BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi komplementer atau yang dikenal dengan terapi tradisonal
merupakan penggunaan terapi tradisional kedalam pengobatan modern.
Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik
(Andrews et al, dikutip dalam Triyanto 2015). Terapi komplementer adalah
cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada
pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar
pengobatan medis yang konvensional. Pendapat ini didasari oleh bentuk
terapi yang memengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah
keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa
dalam kesatuan fungsi (Smith et al, 2004).
Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer sebagai sebuah
domain luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan,
modalitas, praktik dan ditandai dengan adanya teori dan keyakinan, dengan
cara berbeda dari sistem pelayanan kesehatan yang umum di masyarakat atau
budaya yang ada (Lindquist et al, 2014). Terapi komplementer termasuk
didalamnya seluruh praktik dan ide yang didefinisikan oleh pengguna sebagai
pencegahan atau pengobatan penyakit atau promosi kesehatan dan
kesejahteraan. Fokus terapi memandang manusia sebagai makhluk yang
holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual). Terapi komplementer adalah terapi
yang digunakan secara bersama-sama dengan terapi lain dan bukan untuk
menggantikan terapi medis. Terapi komplementer dapat digunakan sebagai
single therapy ketika digunakan untuk meningkatkan kesehatan (Lindquist et
al, 2014).
Alasan yang membuat orang untuk memanfaatkan terapi komplementer
sangat beragam, namun intinya adalah terapi modern pada beberapa aspek
dirasa banyak efek sampingnya. Terapi komplementer dalam penanganan
kanker, tidak hanya sekedar menghilangkan kanker, namun
mempertimbangkan hal lain yang melatarbelakangi kanker tersebut.
Karenanya dalam pendekatan pemecahan masalah kesehatan,
kedokteran timur cenderung lebih alamiah dan lebih aman dari sisi efek
samping yang tidak didapatkan pada pengobatan moderen (barat) karena
cenderung menggunakan bahan sintetik / kimia. (Lindquist et al, 2014).
Ada banyak jenis metode dalam terapi komplementer ini, seperti
akupuntur, chiropractic, pijat refleksi, yoga, tanaman obat/ herbal, homeopati,
naturopati, terapi polaritas atau reiki, teknik-teknik relaksasi, termasuk
3
hipnoterapi, meditasi, visualisasi, dan sebagainya. Obat-obat yang digunakan
bersifat natural/ mengambil bahan dari alam, seperti jamu-jamuan, rempah
yang sudah dikenal (jahe, kunyit, temu lawak dan sebagainya), sampai bahan
yang dirahasiakan. Pendekatan lain seperti menggunakan energi tertentu yang
mampu mempercepat proses penyembuhan, hingga menggunakan doa
tertentu yang diyakini secara spiritual memiliki kekuatan penyembuhan. Hasil
penelitian terapi komplementer yang berhasil dibuktikan secara ilmiah
misalnya terapi sentuhan untuk meningkatkan relaksasi, menurunkan nyeri,
mengurangi kecemasan, mempercepat penyembuhan luka, dan memberi
kontribusi positif pada perubahan psikoimunologik (Lindquist et al, 2014).
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan
masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien
bertanya tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan
seperti dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk
penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena klien
ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga
apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini
dapat menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi
komplementer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Kurebayashi, Turrini, Souza, Takiguchi, Kuba, & Nagumo. (2016). Massage and
Reiki used to reduce stress and anxiety: Randomized Clinical Trial. Revista
Latino Americana Enfermagem .
Smith, S.F., Duell, D.J., Martin, B.C. (2004). Clinical nursing skills: Basic
to advanced skills. New Jersey: Pearson Prentice Hall.