Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

TERAPI AKUPUNTUR PADA NY.A

DENGAN DIAGNOSA MEDIS OSTEOARTHRITIS

DI KLINIK TERAPI PAKUALAMAN 1

Oleh :

ALFONSA KAKA ( KP.16.01.122)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA
YOGYAKARTA

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Terapi Komplementer Pada Ny. A Dengan Osteoarthritis Di


Klinik Terapi Pakualaman 1 disusun untuk memenuhi Tugas PKK Terapi
Komplementer Semester VI, pada :

Hari :

Tanggal :

Tempat :

Praktikan,

(................................................)

Mengetahui,

CI lahan, CI Akademik,

(..........................................) (.............................................)
LAPORAN PENDAHULUAN
TERAPI AKUPUNTUR PADA NY.A

DENGAN DIAGNOSA MEDIS OSTEOARTHRITIS

A. KONSEP TERAPI KOMPLEMENTER

1.1 Definisi Terapi Komplementer

Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan


sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai
pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional.

Terapi Komplementer adalah semua terapi yang digunakan sebagai tambahan


untuk terapi konvesional yang direkomendasikan oleh penyelenggara pelayanan
kesehatan induvidu. Pengobatan Komplementer adalah pengobatan non
konvensional yang bukan berasal dari Negara yang bersangkutan (WHO).

Terapi Komplementer merupakan pengembangan terapi tradisional yang


digabungkan dalam pengobatan modern. (Andrews et al 1999 dalam Widyatuti
2008).

Terapi komplementer disebut juga sebagai pengobatan holistik (menyeluruh /


bentuk terapi yang digunakan bermacam-macam).Ada yang menyebutkan bahwa
bentuk terapi komplementer ini dapat mempengaruhi individu secara menyeluruh,
yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan
jiwa dalam kesatuan fungsi. (Smith et al 2004 dalam Widyatuti 2008).

1.2 Tujuan terapi komplementer

1. Sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis.

2. Untuk memperbaiki fungsi dari system system tubuh, terutama system


kekebalan dan pertahanan tubuh.
3. Lebih berserah diri dan ikhlas menerima keadaan.

1.3 Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

a) Pasal 1 butir 16 Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan atau


perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan
keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggung
jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat
b) Pasal 48 Pelayanan kesehatan tradisional Bab III Pasal 59 s/d 61 tentang
Pelayanan Kesehatan Tradisonal
c) Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. : 1076/Menkes/SK/2003 tentang
pengobatan tradisional.
d) Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. : 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang
penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan
kesehatan.
e) Keputusan Menteri Kesehatan RI, No. 120/Menkes/SK/II/2008 tentang
standar pelayanan hiperbarik.
f) Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, No.
HK.03.05/I/199/2010 tentang pedoman kriteria penetepan metode pengobatan
komplementer – alternatif yang dapat diintegrasikan di fasilitas pelayanan
kesehatan

1.4 Jenis-jenis terapi Komplementer sesuai PERMENKES No:


1109/Menkes/Per/IX/2007, antara lain:

a. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) meliputi :


Hipnoterapi, mediasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga
b. Sistem pelayanan pengobatan alternatif meliputi: akupuntur, akupresur,
naturopati, homeopati, aromaterapi, ayurveda
c. Cara penyembuhan manual meliputi: chiropractice, healing touch, tuina,
shiatsu, osteopati, pijat urut
d. Pengobatan farmakologi dan biologi meliputi: jamu, herbal, gurah
e. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan meliputi: diet makro
nutrient, mikro nutrient

B. Konsep Terapi Akupunktur

2.1 Definisi Akupuntur


Akupunktur merupakan metode pengobatan alami yang bertujuan untuk
mengoptimalkan fungsi regulasi tubuh atau penyembuhan dañ dalam tubuh
sendiri “self healing”. Untuk hasil terapi yang Iebih baik diperlukan komunikasi
antara Akupunktur Terapis dan Kilen untuk mendapatkan penjelasan:
1. Faktor penyebab penyakit
2. Rencana terapi
3. Jadwal terapi
4. Saran dan anjuran
Akupunktur adalah metode terapi dengan cara menusukkan jarum akupunktur
kearah titik akupunktur di bawah kulit, kemudian dilakukan pemberian
rangsangan secara manual atau menggunakan peralatan elektrostimulator,
rangsangan panas (TDP, infrared, moksa). Selain menggunakan jarum,
akupunktur bisa dilakukan menggunakan LASER, Trans Electrical Nerve
cutaneus Stimulation (TENS), dan Ultrasound. Pemberian berbagai rangsangan
terapi pada titik akupunktur ditujukan untuk menimbulkan reaksi keseimbangan
pada sistem metabolisme, system endokrin, dan sistem imun sehingga dicapai
kondisi sehat.
2..2 Anatomi Fisiologi Akupuntur
1. Istilah-istilah dalam anatomi kedokteran yang sering digunakan
dalam ilmu akupuntur

