Anda di halaman 1dari 43

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Medik

1. Definisi

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang melibatkan

kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang berkembangnya

koaplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis (C. Long Barbara,

1996)

Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik yang disertai

berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan

berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah,

disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskopik

elektron (Mansjoer, Arif, 1999).

Diabetes melitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh

peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) (Brunner dan Suddarth,

1996).

Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh


ketiadaan absolut insulin atau insensitivitas sel terhadap insulin (Elisabeth. J.
Corwin, 2000)
2. Anatomi Fisiologi

a. Anatomi

b. Fisiologi

Pengertian Pankreas

Sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah

panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm dari duodenum sampai ke limfa dan

beratnya rata-rata 60-90 gr. Terbentang pada vertebra lumbalis I dan II di

belakang lambung.

Bagian Dari Pankreas

1. Kepala pankreas; terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di

dalam lekukan duodenm yang melingkarnya.

2. Badan pankreas : merupakan bagian utama dari organ ini letaknya di

belakang lambung dan di depan vertebrae umbalis pertama.

3. Ekor pankreas : bagian runcing do sebelah kiri yang sebenarnya

menyentuh limfa.

Fungsi Pankreas

1. Fungsi endokrin; yang membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan

elektrolit.
2. Fungsi endokrin; sekelompok kecil del epitelium yang berbentuk pulau-

pulau kecil atau Langerhans yang bersama-sama membentuk organ

endokrin yang mensekresikan insulin.

3. Fungsi sekresi eksternal, yaitu cairan pankreas yang dialirkan ke

duodenum yang berguna untuk proses pencernaan makanan di intestinum.

4. Fungsi sekresi internal, yaitu sekresi yang dihasilkan oleh pulau-pulau

Langerhans sendiri langsung dialirkan ke dalam peredaran darah.

Hasil Sekresi, berupa :

1. Hormon insulin ini langsug dialirkan dalam darah tanpa melewati duktus.

Kumpulan dari sel-sel ini berbentuk seperti pulau-pulau yang disbeut

Pulau Langerhans

2. Getah pankreas

Sel-sel yang mereproduksi setelah pankreas ini termasuk kelenjar

ensokrin, getah pankreas dikirim ke dalam duodenum melalui duktus

pankreatik. Duktus ini bermuara apada papila vateri yang terletak pada

dinding duodenum.

Pengaturan fisiologis darah sebagian besar tergantung dari :

1. Ekstraksi glukosa

2. Sintesis glukosa

3. Glikogendisis dalam hati

Selain itu jaringan perifer otot dan adiposa juga mempergunakan glukosa

sebagai sumber energi mereka. Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan

eolh hati dan yang digunakan oleh jaringan-jaringan perifer tergantung dari

keseimbangan fisiologis beberapa hormon. Hormon-hormon ini dapat

diklasifikasikan sebagai hormon yang merendahkan kadar glukosa darah dan

hormon yangmeningkatkan kadar glukosa darah. Insulin merupajan hormon

yang menurunkan glukosa darah. Insulin dibentuk oleh sel-sel beta pulau
langerhans pankreas. Sebaliknya ada beberapa hormon tertentu yang dapat

meningkatkan kadar glukosa darah antara lain ; glukagon yang disekresi oleh

sel-sel alfa pulau langerhans, epinefrin yang disekresi oleh medula adrenal

dan jaringan kromafin, glukokortikoid yang disekresi oleh korteks adrenal

dan growth hormone yang disekresi oleh kelenjar hipolisis anterior.

Glukagon, epinefrin, glukokortikoid dan growth hormone, membentuk suatu

mekanisme counter-regulator yang mencegah timbulnya hipoglikemia akibat

pengaruh insulin.

3. Patofisiologi

Insulin dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang dibutuhkan untuk pemanfaatan

glukosa sebagai bahan energi seluler dan diperlukan untuk metabolisme

karbohidrat proten dan lemak. Insulin membantu tramnsportasi glukosa ke

dalam sel dan membantu pergerakan senyawa-senyawa keton ke dalam sel

sebagai sumber energi sekunder. Apabila tidak dihasilkan maka akan

mengalami gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Yang

mana tanpa insulin glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan tetap dalam

kompartemen vaskuler yang kemudian terjadilah hiperglikemia dngan

dmikian akan meningkatkan konsentrasi dalam darah. Terjadinya

hiperglikemi akan menyebabkan osmotik diuresis yang kemudian

menimbulkan perpindahan cairan tubuh dari rongga intraseluler ke dalam

rongga interstisial kemudian ke ekstrasel. Terjadinya osmotik diuretik

menyebabkan banyaknya cairan yang hilang melalui urine (polyuria) sehingga

sel akan kekurangan cairan dan muncul gejala polydipsia (kehausan).

Terjadinya polyuria mengakibatkan hilangnya cairan berlebihan potasium dan

sodium terjadi gangguan elektrolit. Dengan tidak adanya glukosa yang

mencapai sel, maka sel akan mengalami “starvation” (kekurangan makanan

atau kelaparan) sehingga menimbulkan gejala polyhagia (kelaparan secara


berlebihan atau makan secara berlebihan) fatique dan berat badan menurun.

Dengan adanya peningkatan glukosa dalam darah, glukosa tidak dapat

difiltrasi oleh glomerolus karena melebihi ambang renal sehingga

menyebabkan lolos dalam urine yang disebut sebagai glikosuria. Pada

ketoasidosis, muncul karena sel tidak meperoleh glukosa untuk metabolisme

seluler oleh karena tidak adanya insulin. Dengan demikian untuk

memperoleh energi maka lemak di pecah menjadi asam lemak dan gliserol

yang kemudian oleh hati dipecah lagi menjadi asam lemak dan gliserol yang

kemudian oleh hati dipecah lagi menjadi benda-benda keton. Dan apabila

berlebihan muncul sebagai ketonuria.

