Anda di halaman 1dari 4

PERBEDAAN PERATURAN PERTAMBANGAN LAMA

DAN BARU
UNDANG-UNDANG NO. 11 TH
No UNDANG-UNDANG NO. 4 TAHUN 2009
1967

– Kekayaan tambang disebut Mineral dan


Batubara- Dikuasai negara, diselenggarakan
oleh pemerintah dan /atau pemerintah daerah
– Kekayaan Tambang disebut bahan (pasal 4)- Pemerintah dan DPR menetapkan
1 galian- Penguasaan bahan galian kebijakan pengutamaan mineral dan Batubara
diselenggarakan pemerintah (pasal 1) untuk kepentingan nasional

– Pemerintah berwenang menetapkan produksi


setiap pro-vinsi untuk mengendalikan produksi
dan ekspor (pasal 5)

Penggolongan Usaha Pertambangan:-


Pertambangan Mineral- Pertambangan
Batubara
Penggolongan Bahan Galian- Penggolongan komoditas tambang terdiri dari
Strategis (golongan A)- Vital – Mineral radio aktif
2 (golongan B)
– Non Strategis dan Non Vital (golongan – Mineral logam
C) – Mineral bukan logam
–Batuan
– Batubara

Kewenangan Pengelolaan- Kebijakan dan


pengelolaan skup nasional oleh Pemerintah,
Kewenangan Pengelolaan- Bahan ada 21 kewenangan (pasal 6)- Kebijakan dan
galian strategis dan vital oleh pengelolaan skup wilayah provinsi oleh
3 Menteri- Bahan galian non strategis Pemerintah Provinsi, ada 14 kewenangan
dan vital oleh Pemerintah Daerah (pasal 7)
Tingkat I – Kebijakan dan pengelolaan skup kabupaten/kota
oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, ada 12
kewenangan (pasal 8)

Wilayah Pertambangan :Tidak diatur Wilayah Pertambangan :- Wilayah


4
terperinci yang penting tidak meliputi Pertambangan (WP) adalah bagian dari tata
kuburan, tempat suci, kepentingan ruang nasional, ditetapkan Pemerintah setelah
umum, pertambangan lain, tempat berkoordinasi dengan pemda dan DPR
tinggal atau pabrik, RI (pasal 10)- Wilayah Pertambangan
terdiri atas wilayah usaha pertambangan
(WUP), wilayah pertambangan rakyat
(WPR), dan wilayah pencadangan nasional
(WPN), pasal 13.
– WUP, WPR dan WPN diatur terperinci (pasal
14-33)

Bentuk Izin Usaha Pertambangan- Bentuk Izin Usaha Pertambangan- Izin Usaha
Kontrak Karya (pasal 10)- Kuasa Pertambangan (IUP)- Izin Pertambangan
Pertambangan (pasal 15) Rakyat (IPR)
5
– Surat Izin Pertambangan Daerah – Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK)
– Surat Izin Usaha Pertambangan Rakyat

Tahapan Usaha Pertambangan1. Eksplorasi,


meliputi :- penyelidikan umum
Tahapan Usaha Pertambangan-
– eksplorasi
Penyelidikan umum- Eksplorasi
– Eksploitasi – studi kelayakan (pasal 36)
– Pengolahan dan pemurnian 2. Operasi Produksi
6
– Pengangkutan – konstruksi
– Penjualan – penambangan
– pengolahan dan pemurnian
– pengangkutan dan penjualan (pasal 36)

Pelaku Usaha:- IUP diberikan pada badan


usaha, koperasi dan perseorangan (pasal 38)-
Pelaku Usaha:- Investor domestik IPR diberikan pada penduduk setempatm baik
(KP, SIPD, PKP2B)- Investor asing perseorangan maupun kelompok masyarakat,
(KK, PKP2B) dan atau koperasi (pasal 67), dengan luas
7
– Luas usaha pertambangan tidak dirinci yang terperinci (pasal 68)
– IUPK diberikan pada badan usaha berbadan
hukum Indonesia, baik BUMN, BUMD, maupun
swasta. BUMN dan BUMD mendapat
prioritas (pasal 75)

