Anda di halaman 1dari 22

MEKANISME BIOFISIOLOGIS

KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

OLEH:
NI NYOMAN TRIA SUNITA

P07120214020

AYU PUTU EKA TUSNIATI

P07120214032

NI KADEK SONIYA DARMAYANTI

P07120214039

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR


DIV KEPERAWATAN TK.III / SEMESTER V
JURUSAN KEPERAWATAN
2016

KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang
Widhi Wasa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Kewirausahaan untuk
proses pembelajaran di Politeknik Kesehatan Denpasar yang membahas tentang
Mekanisme Biofisiologis Keperawatan Komplementer tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini berkat bantuan dan motivasi berbagai pihak. Untuk
itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan
yang telah membantu dalam penelitian dan pengumpulan data.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
kemampuan penulis. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
konstruktif sehingga kami dapat menyempurnakan makalah ini.
Om Santih, Santih, Santih, Om

Denpasar, 15 November 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................
1.1

Latar Belakang..................................................................................................................

1.2

Tujuan Penulisan...............................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................


2.1

Pengertian Keperawatan Komplementer..........................................................................

2.2

Jenis Terapi Komplementer...............................................................................................

2.3

Mekanisme Biofisiologis Keperawatan Komplementer...................................................

2.3.1

Mekanisme Biofisiologi Pemijatan Refleksi.............................................................

2.3.2

Mekanisme Biofisiologi Terapi Akupuntur...............................................................

2.3.3

Mekanisme Biofisiologi Meditasi............................................................................

2.3.4

Mekanisme Biofisiologi Terapi Hiperbarik.............................................................

2.3.5

Mekanisme Biofisiologi Terapi Bekam...................................................................

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................


3.1

Kesimpulan.....................................................................................................................

3.2

Saran................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

ii

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1

Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer adalah

pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Jadi
untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi
merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah
pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun
temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan
sebagai pengobatan komplementer.
Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan
sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional atau sebagai Pengobatan
Pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang Konvensional. Salah satu terapi komplementer
yang kini populer dimasyarakat adalah terapi akupresur. Terapi akupresur adalah
perkembangan terapi pijat yang berlangsung seiring dengan perkembangan ilmu akupuntur
karena tekhnik pijat akupresur adalah turunan dari ilmu akupuntur. Tekhnik dalam terapi
ini menggunakan jari tangan sebagai pengganti jarum tetapi dilakukan pada titik-titik yang
sama seperti yang digunakan pada terapi akupuntur. Ada beberapa jenis klasifikasi, cara,
indikasi serta kontraindikasi dari terapi akupresur yang akan dijabarkan lebih jelas didalam
makalah.
Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005,
terdapat 75 80% dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani pengobatan nonkonvensional. Di Indonesia sendiri, kepopuleran pengobatan non-konvensional, termasuk
pengobatan komplementer ini, bisa diperkirakan dari mulai menjamurnya iklan iklan
terapi non konvensional di berbagai media. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik
untuk menyusun makalah tentang mekanisme biofisiologi terapi komplementer.
2

Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
4.

Mahasiswa memahami Pengertian Keperawatan Komplementer


Mahasiswa memahami Jenis Terapi Komplementer
Mahasiswa memahami Meknisme Pemijatan Refleksi
Mahasiswa memahami Mekanisme Akupuntur
1

5. Mahasiswa memahami Mekanisme Meditasi


6. Mahasiswa memahami Mekanisme Terapi Hiperbarik
7. Mahasiswa memahami Mekanisme Terapi Bekam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Keperawatan Komplementer
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai
pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain di
luar pengobatan medis yang konvensional.
Terapi komplementer (complementary therapies) adalah semua terapi yang digunakan
sebagai tambahan untuk terapi konvensional yang direkomendasikan oleh penyelenggaraan
pelayanan kesehatan individu (Perry, Potter, 2009).
Terapi komplementer adalah pengobatan non konvensional yang bukan berasal dari
negara yang bersangkutan. Misalnya, jamu bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi
merupakan pengobatan tradisional (WHO).
NCCAM (National Center for Complementary and Alternative Medicine) mengenai
definisi CAM, yakni sebuah kelompok sistem kesehatan dan medis, praktik medis, dan
produk-produk yang tidak masuk dalam kategori kedokteran konvensional.
2.2 Jenis Terapi Komplementer
NCCAM mengategorikan CAM menjadi 5 jenis yakni:
1. Alternative Medical Systems
Yakni, suatu sistem kedokteran yang dibangun dari teori-teori dan praktik medis lokal,
contoh kedokteran yang berasal dari kultur Barat:
a. Ayurveda
System pengobatan tradisional Hindu yang memkombinasikan obat herbal, obat
pencahar dan minyak gosok.