Etiologi

Diabetes Tipe I
Diabetes Tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas.
Kombinasi faktor genetic, imunologi dan mungkin pula lingkungan (misalnya,
infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta.

Faktor-faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes Tipe I itu sendiri; tetapi,
mewarisi suatu prediposisi atau kecenderungan genetik, ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucocyte antigen) tertentu.
HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainnya. Sembilan puluh lima persen pasien
berkulit putih. (Caucasian) dengan diabetes tipe I memperlihatkan tipe HLA
yang spesifik (DR3 atau DR4). Risiko terjadinya diabetes tipe I meningkat tiga
hingga lima kali lipat pada individu yang memiliki tipa HLA DR3 maupun DR4
(jika dibandingkan dengan populasi umum).

Faktor-faktor imunologi.
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respons otoimun. Respon
ini merupakan respona abnormal di mana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-
olah sebagai jaringan asing. Otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan
insulin endogen (internal) terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan
beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis diabetes tipe I. Riset
dilakukan untuk mengevaluasi efek preparat imunosupresif terhadap terhadap
perkembangan penyakit pada pasien diabetes tipe I yang baru terdiagnosis atau
pada pasien pradiabetes (pasien dengan antibody yang terdeteksi tetapi tidak
memperlihatkan gejala klinis diabetes). Riset lainnya menyelidiki efek protektif
yang ditimbulkan insulin dengan dosis kecil terhadap fungsi sel beta.

Faktor-faktor lingkungan
Penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor
eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh, hasil
penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
Interaksi antara faktor-faktor genetik, imunologi dan lingkungan dalam etiologi
diabetes tipe I merupakan pokok perhatian riset yang terus berlanjut. Meskipun
kejadian yang menimbulkan destruksi sel beta tidak dimengerti sepenuhnya,
namun pernyataan bahwa kerentanan genetik merupakan faktor dasar yang
melandasi proses terjadinya diabetes tipe I merupakan hal yang secara umum
dapat diterima.

Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor
genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor risko tertentu yang berhubungan
dengan proses terjadinya diabetes tipe II. Faktor-faktor ini adalah :
2. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
3. Obesitas
4. Riwayat keluarga
5. Kelompok etnik (di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta penduduk
asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk
terjadinya diabetes tipe II dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika).
Manifestasi Klinis

Hiperglikemi : polyuria, polydipsia, polyhapgia, fatique, dan kelemahan otot,

berat badan menurun, mata kabur, glycosuria, ketonuria, pernafasan kusmaul

dapat berlanjut dengan penurunan kesadaran.

Hipoglikemi : Tremor, dan palpitasi, diaphoesis (berkeringat banyak)

kecemasan, lapar, pucat, pusing kepala, berlanjut pada menurunnya

keasadaran dan kejang.

1. Kronik

a. Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, ,pembuluh darah

jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.

b. Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetik,

nefropati diabetik.

c. Neuropati diabetik

d. Rentang injeksi , seperti tuberkulosis paru, gingivitis dan infeksi

saluran kemih

e. Kaki diabetik

4. Pemeriksaan Diagnostik

 Gula darah puasa (> 120 mg/dl) dan gula darah sewaktu

 Glycosuria, polyuria dan ketonuria

 Riwayat hilangnya berat badan

 Manifestasi asidosis metabolik

 Bila ketoasidosis, hiperglikemia (glukosa darah > 330 mg/dl).

Ketonemia (positif) asidosis (pH < 4,70 ) dan karbohidrat < 15 mmol/L.

 Kaji adanya edema serebral karena DKA.

5 Penatalaksanaan
2. Terapi insulin

3. Diit

4. Latihan

5. Monitor glukosa darah

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1.Pengkajian

Data Dasar Pengkajian Pasien

a. Aktivitas / Istirahat

Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/ berjalan, kram otot, tonus

otot menurun

Tanda : Takikardia, letargi/ disorientasi, koma, penurunan

kekuatan otot

b. Sirkuasi

Gejala : Adanya riwayat hipertensi, ulkus pada kaki, kesemutan

pada ekstremitas

Tanda : Takikardia, nadi yang menurun, disritmia, perubahan

tekanan darah

c. Integritas ego

Gejala : stress, tergantung pada orang lain

Tanda : Ansietas, peka rangsang

d. Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/

terbakar, nyeri tekan abdomen, diare.

Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, abdomen keras,

adanya asites, bising usus lemah dan menurun,

hiperaktif.
e. Makanan dan cairan

Gejala : Hilang nafsu makan, mual, muntah, tidak mengikuti diet,

haus.

Tanda : Kulit kering, turgor jelek, distensi/ kekakuan abdomen,

muntah.

f. Neurosensori :

Gejala : Pusing/ pening, sakit kepala, gangguan penglihatan,

kesemutan.

Tanda : Mengantuk, letargi, gangguan memori, kacau mental,

aktivitas kejang.

g. Nyeri / kenyamanan

Gejala : Abdomen nyeri/ tegang (sedang/berat)

Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi

h. Pernafasan :

Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan /tanpa sputum

Tanda : Lapar udara, batuk dengan/ tanpa sputum purulen.

Keamanan

Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus rusak

Tanda : Demam, diaforesis, lesi, kulit rusak

i. Seksualitas

Gejala : Rabas vagina, masalah impoten pada pria

2.Diagnosa Keperawatan

a. Kekurangan cairan berhubungan dengan diuresis osmotik

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakcukupan insulin.

c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perubahan sirkulasi


d. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual berhubungan

dengan ketidakseimbangan glukosa/ insulin.

e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik

f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang.

g. Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan tidak

mengenal sumber informasi.

3.Perencaan Keperawatan

Adapun rencana keperawatan yang dibuat berkaitan dengan diagnosa

keperawatan yang timbul antara lain :

DP I

b. Dapatkan riwayat pasien/ orang terdekat sehubungan dengan lamanya/

intensitas dari gejala seperti muntah.