Medial struktur yang terletak disebelah dalam paha

Lateral terletak disebelah luar paha

Internal permukaan yang menghadap ke dalam rongga dada

External permukaan yang menghadap ke luar rongga dada

Posisi anatomi - posisi orang dalam keadaan berdiri tegak

Palmar permukaan telapak tangan

Dorsal punggung tangan dan kaki

Plantar telapak kaki

PROXIMAL jaraknya MENDEKAT pada sebuah titik di pergelangan tangan

DISTAL jaraknya MENJAUH pada sebuah titik di pergelangan tangan

Lateralis median tubuh yeng terletak di luar, dari kelingking ke luar

Intermedialis bidang median yang terletak di tengah (jari tengah)

Medialis adalah bidang median yang terletak di dalam, dari jempol ke dalam

Superior- untuk menunjukkan letak relatif terhadap tinggi atau rendah dalam
Inferior perbandingan permukaan tubuh

Anterior-
- menunjukkan letak depan dan belakang dari tubuh
Posterior

Taju vertebra
tulang belakang setinggi bahu pada pertegahan jarak kedua acromeon
servikal

Patela - adalah dengkul

Umbilikus adalah pusar

Daerah-daerah penting/vital yang harus diperhatikan sebelum penusukan


o Tulang kepala bagian belakang, harus diperhatikan pada waktu penusukan
karena merupakan pusat saraf titik ujung mata, lebih diperhatikan karena
Kepala
mata merupakan organ penting
o Urat leher, lebih diperhatikan karena berdekatan dengan pembuluh darah

o Daerah puting susu, bisa mematikan kelenjar-kelenjar susu


Depan Tubuh
o Titik paru-paru, apabila salah tusuk bisa fatal akibatnya jika mengenai organ
o Umbilikus, merupakan jalannya makanan bagi janin

o Titik Nei Kuan, lebih hati-hati pada waktu penusukan karena berdekatan
Tangan
dengan nadi

Kaki o Titik Cung Yang , hati-hati karena berdekatan dengan arteri

2. Letak tulang, otot, pembuluh darah dan organ dalam yang sering
dipergunakan dalam akupuntur

- tulang prosesus spinalis, letaknya di belakang


- klavikula, tulang bahu atas
Tulang - KARPUS METAKARPUS, tulang tangan
- patela, tulang tempurung/dengkul
- TARSUS METAFARSUS, tulang tempurung kaki

- latisimus dorsi, tulang punggung lebar


- bisep, otot lengan berkepala dua
Otot - trisep, otot kedang, lengan berkepala tiga
- otot extensor kwadrisep, otot berkepala empat extensor
- rektus abdominis, otot perut lurus

- pembuluh darah leher, letaknya di leher


Pembuluh - pembuluh darah nadi, letaknya di pergelangan tangan
Darah - pembuluh darah ruang popliteal, letaknya dibelakang dengkul
- pembuluh darah tendon extensor, letaknya dipunggung kaki
- pembuluh darah karpus metakarpus, letaknya di punggung tangan

- paru-paru, terletak didalam rongga dada terdiri paru-paru kiri dan


kanan
- jantung, terletak didalam rongga dada, antara kedua paru-paru dan
dibelakang tulang dada dan lebih menghadap kekiri dari pada
kekanan
Organ Dalam
- hati, terletak pada bagian teratas rongga abdomen sebelah kanan
dibawah diagfragma, secara luas dilindungi tulang iga.
- limpa, kelenjar yang terletak dibawah hipogastrium (lambung
bawah) kiri dibawah iga
- ginjal, terletak didaerah pinggang

3. Perjalanan impuls saraf

Saraf mengalirkan rangsangan dari pusat ke alat tubuh


MOTORIK (misalnya; otot untuk bergerak)
Saraf Cranial
mengalirkan rangsangan dari tepi (kulit, selaput
Saraf
lendir) menuju pusat persyarafan (misalnya; rasa
SENSORIK
raba, rasa sakit, rasa panas, dll)

susunan saraf untuk kewaspadaan terhadap sesuatu,


Susunan Saraf
seperti membangunkan bulu kulit, meningkatnya
Simpatis (SSS),
Saraf Otonom frekuensi denyut jantung
(Sso), Susunan Saraf perlindungan, reproduksi, pengeluaran cairan tubuh.
Parasimpatis (Saraf Otonom (SSO), merupakan bagian susunan
(SSP) saraf yang mengurus semua proses badaniah yang
involunter dan timbul secara reflektorik (misalnya;
berkeringat, merinding),