b. Pengobatan Homeopatic
System mengobatan medis yang didasari pada teori bahwa penyakit tertentu dapat
diobati dengan memberikan dosis kecil substansi yang ada pada individu sehat akan
menghasilkan gejala seperti penyakit.
c. Pengobatan Naturopatik
System pengobatan didasari pada makanan alami, cahaya, kehangatan, pijatan air
segar, olah raga teratur dan menghindari pengobatan, mengenali kemampuan
mnyembuhkan tubuh alami.
d. Pengobatan Tradisional Cina
Kumpulan tehnik dan metode sistematik termasuk akupuntur, pengobatan herbal,
pijatan, akupreser, moxibustion (menggunakan panas dari herbal yang dibakar),
qigong (menyeimbangkan aliran energi melalui gerakan tubuh).
2. Mind-Body Interventions
Menggunakan berbagai tehnik yng dibuat untuk meningkatkan kapasitas pikiran guna
mempengaruhi fungsi dan gejala tubuh.
a. Terapi Dansa
Sarana memperdalam dan memperkuat terapi karena merupakan ekspresi langsung
dari pikiran dan tubuh.
b. Terapi Pernafasan
Menggunakan segala jenis pola pernafasan untuk merelaxasi, memperkuat atau
membuka jalur emosional.
c. Imajinasi Terbimbing
Tehnik terapiutik untuk mengobati kondisi patologis dengan berkonsentrasi pada
imajinasi atau serangkaian gambar.
d. Meditasi
Praktik yang ditujukan pada diri untuk merelaxasi tubuh dan menenangkan pikiran
menggunakan ritme pernafasan yang berfokus.
e. Terapi Musik
Menggunakan music untuk menunjukkan kebutuhan fisik, psikologis, kogniti dan
sosial individu yang menderita cacat dan peny.
f. Usaha Pemulihan (doa)
Berbagai tehnik yang menggunakan dalam banyak budaya yang menggabungkan
pelayanan, kesabaran, cinta atau empati dengan target doa.
g. Psikoterapi
Pengobatan kelainan mental dan emosional dengan tehnik psikologi
h. Yoga
4

Teknik yang befokus pada susunan otot, postur, mekanisme pernafasan dan kesadaran
tubuh.
3. Biologacally Based Therapies
Merupakan terapi yang menggunakan substansi alami seperti bahan herbal, makanan, dan
vitamin tertentu untuk terapi nyeri, penyakit, atau keadaan ketidakseimbangan lainnya.
a. Zona
Progam diet yang memerlukan makanan berprotein, karbohidrat dan lemak dengan
perbandingan 30:40:30. Digunakan untuk menyeimbangkan insulin dan hormone lain
untuk kesehatan yang optimal.
b. Diet Mikrobiotik
Diutamakan diet vegetarian.
c. Pengobatan Ortomolekuler
Meningkatkan nutrisi seperti vitamin c dan bertakoren
4. Manipulative and Body-Based Methods
Metode ini menggunakan manipulasi dan/atau gerakan tubuh atau anggota tubuh.
Contohnya:
a. Akupresur
Tehnik terapetik mempergunakan tekanan digital dalam cara tertentu pada titik yang
dibuat pada tubuh untuk mengurangi rasa nyeri menghasilkan analgesic atau
mengatur fungsi tubuh.
b. Pengobatan Kiropratik
System terapi yang melibatkan manipulasi kolumna spinalis dan memasukan
fisiotherapy dan terapi cliet.
c. Metode Feldenkrais
Terapi alternatif yang didasarkan pada citra tubuh yang baik melalui perbaikan
pergerakan tubuh.
d. Tai chi
Terapi alternatif yang menghubungkan pernafasan, pergerakan dan meditasi untuk
membersihkan, memperkuat dan sirkulasi energi dan darah kehidupan yang penting.
e. Terapi Pijat
Manipulasi jaringan ikat melalui pukulan, gosokan atau meremas untuk
meningkatkan sirkulasi, memperbaiki sifat otot dan relaxsi.
5. Energy Therapies
5