R : Membantu dalam memperkiranan kekurangan voluem total.

c. Pantau tanda-tanda vital :

R : Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.

d. Pantau masukan dan pengeluaran, catat baut jenis urine

R : Memberikan perkirakan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi

ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.

e. Tingkatkan lingkungan yang dapat menimbulkna rasa nyaman

R : Menghindari pemanasan yang berlebih terhadap pasien lebih lanjut

akan dapat menimbulkan kehilangan cairan.

DP II

a. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan

makanan yang dapat dihabiskan pasien.

R : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebuuhan

terapeutik
b. Identifikasi makanan yang disukai/ dikehendaki termasuk kebutuhan

etnik/ kultural.

R : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam

perencnaaan makan, kerja sama ini dapat diupayakan setelah pulang.

c. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai dengan

indikasi

R : Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi pada

keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.

d. Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode IV secara

intermiten atau secara kontinyu

R : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat

pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.

DP III

a. Observasi tanda-tanda injeksi dan peradangan, seperti emam, kemerahan,

adanya pus pada luka, sputum purulen, ,urine warna keruh atau berkabut.

R : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah

amencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi

nasokomial.

b. Tingkatkan upaya pencegahan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.

R : Mencegah timbulnya infeksi silang.

c. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh, jaga kulit

tetap kering, lien kering dan tetap kencang.

R : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada

peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/ iritasi kulit dan

infeksi.

DP IV

a. Pantau tanda-tanda vital dan status mental


R : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnomal, seperti suhu

yang meningkat dapat mempengaruhi fungsi mental.

b. Selidiki adanya keluahn parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada

paha/ kaki.

R : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat,

kehilangan sensasi sentuhan/ distorsi yang mempunyai resiko tinggi

terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.

c. Bantu pasien dalam ambulansi atau perubahan posisi

R : Meningkatkan keamanan pasien terutama ketika rasa keseimbangan

dipengaruhi.

DP V

a. Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas

R : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat

aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.

b. Diskusikan cara menghemat kelori selama mandi, berpindah tempat dan

sebagainya

R : Pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan

penurunan kebutuhan akan energi pada setiap kegiatan.

DP VI

a. Kaji bagaimana pasien telah menangani masalahnya di masa lalu

R : Pengetahuan gaya individu membantu untuk menentukan kebutuhan

terhadap tujuan penanganan.

b. Tentukan apakah ada perubahan yang berhubungan dengan orang

terdekat.

R : Tenaga dan pikiran yang konstan diperlukan untuk mengendalikan

diabetik yang seringkali memindahkan fokus hubungan.


DP VII

a. Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh

perhatian dan selalu ada untuk pasien.

R : Menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien

bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.

b. Tinjau ulang pengaruh rokok pada pengguna insulin.

R : Nikotin mengkonstriksi pembuluh darah kecil dan absorbsi insulin

diperhatikan selama pembuluh darah ini mengalami konstriksi.

c. Rekomendasikan untuk tidak menggunakan obat yang dijual bebas tanpa

konsultasi dengan tenaga kesehatan/ tidak boleh memakai obat tanpa

resep.

R : Produktivitas mungkin mengandung gula atau berinteraki dengan oat-

obat yang diresepkan.

4.Implementasi

Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan yang telah ditentukan,

dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pelaksanaan

adalah melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan

yang telah disusun.

5.Evaluasi

1. Mendemontrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,

nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,
haluaran urine tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas

normal.

2. Mencerna jumlah kalori/ nutrien yang tepat, menunjukkan tingkat energi

biasanya

3. Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/ menurunkan resiko

infeksi.

Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah

terjadinya infeksi.

4. Mengungkapkan peningkatan tingkat energi

Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam

aktivitas yang diinginkan

5. Mengakui perasaan putus asa

Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.

6. Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan

menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.

Dengan benar melakukan prosedur yang peru dan menjelaskan rasional

tindakan.

6.Discharge Planning

1. Berikan penjelasan secara lisan dan tulisan tentang perawatan dan

pengobatan yang diberikan.


2. Ajarkan dan evaluasi untuk mengenal gejala syok dan asidosis diabetik

dan penanganan kedaruatan.

3. Simulasikan cara pemberian terapi insulin mulai dari persiapan alat

sampai penyuntikan dan lokasi.

4. Ajarkan memonitor atau memeriksa glukosa darah dan glukosa dalam

urine

5. Perencanaan diit buat jadwal

6. Perencanaan latihan, jelaskan dampak latihan dengan diabetik.

7. Ajarkan bagaimana untuk mencegah hiperglikemia dan hipoglikemi dan

informasikan gejala-gejala yang muncul dari keduanya.

8. Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul

9. Ajarkan mencegah infeksi, kebersihan kaki, hindari perlukaan pada kuit

gunakan pengalas kaki yang lembut dan gunakan sikat gigi yang lunak.
VI. KAJIAN POLA PERSEPSI DAN KOGNITIF

a. Data Subjektif
 Keadaan sebelum sakit
Klien mengatakan tidak ada masalah dalam berkonsentrasi atau
daya ingat. Tidak menggunakan alat bantu pendengaran,
menggunakan kaca mata, mengerti dan mengetahui bila mempunyai
penyakit diabetes melitus dan bila sakit selalu berobat ke dokter.
 Keadaan sejak sakit
Klien mengatakan tidak ada perubahan dalam berkonsentrasi atau
daya ingat baik, mengerti dan mengetahui dirawat di RS. RK.
Charitas karena penyakit DM.
b. Data Objektif
1. Observasi
Klien menggunakan kaca mata tidak menggunakan alat bantu
pendengaran, pada saat ditanya klien mampu menjawab pertanyaan,
berkonsentrasi dan mengingat dengan baik, klien berbicara singkat
dan jelas.