2.3 Prinsip Akupuntur


Ada tiga prinsip umum dalam pengobatan tradisional Cina. Pertama adalah
pengobatan ‘akar’ (Ben) dan ‘cabang'(Biao). Yang kedua adalah pengaturan Yin
dan Yang. Yang ketiga adalah menguatkan Qi normal dan mengeluarkan Qi
patogen (penyebab penyakit). Pengobatan ‘akar’ (Ben) dan ‘cabang'(Biao)
merupakan prinsip pengobatan terpenting dalam pengobatan Cina. Pokok prinsip
ini adalah menetapkan inti atau ‘akar’ dari penyakit itu agar dapat menentukan
pengobatan yang efektif. ‘Akar’ merupakan ketidakselarasan Yin/Yang, Lima
Tahapan atau Qi, yang menimbulkan ‘cabang’, yaitu gejala atau aspek sekunder
penyakit tersebut. Prinsip dasar pengobatan Cina adalah memulihkan
keseimbangan antara Yin dan Yang. Diagnosa menentukan adanya kekurangan
atau kelebihan Yin/Yang dalam tubuh dan apakah mempengaruhi satu atau lebih
organ Zangfu. Titik akupuntur yang dipilih tergantung pada efek yang dituju,
meningkatkan Yang dalam tubuh atau sebaliknya. Melemahnya Qi normal dapat
disebabkan oleh hal-hal tersebut di atas atau dapat pula diperlemah oleh
penumpukan Qi patogen yang lalu menghambat fungsi Zangfu dan Jingluo.
Seorang ahli pengobatan perlu mengetahui perbandingan kekuatan Qi normal
dengan Qi patogen.

Apabila Melihat Prinsip Dasar Cara Penyembuhan Akupunktur,


Yaitu Dengan Tusukan Jarum (Secara Umum Dengan Menggunakan
Benda Tajam) Yang Berarti Pemberian Suatu Rangsangan Ke Dalam
Tubuh, Sebenarnya Banyak Bangsa-Bangsa Di Dunia Yang Telah
Mengenal Cara Penyembuhan Tradisional Dengan Cara Memberi
Rangsangan Seperti Itu Walaupun Alat Dan Metode Yang
Dipergunakan Berbeda. (Mesir :1550 Bc. Disebut Eber), Bangsa
Bantu Afrika Selatan Dengan Cara Pengobatan Menorah Bagian
Tubuh. Bangsa Arab Mengenal Cara Penyembuhan Penyakit Sciatica
Dengan Cara Memanasi Telinga Dibagian Tertentu Dengan
Menggunakan Metal Panas. Akupunktur Telinga Juga Dilakukan
Bangsa Eskimo Dengan Alat Batu Atau Tulang Ikan Yang Panjang.
Suku Bangsa Brasil Meniupkan Anak Panah Kecil Pada Bagian Tubuh
Tertentu Dengan Maksud Menyembuhkan Penyakit Tertentu. Bangsa
Indonesia Mengenal Cara-Cara Seperti Itu Seperti : Kerokan, Kop
Pijatan, Dan Param(Borehan).

2.4 Manfaat Akupuntur


a) Membantu mengurangi sakit kepala dan migran
b) Meredahkan nyeri kronis,termasuk nyeri punggung,leher,lutut,dan artritis
c) Membantu mengobati insomnia
d) Meningkatkan pemulihan kanker dan efek kemoterapi
e) Membantu mencegah penurunan kehilangan fungsi otak kognitif
f) Kesehatan kehamilan ,melahirkan dan pasca melahirkan
2.5 Teknik Akupuntur
Meskipun Kata Akupunktur Yang Berarti Tusuk Jarum, Tetapi
Karena Terbukti Bahwa Titik – Titik Akupunktur Yang Merupakan
Reseptor Di Permukaan Tubuh Daapt Dirangsang Dengan Berbagai
Macam Cara, Asal Berupa Energi, Maka Dapat Berkembang Juga
Teknik Rangsangan Pada Titik Akupunktur Ini. Berbagai Macam Cara
Itu Adalah :
a) Elektroakupunktur : Rangsangan Titik Akupunktur Menggunakan
Listrik
b) Laserakupunktur : Rangsangan Titik Akupunktur Menggunakan
Laser
c) Sonoakupunktur : Rangsangan Titik Akupunktur Menggunakan
Suara
d) Aquaakupunktur : Rangsangan Titik Akupunktur Dengan
Injeksi
e) Dry Needling Akupunktur : Penerapan Akupunktur Dengan Jarum
Suntik
f) Akupresur : Rangsangan Titik Akupunktur Menggunakan Jari
C. KONSEP PENYAKIT OSTEOARTHRITIS

1. Pengertian

Osteoartritis yg dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif / osteoartrosis

(sekalipun terdapat inflamasi) mewujudkan/adalah kelainan sendi yg amat

kerap kali diketemukan & kerapkali memunculkan ketidakmampuan

(disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2012 hal 1087)

Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (2013)

osteoartritis mewujudkan/adalah kelainan sendi non inflamasi yg mengenai

sendi yg bisa digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dgn gambaran

patologis yg karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta

terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial & tepi-tepi tulang yg

membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia,

metabolisme, fisiologis & patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan,

jaringan subkondrial & jaringan tulang yg membentuk persendian (R. Boedhi

Darmojo & Martono Hadi ,2010)

