Blok 3.6
(15089)
(15093)
(15094)
(15095)
(15097)
(15101)
(15102)
(15104)
(15119)
(15125)
(15129)
(15132)
Skenario 2
Istriku tidak seperti dulu lagi
Sudah 1 tahun terakhir Tn. Taruno (61 th) merasa kebutuhan biologi terganggu dalam
kehidupannya karena istrinya Mimi (55 th) tidak mau melayani kebutuhan seksualnya karena
merasa sudah tua dan saat ini ia telah mengalami menopause, sehingga terjadi penurunan libido,
sehingga akibat masalah tersebut Tn. Taruno sering uring-uringan, dan kadang-kadang marah
tanpa sebab yang jelas. Ny. Mimi mengatakan sudah saatnya sekarang memikirkan anak-cucu
bukan kebutuhan pribadi suaminya. Hal ini membuat hubungan antara Tn. Taruno dan Ny. Mimi
tidak seharmonis dulu lagi.
Core Problem :
-
Step 1 : -
Step 2
1. Bagaiman perbedaan penurunan libido pada perempuan dan laki-laki yang sudah lansia
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan system reproduksi yaitu aktivitas seksual
selain usia
3. Bagaiman peran perawat dalam kasus seksualitas pada lansia
4. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat sesuai kasus
5. Bagaimana penanganan pasien dengan penurunan kebutuhan seksual
6. Apa saja perubahan-perubahan kebutuhan seksual pada lansia selain menopause
7. Bagaimana cara mengedukasi pendidikan kesehatan terhadap lansia terkait dengan
masalah seksualitas
8. Apa upaya yang bisa dilakukan untuk menghadapi menopause guna mencegah seksual
pada lansia
9. Apa saja masalah seksual pada lansia
10. Selain homo seksual, lesbian, apa saja kelainan yang bisa dialami oleh lansia
11. Obat-obatan seperti apa yang dapat meningkatkan libido pada lansia
Step 3
1. Perbedaannya :
- Laki-laki : penurunan testosterone, girah pada laki-laki meningkat, andopause (penurunan
testosterone dan penurunan androgen), aktivitas melemah
- Perempuan : mengalami menopause, penurunan estrogen, gairah seksual menurun,
kehilangan kenikmatan dalam berhubungan
Tahapan seksual :
Fase desire
Permpuan : dipengaruhi penyakit
Laki-laki : penurunan testosteron, kemampuan menurun
Fase Arrousal
Perempuan : pembesaran payudara
Laki-laki : ereksi lama
Fase Orgasmic
Perempuan : sulit, kemampuan berkurang
Laki-laki : kehilangan kekuatan
Fase orgasme
Perempaun : susah orgasme
Laki-laki : susah muncul kembali
2.
-
3.
-
Peran perawat :
Educator : sebelum masuk ke lansia harus diedukasi, kepada keluarga, masyarakat
Fasilitator : penghubung suami, istri tentang seksual
Pendamping : mendampingi dalam mengambil keputusan
Konselor
4. Askep
- Pengkajian :
Riwayat seksual
Kepuasaan dalam melakukan hubungan seksual
Masalah seksual
- Diagnosa:
Disfungsi seksual
Nyeri
Deficit knowledge
- NOC: Pain level
- NIC : Pain management
5.
6.
7.
-
Penanganan :
Pengaturan lifestyle
Kacang-kacangan
Edukasi proses menua : ada keterbukaan satu sama lain
Kecambah, pisang
Olahraga
Terapi pengganti hormone
Senam kegel
Psiko seksual
Konseling
Teknik staffing
Jawabannya sama dengan nomor 9
Cara mengedukasikan kepada lansia :
Membuka pikiran untuk masalah seksual
Komunikasi terbuka
Jujur apa yang dirasakan
Menjelaskan kebutuhan papan, pangan, sandang
8.
-
9.
-
Masalah seksual :
Ejakulasi dini : merasa saling terpuaskan
Penurunan jumlah rubikan
Perubahan fisik
Keengganan melakukan hubungan seksual
Kondisi lingkungan
Ereksi kurang kuat
Perasaan pada wanita
Kurang komunikasi
Menopause
Fase orgasme menurun
Perbedaan persepsi
10. Kelainan ;
- Homoseksual : anal, ereksi laki-laki menurun
- Lesbian : oral, rangsangan : meningkatkan gairah pada pasangan
*diperhatikan kebersihan
11. Obat-obatan :
- Silivani sitrat : peningkatan libido
PDE 5
Step 4
-
Ejakulasi dini
Setelah melakukan ejakulasi dini sulit untuk meningkatkan gairah lagi
Kacang-kacangan : meningkatkan estrogen sehingga meningkatkan libido. Didalam
kacang ada zat yang bisa meningkatkan hormone estrogen
Step 5
Mind Mapping
Penyebab. Ex :
menopause
Faktor
Seksualitas lansia
Peran Perawat
Askep
LO :
Penanganan
Penkes
Nonfarmakologi
Farmakologi
1. Perubahan fisiologis pada lansia terkait dengan seksualitas pada lansia
2. Penanganan masalah seksual pada lansia ( farmakologi, dan nonfarmakologi)
3. Askep sesuai kasus
Step 7
1. Perubahan sistem reproduksi pada lansia
Perubahan anatomik pada sistem genetalia pada lansia:
a. Wanita
Dengan berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna dan eksterna
-
genitalia eksterna.