2. Pemeriksaan Fisik
 Penglihatan
 Cornea : Tidak ada strobismus
 Visus : Penglihatan kabur
 Pupil : Isokor, Kiri dan kanan sama 3 mm
 Lensa mata : Jernih
 Tekanan intra ocular (TIO) : Kiri dan kanan teraba sama
 Pendengaran
 Pina : Simetris kiri dan kanan
 Canalis : Tidak ada serumen
 Membran Tympani : utuh tidak ada robekan
 Tes pendengaran : Dapat mendengar suara perawat

 Pengenalan rasa posisi pada gerakan lengan dan tungkai :


Mampu merasakan gesekan waslap
 NI : Klien mampu menghidu bau
minyak kayu putih
 N II : Dapat membaca dengan jarak 1 m
 N V Sensorik : Klien mampu mengunyah
 N VII Sensorik : Klien mampu menjulurkan lidah
 N VIII Pendengaran : Klien mampu mendengar gesekan
jari perawat
 Tes romberg : Klien mampu mengangkat satu
kaki selama 1 menit

VII. KAJIAN POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI


a. Data Subjektif
 Keadaan sebelum sakit
Klien mengatakan menyadari dirinya seorang laki-laki dan
berperan sebagai suami dan bapak bagi anak-anaknya, tidak
pernah merasa putus asa, tidak mempunyai kelainan bawaan.

 Keadaan sejak sakit


Klien mengatakan badan terasa lemah, tidak berdaya dan
tidak dapat melakukan apa-apa, cemas karena harus
meninggalkan keluarganya.

b. Data Objektif
1. Observasi
 Kontak mata : Langsung
 Rentang perhatian : penuh
 Suara dan cara berbicara : Jelas dan lancar
 Postur tubuh : Simetris
2. Pemeriksaan Fisik
 Kelainan bawaan yang nyata : Tidak ditemukan
 Abdomen Bentuk : simetris
Bayangan vena : tidak ditemukan
Benjolan massa : tidak ditemukan
 Kulit Lesi kulit : ditemukan gangren di kaki kiri
bagian jari manis dan kelingking

a. Data Subjektif
 Keadaan sebelum sakit
Klien mengatakan bahwa klien dapat mengontrol dirinya jika
mendapat suatu masalah, klien selalu cerita kepada istrinya
pemecahan masalah bila bukan dengan musyawarah keluarga.

 Keadaan sejak sakit


Klien mengatakan tidak ada keluhan dengan keluarga, klien tidak
menyangkal bila mempunyai riwayat diabetes melitus.

b. Data Objektif
1. Observasi
Ekspresi wajah klien tenang

2. Pemeriksaan Fisik
 Tekanan darah : Berbaring : 130/90 mmHg
Duduk : 130/90 mmHg
Berdiri : - mmHg

 Kulit : Keringat dingin : Tidak ditemukan


Basah : Tidak ditemukan

XI. KAJIAN SISTEM NILAI KEPERCAYAAN


a. Data Subjektif
 Keadaan sebelum sakit
Klien mengatakan kepercayaan yang dianutnya adalah agam
Khatolik sebagai pedoman hidupnya, klien mengatakan selalu
berdoa baik di rumah maupun di gereja.
 Keadaan sejak sakit
Klien mengatakan sejak sakit klien tidak pergi ke Gereja, klien
selalu berdoa bersama keluarganya.

b. Data Objektif
1. Observasi
Selama dirawat klien berdoa dibantu keluarganya.
DAFTAR OBAT YANG DIBERIKAN PADA PASIEN

Nama Obat : Ciprofloxacin


Klasifikasi obat : Antibiotik
Dosis umum : Infeksi saluran kemih ringan sampai sedang 2 x 250 mg sehari
Berat : 2 x 500 mg sehari
Infeksi saluran pernafasan ringan sampai sedang; 2x500 mg/hari
Berat : 2 x 750 mg/hari
Prostatitis kronis : 2 x 500 mg/hari
Infeksi saluran cerna : 2 x 500 mg/hari
Gonore akut : dosis tunggal : 250 mg/hari
Dosis untuk klien : 2 x 500 mg. PC
Mekanisme kerja : Mempengaruhi enzim DNA gyrase bakteri
Kontra indikasi : Wanita hamil dan menyusui
Anak-anak dibawah usia 12 thn
Efek samping : Mual, muntah, ,diare, kemerahan pada kuit, gagal ginjal,
hepatitis, takikardia, nyeri sendi, leukositosis.
Cara Pemberian obat : Oral

Nama Obat : Actrapid


Dosis umum : Harus sesuai dengan instruksi dokter
Dosis untuk klien : 3 x 10 iV
Mekanisme kerja : Injeksi SC
Indikasi : Pasien diabetes melitus
Kontra indikasi : Hypoglycaemia
Efek samping : Ruam kulit, gatal, berkeringat, gangguan gastrointestinal.
ANALISA DATA

DP DATA Etiologi Masalah


1. DS : Klien mengatakan Ketidakcukupan Gangguan nutrisi
- tidak nafsu makan insulin dalam tubuh kurang dari
- Perut terasa penuh kebutuhan
- Lidah terasa pahit

DO :
- Klien makan habis ¼ porsi
- Klien tampak lemah dan
lesu
- TTV
TD : 130/ 90 mmHg
N : 84 x/mnt
P : 18 x/mnt
S : 37 0 C
- BB : 66 kg
TB : 165 cm
- Lidah kotor

2. Kelemahan fisik Gangguan


DS : Klien mengatakan pemenuhan aktivitas
- Badan lemah, lesu sehari-hari
- Tidak mampu beraktivitas
biasa
DO :
- Keadaan umum klien
lemah
- Ekspres wajah klien
tampak lesu
- Tanda vital :
TD : 130/ 90 mmHg
N : 84 x/mnt
P : 18 x/mnt
S : 37 0 C
ANALISA DATA

