Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

TERAPI KOMPLEMENTER (AKUPUNTUR) PADA Ny. H


DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASMA
DI KLINIK PAKUALAMAN 1

DISUSUN OLEH :

MARIA SEPTIANI SAKU LENGARI

NIM : KP.16.01.153

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN DAN NERS


STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA
2019
LAPORAN PENDAHULUAN

TERAPI KOMPLEMENTER (AKUPUNTUR) PADA PASIEN ASMA

A. KONSEP DASAR TERAPI KOMPLEMENTER

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Terapi merupakan usaha untuk
memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit, perawatan
penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan. Menurut
WHO (World Health Organization), Pengobatan komplementer adalah pengobatan non-
konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan, misalnya jamu yang
merupakan produk Indonesia dikategorikan sebagai pengobatan komplementer di negara
Singapura. Di Indonesia sendiri, jamu dikategorikan sebagai pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu
digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara.

Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan


sebagai pendukung atau pendamping kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai
pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional.Sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer tradisional-alternatif atau
sering disebut dengan CAM (Complementary Alternative Medicine) adalah pengobatan non
konvensional yang di tunjukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, meliputi
upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan efektivitas yang tinggi berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik. Artinya Pengobatan komplementer adalah pengobatan tradisional
yang sudah diakui dan dapat dipakai sebagai pendamping terapi
konvesional/medis. Sedangkan pengobatan alternatif adalah jenis pengobatan yang tidak
dilakukan oleh paramedis/dokter pada umumnya, tetapi oleh seorang ahli atau praktisi yang
menguasai keahliannya tersebut melalui pendidikan yang lain/non medis.Obat-obat
komplementer yang dipergunakan adalah obat bersifat natural yaitu mengambil bahan dari
alam. Bahan-bahan yang dipergunakan dalam pengobatan komplementer sebelumnya harus
dikaji dan diteliti keefektivitasannya dan keamanannya. Terapi komplementer bertujuan
untuk memperbaiki fungsi dari sistem – sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan
pertahanan tubuh agar tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit,
karena tubuh kita sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya
sendiri, asalkan kita mau mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan nutrisi
yang baik dan lengkap serta perawatan yang tepat. Dasar Hukum Pelayanan Pengobatan
Komplementer-Alternatif antara lain :

a. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

a) Pasal 1 butir 16 Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan atau


perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan
keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggung
jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat
b) Pasal 48 Pelayanan kesehatan tradisional Bab III Pasal 59 s/d 61 tentang
Pelayanan Kesehatan Tradisonal
c) Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. : 1076/Menkes/SK/2003 tentang
pengobatan tradisional.
d) Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. : 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang
penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan
kesehatan.
e) Keputusan Menteri Kesehatan RI, No. 120/Menkes/SK/II/2008 tentang
standar pelayanan hiperbarik.
f) Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, No.
HK.03.05/I/199/2010 tentang pedoman kriteria penetepan metode pengobatan
komplementer – alternatif yang dapat diintegrasikan di fasilitas pelayanan
kesehatan
b. Jenis-jenis terapi Komplementer sesuai PERMENKES No: 1109/Menkes/Per/IX/2007,
antara lain:

a) Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) meliputi :


Hipnoterapi, mediasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga
b) Sistem pelayanan pengobatan alternatif meliputi: akupuntur, akupresur,
naturopati, homeopati, aromaterapi, ayurveda
c) Cara penyembuhan manual meliputi: chiropractice, healing touch, tuina,
shiatsu, osteopati, pijat urut
d) Pengobatan farmakologi dan biologi meliputi: jamu, herbal, gurah
e) Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan meliputi: diet makro
nutrient, mikro nutrient

B. AKUPUNTUR
a. Pengertian
Kata akupunktur berasal dari bahasa yunani, yaitu Acus yang berarti
jarum, dan puncture yang berarti menusuk. Di dalam bahasa Inggris menjadi To
Puncture, sedangkan kata asal dalam bahasa cina adalah Cenciu. Kata tersebut
kemudian diadaptasikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi akupunktur atau
tusuk jarum. Sebagai Suatu System pengobatan, akupunktur merupakan
pengobatan yang dilakukan dengan cara menusukkan jarum di titik-titik tertentu
pada tubuh pasien.