Terapi menggunakan medan energi baik itu energi dari alam atau energi elektromagentik,
contohnya:
a. Qi gong: berasal dari Tiongkok, berupa kombinasi gerakan, meditasi, dan pola nafas
untuk mengalirkan qi (suatu energi vital), sehingga melancarkan peredaran darah dan
meningkatkan imunitas.
b. Rei-ki: berasal dari Jepang, merupakan suatu kepercayaan mengenai adanya energi
spiritual yang dapat menyembuhkan tubuh.
c. Terapi

sentuh:

teknik

kuno

dengan

menempelkan

telapak

tangan

dapat

mengembalikan ketidakseimbangan energi.


d. Terapi dengan medan elektromagnet
2.3 Mekanisme Biofisiologis Keperawatan Komplementer
2.3.1 Mekanisme Biofisiologi Pemijatan Refleksi
Pamungkas (2009) menyatakan bahwa terapi pijat refleksi adalah cara
pengobatan yang memberikan sentuhan pijatan pada lokasi dan tempat yang sudah
dipetakan sesuai pada zona terapi. Pada zona-zona ini, ada suatu batas atau letak
reflek-reflek yang berhubungan dengan organ tubuh manusia, dimana setiap organ
atau bagian tubuh terletak dalam jalur yang sama berdasarkan fungsi system saraf.
Soewito (1995) menambahkan pada telapak kaki terdapat gambaran tubuh, dimana
kaki kanan mewakili tubuh bagian kanan dan kaki kiri mewakili tubuh bagian kiri.
Potter & Perry (1997) menegaskan bahwa pemberian sentuhan terapeutik dengan
menggunakan tangan akan memberikan aliran energi yang menciptakan tubuh
menjadi relaksasi, nyaman, nyeri berkurang, aktif dan membantu tubuh untuk segar
kembali.
Apabila titik tekan dipijat atau disentuh dan diberi aliran energi maka system
cerebral akan menekan besarnya sinyal nyeri yang masuk kedalam sistem saraf yaitu
dengan mengaktifkan sistem nyeri yang disebut analgesia (Guyton & Hall, 2007).
Ketika pemijatan menimbulkan sinyal nyeri, maka tubuh akan mengeluarkan morfin
yang disekresikan oleh sistem serebral sehingga menghilangkan nyeri dan
6

menimbulkan perasaan yang nyaman (euphoria). Reaksi pijat refleksi terhadap tubuh
tersebut akan mengeluarkan neurotransmitter yang terlibat dalam sistem analgesia
khususnya enkafalin dan endorphin yang berperan menghambat impuls nyeri dengan
memblok transmisi impuls ini di dalam system serebral dan medulla spinalis (Guyton
& Hall, 2007; Potter & Perry, 1997).
Rasa sakit yang dirasakan oleh tubuh di atur oleh dua sistem serabut saraf yaitu
serabut A-Delta bermielin dan cepat dan serabut C tidak bermeilin berukuran sangat
kecil dan lambat mengolah sinyal sebelum dikirim ke sistem saraf pusat atau sistem
serebral. Rangsangan yang masuk ke sistem saraf serabut A-Delta mempunyai efek
menghambat rasa sakit yang menuju ke serabut saraf C, serabut saraf C bekerja untuk
melawan hambatan. Sementara itu, signal dari otak juga mempengaruhi intensitas
rasa sakit yang dihasilkan. Seseorang yang merasa sakit bila rangsangannya yang
datang melebihi ambang rasa sakitnya, secara reflek orang akan mengusap bagian
yang cedera atau organ tubuh manusia yang berkaitan dengan daerah titik tekan
tersebut. Usaha tubuh untuk merangsang serabut saraf A-Delta menghambat jalannya
sinyal rasa sakit yang menuju ke serabut C menuju ke otak, dampaknya rasa sakit
yang diterima otak bisa berkurang bahkan tidak terasa sama sekali (Guyton & Hall,
2007)

2.3.2 Mekanisme Biofisiologi Terapi Akupuntur


Perangsangan pada titik-titik akupuntur akan dapat menghasilkan senyawasenyawa peptide epioid endogen dan kelenjar pituitary yang mempunyai efek analgesi
sebanding dengan pemberian morfin. Menurut ilmu Kedokteran Cina, nyeri
ditimbulkan oleh adanya energy (Chi) yang terhambat dan tidak dapat mengalir
dengan bebas sepanjang meridian. Ketukan,rangsangan atau tusukan pada meridian di
kulit akan dapat mengembalikan kelancaran aliran energy. Pendekatan ini kemudian
yang ditiru oleh Negara Barat untuk menginduksi efek analgetesi yaitu dengan cara
merangsang efek spinal dan otak tengah terhadap nyeri (Sudirman,2005)
7