Uterus
Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan dindingnya
menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan fibrotik. Serviks
menyusut tidak menonjol, bahkan lama-lama akan merata dengan dinding jaringan.
Ovarium
Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya menjadi keriput
sebagai akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari ovulasi yang berulang sebelumnya,
permukaan ovarium menjadi rata lagi seperti anak oleh karena tidak terdapat folikel.
Secara umum, perubahan fisik genetalia interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi
ovarium. Bila ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi
Pembesaran prostat merupakan kejadian yang sering pada pria lansia, gejala yang timbul
merupakan efek mekanik akibat pembesaran lobus medius yang kemudian seolah-olah
bertindak sebagai katup yang berbentuk bola (Ball Valve Effect). Disamping itu terdapat
efek dinamik dari otot polos yang merupakan 40% dari komponen kelenjar, kapsul dan
leher kantong kemih, otot polos ini dibawah pengaruh sistem alfa adrenergik. Timbulnya
nodul mikroskopik sudah terlihat pada usia 25-30 tahun dan terdapat pada 60% pria
berusia 60 tahun, 90% pada pria berusia 85 tahun, tetapi hanya 50% yang menjadi BPH
Makroskopik dan dari itu hanya 50% berkembang menjadi BPH klinik yang
menimbulkan problem medik.
-
Kadar dehidrosteron
pada orang tua meningkat karena meningkatnya enzim 5 alfa reduktase yang
mengkonfersi tetosteron menjadi dehidro steron. Ini yang dianggap menjadi pendorong
hiperplasi kelenjar, otot dan stroma prostat. Sebenarnya selain proses menua rangsangan
androgen ikut berperan timbulnya BPH ini dapat dibuktikan pada pria yang di kastrasi
masturbasi bisa dilakukan pada lansia tanpa pasangan untuk tetap menjaga fungsi
seksual.
Penurunan estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh ovarium
Penyusutan pada genitalia eksterna
Penurunan pada rambut pubis
Penurunan libido karena testosteron > estrogen.
b. Laki-laki
Terjaid penurunan jumlah semen. Pada laki-laki usia < 50 tahun mampu
menghasilan 3-5 ml semen setiap harinya, namun pada laki-laki usia > 50 tahun
hanya menghasilkan 2-3 ml semen setiap harinya
Lubrikasi dari kelenjar cowper berkurang
Ejakulasi kurang kuat sehingga semburan semen kurang jauh
Penurunan produksi sperma
Perubahan jumlah dan konsistensi cairan semen
Kurangnya tenaga untuk ejakulasi
Penurunan rangsangan dan ereksi
Sulit menjaga ereksi dalam waktu yang lama
Penurunan frekuensi ejakulasi
Pemanjangan periode refraktori
2. Penanganan masalah seksual pada lansia
A. Non Farmakologi
Management seksualitas pada lansia
Keintiman:
- Komitmen
- Kebersamaan (saling tergantung)
- Keintiman emosional (peduli, perhatian dll.)
- Keintiman kognitif (memikirkan satu sama lain, memikirkan nnilia-nilai
kebersamaan)
- Keintiman fisik (kedekatan fisik sampai hubungan seksual).
Intervensi konseling:
Step 1: duduk melingkar dengan pasangan
Duduk ini membahas tentang
- libido (keinginan, keengganan dan kepuasan seksual),
- pengalaman seksual (stimulus seksual,
- orgasme serta rasa nyeri saat berhubungan seksual),
- pengaruh seksualitas terhadap kepercayaan diri dan identitas diri maupun
pasangan,
- serta membahas faktor yang mempengaruhi peubahan hubungan seksual
(biomedis, psikologi dan sociokultural).
Step 2: konseling dasar dan pemberian informasi
- Menjelaskan dampak penuaan terhadap seksualitas
Klarifikasi mitos sosial budaya yang salah tentang seksualitas pada lansia
untuk lebih membuka wawasan klien
- Jika diperlukan, tuliskan perubahan yang terjadi yang berhubungan dengan
seksualitas untuk dikonsultasikan pada tenaga medis dan agar pasangan juga
lebih tau tentang perubahan yang terjadi
Step 3: brainstorming tentang terapi dan intervensi psikososia
Pada lansia wanita maka terapi yang dapat dilakukan antara lain:
- Terapi estrogen sistemik (oral atau transdermal) yang di kombinasikan dengan
progesteron dapat menigkatkan libido, menurunkan ras nyeri saat
berhubungan seksual,menurunkan gejala menopause seperti hot flushes,
gangguan tidur, dan depresi
- Pada wanita pos histerektomi diberi terapi estrogen yang dikombinasi dengan
testosteron sehingga akan meningkatkan gairah seksual. Bisa juga diterapkan
pada waniita menopause dengan syarat adanya panurunan kadar androgen
- Kontraindikasi absolut: penggunaan jangka panjang terapi estrogen, estrogen
kombinasi progesteron, androgen
- Kontraindikasi absolut : penyakit kardiovaskuler(infark), trombosis, CVA,
kanker payudara dan gangguan fungsi hati
- Antidepresan bisa juga digunakan untuk meningkatkan libido
- Wanita dengan nyeri saat berhubungan seksual dapat menggunakan terapi
estriol lokal. Terapi ini akan menstimulasi kelenjar mukosa vagina untuk
memproduksi lendir. Terapi ini bisa diterapkan pada wanita setelah
pengobatan kanker payudara.
