumen menginginkan keterlibatandalam pengambilan
keputusan dalam menangani masalahkesehatan yang di hadapi.
6. Faktor lain yang telah meningkatkan penggunaan terapi
komplementer adalah peningkatan pengeseran budaya yang
menggunakan pelayanan kesehatan selain sistem biomedis.

Terapi komplementer sangat penting dalam klien dengan kondisi


kesahatan fonis yang meliputi spiritual, sosial, psikologi, dan masalah
fisik (haines, McKibbon dan Kanani, 1996).Terapi komplementer
keperawatan Nightingale menyerahkan penggunaan terapi
komplementer dalam perawatan klien. Fundamental of nursing
menjelaskan beberapa penggunaan prinsip terapi komplementer seperti
pijat (massage), panas dan dingin, dan gizi. Pada akhir 1950 – an,
proses keperawatan diperkenalkan dengan menggunakan 5 langkah
pendekatan pemecahan masalah untuk keperawatan yaitu
pengakajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, intervensi, dan
evaluasi. Keterampilan pengakajian sangat penting karena berkaitan
dengan langkah selanjutnya, yaitu intervensi. Perpedaan dalam
menyusun intervensi dipengaruhi oleh pengelompokan yangmeliputi
tundakan dependen (dependent), kolaborasi (interdependent), mandiri
(independent).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Terapi komplementer merupakan terapi holistis atau terapi


nonbiomedis.
Hasil penelitian tentang psikoneuroimunologi mengungkapkan bahwa
proses interaktif pada manusia dengantubuh, pikiran, dan interaksi
sosial mempengaruhi kesejahteraan seseorang. NCCAM. Menetapkan
bahwa terapi komplementer secara garis besar di dasarkan sebagai
kategori terapi pikiran penghubung tubuh (mind – body terapies)
sementara terapi biomedis lebih banyak mempengaruhi seluruh tubuh
dan berfokus pada dampak terapi terhadap pengibatan.
B. Saran
Dengan adanya makalah yang kami buat ini tentang terapi
komlementer diharapkan pembaca atau teman-teman sejawat dapat
memperoleh manfaat dari makalah yang kami buat. Jika ada
pengembangan yang bermanfaat mohon untuk dilayangkan pada
penulis makalah ini karena masukan dari pembaca atau bapak/ ibu
dosen sangat mendukung demi kesempurnaan makalah yang kami
buat.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 1990). Perawatan Kesehatan Masyarakat,


Seri A Petunjuk Pelaksanaan Kelompok Di Puskesmas.
Jakarta : Ditjen Binkesmas.

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas.


Jakarta : Penerbit Salemba Medika.

M.S Muchtadi Deddy. 2009. Gizi Anti Penuaan Dini. Bandung :


Penerbit Alfabeta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.


Jakarta : Rineka Cipta.

Nugroho, Wahyu. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta : EGC.

Republik Indonesia. 1998. Undang-Undang No. 13 tahun 1998 Tentang


Kesejahteraan Lanjut Usia. Jakarta : Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang


Kesehatan. Jakarta : Sekretariat Negara.

Anda mungkin juga menyukai