Mekanisme akupuntur dalam menghilangkan nyeri yang bersifat general adalah


opiodergik atau endorfinergik yaitu melalui pelepasan endorphin di jalur analgesia
endogen (jalur modulasi). Endorfin yang dilepaskan meliputi beta-endorfin,dinorfinn
dan metenkefalin. Met-enkefalin dilepaskan oleh saraf interneuron di kornu posterior
medulla spinalis. Sedangkan dinorfin dilepaskan di medulla spinalis dari jaras yang
berasal dari supra spinal yang turun ke kornus posterior medulla spinalis. Endorphin
terutama dilepaskan Periaquaductal Grey Matter (PAG) dan sel-sel hipotalamus.
Sebagian menuju ke hipofisis yang kemudian mensekresikan endorphin ke pembuluh
darah,sehingga memberikan efek general. Disamping ke 3 substansi tersebut yang
merupakan neurotransmitter inhibitor, dilepaskan juga di jalur modulasi (jalur
analgesia endogen ) substansi lain yaitu serotonin yang berasal dari nucleus para
gigantoselularis. Serotin dan noradrenalin juga member efek menghambat impuls
noksius (Sudirman,2009).

Mekanisme akupuntur analgesia secara segmental adalah dengan pemahaman


bahwa adanya segmentasi pada jaringan kulit, otot, visera yang masing-masing
dikenal sebagai dermatom,miotom,viserotom,memungkinkan penggunaan akupuntur
untuk menerapi organ visera. Memberikan rangsangan dititik akupuntur yang berada
di jaringan kulit dan otot dapat digunakan untuk menerapi organ visera termasuk
rahim dan perineum. Caranya adalah dengan menusuk akupoin yang berada di
segmen dermatom yang sama dengan organ visera yang diterapi. Dasar pemikirannya
sama dengan fenomena ilmu kedokteran yang disebut proyeksi eksterna, dimana yang
mengalami gangguan adalah organ visera,tetapi yang merasakan nyeri adalahrah dae
kulit yang inervasi atau persarafannya berasal dari segmen medulla spinalis yang
sebagai contoh adalah iskemi otot jantung yang nyerinya sampai dirasakan sampai ke
lengan kiri sebelah medial dan menjalar ke kelingking. Dalam mekanisme segmental
ini diperantarai juga oleh berbagai neurotransmitter inhibitor yang bekerja di medulla
spinalis seperti met-enkefalin dan dinorfin, serta pada jalur modulasi (jalur analgesi
endogen turun) sisekresi serotonin.
9

Fenomena proyeksi ekterna ini sebenarnya adalah reflek viserokutan, artinya yang
mengalami patologi (gangguan) organ viseral tetapi yang merasakan kutan (kulit)
yang sesegmen. Pemahaman di TCM adalah bila dapat terjadi reflek visero-kutan atau
proyeksi ekterna, seharusnya dapat juga terjadi proyeksi interna atau reflek somatokutano-viseral (Sudirman,2011).
Selain itu mekanisme akupuntur analgesia yang bersifat local berhubungan
dengan perangsangan serabut sensorik tipe AB besar yang berasal dari reseptor taktil
di perifer, yang dapat menekan penjalaran signal nyeri dari daerah tubuh yang
sama,hal ini terutama terjadi pada perangsangan titik local. Mekanisme ini di duga
merupakan akibat dari jenis inhibisi setempat di dalam medulla spenalis. Contoh lain
dari mekanisme ini adalah hilangnya rasa gatal ketika digaruk daerah sekitarnya.
(Guyton,2007). Selain itu pelepasan opioid endogen di perifer juga akan menambah
efek anti inflamatori. Diperkirakan tusukan jarum akupuntur menyebabkan jejas kecil
tetapi