Step 4: mengumumkan tentang terapi yang telah dipilih
Klien dan pasangan akan meentukan satu terapi yang telah dipilih dan disepakati
bersama.
Step 5: evaluasi
Dilakukan setelah dilakukan intervensi ini. Evaluasi ini meliputi kedekatan atau
keintiman, kontak fisik, interaksi atau komunikasi, aktivitas seks (nyeri, orgasme,
motivasi, gairah dan lain-lain).
Managemen :
1. Memberikan pengetahuan adanya perubahan fisik seiring bertambahanya umur.
Mengedukasi bahwa penuaan adalah proses yang normal.
2. Ajarkan pasien untuk menggunakan lubrikan untuk responden perempuan.
3. Mengeliminasi penyebab impoten pada laki-laki ex: merokok
4. Diskusikan penanganan alternatif yang dapat membuat kenyamanan
5. Cegah terjadinya penularan penyakit
6. Dukung dengan psikososial terapi, mengurangi rasa takut yang berlebihan terkait fungsi
seksual
7. Memastikan kesediaan, kesiapan dan kemampuan untuk berpartisipasi saat berhubungan
8. Menyediakan terapi keluarga jika dibutuhkan
9. Menyediakan konseling
Seksual konseling :
1.
2.
3.
4.
B. Farmakologi
Obat untuk ejakulasi dini pada lansia
a. Sildenefil (viagra)
Tersedia dalam dosis 25 mg, 50 mg, dan 100 mg dalam bentuk tablet dan diberikan
kurang lebih satu jam sebelum berhubungan seksual. Disarankan untuk lansia
dimulai dari dosis 50 mg, dosis bisa ditambah atau dikurangi sesuai dengan manfaat
dan toleransinya. Dosis 25 mg biasanya diberikan pada pasien yang berusia lebih dari
65 tahun.
b. Tadalafil
20 mg selama 26 minggu
c. Vardenafil
Tersedia dalam dosis 5 mg, 10 mg dan 20 mg.
pada lansia laki-laki, terapi medis yang bisa dilakukan untuk gangguan ejakulasi
adalah dengan pemakaian obat PDE5. Terapi PDE5 ini mempunyai tiga golongan
yang telah dilegalkan yaitu sildenafil, vardenafil, dan tadalafil. Sildenafil dijadikan
pengobatan lini pertama di USA sejak tahun 2005. Kontraindikasi terapi ini adalah
dibarengi dengan pengobatan apapun. Efek samping yang muncul : pusing,
kemerahan pada kulit.
3. Askep sesuai kasus
1. Pengkajian
Relationship:
- Lama hubungan
- Tipe hubungan
- Sentuhan dan kedekatan fisik
- Pertimbangan pentingnya seks untuk kebahagiaan dalam hubungan
Sex intercourse and satisfaction:
-
Frekuensi olahraga
Frekuensi konsumsi alkohol
Gejala stress
Mengidentifikasi perubahan
Mendiskusikan solusi bersama
Menjaga saling peduli antar anggota
Bantu keluarga dalam pelaksanaannya
Menjaga komunikasi dengan baik
Daftar pustaka
Kontolo, Osmo. (2009). impact of aging on human sexual activity and sexual desire. Journal of
sex research 46(1): 46-56
Bitzer, J., Giacomo, P., Sibil,T., Judith,A. (2008). Sexual Counseling in Elderly Couples. J Sex
Med ;5:20272043
Steward, Kimberly, L,. (2005). the new revolution of sex and aging, talking about my generation
BKKBN. 2012. pembinaan kesehatan reproduksi bagi lansia. Direktorat Bina Ketahanan
Keluarga Lansia dan Rentan BKKBN
Hazzards, M.R., john, P.B., Jeffrey, B.H., Joseph, G.O., Mary, E.T eds. 2003. Principles of
Geriatric Medicine and Gerontology 5th edititon. McGraw-Hill Companies
Willert, Amanda and Maureen Semans. (2000). knowledge and attitudes about later life
sexuality: what clinicians need to know about helping the elderly. Contemporary family theraphy
22(4)
Salonia, et all. (2005). review artikel safety and tolerability of oral erectile dysfunction treatment
in the elderly. Drugs aging 22(4): 323-338
Tjipto, Bambang, W,. (2010). Kajian terapi kaupuntur terhadap kadar hormone testosterone
pria usia lanjut. Buletin penelitian system kesehatan-vol.13 No. 1: 92-99