DP DATA Etiologi Masalah

3. DS : Klien mengatakan Peningkatan kadar Kerusakan integritas


- Kaki kiri sering kesemutan gula kulit : gangren
- Luka di kaki kiri lama
sembuh

DO :
- Tampak gangren di kaki
kiri
- Ganggren di kaki kiri
belum kering
- Lab , BSS : 185 mg/dl
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama / Umur : Tn “Y”/ 65 thn


Ruang / kamar : Pav Lukas II / 23-2

No Diagnosa Keperawatan Nama Jelas


1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan Rotua Purba
dengan ketidakcukupan insulin di dalam tubuh
DS : Klien mengatakan
- tidak nafsu makan
- Perut terasa penuh
- Lidah terasa pahit

DO :
- Klien makan habis ¼ porsi
- Klien tampak lemah dan lesu
- TTV
TD : 130/ 90 mmHg
N : 84 x/mnt
P : 18 x/mnt
S : 37 0 C
- BB : 66 kg
TB : 165 cm
- Lidah kotor

2. Gangguan pemenuhan aktibitas sehari-hari berhubungan Rotua Purba


dengan kelemahan fisik
DS : Klien mengatakan
- Badan lemah, lesu
- Tidak mampu beraktivitas biasa
DO :
- Keadaan umum klien lemah
- Ekspres wajah klien tampak lesu
- Tanda vital :
TD : 130/ 90 mmHg
N : 84 x/mnt
P : 18 x/mnt
S : 37 0 C
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama / Umur : Tn “Y”/ 65 thn


Ruang / kamar : Pav Lukas II / 23-2

No Diagnosa Keperawatan Nama Jelas


1. Kerusakan integritas kulit : ganggren berhubungan Rotua Purba
dengan peningkatan kadar gula

DS : Klien mengatakan
- Kaki kiri sering kesemutan
- Luka di kaki kiri lama sembuh

DO :
- Tampak gangren di kaki kiri
- Ganggren di kaki kiri belum kering
- Lab , BSS : 185 mg/dl
RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Hasil yang Rencana Tindakan Rasionalisasi Nama


Perawatan diharapkan
I Gangguan nutrisi Tujuan dalam waktu 3x24 1. Kaji status nutrisi 1. Dengan mengkaji status nutrisi Rotua Purba
kurang dari kebutuhan jam kebutuhan nutrisi klien, maka akan diketahui
berhubungan dengan terpenuhi. pemasukan kebutuhan nutrisi
ketidakcukupan insulin Dengan kriteria hasil 2. Observasi tanda-tanda vital 2. Untuk mengetahui perubahan
di dalam tubuh - Keadaan umum klien keadaan umum klien
DS : Klien mengatakan membaik 3. Anjurkan klien untuk mengikuti 3. Untuk membantu proses
- tidak nafsu makan - Klien dapat dan mentaati program diet kesembuhan melalui diet yang
- Perut terasa menghabiskan porsi diberikan
penuh makan yang diberikan 4. Anjurkan klien untuk 4. Untuk mencegah terjadinya gejala
- Lidah terasa - Tidak terjadi penurunan mengkonsumsi makanan dari hiperglikemi yang diakibatkan tidak
pahit berat badan rumah sakit terkontrolnya jumlah kalori pada
DO : - TTV dalam batas normal makanan bebas/ di luar RS.
- Klien makan TD : 110/70-130/90 5. Libatkan keluarga klien dalam 5. Untuk meningkatkan rasa
habis ¼ porsi mmHg merencanakan menu makanan keterlibatan keluarga dan
- Klien tampak N : 78-90 x/mnt sesuai indikasi memberikan informasi pada
lemah dan lesu P : 14-20 x/mnt keluarga untuk memahami
- TTV S : 36.5 – 37.2 0 C kebutuhan nutrisi pasien sebagai
TD : 130/ 90 metode untuk perencanaan diet
mmHg antara lain pergantian daftar menu,
N : 84 x/mnt perhitungan kalori.
P : 18 x/mnt .
S : 37 0 C
- BB : 66 kg
TB : 165 cm
- Lidah kotor
RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Hasil yang Rencana Tindakan Rasionalisasi Nama


Perawatan diharapkan
2 Gangguan pemenuhan aktibitas Tujuan dalam waktu 2x24 1. Kaji aktivitas klien dan 1. Untuk mengetahui tingkat Rotua Purba
sehari-hari berhubungan jam keadaan umum klien toleransi kemampuan aktivitas kemampuan aktivitas
dengan kelemahan fisik membaik 2. Observasi tanda-tanda vital 2. Untuk mengetahui keadaan
DS : Klien mengatakan Dengan kriteria hasil : umum klien
- Badan lemah, lesu - Klien beraktivitas sesuai 3. Anjurkan aktivitas alternatif 3. Mencegah kelelahan yang
- Tidak mampu dengan kemampuannya dan istirahat yang cukup berlebihan yang dapat
beraktivitas biasa - TTV dalam batas normal memicu higlikemi
DO : TD : 110/70-130/90 4. Anjurkan klien melakukan 4. Menurunkan kebutuhan
- Keadaan umum klien mmHg aktivitas secara bertahap energi di setiap kegiatan
lemah N : 78-90 x/mnt sesuai kemampuan klien
- Ekspres wajah klien P : 14-20 x/mnt 5. Libatkan keluarga untuk 5. Mendampingi dan
tampak lesu S : 36.5 – 37.2 0 C membantu aktivitas klien membantu motivasi klien
- Tanda vital : - Berat badan seimbang untuk beraktivitas.
TD : 130/ 90 mmHg
N : 84 x/mnt
P : 18 x/mnt
S : 37 0 C
- BB : 66 kg
TB : 165 cm
RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Hasil yang Rencana Tindakan Rasionalisasi Nama