cukup

untuk

menginisiasi

mekanisme

pelepasan

opioid

tersebut

(Wignyomartono,2011).
Salah satu keunggulan akupuntur adalah untuk terapi miofasial. Nyeri miofasial
mempunyai gejala-gejala khas,nyeri yang terbatas tegas (trigger point) yang biasa
disebut ah-si poin serta otot yang mengeras . setelah penjaruman akan dirasakan
kontraksi karena rangsangan pada motor and plate,pengurangan perfusi sementara
yang akan diikutii dengan kenaikan perfusi di lokasi sekitar penjaruman karena
pengaruh substansi P dan calcitonin gene-related peptides. Nampaknya mekanisme
yang mendasarinya adalahrespon reflek area segmental,mempengaruhi pengaturan
perfusi regional dan peran modulor terutama CGRP. Sehingga bisa disimpulkan
mekanisme analgsi oleh akupuntur yang bersumber dari berbagai penelitian adalah
melalui efek local,segmental dan sistemik,sehingga dalam praktek keseharian
menggunakan kombinasi local (dekat) dan titik distal (jauh) (Wignyomartono,2011).
Disamping itu penurunan rasa nyeri dengan akupuntur bisa juga karena eksitasi
psikogenik,karena secara psikologis, pengalaman dari sensasi penjaruman sangat
berhubungan dengan perbaikan nyeri yang dialami pasien.
2.3.3 Mekanisme Biofisiologi Meditasi
10

Tubuh merespons stres dengan melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan


norepinefrine yang menyebabkan detak jantung, aliran darah, dan tekanan darah
meningkat. Dengan meditasi, tubuh diajak untuk menurunkan detak jantung kembali.
Selain itu, bermanfaat mengatur aliran dan tekanan darah menjadi normal. Saat
bermeditasi, Anda turut berlatih mengesampingkan berbagai pikiran negatif yang bisa
menyebabkan datangnya stres.
Lebih jauh, saat meditasi, otak berpindah dari gelombang alfa yang berguna
untuk mengistirahatkan otak menuju gelombang teta yang membuat otak relaks.
Pengalihan ini diduga melepaskan hormon endorfin yang berperan sebagai pereda
nyeri, menurunkan tekanan darah dan detak jantung, serta memperlambat pernapasan.
Di samping itu, meditasi juga diduga efektif dalam mengaktifkan gelombang gamma
yang berperan dalam proses belajar, perhatian, ingatan, dan kesadaran. Pada akhirnya,
meditasi dipercaya mampu menghasilkan emosi positif berupa kebahagiaan
2.3.4 Mekanisme Biofisiologi Terapi Hiperbarik
Terapi oksigen hiperbarik meningkatkan respon imun host dengan meningkatkan
aktifitas bakterisidal leukosit,neutrophile oxidative burst dan leukocyte killing dari
organisme aerob gram negative. Oksigen bersifat sitotoksik terhadap bakteri anaerob.
Sehingga mungkin menurunkan moebiditas,mortalitas dan kebutuhan untuk intervensi
operasi pada berbagai macam infeksi yang ternekrotisasi. Oksigen hiperbarik juga
meningkatkan

transport

antibiotic

aminoglycoside

(gentamycin,

tobramycin,

amykacin,dan lain-lain) melewati dinding sel bakteri, meningkatkan efektivitas dari


obat-obat ini yang mungkin dapat dihambat secara in vivo oleh keadaan hipoksia
yang banyak terjadi pada pasien dengan luka yang parah (Falabella,2005)
Terapi oksigen hiperbarik mengurangi edema local jaringan melalui vasokontriksi
arterial disamping juga mengatur pengiriman oksigen yang lebih banyak ke jaringan
luka. Oksigen hiperbarik mencegah post iskemik reperfusion injury yang dimediasi
oleh leukosit dengan cara mencegah perlekatan leukosit pada dinding venul sehingga
membatasi produksi radikal bebas oksigen yang menyebabkan vasokontriksi arteriol.
Selain itu,sudah sejak lama hiperbarik diketahui dapat meningkatkan deposisi kolagen
di jaringan hipoksia sebaik meningkatkan angiogenesis (Falabella,2005).
11

Oksigen dan Sel Radang


Perlekatan leukosit pada endotel pembuluh darah merupakan langkah awal yang
penting dalam proses inflamasi,akan tetapi hal ini dapat membawa konsekuensi yang
destruktif. Adherence molecule yang tampak,akan memperantarai interaksi antara selsel

endothelium

dan

inflamasi.