Prosedur Pemberian Izin- Wilayah Izin Usaha


Prosedur Pemberian Izin- Wilayah
Pertambangan (WIUP) mineral logam
8 KP/KK/PKP2B/SIPD/SIUPR
diberikan kepada pengusaha tambang dengan
diberikan kepada penusaha tambang
cara lelang (pasal 51)- Wilayah Izin Usaha
dengan cara pengajuan permohonan Pertambangan (WIUP) batubara
kepada pemberi izin diberikan kepada pengusaha tambang dengan
cara lelang (pasal 60)
– Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP)
mineral non logam dan batuan diberikan kepada
pengusaha tambang dengan cara pengajuan
permohonan kepada pemberi izin (pasal 54 dan
57)

Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha- Keuangan


:- Membayar pendapatan negara dan daerah :
Pajak, PNBP, iuran (pasal 128 – 133).
– Lingkungan :
– Good mining practices (pasal 95)
Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha-
Keuangan :- KP, sesuai peraturan – Reklamasi, pasca tambang dan konservasi yang
perundang-undangan yang berlaku. telah direncanakan, beserta dana yang
-KK/PKP2B, tetap pada saat kontrak disediakan (pasal 96 – 100)
ditandatangani. – Nilai tambah. Pemegang IUP Operasi Produksi
– Lingkungan (sedikit diatur) wajib melakukan pengolahan dan pemurnian hasil
9 tambang di dalam negeri(pasal 103 – 104)
– Nilai tambah (hanya diatur kontrak)
– Mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja
– Pemanfaatan tenaga kerja setempat setempat (pasal 106)
(tidak diatur)
– Saat tahap operasi produksi, wajib
– Program pengembangan dan mengikutsertakan pengusaha lokal (pasal 107)
pemberdayaan masyarakat (tidak diatur)
– Menyusun program pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat (pasal 108)
– Wajib menggunakan perusahaan jasa
pertambangan lokal dan/atau nasional seperti
konsultasi dan perencanaan (pasal 124)

Divestasi :Setelah 5 tahun beroperasi, badan


usaha pemegang IUP dan IUPK yang
sahamnya dimiliki asing, wajib melakukan
10 Divestasi :Tidak diatur
divestasi pada Pemerintah, pemda, BUMN,
BUMD, atau badan usaha swasta
nasional (pasal 112)

Pembinaan dan Pengawasan- IUP (Menteri,


Pembinaan dan Pengawasan-
Bupati/Walikota – sesuai kewenangan) –
11 Terpusat (khususnya KP, KK dan
pasal 139-142. Bentuk pengawasan sangat
PKP2B)
terinci.- IPR (Bupati/Walikota) – pasal 143
Perlindungan MasyarakatPemegang Perlindungan MasyarakatMasyarakat yang
KP wajib mengembalikan tanah terkena dampak negatif langsung berhak
12 sedemikian rupa. Sehingga tidak mendapat ganti rugi yang layak, atau
menimbulkan penyakit atau bahaya mengajukan gugatan (pasal 145)
lain bagi masyarakat(pasal 30)

Penyidikan (pasal 149)- Penyidik Polri-


13 PenyidikanTidak diatur
Penyidik PPNS

Ketentuan Pidana- Menteri, Gubernur,


Ketentuan Pidana- Diatur, tetapi Bupati/Walikota – sesuai kewenangannya
sudah tidak sesuai lagi dengan situasi berhak memberi sanksi administratif pada
dan kondisi saat ini. Misalnya : pemegang IUP, IPR dan IUPK. Sanksi mulai
penjara selama-lamanya 6 tahun dari peringatan hingga pencabutan ijin (pasal
dan/atau denda setinggi-tingginya Rp. 151).- Sanksi cukup keras. Misalnya, setiap
500.000,- bagi yang tidak mempunyai orang yang melakukan usaha pertambangan
14 KP tetapi melakukan usaha tanpa IUP, IPR atau IUPK dihukum maksimal
pertambangan (pasal 31)- Tidak ada 10 tahun dan denda maksimal Rp. 10 Miliar
sangsi pidana terhadap – Setiap orang yang mengeluarkan IUP, IPR, atau
pemberi/penerbit izin IUPK yang bertentangan dengan Undang-Undang
– Tidak ada sangsi pidana terhadap ini dan menyalahgunakan kewenangannya diberi
pemberi/penerbit izin sanksi pidana paling lama 2 (dua) tahun penjara
dan denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah). (pasal 165)

Anda mungkin juga menyukai