Perawatan diharapkan
3 Kerusakan integritas kulit : Tujuan dalam waktu 3x24 1. Kaji keadaan kulit, tanda 1. Mengetahui adanya tingkat Rotua Purba
ganggren berhubungan dengan jam integritas kulit peradangan, perubahan warna peradangan dan infeksi,
peningkatan kadar gula membaik kulit kemerahan pada kulit, perubahan sensorik pada
Dengan kriteria hasil kesemutan, ganggren ekstremitas bawah.
DS : Klien mengatakan - Daerah luka kering 2. Observasi tanda-tanda vital dan 2. Untuk mengetahui keadaan umum
- Kaki kiri sering kesemutan - Luka tidak bau suhu kulit dan kaki klien dan adanya proses
- Luka di kaki kiri lama sembuh - Tanda-tanda vital dalam peradangan pada kaki
batas normal 3. Anjurkan klien untuk menjaga 3. Mengurangi bertambahnya bibit
DO : TD : 110/70-130/90 kulit agar tetap bersih penyakit yang dapat memicu
- Tampak gangren di kaki kiri mmHg infeksi.
- Ganggren di kaki kiri belum N : 78-90 x/mnt 4. Anjurkan klien untuk 4. Kulit basah dan lembab dapat
kering P : 14-20 x/mnt mengusahakan agar kaki tetap menambah berkembangnya
- Lab , BSS : 185 mg/dl S : 36.5 – 37.2 0 C kering infeksi pada luka
5. Lakukan perawatan luka, ganti 5. Mencegah terjadinya infeksi lebih
- BSS dalam batas normal balut (ganggren) dengan teknik lanjut
(70-110 mg/dl) steril
6. Libatkan keluarga untuk 6. Memotivasi klien untuk
membantu mempertahankan mengikuti dan mentaati tindakan
kesehatan klien keperawatan
PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Nama / Umur : Tn “Y”/ 65 thn


Ruang / kamar : Pav Lukas II / 23-2

Tgl DP Waktu Pelaksanaan Keperawatan Nama Jelas


3-4-07 II 07.00 Klien personal hygiene dibantu perawat, alat Rotua Purba
tenun klien dirapikan, keadaan umum klien
masih lemah.
08.00 Klien makan habis ¼ porsi
III 08.30 Klien mendapatkan obat oral Ciprofloxacine
2x500 mg
Klien ganti balut dengan salep Salicil zalf dan
levertran zalf menganjurkan klien agar kulit
tetap kering
09.00 Klien mendapatkan injeksi SC insulin 10 strip
(Actrapid)
I 10.00 Klien mendapatkan bubur kacang hijau.
Menganjurkan klien untuk mengikuti dan
mentaati program diet.
II 11.00 Klien diukur tanda-tanda vital : TD : 130/90
mmHg. Klien istirahat, tetesan infus lancar
Asering 2 20 tts/mnt di tangan kiri.
I 12.00 Melibatkan keluarga klien unutk memotivasi
klien mengkonsumsi makanan dari RS. Klien
makan habis ¼ porsi.
I,II, 13.00 Klien istirahat tirah baring, keadaan umum klien
III masih lemah, aktivitas klien dibantu keluarga TD
: 130/90 mmHg, klien mengatakan tidak nafsu
makan, lidah terasa pahit, lidah tampak kotor,
klien makan habis ¼ porsi

PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Nama / Umur : Tn “Y”/ 65 thn
Ruang / kamar : Pav Lukas II / 23-2

Tgl DP Waktu Pelaksanaan Keperawatan Nama Jelas


4-4-07 II 07.00 Klien personal hygiene dibantu keluarga, alat Rotua Purba
tenun dirapikan, keadaan umum klien masih
lemah. Menganjurkan aktivitas alternatif dan
istirahat yang cukup
I 08.00 Memotivasi klien untuk menghabiskan makanan.
Klien makan habis ¼ porsi
III 08.30 Klien mendapatkan obat oral Ciprofloxacine
2x500 mg
Klien ganti balut dengan salep Salicil zalf dan
levertran zalf menganjurkan klien agar kulit
tetap bersih
09.00 Klien mendapatkan injeksi SC insulin 10 strip
(Actrapid)
II 10.00 Menganjurkan klien untuk istirahat, keadaan
umum klien masih lemah
II 11.00 Klien diukur tanda-tanda vital : TD : 140/90
mmHg. infus Asering 4 20 tts/mnt di tangan
kiri.
Melibatkan keluarga klien untuk memotivasi
klien mengkonsumsi makanan dari RS. Klien
makan habis ¼ porsi.
11.30 Kolaborasi dengan timmedik dalam pemberian
NaCl
II 12.00 Klien mendapat transfusi darah “A” 500 cc,
S : 36,5 0 C

PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Nama / Umur : Tn “Y”/ 65 thn
Ruang / kamar : Pav Lukas II / 23-2

Tgl DP Waktu Pelaksanaan Keperawatan Nama Jelas


4-4-07 I 12.15 Menganjurkan klien untuk mengkonsumsi Rotua Purba
makanan dari RS. Klien makan habis ½ porsi.
I, II, 13.00 Keadaan umum klien masih lemah, klien
III istirahat, klien mengatakan tidak nafsu makan,
aktivitas klien dibantu keluarga. : TD : 140/90
mmHg. S : 36,5 0 C . Klien mendapat transfusi
darah “A” 500 cc luka (ganggren) masih belum
kering, berwarna kehitaman.