Osteoarthritis dijuluki jg penyakit sendi degeneratif, mewujudkan/adalah

gangguan sendi tersering. Kelainan ini kerap kali, jika tak bisa dikatakan pasti

menjadi bagian dari proses penuaan & mewujudkan/adalah penyebab penting

cacat fisik pada manusia berusia diatas 65 tahun. Osteoartritis (OA) yg dlm
bahasa awam masyarakat kita kerap kali dinamakan pekapuran sendi, ialah

proses degenerasi / penuaan sendi (Ahmad Aby, 2014)

Osteoarthritis ialah penyakit tulang degeneratif yg ditandai karena

pengeroposan kartilago artikular (sendi). Tiada adanya kartilago sebagai

penyangga, kian tulang dibawahnya mau mengalami iritasi, yg menyebabkan

degenerasi sendi (Elizabeth J.Corwin, 2009)

Osteoartritis (OA) berarti pembengkakan/radang sendi, walaupun lebih

dikenali sebagai penyakit degeneratif yg karena dikarenakan karena

peradangan sendi dgn penipisan tulang rawan yg berkaitan. Tulang rawan pada

persendian kita memungkinkan pergerakan sendi yg mulus. Ketika tulang

rawan ini rusak karena cedera, infeksi, / efek penuaan, pergerakan sendi

menjadi terganggu. Hasilnya, jaringan di dlm sendi mengalami iritasi serta

menyebabkan rasa nyeri & pembengkakan. Osteoarthritis (OA) / penyakit

degenerasi sendi ialah suatu penyakit kerusakan tulang rawan sendi yg

berkembang lambat yg tak diketahui penyebabnya, walaupun terdapat beberapa

factor resiko yg berperan. Keadann ini berkaitan dgn usia lanjut, terutama pada

sendi-sendi tangan & sendi besar yg mananggung beban & secara klinis

ditandai karena nyeri, deformitas, pembesaran sendi & hambatan gerak

(Stanley,2006).

2. Anatomi Fisiologi

a. Pengertian
Menurut Elizabeth J.Corwin (2012) Hip joint adalah sambungan tulang

yang terletak diantara pinggul dan pangkal tulang paha atas. Hip joint pada

manusia terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: femur, femoral head, dan

rounded socked.

Sumber : Ahmad Aby (2014)

Di dalam hip joint yang normal terdapat suatu jaringan lembut dan tipis yang

disebut dengan selaput synovial. Selaput ini membuat cairan yang melumasi dan

hampir menghilangkan efek gesekan di dalam hip joint. Permukaan tulang juga
mempunyai suatu lapisan tulang rawan (articular cartilage) yang merupakan

bantalan lembut dan memungkinkan tulang untuk bergerak bebas dengan mudah.

Lapisan ini mengeluarkan cairan yang melumasi dan mengurangi gesekan di

dalam hip joint. Akibat gesekan dan gerak yang hampir terjadi setiap hari, maka

articular cartilage akan semakin melemah dan bisa menyebabkan arthritis seperti

ditunjukkan pada gambar 2.2. Selain menimbulkan rasa sakit, juga menyebabkan

gerakan hip joint menjadi tidak lancar, kadang-kadang berbunyi, dan bahkan

dapat menimbulkan pergeseran dari posisi normalnya. Selanjutnya, hip joint perlu

diganti dengan tulang pinggul buatan (artificial hip joint).

Sumber : Ahmad Aby (2014)

b. Gambaran umum tentang HIP Replacement


Menurut Elizabeth J.Corwin (2009) Gambar-gambar di bawah

menunjukkan gambaran tentang hip joint yang normal serta indikasi terjadinya

radang sendi dan tahapan-tahapan proses hip replacement adalah

Sumber : Ahmad Aby (2014)

Pada gambar 2.3 menunjukkan anatomi hip joint yang normal. Femoral

head masih memiliki articular cartilage yang baik, dimana masih mampu

mengeluarkan cairan yang melumasi dan mengurangi efek gesekan pada

sambungan sendi.

Sumber : Ahmad Aby (2014)

Pada Gambar 2.4 terlihat bahwa articular cartilage pada femoral head

telah berkurang, hal inilah yang menyebabkan terjadinya radang sendi. Gambar
2.5 dan 2.6 adalah gambaran tentang penggantian sambungan tulang pinggul

dengan sambungan tulang pinggul tiruan (hip joint prosthesis). Gambar 2.5

menunjukkan pemotongan tulang femur, yang kemudian diganti dengan hip

joint prosthesis dengan cara menanam stem pada tulang femur dan cup pada

acetabulum.

Sumber : Ahmad Aby (2014)

Gambar 2.6 menunjukkan perbandingan antara hip joint yang belum

dilakukan penggantian sambungan tulang dan setelah dilakukan penggantian

tulang.