Apabila melihat prinsip dasar cara penyembuhan akupunktur, yaitu dengan


tusukan jarum (secara umum dengan menggunakan benda tajam) yang berarti
pemberian suatu rangsangan ke dalam tubuh, sebenarnya banyak bangsa-bangsa
di dunia yang telah mengenal cara penyembuhan tradisional dengan cara memberi
rangsangan seperti itu walaupun alat dan metode yang dipergunakan berbeda.
(Mesir :1550 Bc. Disebut Eber), bangsa bantu afrika selatan dengan cara
pengobatan menorah bagian tubuh. bangsa arab mengenal cara penyembuhan
penyakit Sciatica dengan cara memanasi telinga dibagian tertentu dengan
menggunakan metal panas. akupunktur telinga juga dilakukan bangsa eskimo
dengan alat aatu atau tulang ikan yang panjang. suku bangsa brasil meniupkan
anak panah kecil pada bagian tubuh tertentu dengan maksud menyembuhkan
penyakit tertentu. bangsa indonesia mengenal cara-cara seperti itu seperti :
kerokan, kop pijatan, dan param(Borehan).

a. Anatomi Fisiologi Akupuntur

a) Istilah-istilah dalam anatomi kedokteran yang sering digunakan dalam ilmu


akupuntur

Medial struktur yang terletak disebelah dalam paha

Lateral terletak disebelah luar paha

Internal permukaan yang menghadap ke dalam rongga dada

External permukaan yang menghadap ke luar rongga dada

Posisi anatomi - posisi orang dalam keadaan berdiri tegak

Palmar permukaan telapak tangan

Dorsal punggung tangan dan kaki


Plantar telapak kaki

PROXIMAL jaraknya MENDEKAT pada sebuah titik di pergelangan tangan

DISTAL jaraknya MENJAUH pada sebuah titik di pergelangan tangan

Lateralis median tubuh yeng terletak di luar, dari kelingking ke luar

Intermedialis bidang median yang terletak di tengah (jari tengah)

Medialis adalah bidang median yang terletak di dalam, dari jempol ke dalam

Superior- untuk menunjukkan letak relatif terhadap tinggi atau rendah dalam
Inferior perbandingan permukaan tubuh

Anterior-
- menunjukkan letak depan dan belakang dari tubuh
Posterior

Taju vertebra
tulang belakang setinggi bahu pada pertegahan jarak kedua acromeon
servikal

Patela - adalah dengkul

Umbilikus adalah pusar

Daerah-daerah penting/vital yang harus diperhatikan sebelum penusukan

o Tulang kepala bagian belakang, harus diperhatikan pada waktu penusukan


karena merupakan pusat saraf titik ujung mata, lebih diperhatikan karena
Kepala
mata merupakan organ penting
o Urat leher, lebih diperhatikan karena berdekatan dengan pembuluh darah

o Daerah puting susu, bisa mematikan kelenjar-kelenjar susu


Depan Tubuh
o Titik paru-paru, apabila salah tusuk bisa fatal akibatnya jika mengenai organ
o Umbilikus, merupakan jalannya makanan bagi janin

o Titik Nei Kuan, lebih hati-hati pada waktu penusukan karena berdekatan
Tangan
dengan nadi

Kaki o Titik Cung Yang , hati-hati karena berdekatan dengan arteri


b) Letak tulang, otot, pembuluh darah dan organ dalam yang sering
dipergunakan dalam akupuntur

- tulang prosesus spinalis, letaknya di belakang


- klavikula, tulang bahu atas
Tulang - KARPUS METAKARPUS, tulang tangan
- patela, tulang tempurung/dengkul
- TARSUS METAFARSUS, tulang tempurung kaki

- latisimus dorsi, tulang punggung lebar


- bisep, otot lengan berkepala dua
Otot - trisep, otot kedang, lengan berkepala tiga
- otot extensor kwadrisep, otot berkepala empat extensor
- rektus abdominis, otot perut lurus

- pembuluh darah leher, letaknya di leher


- pembuluh darah nadi, letaknya di pergelangan tangan
Pembuluh
- pembuluh darah ruang popliteal, letaknya dibelakang dengkul
Darah
- pembuluh darah tendon extensor, letaknya dipunggung kaki
- pembuluh darah karpus metakarpus, letaknya di punggung tangan