Sepasang

receptor-counterreceptor

ligond

menghubungkan adesi,sehingga keterikatan antara ligond ini merupakan langkah


penting yang menimbulkan injuri organ setelah aliran darah dihambat disebut injuri
reperfusi. Mekanisme pemanfaatan oksigen hiperbarik dalam injuri reperfusi dapat
menyebabkan terhambatnya pelekatan leukosit pada endothelium dari sel basal
membrane vaskuler yang mengalami reperfusi. Oksigen hiperbarik dapat mencegah
injuri melalui penghambatan keterikatan leukosit pada endotel pembuluh darah yang
lebih terkait dengan PMN daripada sel endothelium (Herawati,2002).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Silver,pada kelinci yang menghirup udara
ruangan,sel-sel radang terkumpul pada daerah luka pada keadaan yang relative
hipoksia. Ketika difusi oksigenditingkatkan,penggunaan oksigen oleh sel radang juga
meningkat. Kulit yang normal mengkonsumsi oksigen relative sedikit sekitar 0,7
ml/100 ml aliran darah pada perfusi normal. sedangkan sel-sel yang luka
mengkonsumsi oksigen hanya sedikit lebih banyak daripada sel normal,produksi
energy sebagian besar melalui hexose-monophosphate shunt (glukosa + oksigen
laktat +superoksidan ) (Falabella,2005)
Meningkatnya oksigen tidak digunakan untuk metabolism seluler, tetapi lebih
untuk dikonsumsi oleh sel-sel radang untuk mempercepat perbaikan jaringan dan
melawan infeksi. Sel radang menggunakan oksigen sebagian besar untuk
memproduksi oksigen. Oksigen sudah diketahui sangat penting untuk sintesis
kolagen,epitelisasi,angiogenesis dan bacterial lilling. Oksigen dibutuhkan pada
konsentrasi yang relative tinggi untuk melakukan proses-proses tersebut dan oksigen
adalah sinyal utama untuk growth factors (factor pertumbuhan) yang mengatur proses
penyembuhan luka (Falabella,2005).

12

2.3.5 Mekanisme Biofisiologi Terapi Bekam


Menurut kedokteran tradisional, di bawah kulit, otot, maupun fascia terdapat
suatu poin atau titik yang mempunyai sifat istimewa. Antara poin satu dengan poin
lainnya saling berhubungan membujur dan melintang membentuk jarring jarring
atau jala. Jalan ini dapat disamakan dengan meridian. Dengan adanya jala ini, maka
terdapat hubungan yang erat antara bagian dalam dengan bagian luar, antara bagian
kiri tubuh dan bagian kanan tubuh, antara organ organ tubuh dengan jaringan bawah
kulit, antara organ yang satu dengan organ tubuh yang lainnya, atara organ dengan
tangan dan kaki, antara organ padat dengan organ berongga dan lain sebagainya,
sehingga membentuk satu kesatuan yang tak terpisahkan dan dapat bereaksi secara
serentak. Kelainan yang terjadi pada satu poin ini dapat ditularkan dan mempengaruhi
poin lainnya. Juga sebaliknya, pengobatan pada satu poin akan menyembuhkan poin
lainnya. Teori ini dapat menjelaskan bahwa seorang yang sakit matanya tidak perlu
dibekam matanya, namun dapat dibekam didaerah kepala atau sekitar tengkuknya.
Atau seseorang yang mengalami gangguan pada pencernaannya dapat terlihat
gambaran penyakit dilidahnya. Sehingga untuk mengobati pencernaannya dapat
dibekam pada titik point pencernaan atau lidahnya, dan sebaliknya untuk mengobati
penyakit pada lidah dapat dibekam di poin saluran pencernaan.
Penelitian terbaru di dunia kedokteran modern ternyata menemukan bahwa poin
poin itu adalah merupakan poin istimewa motor points pada perlekatan
neuromuscular yang mengandung banyak mitokondria, kaya pembuluh darah,
mengandung tinggi mioglobin, sebagian besar selnya menggunakan metabolisme
oksidatif, dan lebih banyak mengandung cell mast, kelenjar linfe, kapiler, venula,
bundle dan pleksus saraf, serta ujung saraf akhir, disbanding dengan daerah yang
bukan poin istimewa.
Para peneliti membuktikan bahwa apabila dilakukan pembekaman pada salah satu
poin, maka kulit, jaringan bawah kulit, fascia dan ototnya akan terjadi kerusakan mast
cell dan lain lain. Akibat kerusakan ini akan dilepaskan beberapa zat seperti
serotonin, histamine, bradikinin, slow reacting substance ( SRS ), serta zat zat yang
belum diketahui. Zat zat inilah yang menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan

13

arteriol, serta flare reaction pada daerah yang dibekam, dilatasi kapiler juga dapat
terjadi ditempat yang jauh dari tempat pembekaman.
Reaksi reaksi itu menyebabkan terjadinya perbaikan mikrosirkulasi pembuluh
darah yang memicu timbulnya efek relaksasi ( pelemasan ) otot otot yang kaku serta
akibat vasodilatasi umum akan menurunkan tekanan darah secara stabil. Fakta
terpenting dari proses pembekaman pada poin istimewa poin istimewa adalah
dilepaskannya corticotrophin releasing factor ( CRF ), serta releasing factor lainnya
oleh adenohipofise. CRF selanjutnya akan menyebabkan terbentuknya ACTH,
corticotrophin, dan corticosteroid. Corticosteroid ini mempunyai efek menyembuhkan
peradangan serta menstabilkan permeabilitas sel.
Penelitian lainnya menunjukkan bahwa pembekaman di kulit akan menstimulasi
kuat syaraf permukaan kulit yang dilanjutkan pada cornu posterior medulla spinalis
melalui syaraf A-delta dan C, serta traktus spino thalamicus ke arah thalamus yang
akan menghasilkan endorphin. Sedangkan sebagian rangsangan lainnya akan
diteruskan melalui serabut aferen simpatik menuju motor neuro dan menimbulkan
reflek intubasi nyeri. Efek lainnya adalah dilatasi pembuluh darah kulit, dan
peningkatan kerja jantung.
Efek pembekaman masih terus berjalan sampai ke system endokrin pada system
sentral melalui hypothalamus dan pituitary. Dua kelenjar penting ini terarngsang
sehingga menghasilkan ACTH, TSH, FSH-LH, dan ADM. Kemudian pada system
perifer langsung berefek pada organ untuk menghasilkan hormone hormone insulin,
thyroxin, adrenalin, corticotrophin, estrogen, progesterone, testosterone. Hormone
hormone inilah yang bekerja di tempat jauh dari pembekaman.

14

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terapi komplementer (complementary therapies) adalah semua terapi yang digunakan
sebagai tambahan untuk terapi konvensional yang direkomendasikan oleh penyelenggaraan
pelayanan kesehatan individu, NCCAM mengategorikan CAM menjadi 5 jenis yakni :
Alternative Medical Systems, Mind-Body Intervention, Biologacally Based Therapies,
Manipulative and Body-Based Methods, dan Energy Therapies.
Mekanisme biofisiologis tindakan keperawatan komplementer adalah mekanisme dari
tindakan komplementer yang kita berikan pada klien, yang pertama yaitu mekanisme
pemijatan refleksi, terapi pijat refleksi adalah cara pengobatan yang memberikan sentuhan
pijatan pada lokasi dan tempat yang sudah dipetakan sesuai pada zona terapi. Apabila titik
tekan dipijat atau disentuh dan diberi aliran energi maka system cerebral akan menekan
besarnya sinyal nyeri yang masuk kedalam sistem saraf yaitu dengan mengaktifkan sistem
nyeri yang disebut analgesia. Rasa sakit yang dirasakan oleh tubuh di atur oleh dua sistem
serabut saraf yaitu serabut A-Delta bermielin dan cepat dan serabut C tidak bermeilin
berukuran sangat kecil dan lambat mengolah sinyal sebelum dikirim ke sistem saraf pusat
atau sistem serebral. Rangsangan yang masuk ke sistem saraf serabut A-Delta mempunyai
efek menghambat rasa sakit yang menuju ke serabut saraf C, serabut saraf C bekerja untuk
melawan hambatan. Sementara itu, signal dari otak juga mempengaruhi intensitas rasa sakit
yang dihasilkan. Seseorang yang merasa sakit bila rangsangannya yang datang melebihi
ambang rasa sakitnya, secara reflek orang akan mengusap bagian yang cedera atau organ
tubuh manusia yang berkaitan dengan daerah titik tekan tersebut. Usaha tubuh untuk
merangsang serabut saraf A-Delta menghambat jalannya sinyal rasa sakit yang menuju ke
serabut C menuju ke otak, dampaknya rasa sakit yang diterima otak bisa berkurang bahkan
tidak terasa sama sekali, kemudian berikutya yaitu akupuntur Akupunktur bekerja melalui 4
domain , yaitu (1) reaksi inflamasi lokal, (2) transduksi interseluler meridian , (3) refleks
kutaneosomatoviscera , (4) tranmisi neural ke otak (neuro akupunktur). Pada reflek inflamasi
lokal , akupunktur menyebabkan trauma kecil yang akan mengiritasi sel dan akan