Sumber : Ahmad Aby (2014)


3. Etiologi

Menurut Elizabeth J.Corwin (2009) penyebab dari osteoartritis hingga

saat ini masih belum terungkap, tapi beberapa faktor resiko buat

munculnya osteoartritis diantaranya ialah :

a. Umur.

Dari semua faktor resiko buat munculnya osteoartritis, faktor ketuaan ialah

yg terkuat. Prevalensi & beratnya orteoartritis semakin berkembang/berubah

naik dgn bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-

anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun & kerap kali pada umur diatas 60

tahun.

Perubahan fisis & biokimia yg terjadi sejalan dgn bertambahnya umur dgn

menurunnya jumlah kolagen &kadar air, & endapannya berwujud pigmen

yg berwarna kuning.

b. Jenis Kelamin.

Wanita lebih kerap kali terkena osteoartritis lutut &sendi ,& lelaki lebih

kerap kali terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan & leher. Secara

keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis minus lebih sama pada

laki & wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih berlimpah

pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal

pada patogenesisosteoartritis.

c. Genetic

Faktor herediter jg berperan pada munculnya osteoartritis missal, pada ibu

dari seorang wanita dgn osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal
terdapat dua kali lebih kerap kali osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, &

anak-anaknya perempuan cenderung memiliki tiga kali lebih kerap kali dari

pada ibu & anak perempuan dari wanita tiada osteoarthritis.

Heberden node mewujudkan/adalah salah satu wujud osteoartritis yg

biasanya diketemukan pada pria yg kedua manusia tuanya terkena

osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu dari manusia tuanya yg

terkena.

d. Suku

Prevalensi & pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat

perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha

lebih jarang diantara manusia-manusia kulit hitam &usia dari pada

kaukasia.Osteoartritis lebih kerap kali diketemukan pada manusia – manusia

Amerika asli dari pada manusia kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dgn

perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital

& pertumbuhan.

e. Kegemukan (obesitas)

Berat badan yg berlebihan nyata berkaitan dgn naiknya resiko buat

munculnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan

ternyata tak hanya berkaitan dgn osteoartritis pada sendi yg menanggung

beban, tapi jg dgn osteoartritis sendi lain (tangan / sternoklavikula).

f. Cedera sendi, pekerjaan & olah raga (trauma)


Kegiatan fisik yg bisa menyebabkan osteoartritis ialah trauma yg

memunculkan kerusakan pada integritas struktur & biomekanik sendi

tersebut.

g. Kepadatan tulang & pengausan (wear and tear)

Penggunaan sendi yg berlebihan secara teoritis bisa merusak rawan sendi

lewat dua mekanisme yaitu pengikisan & proses degenerasi karena bahan yg

wajib dikandungnya.

h. Dampak penyakit pembengkakan/radang sendi lain

Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) memunculkan reaksi

peradangan & pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi karena

membran sinovial & sel-sel pembengkakan/radang.

i. Joint Mallignment

Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, kian rawan sendi

mau membal & menyebabkan sendi menjadi tak stabil / seimbang sehingga

mempercepat proses degenerasi.

j. Penyakit endokrin

Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air & garam-garam proteglikan yg

berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik

rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, & kulit. Pada diabetes melitus,

glukosa mau menyebabkan produksi proteaglikan menurun.

k. Deposit pada rawan sendi


Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat bisa

mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal

monosodium urat/pirofosfat dlm rawan sendi

4. Tanda dan Gejala

Menurut Stanley (2013) tanda dan gejala dari penyakit osteoarthritis adalah :

a. Rasa nyeri pada sendi

Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah

apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.

b. Kekakuan dan keterbatasan gerak

Biasanya akan berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat atau

saat memulai kegiatan fisik.

c. Peradangan

Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam

ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai

sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.

d. Mekanik nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas

lama dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya

dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak

berat. Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat

menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut,

bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu

dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.


e. Pembengkakan Sendi

Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan

cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.

f. Deformitas

Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.

g. Gangguan Fungsi

Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

5. Klasifikasi

a. Tipe primer ( idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya

yang berhubungan dengan osteoartritis

b. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur

(Long, C Barbara, 2012 hal 336)

6. Manifestasi Klinis

Menurut Ahmad Aby (2014) manifestasi klinis dari osteoarthritis adalah

a. Nyeri & kekakuan pada satu / lebih sendi, biasanya pada tangan,

pergelangan tangan, kaki, lutut, spina bagian atas & bawah, panggul,

&bahu. Nyeri bisa berkaitan dgn rasa kesemutan / kebas, terutama pada

malam hari

b. Pembengkakan sendi yg terkena, & menurunnya rentang gerak. Sendi

tampak mengalami deformitas


c. Nodus Heberden, pertumbuhan tulang di sendi interfalangeal distal pada

jari tangan, bisa terbentuk

d. Pemeriksaan menunjukkan adanya daerah nyeri tekan krepitus, & gejala-

gejala inflamasi pada saat-saat tertentu

e. Kehilangan fungsi secara progresif

7. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Elizabeth J.Corwin (2009) pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan

adalah

a. Buat OA tak ada pemeriksaan laboratorium yg diagnostik, tetapi pemeriksan

laboratorium yg spesifik bisa membantu mengetahui penyakit yg mendasari

pada OA sekunder.

b. Dgn uji serologik dgn pendeteksian di dlm cairan sinovium &/ serum

adanya makromolekul (mis, glikosaminoglikan) yg dilepas karena tulang

rawan / tulang yg mengalami degenerasi.

c. Sinar-X.