- paru-paru, terletak didalam rongga dada terdiri paru-paru kiri dan


kanan
- jantung, terletak didalam rongga dada, antara kedua paru-paru dan
dibelakang tulang dada dan lebih menghadap kekiri dari pada
kekanan
Organ Dalam
- hati, terletak pada bagian teratas rongga abdomen sebelah kanan
dibawah diagfragma, secara luas dilindungi tulang iga.
- limpa, kelenjar yang terletak dibawah hipogastrium (lambung
bawah) kiri dibawah iga
- ginjal, terletak didaerah pinggang
c) Perjalanan impuls saraf

Saraf mengalirkan rangsangan dari pusat ke alat tubuh


MOTORIK (misalnya; otot untuk bergerak)
Saraf Cranial
mengalirkan rangsangan dari tepi (kulit, selaput
Saraf
lendir) menuju pusat persyarafan (misalnya; rasa
SENSORIK
raba, rasa sakit, rasa panas, dll)

susunan saraf untuk kewaspadaan terhadap sesuatu,


Susunan Saraf
seperti membangunkan bulu kulit, meningkatnya
Simpatis (SSS),
frekuensi denyut jantung
Saraf Otonom perlindungan, reproduksi, pengeluaran cairan tubuh.
(Sso), Susunan Saraf (Saraf Otonom (SSO), merupakan bagian susunan
Parasimpatis saraf yang mengurus semua proses badaniah yang
(SSP) involunter dan timbul secara reflektorik (misalnya;
berkeringat, merinding),

C. Prinsip Akupuntur
Ada tiga prinsip umum dalam pengobatan tradisional Cina. Pertama adalah
pengobatan ‘akar’ (Ben) dan ‘cabang'(Biao). Yang kedua adalah pengaturan Yin
dan Yang. Yang ketiga adalah menguatkan Qi normal dan mengeluarkan Qi
patogen (penyebab penyakit). Pengobatan ‘akar’ (Ben) dan ‘cabang'(Biao)
merupakan prinsip pengobatan terpenting dalam pengobatan Cina.
Pokok prinsip ini adalah menetapkan inti atau ‘akar’ dari penyakit itu agar dapat
menentukan pengobatan yang efektif. ‘Akar’ merupakan ketidakselarasan
Yin/Yang, Lima Tahapan atau Qi, yang menimbulkan ‘cabang’, yaitu gejala atau
aspek sekunder penyakit tersebut. Prinsip dasar pengobatan Cina adalah
memulihkan keseimbangan antara Yin dan Yang.
Diagnosa menentukan adanya kekurangan atau kelebihan Yin/Yang
dalam tubuh dan apakah mempengaruhi satu atau lebih organ Zangfu. Titik
akupuntur yang dipilih tergantung pada efek yang dituju, meningkatkan Yang
dalam tubuh atau sebaliknya. Melemahnya Qi normal dapat disebabkan oleh hal-
hal tersebut di atas atau dapat pula diperlemah oleh penumpukan Qi patogen yang
lalu menghambat fungsi Zangfu dan Jingluo. Seorang ahli pengobatan perlu
mengetahui perbandingan kekuatan Qi normal dengan Qi patogen.

D. Manfaat Akupuntur
a) Membantu mengurangi sakit kepala dan migran
b) Meredahkan nyeri kronis,termasuk nyeri punggung,leher,lutut,dan artritis
c) Membantu mengobati insomnia
d) Meningkatkan pemulihan kanker dan efek kemoterapi
e) Membantu mencegah penurunan kehilangan fungsi otak kognitif
f) Kesehatan kehamilan, melahirkan dan pasca melahirkan

E. Teknik
Meskipun kata akupunktur yang berarti tusuk jarum, tetapi karena terbukti
bahwa titik–titik akupunktur yang merupakan reseptor di permukaan tubuh daapt
dirangsang dengan berbagai macam cara, asal berupa energi, maka dapat
berkembang juga teknik rangsangan pada titik akupunktur ini. berbagai macam
cara itu dalah :
a) Elektroakupunktur : Rangsangan Titik Akupunktur Menggunakan Listrik
b) Laserakupunktur : Rangsangan Titik Akupunktur Menggunakan Laser
c) Sonoakupunktur : Rangsangan Titik Akupunktur Menggunakan Suara
d) Aquaakupunktur : Rangsangan Titik Akupunktur Dengan Injeksi
e) Dry Needling Akupunktur : Penerapan Akupunktur Dengan Jarum Suntik
f) Akupresur : Rangsangan Titik Akupunktur Menggunakan Jari
C. KONSEP DASAR PENYAKIT ASMA

a. ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi
Organ Pernapasan

Gambar 1 : Anatomi Sistem Pernapasan

Gambar 2 : Anatomi keadaan normal dan Asma


1. Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang
pertama, mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat
hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna
untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam
lubang hidung.
2. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernapasan dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di
belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke atas berhubungan
dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana,
ke depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini
bernama istmus fausium, ke bawah terdapat 2 lubang (ke depan lubang
laring dan ke belakang lubang esofagus).
3. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan
bertindak sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring
sampai ketinggian vertebra servikal dan masuk ke dalam trakhea di
bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang
tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-
tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan
menutupi laring.
4. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring
yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang
rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C) sebelahdalam diliputi
oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia,
hanya bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di
belakang terdiri dari jarigan ikat yang dilapisi oleh otot polos.
5. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea,
ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V,
mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang
sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampuk paru-
paru.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri,
terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang
dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2
cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut
bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada
ujung bronkioli terdapat gelembung paru atau gelembung hawa atau
alveoli.
6. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri
dari gelembung (gelembung hawa atau alveoli). Gelembug alveoli ini
terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas
permukaannya kurang lebih 90 m². Pada lapisan ini terjadi pertukaran
udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.
Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-
paru kiri dan kanan.
Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus
(belahan paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus
inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari
pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri
dari belahan yang kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10
segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada
inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen
pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah
segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi
menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus.
Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan
ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus
terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolusinbercabang-
cabang banyak sekali, cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap
duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2-
0,3 mm.
Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke
tengah rongga dada atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah
terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan
terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang
bernama pleura. Pleura dibagi menjadi 2 yaitu, yang pertama pleura
visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang
langsung membungkus paru-paru. Kedua pleura parietal yaitu
selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara keadaan
normal, kavum pleura ini vakum (hampa) sehingga paru-paru dapat
berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang
berguna untuk meminyaki permukaanya (pleura), menghindarkan
gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan
bernapas.
2. Fisiologi

Gambar 4 : Proses pernapasan


Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini
disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Jadi, dalam paru-paru
terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dan udara masuk kedalam darah
dan CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis.
Kemudian CO2 dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan
pernapasan) dan masuk kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis
kemudian massuk ke serambi kiri jantung (atrium sinistra) menuju ke aorta
kemudian ke seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel- sel), di sini terjadi oksidasi
(pembakaran).
Sebagai sisa dari pembakaran adalah CO2 dan dikeluarkan melalui
peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi kanan atau atrium dekstra)
menuju ke bilik kanan dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke
jaringan paru-paru.
Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses
pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan sisa dari
metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan kulit.
Setelah udara dari luar diproses, di dalam hidung masih terjadi perjalanan
panjang menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring terdapat epiglotis
yang berguna untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan tidak
masuk ke trakhea, sedangkan waktu bernapas epiglotis terbuka, begitu seterusnya.
Jika makanan masuk ke dalam laring, maka akan mendapat serangan batuk,
hal tersebut untuk mencoba mengeluarkan makanan tersebt dari laring
Terbagi dalam 2 bagian yaitu inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi
(menghembuskan napas). Bernapas berarti melakukan inpirasi dan eskpirasi
secara bergantian, teratur, berirama, dan terus menerus. Bernapas merupakan
gerak refleks yang terjadi pada otot-otot pernapasan. Refleks bernapas ini diatur
oleh pusat pernapasan yang terletak di dalam sumsum penyambung (medulla
oblongata). Oleh karena seseorang dapat menahan, memperlambat, atau
mempercepat napasnya, ini berarti bahwa refleks bernapas juga dibawah pengaruh
korteks serebri. Pusat pernapasan sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2
dalam darah dan kekurangan dalam darah. Inspirai terjadi bila muskulus
diafragma telah mendapat rangsangan dari nervus frenikus lalu mengerut datar
Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah ,mendapat
rangsangan kemudian mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar.
Dengan demikian jarak antara sternum (tulang dada) dan vertebra semakin
luas dan melebar. Rongga dada membesar maka pleura akan tertarik, yang
menarik paru-paru sehingga tekanan udara di dalamnya berkurang dan masuklah
udara dari luar
Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan
menjadi cekung, muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian
rongga dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka
udara didorong keluar. Jadi proses respirasi atau pernapasan ini terjadi
karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.
Pernapasan dada, pada waktu seseorang bernapas, rangka dada terbesar bergerak,
pernapasan ini dinamakan pernapasan dada. Ini terdapat pada rangka dada yang
lunak, yaitu pada orang-orang muda dan pada perempuan.
Pernapasan perut, jika pada waktu bernapas diafragma turun naik,maka
ini dinamakan pernapasan perut. Kebanyakan pada orang tua, Karena tulang
rawannya tidak begitu lembek dan bingkas lagi yang disebabkan oleh banyak zat
kapur yang mengendap di dalamnya dan banyak ditemukan pada laki-laki.