15

memproduksi/melepaskan bahan-bahan kimiawi bradikinin , substansi P dan prostaglandin,


yang akan mengaktivasi potensial membran sel. Adanya ujung saraf dan pembuluh darah
yang banyak terdapat disekitar titik akupunktur akan memperbesar respons.
Kemudian berikutnya terdapat meditasi, saat meditasi, otak berpindah dari gelombang
alfa yang berguna untuk mengistirahatkan otak menuju gelombang teta yang membuat otak
relaks. Pengalihan ini diduga melepaskan hormon endorfin yang berperan sebagai pereda
nyeri, menurunkan tekanan darah dan detak jantung, serta memperlambat pernapasan. Di
samping itu, meditasi juga diduga efektif dalam mengaktifkan gelombang gamma yang
berperan dalam proses belajar, perhatian, ingatan, dan kesadaran. Kemudian berikutnya ada
Terapi Hiperbarik Terapi oksigen hiperbarik meningkatkan respon imun host dengan
meningkatkan aktifitas bakterisidal leukosit,neutrophile oxidative burst dan leukocyte killing
dari organisme aerob gram negative. Oksigen bersifat sitotoksik terhadap bakteri anaerob.
Sehingga mungkin menurunkan moebiditas,mortalitas dan kebutuhan untuk intervensi
operasi pada berbagai macam infeksi yang ternekrotisasi. Dan yang terahir terdapat
mekanisme bekam, Menurut kedokteran tradisional, di bawah kulit, otot, maupun fascia
terdapat suatu poin atau titik yang mempunyai sifat istimewa. Antara poin satu dengan poin
lainnya saling berhubungan membujur dan melintang membentuk jarring jarring atau jala.
Jalan ini dapat disamakan dengan meridian. Dengan adanya jala ini, maka terdapat hubungan
yang erat antara bagian dalam dengan bagian luar, antara bagian kiri tubuh dan bagian kanan
tubuh, antara organ organ tubuh dengan jaringan bawah kulit, antara organ yang satu
dengan organ tubuh yang lainnya, atara organ dengan tangan dan kaki, antara organ padat
dengan organ berongga dan lain sebagainya, sehingga membentuk satu kesatuan yang tak
terpisahkan dan dapat bereaksi secara serentak.
Para peneliti membuktikan bahwa apabila dilakukan pembekaman pada salah satu
poin, maka kulit, jaringan bawah kulit, fascia dan ototnya akan terjadi kerusakan mast cell
dan lain lain. Akibat kerusakan ini akan dilepaskan beberapa zat seperti serotonin,
histamine, bradikinin, slow reacting substance ( SRS ), serta zat zat yang belum diketahui.
Zat zat inilah yang menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan arteriol, serta flare reaction
pada daerah yang dibekam, dilatasi kapiler juga dapat terjadi ditempat yang jauh dari tempat
pembekaman

16

3.2 Saran
Terapi komplementer merupakan bagian erat dari ilmu keperawatan, dan
tentunyasangat berguna dalam pemberian pelayanan bagi masyarakat, maka dari itu
hendaknya kita sebgai seorang perawat mengetahui sedikit tidaknya tentang
keperawatan komplementer tersebut dan semoga makalah yang kami buat dapat
bermanfaat bagi pembaca untuk lebih mengetahui tentang mekanisme dari terapi
komplementer.

17

DAFTAR PUSTAKA

Aris.S.2012.
Makalah
Bekam
Kelompok.
dokumen.tips/document/makalah-bekamkelompok.html (Diakses tanggal 15 November 2016 Pukul 20.00 WITA)
Fallabela,

Anna,

Kirsner,

Robert

et

al.2005.Wound

Healing

(Basic

and

Clinical

Dermatology).Boca Ratonn:Taylor & Francis


Fontaine K. 2005. Healing Practices : Alternative therapies For nursing. Edisi 2. Prentice Hall.
Guyton, A.C.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC
Hermawati, Etty.2002.Pengaruh Terapi Oksigen Hiperbarik Terhadap Sel Radang Akibat Luka
Bakar Karena Air Panas, Surabaya: Program Pasca Sarjna Universitas Airlangga
Perry, Potter. 2009. Fundamentals of Nursing Buku 2 Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika.
Rakel DP, Faass N. 2006. Complementary medicinen in clinical practice, Sudbury,
Mass, 2006, Jones & Battlett.
Saputra.K & Syarif Sudirman. 2009. Akupunktur Untuk Nyeri. Sagung Seto:Surabaya.
Wignyomartono,S.S.2011.Akupuntur Untuk Persalinan Bebas Nyeri.Surakarta:UNS PRESS

18

Anda mungkin juga menyukai