Foto sinar X pada engsel mau menunjukkan perubahan yg terjadi pada

tulang seperti pecahnya tulang rawan.

d. Tes darah.

Tes darah mau membantu memberi informasi buat memeriksa rematik.

e. Analisa cairan engsel


Dokter mau mengambil misalnya sampel cairan pada engsel buat lalu

diketahui ap4k4h nyeri/ngilu tersebut dikarenakan karena encok / infeksi.

f. Artroskopi

Artroskopi ialah alat kecil berupa kamera yg diletakkan dalan engsel tulang.

Dokter mau mengamati ketidaknormalan yg terjadi.

g. Foto Rontgent menunjukkan menurunnya progresif massa kartilago sendi

sebagai penyempitan rongga sendi

8. Penatalaksanaan

Menurut Ahmad Aby (2014) penatalaksaan osteoarthritis adalah

a. Medikamentosa

Hingga sekarang belum ada obat yg spesifik yg khas buat osteoartritis,

karena karena patogenesisnya yg belum jelas, obat yg diberikan bertujuan

buat mengurangi rasa sakit, menaikkan mobilitas & mengurangi ketidak

mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid (OAINS) bekerja sebagai

analgetik & sekaligus mengurangi sinovitis, walaupun tak bisa memperbaiki

/ menghentikan proses patologis osteoartritis.

1) Analgesic yg dapatdipakai ialah asetaminofen dosis 2,6-4,9 g/hari /

profoksifen HCL. Asam salisilat jg cukup efektif tapi perhatikan efek

samping pada saluran cerna & ginjal

2) Jika tak berpengaruh, / tak bisa peradangan kian OAINS, seperti

fenofrofin, piroksikam,ibuprofen bisa diberdayakan. Dosis buat

osteoarthritis biasanya ½-1/3 dosis penuh buat arthritis rematoid. Karena


penggunaan biasanya buat jangka panjang, efek samping utama

adalahganggauan mukosa lambung & gangguan faal ginjal.

3) Injeksi cortisone. Dokter mau menyuntikkan cortocosteroid pada engsel

yg mempu mengurangi nyeri/ngilu

4) Suplementasi-visco. Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik

yg mau mengurangi nyeri pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya

dikerjakan jika osteoarhtritis pada lutut.

b. Perlindungan sendi

Osteoartritis mungkin muncul / diperkuat karena mekanisme tubuh yg

minus baik. Butuh dihindari aktivitas yg berlebihan pada sendi yg sakit.

Penggunaan tongkat, alat-alat listrik yg bisa memperingan kerja sendi jg

butuh diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yg tertekuk

(pronatio).

c. Diet

Diet buat menurunkan berat badan pasien osteoartritis yg gemuk wajib

menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Menurunnya berat badan

seringkali bisa mengurangi munculnya keluhan & peradangan.

d. Dukungan psikososial

Dukungan psikososial dibutuhkan pasien osteoartritis karena karena sifatnya

yg menahun & ketidakmampuannya yg ditimbulkannya. Disatu pihak pasien

ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin manusia


lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis kerap kali kali

keberatan buat memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.

e. Persoalan Seksual.

Gangguan seksual bisa diketemukan pada pasien osteoartritis terutama pada

tulang belakang, paha & lutut. Kerap kali kali diskusi karena ini wajib

dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.

f. Fisioterapi

Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yg meliputi

penggunaan panas & dingin & program latihan ynag tepat. Penggunaan

panas yg sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri &

kekakuan. Pada sendi yg masih aktif sebaiknya diberi dingin & obat-obat

gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Aneka sumber panas bisa dipakai

seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi

paraffin & mandi dari pancuran panas. Program latihan bertujuan buat

memperbaiki gerak sendi & memperkuat otot yg biasanya atropik pada

sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometrik lebih baik dari pada isotonik

karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi & tulang yg

muncul pada tungkai yg lumpuh muncul karena berkurangnya beban ke

sendi karena karena kontraksi otot. Karena karena otot-otot periartikular

memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban,

kian penguatan otot-otot tersebut ialah penting.

g. Operasi
Operasi butuh dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dgn kerusakan

sendi yg nyata dgn nyari yg menetap & kelemahan fungsi. Tindakan yg

dikerjakan ialah osteotomy buat mengoreksi ketidaklurusan /

ketidaksesuaian, debridement sendi buat menghilangkan fragmen tulang

rawan sendi, pebersihan osteofit.

1) Penggantian engsel (artroplasti). Engsel yg rusak mau diangkat & diganti

dgn alat yg terbuat dari plastik / metal yg dijuluki prostesis.

2) Pembersihan sambungan (debridemen). Dokter bedah tulang mau

mengangkat serpihan tulang rawan yg rusak & mengganggu pergerakan

yg menyebabkan nyeri saat tulang bergerak.

3) Penataan tulang. Opsi ini diambil buat osteoatritis pada anak & remaja.

Penataan dikerjakan agar sambungan/engsel tak menerima beban saat

bergerak.

h. Terapi konservatif mencakup penggunaan kompres hangat, menurunnya

berat badan, upaya buat menhistirahatkan sendi serta menghindari

penggunaan sendi yg berlebihan penggunaan alat-alat ortotail. Buat

menyangga sendi yg mengalami inflamasi ( bidai penopang) & latihan

isometric serta postural. Terapi okupasioanl & fisioterapi bisa membantu

pasien buat mengadopsi strategi penangan mandiri.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Smeltzer C. Suzannne (2012)

A. Pengkajian
1. Identitas pasien

2. Identitas penanggung jawab

3. Keluhan utama

4. Riwayat Penyakit Sekarang

5. Riwayat Penyakit Dahulu

6. Riwayat Penyakit Keluarga

7. Pemeriksaan fisik Head To Toe

8. Pengkajian Khusus

a. Look (inspeksi)

1) Sikatriks (jaringan panit baik yang alami maupun buatan

seperti bekas operas)

2) Fistula

3) Warna kemerahan atau kebiruan

4) Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang

tidak biasa (abnormal)

5) Posisi dan bentuk ektermitas (deformitas)

6) Posisi jalan ( waktu masuk kamar periksa )

b. Feel (palpasi )

1) Perubahan suhu di sekitar trauma (hangat) dan kelembapan

kulit

2) Apabila ada pembengkakan apakah ada fluktuasi atau edema

terutama di sekitar persendian

3) Nyeri tekan (tendemess), krepitasi, catat letak kelainan


4) Tonus otot pada otot kontraksi/relaksasi

c. Move (pergerakan terutama rentang gerak )

Pemeriksa dengan menggerkan ektermitas, kemudian mencatat

apakah ada keluhan nyeri pada gerakan. Pergerakan yang

dilihat adakah pergerakan pasif dan aktif.

B. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri b/d penyempitan rongga sendi

b. Intoleransi Aktivitas b/d tirah baring dan imobilitas, kelemahan

umum, gaya hidup kurang gerak

c. Ansietas b/d ancaman atau perubahan pada kesehatan, kebutuhan

yang tidak terpenuhi

d. Gangguan citra tubuh b/d penyakit, ditandai dengan deformitas

sendi

e. Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit b/d keterbatasan

kognitif, kurang familier dengan sumber-sumber informasi .

f. Defisit perawatan diri b/d gangguan muskuloskeletal, kelemahan

g. Resiko jatuh b/d penurunan kekuatan ekstremitas bawah,

kelemahan umum

C. Intervensi Keperawatan

1. Nyeri b/d penyempitan rongga sendi

Kriteria Hasil :
a. Melaporkan nyeri dapat dikendalikan

b. Menunjukkan pengurangan tingkat nyeri

Intevensi :

1) Kaji tingkat nyeri

R : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan pasien

2) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologis pengendalian nyeri

setelah atau selama aktivitas yang menimbulkan nyeri

R : membantu mengontrol nyeri

3) Berikan posisi senyaman mungkin

R : Mengurangi ketidak nyamanan pasien

4) Kolaborasi pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri (berat)

R : Membantu mengurangi nyeri

2. Intoleransi Aktivitas b/d tirah baring dan imobilitas, kelemahan umum, gaya hidup

kurang gerak

Kriteria Hasil :

a. Menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan

b.Menunjukkan toleransi aktivitas

c. Mendemonstrasikan penghematan energi

Intervensi :

1) Kaji tingkat kemampuan klien berpindah dari tempat tidur, berdiri,

ambulasi.

R : Mengetahui tingkat kemampuan klien

2) Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas


R : membantu proses penyembuhan pasien

3) Tentukan penyebab keletihan

R : membantu pasien penyebab keletihan

4) Pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber-sumber energi yang

adekuat

R : membantu memperbaiki asupan nutrisi pasien

3. Ansietas b/d ancaman atau perubahan pada kesehatan, kebutuhan yang tidak

terpenuhi

Kriteria hasil :

a. Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya ringan hingga

sedang

b.Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas yang dibuktikan oleh

indikator 1-5 (tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu)

Intervensi :

1) Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien

R : mengetahui tingkat kecemasan klien

2) Gali bersama pasien tentang teknik yang berhasil dan tidak berhasil

menurunkan ansietas

R : Membantu pasien menghilangkan kecemasan

3) Bantu pengalihan ansietas melalui radio, TV, permainan untuk

menurunkan ansietas dan memperluas fokus

R : mengalihkan perhatian (kecemasan) pasien terhadap benda disekitar

4) Kolaborasi pemberian obat untuk menurunkan ansietas


R : membantu proses penyembuhan

4. Gangguan citra tubuh b/d penyakit, ditandai dengan deformitas sendi

Kriteria Hasil :

a. Gangguan citra tubuh berkurang yang dibuktikan oleh selalu menunjukkan

adaptasi dengan ketunadayaan fisik

b.Menunjukkan citra tubuh

Intervensi :

1) Dorong pengungkapan mengenai masalah mengenai proses

penyakit,harapan masa depan.

R : Beri kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/kesal

menghadapinya secara langsunG

2) Diskusikan arti dari kehilangan/perubahan pada pasien/orang terdekat.

Memastikan bagaimana pandangan pribadi psien dalam memfungsikan

gaya hidup sehari-hari termasuk aspek-aspek seksual.

R : Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan

interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap

intervensi atau konseling lebih lanjut.

3) Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaiman orang terdekat menerima

keterbatasan.

R : Isyarat verbal/nonverbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh

mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri

4) Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.

R : Nyeri melelahkan, dan perasaan marah, bermusuhan umum terjadi.


5) Perhatikan perilaku menarik diri,penguanan menyangkal atau terlalu

memperhatikan tubuh/perubahan.

R : Dapat menunjukkan emosional atau metode maladaptive,

membutuhkan intervensi lebih lanjut atau dukungan psikologis.

6) Susun batasan pada prilaku maladaptive. Bantu pasien untuk

mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.

R : Membantu pasien mempertahankan kontrol diri yang dapat

meningkatkan perasaan harga diri.

7) Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal

aktivitas.

R : Meningkatkan perasaan kompetensi/harga diri, mendorong

kemandirian, dan mendorong partisipasi dan terapi.

8) Berikan obat-obat sesuai petunjuk

R : Membantu proses penyembuhan

5. Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit b/d keterbatasan kognitif, kurang

familier dengan sumber-sumber informasi

Kriteria Hasil :

Mengidentifikasi kebutuhan terhadap informasi tambahan tentang proses

penyakit

Intervensi :

1) Kaji tingkat pengetahuan klien saat ini dan pemahaman terhdapa materi

R : mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya

2) Tetapkan tujuan pembelajaran bersama yang realistis dengan klien


R : persamaan persepsi akan lebih mudah dalam pembelajaran

3) Pilih metode dan strategi penyuluhan yang sesuai

R : mempermudah pasien dalam mencerna dan memahami pnkes

4) Beri informasi tentang diit TKTP dan tinggi kalsium

R : mempercepatan pemulihan tualang

6. Resiko jatuh b/d penurunan kekuatan ekstremitas bawah, kelemahan umum

Kriteria Hasil :

a. Resiko j atuh akan menurun atau terbatas, yang dibuktikan oleh

keseimbangan, gerakan terkoordinasi, perilaku pencegahan jatuh, kejadian

jatuh, dan pengetahuan : Pencegahan Jatuh

Intervensi :

1) Lakukan pengkajian resiko jatuh pada pasien

R : Mengetahui penyebab resiko jatuh

2) Identifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan potensi jatuh

R : Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan

membebaskan keluarga dari kekhawatiran yang konstan.

3) Ajarkan klien bagaimana posisi terjatuh yang dapat meminimalkan cedera

R : meminimalkan komplikasi atau cidera berkelanjutan

4) Bantu pasien saat ambulasi

R : agar pasien tahu bagaimana ambulasi yang benar

5) Sediakan alat bantu berjalan

R : mempermudah proeses penyembuhan


DAFTAR PUSTAKA

Aby, Ahmad. 2014. Osteoarthritis OA / Pengapuran Sendi. . Diakses tanggal 8

Mei 2016, 18:15 WIB

Cania, Murni. 2014. Askep Osteoarthritis. Diakses tanggal 8 MEI 2016, 18:17

WIB

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku edisi 3. Jakarta : EGC

Idrus, Alwi, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dlm, edisi V, jilid III. Jakarta :

Internal Publishing

Muttaqin, Arif. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal : Aplikasi Pada

Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta : EGC

Nurma, Ningsih lukman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dgn Gangguan

Sistem Musculoskeletal. Jakarta: Salemba Medika

Smeltzer C. Suzannne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth, Alih Bahasa Andry Hartono, dkk. Jakarta : EGC

Soeparman, A. 1995. Ilmu Penyakit Dlm, Edisi kedua. Jakarta : Balai Penerbit FK

UI

Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC

Wilkinson, Judith.M, Nancy R.Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan :

Diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC.Edisi 9. Jakarta :

EGC

Anda mungkin juga menyukai