b. PENGERTIAN
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran
napasa yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan
yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas
dan rasa berat di dada terutama pada malam hari atau dini hari yang umumnya
bersifat revrsibel baik dengan atau tanpa pengobatan (Depkes RI, 2013)
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea
dan bronchi berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu
(Smeltzer&Bare, 2012).
Asma Bronkial adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai oleh spame
akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan
penurunan ventilasi alveolus (Huddak & Gallo, 2013).
Jadi dapat disimpulkan bahwa asma adalah penyakit jalan napas obstruktif yang
disebabkan oleh berbagai stimulan, yang ditandai dengan spasme otot polos
bronkiolus.
c. ETIOLOGI
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asthma bronkial.
a. Faktor predisposisi
a) Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita
dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga
menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita
sangat mudah terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar
dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.

b. Faktor presipitasi
a) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan, seperti: debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut, seperti : makanan dan obat-
obatan.
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit, seperti :
perhiasan, logam dan jam tangan.
c. Perubahan cuaca.
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau,
musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga
dan debu.
a) Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain
itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping
gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang
mengalami stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stresnya belum diatasi
maka gejala asmanya belum bisa diobati.
b) Lingkungan kerja.
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
c) Olah raga/aktifitas jasmani yang berat.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

d. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Jones dan Barlett (2001) ada beberapa gejala serangan asma, yaitu:
1. Batuk. Batuk adalah respon tubuh terhadap iritasi pada saluran napas. Pada
penderita asma akan membatukkan lender untuk melonggarkan jalan napas.
Batuk akan meningkat jika berbaring.
2. Mengi. Bunyi ini disebabkan oleh menyempitnya jalan napas daan terdengar
pada saat menghirup dan menghembuskan napas.
3. Sesak dada dan napas pendek. Ini terutama terjadi pada latihan yang keras.
Selama serangan yang parah, cuping hidung mengembang dan otot bantu
pernapasan digunakan.
4. Peningkatan denyut nadi dan kecepatan pernapasan
5. Kulit pucat
6. Keletihan
7. Gelisa
e. KLARIFIKASI
Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit dan pola
keterbatasan aliran udara. Klasifikasi asma berdasarkan berat penyakit penting bagi
pengobatan dan perencanaan penatalaksanaan jangka panjang. Semakin berat asma
semakin tinggi tingkat pengobatan (Depkes RI, 2007). Pengklasifikasian asma dapat
dilakukan dengan pengkajian terhadap gejala dan kemampuan fungsi paru. Semakin
sering gejala yang dialami, maka semakin parah asma tersebut. Begitu juga dengan
kemampuan fungsi paru yang diukur dengan Peak Flow Meters untuk mengetahui Peak
Expiratory Flow (PEF) dan Spyrometers untuk mengukur Force Expiratory Volume
dalam satu detik (FEV1) disertai dengan Force Vital Capacity (FVC). Semakin rendah
kemampuan fungsi paru, maka semakin parah asma tersebut (GINA, 2004).
Menurut Somantri (2008), berdasarkan etiologinya, asma bronkial dapat
diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)
Tipe asma ini merupakan jenis asma yang ditandai dengan reaksi alergi oleh
karena faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu
binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik
sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
Paparan terhadap alergi akan mencetuskan serangan asma. Gejala asma umumnya
dimulai saat kanak-kanak.
2. Intrinsik (idiopatik atau non alergik)
Tipe asma ini merupakan jenis asma yang ditandai dengan adanya reaksi non
alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui,
seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran
pernapasan, emosi dan aktivitas. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkitis kronik
dan emfisema. Pada beberapa pasien, asma jenis ini dapat berkembang menjadi
asma gabungan.
3. Asma gabungan
Jenis asma ini merupakan bentuk asma yang paling umum dan sering ditemukan.
Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergi maupun bentuk idiopatik
atau nonalergik.