5-4-07 II 07.00 Klien personal hygiene dibantu keluarga, alat


tenun dirapikan, keadaan umum klien mulai
membaik. Menganjurkan klien untuk aktivitas
secara bertahap. Melibatkan keluarga untuk
membantu aktivitas klien.
I 08.00 Memotivasi klien untuk menghabiskan makanan.
Klien makan habis ¾ porsi
III 08.30 Klien mendapatkan obat oral Ciprofloxacine
2x500 mg
Klien ganti balut dengan salep Salicil zalf dan
levertran zalf menganjurkan klien agar kulit
tetap bersih
09.00 Klien mendapatkan injeksi SC insulin 10 strip
(Actrapid)
I 10.00 Klien mendapatkan snack, keadan umum klien
mulai membaik

PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Nama / Umur : Tn “Y”/ 65 thn


Ruang / kamar : Pav Lukas II / 23-2
Tgl DP Waktu Pelaksanaan Keperawatan Nama Jelas
5-4-07 II, 11.00 Klien istirahat tirah baring, tanda-tanda vital : Rotua Purba
III TD : 130/80 mmHg. infus Asering 7 di tangan
kanan. Melibatkan keluarga klien untuk
memantau mempertahankan kesehatan klien
I 12.00 Memotivasi klien menghabiskan makanan dari
RS. Klien makan habis 1 porsi.
I, II, 13.00 Keadaan umum mulai membaik, klien
III melakukan aktivitas masih dibantu keluarga.
:TD : 130/80 mmHg. infus Asering 20 tts/mnt
Klien istirahat. Luka (ganggren) masih belum
kering, berwarna kehitaman. Nafsu makan klien
mulai membaik

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama / Umur : Tn “Y”/ 65 thn


Ruang / kamar : Pav Lukas II / 23-2

Tanggal DP Waktu Evaluasi ( S O A P) Nama Jelas


03/04/07 I 13.00 S : Klien mengatakan tidak nafsu makan Rotua
lidah terasa pahit
O : Lidah tampak kotor, klien makan habis ¼ porsi
A : Kebutuhan nutrisi belum terpenuhi
P : Diteruskan

II 13.00 S : Klien mengatakan badan lemah, lesu Rotua


O : Keadaan umum klien masih lemah, aktivitas
dibantu keluarga
A : Pemenuhan aktivitas belum teratasi
P : Diteruskan

III 13.00 S : Klien mengatakan luka di kaki lama sembuh Rotua


O : Ganggren di kaki belum kering
A : Integritas kulit belum teratasi
P : Diteruskan

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama / Umur : Tn “Y”/ 65 thn


Ruang / kamar : Pav Lukas II / 23-2

Tanggal DP Waktu Evaluasi ( S O A P) Nama Jelas


04/04/07 I 13.00 S : Klien mengatakan tidak nafsu makan Rotua
O : klien makan habis ½ porsi
A : Kebutuhan nutrisi belum terpenuhi
P : Diteruskan

II 13.00 S : Klien mengatakan badan masih lemah


O : Keadaan umum klien masih lemah, aktivitas Rotua
dibantu keluarga
A : Pemenuhan aktivitas belum teratasi
P : Diteruskan

III 13.00 S : Klien mengatakan luka di kaki belum sembuh Rotua


O : Ganggren di kaki belum kering,
berwarna kehitaman
A : Integritas kulit belum teratasi
P : Diteruskan
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama / Umur : Tn “Y”/ 65 thn


Ruang / kamar : Pav Lukas II / 23-2

Tanggal DP Waktu Evaluasi ( S O A P) Nama Jelas


05/04/07 I 13.00 S : Klien mengatakan nafsu makan mulai membaik Rotua
O : klien makan habis 1 porsi
A : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
P : Diteruskan

II 13.00 S : Klien mengatakan badan mulai membaik


O : Keadaan umum klien mulai membaik, aktivitas Rotua
masih dibantu keluarga
A : Pemenuhan aktivitas mulai teratasi
P : Diteruskan

III 13.00 S : Klien mengatakan luka di kaki belum sembuh Rotua


O : Ganggren di kaki mulai kering,
A : Integritas kulit mulai teratasi
P : Diteruskan

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis secara khusus membahas tentang pencapaian yang telah

diperoleh setelah memberikan asuhan keperawatan pada Tn “Y” dengan gangguan

sistem endokrin “ Diabetes Melitus”. Bab ini juga terdapat kesenjangan-kesenjangan

yang terjadi dilihat dari konteks teori dan hasil penerapan secara nyata pada klien.

Adapun pembahasan terhadap asuhan keperawatan pada Tn “Y” dengan gangguan

sistem endokrin: Diabetes melitus adalah sebagai berikut :

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dalam pengkajian

penulis memperoleh data menggunakan metode wawancara, observasi

pemeriksaan fisik secara sistematik dan melihat data-data penunjang melalui

catatan keperawatan dan status klien. Pada pengkajian secara teoritis ditemukan

adanya takikardi, lemah, letih, polusi, abdomen keras, kulit kering, demam, lesi

kulit rusak, sedangkan pada saat pengkajian langsung pada Tn “Y” yang

ditentukan yaitu : lemah, kesemutan pada ekstremitas, abdomen tegang (nyerI0,

hilang nafsu makan.

B. Diagnosa Keperawatan Keperawatan

Berdasarkan teori yang ada perumusan diagnosa keperawatan merupakan proses

pemikiran melalui tanda dan gejala klinik menurut perbahan patofisiologi, respon

klien maupun kelurga. Diagnosa keperawatan secara teoritis yang mungkin timbul

pada kasus diabetes melitus :

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakcukupan insulin.

3. Resiko tinggi terhadap injeksi berhubungan dengan perubahan pada sirkulasi

4. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan

ketidakseimbangan glukosa / insulin.


5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.

6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang.

7. Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhungan dengan tidak mengenal

sumber informasi.

Sedangkan diagnosa keperawatan ang ditemukan pada klien Tn “Y” adalah :

1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan

insulin.

2. Gangguan pemenuhan aktivitas sehari0hari berhubungan dengan kelemahan

fisik.

3. Kerusakan integritas kulit : ganggren berhubungan dengan peningkatan kadar

gula.

Dari data tersebut terlihat adanya beberapa diagnosa yang tidak muncul pada kasus

yang nyata, hal ini disebabkan oleh respon klien yang berbeda-beda.