f. PATOFISIOLOGIS
Kejadian patofisiologis ini mengakibatkan obstruksi jalan napas yang memburuk saat
ekspirasi. Obstruksi jalan napas menyebabkan ketidakcocokan V/Q dan hipoksemia sejak
dini. Terperangkapnya udara menyebabkan otot-otot pernapasan berada pada posisi
mekanis yang tidak menguntungkan dengan peningkatan beban kerja pernapasan yang
kemudian mengakibatkan penurunan ventilasi dan hiperkapnia. Dengan demikian, sebagian
besar pasien dengan gejala akut mulai dengan respirasi cepat, hipoksemia, dan alkalosis
respirasi, tetapi obstruksi jalan napas persisten mengakibatkan ventilasi dangkal yang tidak
efisien dan asidosis respirasi.
Pathway

g. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
2. Tes provokasi :
1) Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.
2) Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.
3) Tes provokasi bronkial seperti :
a. Tes provokasi histamine
b. Metakolin
c. Alergen
d. Kegiatan jasmani
e. Hiperventilasi dengan udara dingin
f. Inhalasi dengan aqua destilata.
4) Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam
tubuh.
3. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.
4. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.
5. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.
6. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.
7. Pemeriksaan sputum.

h.PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a. Riwayat kesehatan masa lalu :
Riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin
b. Riwayat kesehatan sekarang :
Keluhan sesak napas, keringat dingin.
c. Status mental :
Lemas, takut, gelisah
d. Pernapasan :
Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.
e. Gastro intestinal :
adanya mual, muntah.
f. Pola aktivitas :
Kelemahan tubuh, cepat lelah
2. Pemeriksaan Fisik
a. Dada
1) Contour, Confek, tidak ada defresi sternum
2) Diameter antero posterior lebih besar dari diameter transversal
3) Keabnormalan struktur Thorax
4) Contour dada simetris
5) Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat atau tidak, distribusi warna merata
6) RR dan ritme selama satu menit.
b. Palpasi
1) Temperatur kulit
2) Premitus : fibrasi dada
3) Pengembangan dada
4) Krepitasi
5) Massa
6) Edema
c. Auskultasi
1) Vesikuler
2) Broncho vesikuler
3) Hyper ventilasi
4) Rochi
5) Wheezing
6) Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya.
3. Pemeriksaan Penunjang
1) Spirometri
2) Tes provokasi
3) Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.
4) Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.
5) Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.
6) Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.
7) Pemeriksaan sputum.
g. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola Napas Tidak Efektif
b. Bersihan Jalan Napas Tidak efektif
c. Kerusakan Pertukaran Gas
d. Resiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
h. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Diagnosa 1 : pola napas tidak efektif
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam pola napas klien kembali efektif
Kriteria Hasil:
- Klien tidak mengeluh sesak
- RR 16-20 x/menit
- Wajah rileks
- Tidak ada penggunaan otot bantu napas
Intervensi
1. Kaji frekuensi nafas, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
Rasional: Kecepatan biasanya meningkat, kedalaman pernafasan
bervariasitergantung derajat asma
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas
Rasional: Ronkhi dan mengi menyertai obstruksi jalan nafas
3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
Rasional: Memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan
4. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan
Rasional: Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas\
5. Kolaborasi pemberian obat
Bronkodilator golongan B2, Nebulizer (via inhalasi) dg golongan terbutaline
0,25 mg, fenoterol HBr 0,1% solution, orciprenaline sulfur 0,75 mg.
Rasional: Pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung menuju area
bronkus yg mengalamin spasme shg lebih cepat berdilatasi

b. Diagnosa 2 : bersihan jalan napas tidak efektif


Tujuan: Dalam waktu 2 x 24 jam setelah diberikan intervensi bersihan jalan nafas
kembali efektif
Kriteria Hasil:
- Dapat mendemonstrasikan batuk efektif
- Dapat menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi
- Tidak ada suara nafas tambahan
- Pernafasan klien normal (16-20x/mnt) tanpa ada penggunaan otot bantu nafas
Intervensi:
1) Kaji warna, kekentalan, dan jumlah sputum
Rasional: Kecepatan biasanya meningkat, kedalaman pernafasan
bervariasitergantung derajat asma Karakteristik sputum dpt
menunjukkan berat ringannya obstruksi.
2) Atur posisi semi flowler
Rasional: Meningkatkan ekspansi dada
3) Ajarkan cara batuk efektif
Rasional: Batuk yg terkontrol & efektif dpt memudahkan pengeluaran
sekret yg melekat di jalan nafas
4) Bantu klien latihan nafas dalam
Rasional: Ventilasi maksimal membuka lumen jalan nafas &
meningkatkan gerakan sekret ke dalam jalan nafas besar u/ dikeluarkan
5) Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali tidak
diindikasikan
Rasional: Hidrasi yg adekuat membantu mengencerkan sekret dan
mengefektifkan pembersihan jalan nafas
6) Lakukan fisioterapi dada dengan tehnik postural drainase, perkusi, &
fibrasi dada
Rasional: Fisioterapi dada merupakan strategi untuk mengeluarkan
sekret.

c. Diagnosa 3 : kerusakan pertukaran gas


Tujuan: Klien akan mempertahankan pertukaran gas dan oksigenasi adekuat.
Kriteria Hasil:
- Frekuensi nafas 16 – 20 kali/menit
- Frekuensi nadi 60 – 120 kali/menit
- Warna kulit normal, tidak ada dipnea dan GDA dalam batas normal
Intervensi
1) Pantauan status pernafasan tiap 4 jam, hasil GDA, pemasukan dan
haluaran
Rasional: Kecepatan Untuk mengidentifikasi indikasi kearah kemajuan
atau penyimpangan dari hasil klien
2) Tempatkan klien pada posisi semi fowler
Rasional: Posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih baik
3) Berikan terapi intravena sesuai anjuran
Rasional: Untuk memungkinkan rehidrasi yang cepat dan dapat
mengkaji keadaan vaskular untuk pemberian obat – obat darurat.
4) Berikan oksigen melalui kanula nasal 4 l/mt selanjutnya sesuaikan
dengan hasil PaO2
Rasional: Pemberian oksigen mengurangi beban otot – otot pernafasan.
5) Berikan pengobatan yang telah ditentukan serta amati bila ada tanda –
tanda toksisitas
Rasional: Pengobatan untuk mengembalikan kondisi bronkus seperti
kondisi sebelumnya

d. Diagnosa 4 : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam intake dan output cairan seimbang setelah
dilakukan intervensi.
Kriteria Hasil:
- Frekuensi BB meningkat
- Nafsu makan (+)
- Malnutrisi (-)
- Intake dan output dalam batas normal
Intervensi:
1) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini.
Rasional: Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena
dipsnea.
2) Sering lakukan perawatan oral, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali
pakai.
Rasional: Rasa tak enak, bau menurunkan nafsu makan dan dapat
menyebabkan mual atau muntah dengan peningkatan kesulitan nafas
3) Auskultasi bising usus
Rasional: Penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan
motilitas gaster dan konstipasi
4) Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional: Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori
5) Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi
Rasional: Pengobatan Menurunkan dipsnea dan meningkatkan energi
untuk makan, meningkatkan masukan.
6) Konsul dengan ahli gizi mengenai kebutuhan nutrisi pasien
Rasional: Kebutuhan kalori didasarkan pada kebutuhan pasien untuk
memperoleh nutrisi yg maksimal
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. (2011). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8,
Jakarta : EGC.
Brashers, Valentina L. (2008). Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan &
Manajemen Edisi 2. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Doegoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Depkes RI. 2009. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Indonesia.
Hudack&Gallo. 2011. Keperawatan Kritis Edisi VI Vol I. Jakarta. EGC.
Direktorat BIna Farmasi dan Klinik. 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit
Asma.616.238 Ind P. Departemen Kesehatan RI.
Doengoes, Marilyn E, et al. 2010. Nursing Diagnosis Manual: Planning,
Individualizing, and Documenting Client Care 3th Edition . Philadelphia: F.
A. Davis Company
Mulia, J Meiyanti. 2012. Perkembangan Patogenesis Dan Pengobatan Asma
Bronkial. Jurnal Kedokteran Trisakti Vol 19 No. 3. Bagian Farmasi Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti
Smeltzer & Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth.
Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC. 2013

Anda mungkin juga menyukai