C. Perencanaan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan selanjutnya penulis menyusun

perencanaan yang meliputi perumusan tujuan, penentuan kriteria hasil adn rencana

tindakan dalam memberikan pedoman tindakan yang akan dilakukan untuk

mengatasi masalah klien berdasarkan tinjauan teoritis yang sesuai dengan kondisi

klien. Hal ini disebabkan karena tidak semua perencanaan dapat dilakukan.

D. Pelaksanaan

Pelaksanaan keperawatan merupakan perwujudan dari perencanaan keperawatan

yang telah disusun. Di dalam pelaksananaan tindakan keperawatan penulis tidak

bekerja sendiri melainkan bekerja bersama dengan perawat yang ada di ruangan,

tim medis, dan juga keluarga klien, serta didukung dengan adanya fassilitas yang

memadai. Pelaksanaan secara teoritis tidak dapat dijabarkan secara rutin sedankan

dalam praktek pelaksanaannya tidak seluruhnya dapat dilaksanakan karena

keterbatasan waktu yang ada namun dapat dikolaborasikan dengan perawat


ruangan yang merawat Tn “Y” untuk tindak lanjut sesuai rencana yang telah

disusun sehingga diharapkan permasalahan kesehatan klien dapat segera teratasi.

E. Evaluasi

Merupakan alat untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan dalam

melaksanakan asuhan keperawatan yang telah diberikan dengan demikian dapat

ditentukan apakah perencanaan asuhan keperawatan pada klien Tn “Y” dengan

Diabetes Melitus selama tiga hari dari tanggal 3-5 April 2007, yaitu : pada

diagnosa gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan, gangguan pemenuhan aktivitas

sehari-hari, kerusakan integritas kuilt; ganggren dari hasil pertama sampai hari

ketiga belum teratasi hal ini disebabkan karena masalah tersebut kadang hilang

timbul.

BAB IV

PENUTUP
Setelah menguraikan pembahasan kasus pada klien Tn “Y” dengan gangguan

sistem endokrin : Diabetes Melitus di Paviliun Lukas II RS. RK. Charitas Palembang,

maka pada bab ini ditarik kesimpulan dan saran.

A. Kesimpulan

Setelah menganalisa kasus Tn “Y” denagn diabetes melitus maka penulis menarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Tanda dan gejala yang ditemukan secara langsung selama pengkajian ternyata

tidak selalu sama bila dibandingkan dengan teori yang ada, hal ini dapat terjadi

salah satunya karena adanya komplikasi dan berat ringannya kondisi klien.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul secara teoritis dalam kenyataan belum

tentu sama, hal ini terjadi karena respom setiap individu terhadap penyakit

yang sama sangat berbeda-beda.

3. Penyakit diabetes melitus yang terjadi pada klien Tn “Y” disebabkan karena

kadar gula dalam darah sangat tinggi sehingga sekresi insulin berkurang atau

terhenti akibat hilangnya sel-sel beta. Untuk mengatasi terjadinya penyakit

tersebut disusun rencana tindakan yang diantaranya menganjurkan klien

mengkonsumsi makanan sesuai diit yang ditentukan.

4. Pada pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien Tn “Y”

tidak seluruhnya dapat dilakukan selama 24 jam karena keterbatasan waktu

penulis sehingga pelaksanaannya harus berkolaborasi dengan perawat ruangan.

B. Saran

Dari hasil kesimpulan penulis memberikan saran kepada perawat, klien dan

keluarga antara lain :

1. Sebagai perawat harus memahami suatu penyakit dari sudut medik maupun

keperawatan adalah hal yang mutlak sebelum berhadapan dengan kasus yang

nyata seperti pengkajian untuk menemukan masalah dari tanda dan gejala
oleh sebab itu baik sekali bila perawat menumbuhkan minat baca untuk

menambah wawasan.

2. Sebagai perawat harus mampu menemukan masalah-masalah yang sungguh-

sungguh terjadi pada klien untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan

yang memerlukan penanganan segera.

3. Klien diharapkan dapat memahami dan melaksanakan anjuran dokter dan

perawat untuk menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan penyakitnya

kambuh lagi seperti menghindari makanan yang manis.

4. Diharapkan perawat ruangan mau diajak kareja sama dalam melakukan

tindakan keperawatan untuk bersama-sama membantu mengatasi masalah

yang dihadapi klien

DAFTAR PUSTAKA

Barbara. C. Long. Perawatan Medikal Bedah, Bandung: Padjajaran, 1996.


Brunner dan Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC. 2001.

Cambridge Communication Limited. Anatomi Fisiologi Kelenjar Endokrin dan Sistem


Persarafan, Jakarta: EGC. 1996.

Mansjoer Arif, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid I, Jakarta: Media Aesculapius.
FKUI. 1982.

Marilynn, E. Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, Jakarta. EGC, 1993.

Sarwono Waspadji, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, Edisi 3, Jakarta, FKUI,
1993.

Sylvia A. Price, Buku Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit , Jakarta: EGC, 1994.

Suriadi dan Rita Yuliani, Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawatan Pada
Anak, Edisi 1, Jakrta: CV Sagung Seto, 2001.

Syaifuddin, Anatomi dan Fisiologi Untuk Siswa Perawat, Jakarta: EGC, 1999.

DAFTAR ISI

Hal

Halaman Judul................................................................................................................i
Kata Pengantar...............................................................................................................ii
Daftar Isi.......................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan

BAB II. TINJAUAN TEORI


A. KONSEP DASAR MEDIK
1. Pengertian
2. Anatomi Fisiologi
3. Patofisiologi
4. Etiologi
5. Manifestasi Klinik
6. Komplikasi
7. Test Diagnostik
8. Penatalaksanaan

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. Evaluasi
6. Rencana Pemulangan
C. PATOLFOW DIAGRAM

BAB III. TINJAUAN KASUS


A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Rencana Keperawatan
D. Pelaksanaan Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
Patoflow Kasus

BAB IV. PEMBAHASAN


BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai